Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT FISTULA GENITALIA

Oleh

Nama Kelompok:
1. SHEILANIA F. TUMELUK
2. RYAN C. TANONE

PRODI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA KUPANG
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Fistula genitalia banyak ditemukan di negara berkembang sebagai akibat persalinan yang
lama maupun penanganan yang kurang baik. Dinegara maju kasus ini terbanyak disebabkan
oleh tindakan operasi histerektomi maupun secara abdominal (Sarwono, 2009)
Fistula genitalia ini merupakan kasus yang tidak seorangpun membayangkan akan terjadi
pada penderitanya. Penderitaan pasien, bukan hanya difisik saja tetapi berupa mudah
mengalami ISK, namun memiliki dampak psikososial yang dirasakan lebih menyakitkan.
Penderita merasa terisolasi dari pergaulan, keluarga dan lingkungan kerjanya oleh karena
enantiasa mengeluarkan urine dan bau yang tidak sedap setiap saat. Tidak jarang suami
meninggalkan nya dengan alasan karena tidak terpenuhinya kebutuhan biologis dengan
wajarnya (Sarwono, 2009)
Kasus ini seringkali dialami oleh para wanita dari kalangan sosio ekonomi yang rendah
dimana pada saat kehamilan dan persalinan tidak mendapat pelayanan yang mamadai sehingga
berlangsung lama dan terjebak pada persalinan kasip.
Angka kejadian pasti di Indonesia sulit didapatkan oleh karena banyak laporan hanya
menggambarkan kejadian penderita yang datang ke rumah sakit. WHO (1991) melaporkan
angka kejadian di Afrika 55-80 per 100.000 kelahiran hidup. Di Ethopia 90% disebabkan oleh
persalinan kasip.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiwa mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan
penyakit fistula genitalia.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada pasien
gangguan penyakit fistula genitalia.
b. Mahasiswa mampu mendeskripsikan rumusan diagnosis keperawatan pada pasien
gangguan penyakit fistula genitalia.
c. Mahasiswa mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien gangguan
penyakit fistula genitalia.
d. Mahasiwa mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien
gangguan penyakit fistula genitalia.
e. Mahasiswa mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien gangguan
penyakit fistula genitalia.
f. Mahasiswa mampu mendeskripsikan dokumentasi keperawatan pada pasien
gangguan penyakit fistula genitalia.
C. MANFAAT
1. Peneliti
Hasil Penelitian studi kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan
ilmu pengetahuan serta kemampuan peneliti dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien gangguan penyakit fistula genitalia.
2. Rumah Sakit
Hasil Penelitian studi kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran
dan bahan bacaan dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien gangguan
penyakit fistula genitalia.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

1.1 PENGERTIAN
Fistula adalah suatu ostium abnormal, berliku-liku antara dua organ berongga internal
atau antara organ berongga internal dan dengan tubuh bagian luar. Nama fistula menandakan
kedua area yang berhubungan secara abnormal (Suzanne C. Smeltzer. 2001). Fistula
merupakan saluran yang berasal dari rongga atau tabung normal kepermukaan tubuh  atau ke
rongga lain, fistula ini diberi nama sesuai dengan hubungannya (misalnya : rekto-vaginal,
kolokutaneus) (Sylvia A. Price, 2005). Fistula adalah sambungan abnormal diantara dua
permukaan epitel (Chris Brooker. 2008).
Genitalia ialah organ reproduksi (Kamus Keperawatan Lengkap). Fistula vagina adalah
suatu kondisi medis yang parah di mana suatu fistula (lubang) berkembang antara rektum dan
vagina atau antara kandung kemih dan vagina setelah parah atau gagal melahirkan, saat
perawatan medis yang cukup tidak tersedia. Fistula genitalia adalah terjadinya hubungan antara
traktus genitalia dengan traktus urinarius atau, gastrointestinal.
2.1 ETIOLOGI
Fistula biasanya berkembang ketika terjadi penekanan persalinan yang lama anak yang
belum lahir begitu erat di jalan lahir yang dipotong aliran darah ke jaringan sekitarnya yang
necrotise dan akhirnya membusuk. Cedera ini dapat disebabkan oleh pemotongan kelamin
perempuan, aborsi, atau panggul patah tulang. Penyebab lainnya yang secara langsung
potensial untuk pengembangan fistula obstetrik adalah pelecehan seksual dan perkosaan,
terutama dalam konflik/pasca konflik daerah, trauma bedah lainnya, kanker ginekologi atau
radioterapi pengobatan terkait lainnya, dan mungkin yang paling penting, terbatas atau tidak
memiliki akses ke perawatan kandungan atau layanan darurat.
Penyebab distal yang dapat menyebabkan perkembangan isu-isu kepedulian fistula
obstetri yaitu kemiskinan, kurangnya pendidikan, pernikahan dini dan melahirkan, peran dan
status perempuan di negara berkembang, dan praktek-praktek tradisional yang berbahaya dan
kekerasan seksual. Akses ke perawatan darurat kebidanan merupakan salah satu tantangan
utama dalam mencegah perkembangan fistula obstetri. Ketersediaan dan akses ke fasilitas
kesehatan yang memiliki staf yang terlatih dan peralatan bedah khusus yang diperlukan untuk
kelahiran caesar sangat terbatas di bagian-bagian tertentu di dunia.
1. Sebab obstetrik
Terjadinya penekanan jalan lahir oleh kepala bayi dalam waktu lama, seperti pada partus
lama iskemia kemudian nekrosis lambat, atau akibat terjepit oleh alat pada persalinan
buatan. Partus dengan tindakan, seperti pada tindakan SC, kranioklasi, dekapitasi,
ekstraksidengan cunam, seksio-histerektomia.
2. Sebab ginekologik
a. Proses keganasan/carsinoma terutama carsinoma cervix, radiasi/penyinaran,
trauma operasi atau kelainan kongenital.
b. Histerektomi totalis.
c. Lokasi terbanyak pada apeks vagina ukuran 1-2 mm Terjadi akibat terjepit
oleh klem atau terikat oleh jahitan.
3. Sebab trauma
Terjadi karena trauma (abortus kriminalis).
3.1 PATHWAY

FISTULA GENITALIA

SEBAB TRAUMA
SEBAB OBSTETRIC
SEBAB GENEKOLIK

ABORTUS KRIMINA LIS


PENEKANAN JALAN LAHIR CARCINOMA

FISTULA OBSTETRIC
HISTEREKTOMI TOTA LIS
NEKROSIS LAMBAT

PENYEBAB DISTAL
TERJEPIT KLEM,
PARTUS DENGAN TERIKAT OLEH JAHITAN
TINDAKAN
4.1 KLASIFIKASI
1. Fistula enterocutaneous
Adalah bagian dinding GI tract yang terbuka sehingga menyebabkan keluarnya isi perut
dan keluarnya melalui kulit.
2. Fistula enterovesicular (vesiko vaginal dan uretro vaginal)
Fistula vesikovaginal adalah ostium antara kandung kemih dan vagina sedangkan fistula
uretrovaginal adalah ostium antara uretra dan vagina. Fistula pada bagian ini dapat
mengakibatkan sering terjadinya infeksi saluran kemih.
3. Fistula rektovaginalis
Adalah suatu ostium antara rectum dan vagina atau merupakan alur granulomatosa
kronis yang berjalan dari anus hingga bagian luar kulit anus, atau dari suatu abses anus
atau daerah perianal.
4. Fistula enterocolic
Adalah saluran yang melibatkan usus besar atau kecil.
5. Fistula multiple

5.1 MANIFESTASI KLINIS


Gejala tergantung pada kekhususan defek. Pus atau feses dapat bocor secara konstan dari
lubang kutaneus. Gejala ini mungkin pasase flatus atau feses dari vagina atau kandung
kemih,tergantung pada saluran fistula. Fistula yang tidak teratasi dapat menyebabkan infeksi
sistemik disertai gejala yang berhubungan.
6.1 PATOFISIOLOGI
Salah satu etiologi dari terbentuknya fistel adalah dari pembedahan. Biasanya karena
terjadi kurangnya ke sterilan alat atau kerusakan intervensi bedah yang merusak abdomen.
Maka kuman akan masuk kedalam  peritoneum hingga terjadinya peradangan pada peritoneum
sehingga keluarnya eksudat fibrinosa (abses), terbentuknya abses biasanya disertai dengan
demam dan rasa nyeri pada lokasi abses.
Infeksi biasanya akan meninggalkan jaringan parut dalam bentuk pita jaringan
(perlengketan/adesi), karena adanya perlengketan maka akan terjadinya kebocoran pada
permukaan tubuh yang mengalami perlengketan  sehingga akan menjadi sambungan abnormal
diantara 2 permukaan tubuh. Maka dari dalam fistel akan meneluarkan drain atau feses.
Karena terjadinya kebocoran pada permukaan tubuh yang mengalami perlengketan maka
akan menyumbat usus dan gerakan peristaltik usus akan berkurang sehingga cairan akan
tertahan didalam usus halus dan usus besar (yang bisa menyebabkan edema), jika tidak di
tangani secara cepat maka cairan akan merembes kedalam rongga peritoneum sehingga
terjadinya dehidrasi.
7.1 TANDA DAN GEJALA
Gangguan yang dihasilkan biasanya mencakup :
1. Inkontinensia urine
2. Infeksi parah dan ulserasi pada saluran vagina
3. Sering terjadi kelumpuhan yang disebabkan oleh kerusakan
4. Wanita merasa tidak nyaman
5. Haid terganggu, amenorrhoe sekunder
6. Kulit sekitar anus tebal
7. Infeksi pada jalan lahir
8. Pada pemeriksaan spekulum terlihat dinding vesika menonjol keluar
9. Flatus dari vagina, keluar cairan dari rectum.
8.1 PENATALAKSANAAN
1. Medis
Pengobatan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara operasi. Operasi untuk kasus ini
tanpa komplikasi memiliki tingkat keberhasilan 90%. Operasi ini sukses dapat
memungkinkan perempuan untuk hidup normal dan memiliki anak lagi. Perawatan pasca
operasi sangat penting untuk mencegah infeksi. Beberapa wanita yang tidak bersedia
untuk operasi ini, dapat mencari pengobatan alternatif yang disebut urostomy
(pengumpulan urin dipakai setiap hari).
Manfaat terbesar dari perawatan bedah adalah bahwa banyak wanita dapat kembali
bergabung dengan keluarga mereka, masyarakat, dan masyarakat tanpa rasa malu dari
kondisi mereka karena bocor dan bau tidak lagi sekarang.
2. Keperawatan
a. Pra operasi : persiapan fisik, lab, antibiotika profilaksis, persiapan kolon bila perlu
b. Waktu reparasi, tergantung sebab :
- Trauma operasi segera, saat operasi tsb, atau ditunda jika diketahui pasca op.
- Obstetrik 3 bulan pascasalin, kecuali fistula fekalis dilakukan setelah 3-6 bulan.
c. Pasca operasi : drainase urin kateter terpasang.
9.1 KOMPLIKASI
1. Infeksi
2. Gangguan fungsi reproduksi
3. Gangguan dalam berkemih
4. Gangguan dalam defekasi
5. Ruptur/ perforasi organ yang terkait
10.1 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah lengkap
2. CT
3. BT
4. Golongan darah
5. Urium creatiumi
6. Protein
7. Albumin
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Biasanya berisi nama, jenis kelamin, alamat, No Medical Record, penanggung jawab,
agama, alamat, tanggal masuk, dan lain-lain.
b. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya terjadi partus lama, partus dengan tindakan SC, karsinoma, radiasi, trauma
operasi atau kelainan congenital, aborsi, pelecehan seksual atau pemerkosaan.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya terjadi kelumpuhan, inkontinensia urine, haid klien biasanya terganggu, kulit
sekitar anus tebal, infeksi pada jalin lahir, dinding vesika menonjol keluar, dan keluar
cairan dari rectum.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit ini bukan disebabkan oleh keturunan
d. Riwayat menstruasi
Biasanya haid klien terganggu dengan terjadi amnorrhoe sekunder.
c. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : Biasanya normal
Suhu : Biasanya normal
Pernafasan : Biasanya normal
Nadi : Biasanya normal
d. Pemeriksaan fisik
a. Rambut
Biasanya rambut klien bersih, tidak ada ketombe.
b.Mata
Biasanya simertsi kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, dan
pupil isokor.
c. Hidung
Biasanya tidak terdapat oedema, tidak ada lesi dan simetris kiri dan kanan.
d. Telinga
Biasanya simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik.
e.Mulut
Biasanya mukosa bibir lembab.
f.Leher
Biasanya tidak pembesaran dan pembengkakan kelenjar getah bening
g.Payudara
Biasanya simetris kiri dan kanan, dan tidak ada pembengkakan, papilla mamae keluar
dan tidak terdapat nyeri saat menyusui.
h.Jantung
I : biasanya ictus cordis tidak terlihat
P : biasanya ictus cordis teraba
P : biasanya pekak
A: biasanya BJ I dan BJ II teratur
i. Abdomen
Inspeksi : biasanya tidak asites
Auskultasi : biasanya bising usus normal
Palpasi : biasanya tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas
Perkusi : biasanya tympani
j. Genitalia
Biasanya keluar cairan dari rectum dan vagina, kulit sekitar anus tebal, infeksi pada
jalin lahir, dan dinding vesika menonjol keluar
k. Ekstremitas
Biasanya terjadi kelumpuhan pada ekstermitas bawah akibat trauma operasi.
2. Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
2. Perlambatan pemulihan pascabedah berhubungan dengan infeksi luka perioperatif
3. Ketidakyamanan pasca partum berhubungan dengan trauma perinium selama persalinan
dan kelahiran
ANALISA DATA
N DATA MASALAH PENYEBAB
O
1 DS: biasanya pasien Nyeri akut Proses
merakan nyeri inflamasi
DO: pasien tampak
meringis, bersikap
protektif, gelisah
frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur
2 DS: biasanya pasien Perlambatan pemulihan Infeksi luka
mengeluh tidak nyaman pascabedah perioperatif
DO: area luka operasi
terbuka, waktu
penyembuhan yang
memanjang
3 DS:biasanya pasien Ketidaknyamanan pasca partum Trauma
mengeluh tidak nyaman perinium
DO: pasien tampak selama
meringis, terdapat persalinan dan
kontraksi uterus, luka kelahiran
episotomi

3. Intervensi
Kode Diagnosa Kode Tujuan Kode Intervensi(SIKI)
(SLKI)
D.0077 Nyeri akut L.08066 Setelah di I.08238 Intervensi Utama
lakukan Manajemen Nyeri
tindakan Observasi:
keperawatan • Identifikasi
3x 24 jam di lokasi,
harapkan : karakteristik,
1. Tidak durasi, frekuensi,
mengeluh kualitas,
nyeri intensitas nyeri
2. • Identifikasi skala
Perasaan nyeri
depresi • Identifikasi
menurun respons nyeri
3. non verbal
Perasaan • Identifikasi
takut faktor yang
mengalami memperberat dan
cedera memperingan
ulang nyeri
menurun • Identifikasi
4. pengetahuan dan
Perinium keyakinan
terasa tentang nyeri
tertekan • Identifikasi
menurun pengaruh budaya
5. Uterus terhadap respon
teraba nyeri
membulat • Identifikasi
menurun pengaruh nyeri
6. Memb pada kualitas
erikan obat hidup
analgetik • Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
D.0133 Perlambatan L.14130 Setelah di I.14564 Intervensi Utama
pemulihan lakukan Perawatan Luka
pascabedah tindakan Observasi:
keperawatan • Monitor
3 x 24 jam di karakteristik
harapkan : luka(misalnya,
1. drainase,warna,u
Penyatuan kuran,bau)
kulit • Monitor tanda-
meningkat tanda vital
2. Terapeutik:
Penyatuan • Pertahankan
tepi luka teknik steril saat
meningkat melakukan
3. perawatan luka
Jaringan Edukasi:
granulasi • Jelaskan tanda
meningkat dan gejala
4. Pembe infeksi
ntukan • Anjurkan
jaringan mengkonsumsi
parut makanan tinggi
meningkat kalori dan
protein
• Ajarkan prosedur
perawatan luka
secara mandiri
D.0075 Ketidaknyama L.07061 Setelah di I.09326 Intervensi Utama
nan pasca lakukan Terapi Relaksasi
partum tindakan Observasi:
keperawatan • Identifikasi
3x24 jam di penurunan
harapkan : tingkat energi,
1. Pasien ketidakmampuan
mulai berkonsentrasi
merasa atau gejala
nyaman lainnya yang
2. Luka mengganggu
episiotomi kemampuan
membaik kognitif
3. Kontraksi • Identifikasi
uterus relaksasi yang
membaik pernah efektif
digunakan
• Periksa
ketegangan otot,
frekuensi nadi,
tekanan darah,
dan suhu
sebelum dan
sesudahh latihan
• Monitor respon
terhadap terapi
relaksasi
Terapeutik:
• Ciptakan
lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan
dengan
pencahayaan dan
suhu ruang
nyaman
• Gunakan pakaian
longgar
• Gunakan nada
suara lembut
dengan irama
lambat dan
berirama
Edukasi:
• Anjurkan
mengambil
posisi nyaman
• Anjurkan rileks
dan merasakan
sensasi relaksasi
• Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik
yang dipilih
• Demonstrasikan
dan latih teknik
relaksasi
(misalnya, napas
dalam,
perengangan ,
atau imajinasi
terbimbing)

4. Implementasi
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah kategori dari
perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil
yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori,
implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari
proses keperawatan. Namun demikian, di banyak lingkungan perawatan kesehatan,
implementasi mungkin dimulai secara lansung setelah pengkajian ( potter & perry, 2005 ).
5. Evaluasi
Evalusi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang
sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya
tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya,
klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang
(reassessment). Secara umum, evaluasi ditujukan untuk :
1) Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
2) Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
3) Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai (Asmadi,
2008)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelayanan asuhan keperawatan pada ibu post fistuloraphy atas indikasi fistula vesiko
vaginalis harus sesuai dengan instruksi dokter. Asuhan yang diberikan kepada ibu tersebut,
seperti mengontrol keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital, menganjurkan ibu untuk bed rest
total dan banyak minum air putih sesuai yang diinstruksikan dokter, menganjurkan ibu untuk
makan yang cukup dan mengingatkan ibu untuk rutin minum obat yang diresepkan dokter.

B. Saran
Semoga dalam pembuatan makalah ini berguna bagi pembaca pada umumnya dan
khusunya berguna bagi penulis dalam memberikan asuhan keperawatan pada ibu post
fistuloraphy atas indikasi fistula vesiko vaginalis. Dalam pembuatan makalah ini, penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun, agar pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Suzanne, C. Smeltzer. (2001). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta: EGC


Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa:
Brahm U. Pendit. Editor: Huriawati Hartanto. Edisi VI. Jakarta: EGC
Brooker, Chris. (2008). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Potter, P.A, Perry, A.G, 2005 .Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk.Jakarta:EGC..

Anda mungkin juga menyukai