Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

FITOKIMIA

(ABKC 3701)

SENYAWA METABOLIT SEKUNDER

“STEROID”

Dosen Pembimbing:

Drs. Syahmani, M.Si

Oleh:

Kelompok 2

Kiky Astyana (A1C313006)

Listiarini (A1C313009)

Ermi Agustin (A1C313032)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

OKTOBER 2015 ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat

rahmat, hidayah, serta karunia-Nya jualah kami dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “Steroid”.

Sebelumnya, kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Syahmani

selaku dosen mata kuliah Fitokimia yang telah membimbing kami dalam

penyusunan makalah. Selain itu, kami juga mengucapkan terima kasih kepada

teman-teman yang telah memberikan masukan kepada kami.

Kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini.

Saran dan kritik dari kalian sangat kami harapkan agar makalah ini dapat sempurna.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi mahasiswa

Prodi Pendidikan Kimia Angkatan 2013.

Banjarmasin, 30 Oktober 2015

Penyusun iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................................... i

Kata Pengantar ........................................................................................................ ii

Daftar Isi ............................................................................................................. iii


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Steroid .......................................................................... 3

B. Struktur Steroid…..........................................................................3

C. Klasifikasi Steroid..........................................................................4

D. Sumber Steroid...............................................................................9

E. Cara Mendapatkan Steroid...........................................................10

F. Identifikasi Senyawa Steroid........................................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................16 Steroid | 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuhan merupakan sumber berbagai jenis senyawa kimia mulai dari


struktur dan sifatnya yang sederhana sampai yang rumit sekalipun. Berbagai jenis

senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan akan bernilai ekonomis dengan

adanya khasiat dan manfaat yang dimilikinya. Upaya pencarian tumbuhan yang

berkhasiat telah lama dilakukan baik untuk mencari senyawa barn ataupun

menambah keanekaragaman senyawa yang telah ada. Hasil pencarian tersebut

dilanjutkan dengan upaya pengenalan zat kemudian diidentifikasi khasiatnya dan

dijadikan sebagai bahan obat modern maupun ekstrak untuk fitofarmaka.

Indonesia terkenal dengan khasanah tanaman obatnya. Namun demikian,

penelitian sekaligus pengembangan tanaman obat Indonesia dirasakan belum

maksimal. Padahal, dunia barat kini diliputi semangat kembali ke alam, salah

satunya mencari upaya pengobatan melalui bahan-bahan yang tersebar di alam.

Telah berabad-abad lamanya masyarakat menggunakan obat tradisional

yang didasarkan pada pengalaman yang diwariskan secara turun-temurun dan

mendapat perhatian serius oleh pemerintah untuk dikembangkan dalam upaya

peningkatan kesehatan masyarakat.

Salah satu komponen kimia yang terdapat dalam tumbuhan adalah steroid.

Steroid adalah senyawa organik lemak sterol tidak terhidrolisis yang dapat dihasil

reaksi penurunan dari terpena atau skualena.


B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan senyawa steroid?

2. Bagaimana struktur dari senyawa steroid?

3. Apa klasifikasi dari senyawa steroid?

4. Di mana terdapat senyawa steroid?

5. Bagaimana cara mendapatkan senyawa steroid?

6. Bagaimana cara mengidentifikasi senyawa steroid? Steroid | 2

C. Tujuan

1. Mengetahui senyawa steroid.

2. Mengetahui struktur dari senyawa steroid.

3. Mengetahui klasifikasi dari senyawa steroid.

4. Mengetahui sumber senyawa steroid.

5. Mengetahui cara mendapatkan senyawa steroid.

6. Mengetahui cara mengidentifikasi senyawa steroid. Steroid | 3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Steroid

Steroid adalah kelompok senyawa bahan alam yang kebanyakan strukturnya


terdiri atas 17 atom karbon dengan membentuk struktur dasar 1,2-

siklopentenoperhidrofenantren. Steroid memiliki kerangka dasar triterpena

asiklik. Ciri umum steroid ialah sistem empat cincin yang tergabung. Cincin A,

B, dan C beranggotakan enam atom karbon dan cincin D beranggotakan lima

atom karbon.

Steroid adalah senyawa organik lemak sterol tidak terhidrolisis yang

didapat dari hasil reaksi penurunan dari terpena atau skualena. Senyawa yang

termasuk turunan steroid, misalnya kolesterol, ergosterol, progesteron,

dan estrogen. Pada umunya steroid berfungsi sebagai hormon. Steroid

mempunyai struktur dasar yang terdiri dari 17 atom karbon yang membentuk

tiga cincinsikloheksana dan satu cincin siklopentana.

Beberapa steroid bersifat anabolik antara lain testosterone,

metandienon, nandrolon dekanoat, 4-androstena-3 17-dion. Steroid anabolik

dapat mengakibatkan sejumlah efek samping yang berbahaya, seperti

menurunkan rasio lipoprotein densitas tinggi, yang berguna bagi jantung,

menurunkan rasio lipoprotein densitas rendah, stimulasi tumor prostat,

kelainan koagulasi dan gangguan hati, kebotakan, menebalnya rambut,

tumbuhnya jerawat dan timbulnya payudara pada pria. Secara fisiologi, steroid
anabolik dapat membuat seseorang menjadi agresif.

B. Struktur Steroid

Steroid mempunyai struktur dasar yang terdiri dari 17 atom karbon yang

membentuk tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana. Perbedaan

jenis steroid yang satu dengan steroid yang lain terletak pada gugus fungsional

yang diikat oleh ke-empat cincin ini dan tahap oksidasi tiap-tiap cincin. Steroid | 4

R3

R2

R1

AB

CD

6
7

10

11

12

13

14 15

16

17

18

19

20

C. Klasifikasi Steroid

Steroid terdiri atas beberapa kelompok senyawa yang pengelompolannya

didasarkan pada efek fisiologis yang dapat ditimbulkan. Ditinjau dari segi

struktur, perbedaan antara berbagai kelompok ini ditentukan oleh jenis subtituen

R1, R2, dan R3 yang terikat pada kerangka dasar sedangkan perbedaan antara
senyawa yang satu dengan senyawa lain dari satu kelompok ditentukan oleh

panjangnya rantai karbon subtituen, gugus fungsi yang terdapat pada subtituen,

jumlah dan posisi gugus fungsi oksigen dan ikatan rangkap pada kerangka dasar

serta konfigurasi pusat asimetris pada kerangka dasar. Kelompok-kelompok

tersebut adalah sebagai berikut.

1. Sterol

Lemak sterol adalah bentuk khusus dari steroid dengan rumus bangun

diturunkan dari kolestana dilengkapi gugus hidroksil pada atom C-3, banyak

ditemukan pada tanaman, hewan dan fungi. Semua steroid dibuat di

dalam sel dengan bahan baku berupa lemak sterol, baik

berupa lanosterol pada hewan atau fungsi, maupun

berupa sikloartenol pada tumbuhan. Kedua jenis lemak sterol di atas terbuat

dari siklisasi squalena dari triterpena. Kolesterol adalah jenis lain lemak sterol

yang umum dijumpai.

Lemak sterol juga dikenal sebagai alkohol steroid, sebuah subkelompok

steroid dengan gugus hidroksil pada posisi ketiga dari cincin-A. Lemak sterol

bersifat amfipatik yang terbentuk dari acetyl-coenzyme A melalui jalur HMGCoA reductase.

Gambar 1. Struktur SteroidSteroid | 5


Lemak sterol nabati disebut fitosterol dan yang hewani disebut

zoosterol. Jenis zoosterol yang penting antara lain adalah kolesterol dan

hormon steroid. Sedangkan pada fitosterol dikenal campesterol, sitosterol,

dan stigmasterol. Ergosterol adalah lemak sterol yang ditemukan pada

membran sel fungi yang berfungsi layaknya kolesterol pada hewan.

Sebenarnya nama sterol dipakai khusus untuk steroid yang memiliki

gugus hidroksi, tetapi karena praktis semua steroid tumbuhan berupa alkohol

dengan gugus hidroksi pada posisi C-3, maka semuanya disebut sterol. Selain

dalam bentuk bebasnya, sterol juga sering dijumpai sebagai glikosida atau

sebagian ester dengan asam lemak. Glikosida sterol sering disebut sterolin.

Gambar 2. Fukosterol

(a) (b)

(c) (d)

(e)

Gambar 2. (a) Kolesterol, (b) Campesterol, (c) Sitosterol, (d) Stigmasterol, dan (e) Ergosterol Steroid | 6

2. Asam Empedu

Asam empedu adalah asam steroid yang diproduksi oleh hati dan

disimpan di dalam empedu. Asam empedu biasa ditemukan dalam bentuk


asam kolik dengan kombinasi dengan glisin dan taurin. Asam empedu utama

(primer) yang terbentuk dihati adalah asam kolat dan asam kenodeoksikolat.

Di kolon, bakteri mengubah asam kolat menjadi asam deoksikolat dan asan

kenodeoksikolat menjadi asam litokolat. Karena terbentuk akibat kerja

bakteri, asam deoksikolat dan asam litokolat disebut sebagai asam empedu

sekunder.

3. Hormon Kelamin

Hormon kelamin dihasilkan oleh gonad dan adrenal yang diperlukan

untuk konsepsi, maturasi embrionik, dan perkembangan ciri-ciri khas seks

primer dan sekunder pada pubertas. Hormon kelamin pada umumnya

merupakan turunan steroid, molekulnya bersifat planar dan tidak lentur.

Kerangka dasarnya adalah cyclopentanoperhydrophenanthrene yang bersifat

kaku.

Hormon kelamin dibagi dalam empat kelompok yaitu:

a. Hormon androgen (testosteron dan dihidrotestosteron)

b. Hormon estrogen (estradiol, estron, dan estriol)

c. Hormon progestin (progesteron)

d. Obat kontrasepsi
Gambar 3. Asam kolat Steroid | 7

4. Hormon Adrenokortikoid

Hormon adrenokortikoid merupakan hormon steroid yang disintesis dari

kolesterol dan diproduksi oleh kelenjar adrenalis bagian korteks. Pengeluaran

hormon dipengaruhi oleh adreno cortico tropin hormon (ACTH) yang berasal

dari kelenjar pituitari anterior. Beberapa fungsi fisiologisnya berhubungan

dengan kardiovaskuler dari darah, sistem saraf pusat, otot polos dan stress.

Hormon adrenokortikoid terbagi menjadi 2, yaitu:

a. Mineralokortikoid

Aktivitas mineralokortikoid mempengaruhi elektrolit (mineral) cairan

ekstrasel, terutana natriun dan kalium. Pada manusia, terutama adalah

aldosteron.

b. Glukokortikoid

Glukokortikoid dapat meningkatkan glukosa darah, serta efek tambahan

pada metabolisme protein dan lemak seperti pada metabolisme

karbohidrat. Yang termasuk dalam hormon glukokortikoid adalah

kortisol atau hidrokortisol.

Gambar 4. (a) Testosteron, (b) Progesteron, (c) Estriol, (d) Estradiol, dan (e) Estron
(a) (b) (c)

(d) (e) Steroid | 8

5. Aglikon kardiak

Aglikon kardiak dam bentuk glikosidanya lebih dikenal sebagai

glikosida jantung dan kardenolida. Tumbuhan yang mengandung senyawa ini

telah digunakan sejak jaman prasejarah sebagai racun. Glikosida ini

mempunyai efek kardiotonik yang khas. Keberadaan senyawa ini dalam

tumbuhan mungkin memberi perlindungan kepada tumbuhan dari gangguan

beberapa serangga tertentu.

6. Sapogenin

Sapogenin dan bentuk glikosidanya yang dikenal sebagai saponin.

Glikolisasi biasanya terjadi pada posisi C-3. Saponin adalah senyawa yang

dapat menimbulkan busa jika dikocok dalam air (karena sifatnya yang

menyerupai sabun, maka dinamakan saponin). Saponin bersifat amfifilik

karena sapogenin bersifat lipofilik serta sakarida yang hidrofilik. Saponin

dapat membentuk busa dan merusak membran sel karena bisa membentuk

ikatan dengan lipida dari membran sel. Pada konsentrasi yang rendah, saponin

Gambar 5. (a) Kortisol dan (b) Aldosteron


(a) (b)

Gambar 6. Strofantidin Steroid | 9

dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah. Dalam bentuk larutan yang

sangat encer, saponin sangat beracun untuk ikan. Berdasarkan sifat kimia

saponin diklasifikasikan menjadi 2, yaitu;

a. Saponin steroid, tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul

karbohidrat. Tipe saponin ini memiliki afek anti jamur. Contohnya:

Asparagosida (terkandung dalam tumbuhan Asparagus sarmentosus).

b. Saponin triterpenoid, tersusun atas inti terpenoid dengan karbohidrat.

Contohnya: Asiacosida

D. Sumber Steroid

1. Pepaya (Carica papaya)

Salah satu tumbuhan yang ditemukan mengandung senyawa steroid

adalah tumbuhan pepaya (Carica papaya L.), yang mengandung senyawa

steroid golongan sterol (campesterol) yaitu ergost-5-en-3b-ol. Daun pepaya

(Carica papaya L.), digunakan sebagai obat penyakit beri-beri, malaria,

kejang perut, penurun panas dan penambah nafsu makan .

2. Kulit batang Bakau Merah (Rhizophora stylosa)


Senyawa steroid yang terkandung dalam kulit batang Bakau Merah

(Rhizophora stylosa) merupakan campuran senyawa steroid yaitu,

campesterol (ergost-5-en-3-ol) dengan rumus molekul C28H48O,

stigmasterol (stigmast-5,22-dien-3-ol) dengan rumus molekul C29H50O.

Tumbuhan tersebut biasanya dimanfaatkan masyarakat sebagai tanaman

pelindung pantai dari abrasi air laut, bahan bangunan serta kayu bakar.

Gambar 7. (a) Asparagosida dan (b) Asiacosida

(a) (b) Steroid | 10

3. Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)

Senyawa steroid yang terdapat dalam buah mahkota dewa adalah stigmast5-en-3𝛽-ol (𝛽-sitosterol).

4. Kulit Batang buah Maja

Senyawa steroid yang terdapat dalam buah maja adalah stigmasterol.

E. Cara Mendapatkan Steroid

1. Ekstraksi

Steroid merupakan golongan senyawa yang sebagian besar bersifat

nonpolar maka ektsraksinya biasanya juga menggunakan pelarut nonpolar

misalnya n-heksana atau petrelium eter. Dapat juga di gunakan pelarut

etanol atau methanol terlebih dahulu sebagai pelrut universal kemudian


setelah diperoleh ekstraksi partisis menggunakan pelarut nonpolar. Jika

yang akan di isolasi adalah senyawa steroid yang dterikat dengan gugus

gula, maka ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut semipolar atau

bahkan pelarut polar tergantung pada gugus gula yang terikat. Ekstraksi juga

dapat di lakukan baik dengan pemansan (soxhletasi) maupun tanpa

pemanasan (maserasi) pada sushu kamar.

2. Pemisahan

Cara KLT steroid menyerupai KLT triterpenoid. Kadang-kadang di

jumpai campuran rumit beberapa steroid dalam jaringan tumbuhan tertentu

dan diperlukan cara yang lebih rumit untuk memisahkannya. Misalnya

Steroid, kolesterol, dan stigmasterol tidak mudah di pisahkan bila berada

bersama-sama dalam sampel, tetapi ketiganya akan terpisah dengan mudah

jika di ubah menjadi bentuk asetatnya. Cara lain adalah melakukan

pemisahan menggunakan HPLC preparative. Untuk memisahkan sterol

umum dari turunan dihidronya (misalnya sitosterol dan sitostanol) di

perlukan KLT AgNO3. Eluen yang di pakai adalah kloroform dengan

penampak noda H2SO4. H2O (1:1). Steroid | 11

Beberapa steroid dapat di pisahkan menggunakan menggunakan


kromatografi kolom atau KLTP dengan adsorben alumina dan eluen berupa

campuran sikloheksana-etilasetat dan campuran metilen diklorida-aseton.

Jika dalam sampel dipastikan terdapat saponin, maka sebelum dilakukan

pemisahan, ektrak yang diperoleh direaksikan terlebih dahulu dengan HCL

1 M untuk menghidrolisis saponin tersebut hingga diperoleh aglikon

sapogenin. Pemisahan campuran sapogenin dilakukan denag KLTP denagn

menggunakan eluen campuran aseton-n-heksana atau campuran kloroformCCl4-aseton. Sapogenin akan muncul sebagai noda yang berwarna

kemerahan setelah pelat disemprot dengan antimony klorida dalam HCl

pekat dan dipanaskan pada 110 celcius selama 10 menit.

Jika pemishan dilakukan terhadap saponin, maka adsorben yang dipakai

adalah selulosa. KLT dengan silica gel berhasil juga tapi dengan memakai

eluen seperti n-butanol yang di jenuhkan dengan air atau campuran

kloroform-metanol-air.

Beberapa glikosida jantung dapat dipisahkan dengan KLTP suatu arah

pada silica gel dengan menggunakan eluen berupa lapian atas dari campuran

etil asetat-piridin-air (1 arah) dan campuran kloroform-piridin (satu arah

yang lain). Beberapa campuran senyawa yang lain dapat dipisahkan

menggunakan elusi berulang pada pelat silica gel dengan eluen campuran
etil asetat-metanol (elusi dua kali) atau dengan eluen campuran kloroformmetanol-formamida (elusi empat kali).

3. Rekristalisasi

Ekstrak pekat yang di peroleh di larutkan dalam 100 ml petroleum eter.

Kemudian campuran diuapkan sampai dicapai titik jenuhnya dan di biarkan

selama hingga terbentuk Kristal tak berwarna yang mengendap dengan titik

leleh 138-144° C.Steroid | 12

F. Identifikasi Senyawa Steroid

Isolasi dan Identifikasi Senyawa Steroid dari Kulit Batang Tumbuhan Maja

(Aegle marmelos (L.) Correa)

Tumbuhan Algae marmelos (L.) Correa

merupakan salah satu jenis tumbuhan obat yang

terdapat di hutan hujan tropis Indonesia.

Tumbuhan ini memiliki beberapa nama daerah

seperti maja, gelepung, maja gedang, maja lumut,

maja pahit, maja paek, dan maos. Algae marmelos

berupa pohon dengan batang lurus, sampai 300 m

di atas permukaan laut, dahannya banyak duri. Durinya ada di dalam ketiak daun

dengan panjang 2-3 cm. Bagian dari tumbuhan ini banyak digunakan sebagai
obat tradisional. Daun tumbuhan Algae marmelos menghasilkan essensial oil

yang mempunyai aktivitas antifungal (obat anti jamur).

Berbagai hasil penelitian mengenai kandungan kimia pada tumbuhan ini

telah dilaporkan. Konstituen utama dari ekstrak daun diidentifikasi sebagai

tannin, skimmianin, essensial oil, sterol, triterpenoid, dan flavonoid. Hasil uji

fitokimia yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dalam kulit batang Algae

marmelos mengandung senyawa golongan steroid.

Bahan yang digunakan yaitu: pelarut organik (n-heksana, metanol,

kloroform), silika gel GF 254 (untuk KLT), silika gel 60 (35-70 mesh) (untuk

Kromatografi kolom), perealsi Liebermann-Burchard (untuk uji steroid). Alat

yang digunakan yaitu: seperangkat alat destilasi sederhana, neraca elektronik

balance Chyo model MP-300, pengisat gasing hampa R 114 Buchi dilengkapi

dengan sistem vacum Buchi B 169, sumber UV Iric Seisakusho tipe L5-D1, oven

mermer model 600, spektrofotometer inframerah, dan spektrofotometer NMR1H.

Serbuk kering kulit batang Algae marmelos diekstraksi dengan cara

maserasi menggunakan pelarut metanol. Ekstrak metanol dipekatkan kemudian

Gambar 8. Buah Maja Steroid | 13

difraksinasi menggunakan n-heksana lalu diuji steroid. Uji fitokimia dengan


menggunakan pereaksi Liebermann-Burchard memberikan warna hijau,

menunjukkan bahwa isolat tersebut positif steroid.

Ekstrak n-heksana merupakan fraksi yang positif steroid kemudian

dipisahkan dengan cara kromatografi kolom menggunakan fase diam silika gel

dan dielusi (proses mengekstrasi zat yang umumnya padat dari campuran zat

dengan menggunakan zat cair) secara isokratik (komposisi fase gerak tetap)

menggunakan eluen (pelarut) n-heksana-kloroform (70:30).

Semua fraksi dianalisis menggunakan KLT. Fraksi yang sama digabung

berdasarkan pola noda yang sama dan diuji steroid. Fraksi yang positif steroid

(vial 15-22) menghasilkan kristal. Rekristalisasi dengan menggunakan metanol

sampai diperoleh steroid yang murni. Uji kemurnian dilakukan dengan

menggunakan KLT. Penentuan struktur molekul isolat murni dilakuakn dengan

menggunakan spektofotometer inframerah dan spektrifotometer NMR-1H

Dari keseluruhan data spektrum yang diperoleh, senyawa hasil isolasi

adalah senyawa steroid golongan sterol, yaitu stigmasterol. Hal ini berdasarkan

spektrum NMR-1H yang mirip dengan spektrum database stigmasterol. Struktur

stigmasterol adalah sebagai berikut:

Gambar 9. Stigmasterol Steroid | 14


Gambar 10. Spektrum NMR-1H dari isolat

Gambar 11. Spektrum NMR-1H standar dari stigmasterol Steroid | 15

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Steroid adalah kelompok senyawa bahan alam yang kebanyakan strukturnya

terdiri atas 17 atom karbon dengan membentuk struktur dasar 1,2-

siklopentenoperhidrofenantren.

2. Steroid mempunyai struktur dasar yang terdiri dari 17 atom karbon yang

membentuk tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana.

3. Steroid terdiri atas sterol, asam empedu, hormon kelamin, hormon

adrenokortikoid, aglikon kardiak, dan sapogenin.

4. Steroid terdapat pada tumbuhan, diantaranya pada: pepaya, kulit batang

bakau merah, buah mahkota dewa, dan kulit batang buah maja.

5. Senyawa steroid didapat dari ekstraksi, pemisahan, dan rekristalisasi.

6. Salah satu identifikasi senyawa steroid ialah pada kulit batang buah maja,

yaitu stigmasterol dari golongan sterol. Steroid | 16

DAFTAR PUSTAKA
Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. EGC. Jakarta.

Kristanti, A.N., dkk. 2008. Buku Ajar Fitokimia. Airlangga University Press.

Surabaya.

Mukharromah, R.R. dan Suyatno. 2014. Senyawa Metabolit Sekunder dari Ekstrak

Diklorometana Kulit Batang Bakau Merah (Rhizophora stylosa). Journal of

Chemistry. 3(3).

Saleh, Chairul. 2009. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Steroid dari Kulit Batang

Tumbuhan Maja (Aegle marmelos (L.) Correa). Jurnal Kimia Mulawarman.

7(1)

Slamet, M. Dan Rahayu, A. 2013. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Steroid dari

Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa). Digital Rposotory UNILA.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Asam_empedu

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Estrogen

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Lemak_sterol

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Progesteron

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Steroid
APRIL 2021

Anda mungkin juga menyukai