Anda di halaman 1dari 22

AUTOIMUNITAS BAB

12

Daftar Isi

I. KRITERIA AUTOIMUN a. Karditis reumatik-demam reuma akut


II. ANTIBODI YANG TUMPANG TINDIH b. Sindrom Reiter dan artritis reaktif
III. PERAN GENETIK PADA c. Eritema nodosum
AUTOIMUNITAS d. Bakteri Iain
IV. FAKTOR IMUN YANG BERPERAN B. Hormon
PADA AUTOIMUNITAS C. Obat
A. Sequestered antigen D. Radiasi UV
B. Gangguan presentasi E. Oksigen radikal bebas
C. Ekspresi MHC-II yang tidak benar F. Logam
D. Aktivasi sel B poliklonal
VI. MEKANJSME KERUSAKAN JARINGAN
E. Peran CD4 dan reseptor MHC
VII. DIAGNOSIS AUTOIMUNITAS
F. Keseimbangan Th 1-Th2
A. Antibodi dalam serum
G. Sitokin pada autoimunitas
B. Imunofluoresensi
V. FAKTORLINGKUNGANYANG
C. Pemeriksaan komplemen
BERPERAN PADA AUTOIMUNITAS
A. Kemiripan molekular dan infeksi VIII. PRINSIP PENGOBATAN PENYAKJT

1. Virus dan autoimunitas AUTOIMUN


2. Bakteri dan autoimunitas Butir-butir penting

313
lmunologi Dasar Edisi ke-10

Daftar singkatan yang digunakan dalam bah ini


ACA Anti-cardiolipin Antibodies hsp Heat Shock Protein
AMA Antimitochondrial Antibody Dna!= hsp40
ANA Anti Nuclear Antibody IBO Inflammatory Bowel Disease
ANCA Anti-Neutrophil Cytoplasmic IDDM Insulin Dependent Diabetes
Antibody Mellitus
APC Antigen Presenting Cell IFT Imunofluorescent Technique
AR Artritis Reumatoid IL Interleukin
BCR B Cell Receptor LES Lupus Eritematosus Sistemik
cANCA Circulating Anti-Neutrophil LPS Lipopolisakarida
Cytoplasmic Antibody MBP Myelin Basic Potein
CD Cluster of Differentiation MHC Major Histocompatibility
CREST Calcinosis, Raynaud phenomenon, Complex
Esophageal dysmotility, PLP Proteolipid Protein
Sclerodactyly, and Telangiectasia
RF Rheumatoid Factor
DM Diabetes Melitus RIA Radio immunoassay
DNA Desoxyribonucleic acid RNA Ribo Nucleic Acid
DTH Delayed Type Hypersenitivity Sel Darah Merah
SOM
EAE Experimental Allergic Encephalitis
SMA Smooth Muscle Antibody
EBY Epstein Barr Virus
SSP Susunan Saraf Pusat
ELISA Enzyme Linked Immunorsobent
TCR Reseptor sel T
Assay
TGF Tumor Growth Factor
GFAP Glial Fibrillary Acidic Protein
TNF Tumor Necrosis Factor
GKS G lukokortikosteroid
TSH Thyroid Stimulating Hormone
HCV Virus hepatitis C
UV Ultra Violet
HLA Human Leucocyte Antigen

314
Bab 12.Autoimunitas

A
utoimunitas adalah respons imun wanita 10 kali lebih sering dibanding pria
terhad~p antigen jaringan sendiri (Gambar 12.1).
yang d1sebabkan oleh mekanisme
normal yang gagal berperan untuk mem-
pertahankan self-tolerance sel B, sel
I. KRITERIAAUTOIMUN
T atau keduanya. Penyakit autoimun Untuk membuktikan bahwa autoimunitas
adalah kerusakanjaringan atau gangguan merupakan sebab penyakit tertentu, di-
fungsi fisiologis yang ditimbulkan oleh perlukan sejumlah kriteria yang harus
respons autoimun. Perbedaaan tersebut
dipenuhi, seperti halnya postulat Koch
adalah penting, oleh karena respons imun
untuk penyakit infeksi mikroorgansime.
dapat terjadi tanpa disertai penyakit atau
Ada 6 butir yang diperlukan untuk menen-
penyakit yang ditimbulkan mekanisme
tukan kriteria autoimunitas (Tabel 12.1).
lain (seperti infeksi).
Bukti terbaik adanya autoimunitas
Dalam populasi, sekitar 3,5% orang
menderita penyakit autoimun, 94% dari pada manusia adalah transfer pasif IgG
jumlah tersebut berupa penyakit Grave melalui plasenta yang terjadi pada ke-
(hipertiroidism), diabetes melitus tipe hamilan trimester ketiga. Hal ini dapat
I, anemia pemisiosa, artritis reumatoid, menerangkan terjadinya penyakit auto-
tiroiditis, vitiligo, sklerosis multipel dan imun sementara pada janin dan neonatus
LES. Penyakit ditemukan lebih banyak (Tabel 12.2). Contoh beberapa penyakit
pada wanita (2,7 x dibanding pria), di- autoimun dan autoantigennya terlihat
duga karena peran hormon. LES mengenai pada Tabel 12.3.

Rasio wan ita : pria


Penyakit autoimun
2
I
4I
6
I
8I 10
I

LES I
Skleroderma I
Polimiositis
RA
Sindroma Sjogren I
Trombositopenia autoimun I
Miastenia gravis
Tirotoksikosis Grave I
Gambar 12.1 lnsidens penyakit autoimun yang meningkat pada wanita

315
lmunologi Dasar Edisi ke-10

Tabel 12.1 Kriteria autoimun


Kriteria Catatan
1. Autoantibodi atau sel Kriteria ditemukan pada kebanyakan penyakit endokrin autoimun.
T autoreaktif dengan Lebih sulit ditemukan pada antigen sasaran yang tidak diketahui
spesifitas untuk seperti pada AR. Autoantibodi lebih mudah ditemukan dibandingkan
organ yang terkena sel T autoreaktif, tetapi autoantibodi dapat juga ditemukan pada
ditemukan pada beberapa subyek normal
penyakit
2. Autoantibodi dan Benar pada beberapa penyakit endokrin, LES dan beberapa
atau sel T ditemukan glomerulonefritis
di jaringan dengan
cedera
3. Ambang autoantibodi Hanya ditemukan pada penyakit autoimun sistemik akut dengan
atau respons sel T kerusakan jaringan progresif cepat seperti pada LES, vaskulitis
menggambarkan sistemik atau penyakit antiglomerulus membran basal.
aktivitas penyakit
4. Penurunan respons Keuntungan imunosupresi terlihat pada beberapa penyakit,
autoimun memberikan terbanyak imunosupresan tidak spesifik dan berupa antiinflamasi
perbaikan penyakit
5. Transfer antibodi Ditemukan pada model hewan. Pada manusia dengan transfer
atau sel T ke transplasental antibodi lgG autoreaktif selama kehamilan trimester
pejamu sekunder terakhir dan dengan timbulnya penyakit autoimun pada resipien
menimbulkan transplan sumsum tulang bila donor memiliki penyakit autoimun
penyakit autoimun
pada resipien
6. lmunisasi dengan Banyak protein self menginduksi respons autoimun pada hewan
autoantigen dan bila disuntikkan dengan ajuvan yang benar. Lebih sulit dibuktikan
kemudian induksi pada manusia, tetapi imunisasi rabies dengan jaringan otak
respons autoimun mamalia yang terinfeksi (tidak infeksius) dapat menimbulkan
menimbulkan penyakit ensefalomielitis autoimun.

Tabel 12.2 Penyakit yang dapat diinduksi lgG dan dapat ditransfer melalui
plasenta
Antibodi maternal yang berperan Penyakit yang diinduksi pada neonatus
Horman yang merangsang tiroid Penyakit Grave neonatus
Molekul adhesi membran basal Pemfigoid neonatus
epidermal
Sel darah merah Anemia hemolitik
Trombosit Trombositopenia
Reseptor asetilkolin Miastenia gravis neonatus
Rodan La Lupus kulit neonatus dan heart block kongenital
komplit

316
Bab 12.Autoimunitas

Tabel 12.3 Contoh beberapa auto-antigen dan penyakit yang berhubungan


Self antigen Contoh Penya kit
Reseptor hormon Reseptor TSH Hiper/hipo-tiroidisme
Reseptor insulin Hiper/hipo-glikemia
Reseptor neurotransmitor Reseptor asetilkolin Miastenia gravis
Moleku l adhesi Molekul adhesi sel epidermal Penyakit kulit dengan lepuh
Protein plasma Faktor VIII Hemofilia didapat
~2-Glikoportein I dan protein Sindrom antifosfolipid
antikoagulan lain
Protein permukaan sel lain SDM (antigen multipel) Anemia hemolitik
Trombosit Trombositopenia purpura
Enzim intraselular Peroskidase tiroid Hipotiroidisme
Steroid 21 -hidroksilasi (korteks Kegagalan adrenokortikal
adrenal) (penyakit Addison)
Dekarboksilase glutamat (Sel Diabetes autoimun
~ pulau Langerhans)

Enzim lisosom (sel fagositik) Vaskulitis sistemik


Enzim mitokondrial (terutama Sirosis bilier primer
dehidrogenase piruvat)
Molekul intraselular yang ds-DNA LES
berperan dalam transkripsi Histon LES
dan translasi
Topoisomerase I Skleroderma difus
Sintase amino asil t-RNA Polimiositis
Protein sentromer Skleroderma yang terbatas

II. ANTIBODI YANG TUMPANG tinggi untukmenderita anemia pemisiosa.


TINDIH Sebaliknya penderita dengan tiroiditis
Ada kecenderungan terjadinya lebih dari dan tirotoksikosis ditemukan pada pen-
satu jenis penyakit autoimun pada satu derita anemia pemisiosa dalam frekuensi
individu. Penderita dengan tiroiditis auto- tinggi. Turnpang tindih ditemukan bahkan
imun (penyakitHashimoto atau miksedem lebih besar pada pemeriksaan serologi
primer) menunjukkan insidens yang lebih (Tabel 12.4)

317
lmunologi Dasar Edisi ke-10

Tabel 12.4 % reaksi positif untuk antbodi terhadap berbagai organ


Penya kit Tiro id* Lam bung* Otot* lgG**
Tiroiditis Hashimoto 99,9 32 8 2
Anemia pernisiosa 55 89 11
Sindrom Sjogren 45 14 56 75
Artritis reumatoid 11 16 50 75
LES 2 2 99 35
Kontrol*** 0.15 0-16 0-19 2-5
*IFT
**Tes klasik RF
*** lnsidens meningkat dengan usia dan wan ita > pria

III. PERAN GENETIK PADA gen tunggal dapat juga menimbulkan auto-
AUTOIMUNITAS imunitas. Studi keluarga atau kembar me-
nunjukkan kontribusi genetik dalam semua
Seperti halnya dengan penyakit kronis
penyakit autoimun dan autoimunitas sub-
yang kompleks, terjadi interaksi antara
faktor genetik dan lingkungan yang kritis klinis yang lebih sering ditemukan pada
dan penting dalam terjadinya penyakit anggota keluarga (Tabel 12.5).
autoimun. Kontribusi genetik pada penyakit Ciri kuat peran faktor genetik terlihat
autoimun hampir selalu melibatkan gen pada hubungan antara berbagai penyakit
multipel. Namun demikian defek sejumlah autoimun dan varian MHC (Tabel 12.6).

Tabel 12.5 Peran genetik pada autoimunitas-risiko meningkat pada saudara dengan penyakit
autoimun
Frekuensi Frekuensi Risiko Frekuensi Risiko Risiko
pen yak it penyakit meningkat pen ya kit meningkat meningkat
dalam pad a pad a pada subyek pada saudara pada subyek
populasi subyek kembar sakit kembar kembar
saudara
(%) dengan kembar yang (%) identik di- dibanding
saudara sakit* banding denga n
sakit (%) dengan populasi
saudara umumnya
bukan kembar
RA 8 Bx 30 3,5x 30x
IDDM 0,4 6 15x 34 5,7x 85,5x
Spondilosis
0,13 7 54x 52 7,1x 383x
ankilosis
Sklerosis
0, 1 2 20x 26 13x 260x
multipel
LES 0, 1 2 20x 24 12x 140x
* peningkatan ri siko pada saudara menunjukkan baik faktor genetik maupun lingkungan

318
Bab I2. Autoimunitas

Tabet 12.6 Mekanisme hubungan antara beberapa penyakit autoimun yang sering
ditemukan dengan MHC
Penya kit Hubungan MHC Spesifisitas molekul Hubungan dengan
patogenesis
RA DR4 + DR1 Sekuens 5 asam Tidakjelas
amino dalam ikatan
?Pengaruh ikatan
peptida di lekuk HLA-
peptida antigen
DR
dengan MHC
IDDM DR3 + DR4 Asam amino tunggal Seperti di atas
di posisi 57 dalam
rantai ~ dari HLA-DQ
Penyakit autoimun DR1*03 (dalam Tidak diketahui, Tidak jelas,
organ spesifik: OM hubungan dengan tetapi haplotip ini tetapi haplotip ini
tipe I, penyakit haplotip A 1 B8 DR3 berhubungan dengan berhubungan dengan
Addison , anemia Dq2) promotor polimorfisme TNF kadar tinggi dan
pernisiosa dalam gen TNF-a respons antibodi kuat

IV. FAKTOR IMUN YANG antigen. MBP yang dilepas oleh infeksi dan
BERPERAN PADA meningkat (oleh kerusakan sawar darah-
AUTOIMUNITAS otak/inflarnasi virus) akan mengaktifkan
sel B dan T yang irnunokompeten dan me-
A. Sequestered antigen n irnbulkan ensefalomielitis pasca infeksi.
In:flamasi jaringan dapat pula menirnbulkan
Sequestered antigen adalah antigen
perubahan struktur pada self antigen dan
sendiri yang karena letak anatominya,
tidak terpajan dengan sel B atau sel T pembentukan determinan baru yang dapat
dari sistem imun. Pada keadaan normal, memacu reaksi autoimun (Gambar 12.3).
sequestered antigen dilindungi dan tidak
ditemukan untuk dikenal sistem imun. B. Gangguan presentasi
Perubahan anatomik dalam jaringan
seperti inflamasi (sekunder oleh infeksi, Gangguan dapat terjadi pada presentasi
kerusakan iskemia atau trauma), dapat antigen, infeksi yang meningkatkan respons
memajankan sequestered antigen dengan MHC, kadar sitokin yang rendah (misalnya
TGF-~) dan gangguan respons terhadap
sistern imun yang tidak terjadi pada ke-
adaan normal (Gambar 12.2). Contohnya lL-2. Pengawasan beberapa sel autoreaktif
protein lensa intraokular, sperma dan diduga bergantung pada sel Ts atau Tr.
MBP. Uveitis pasca trauma dan orchitis Bila te1jadi kegagalan sel Ts atau Tr,
pasca vasektomi diduga disebabkan maka sel Th dapat dirangsang sehingga
respons autoimun terhadap sequestered menimbulkan autoimunitas. Respons imun

319
lmunologi Dasar Edisi ke- I0

Proses Autoimunitas
antigen / sel ular

friii>-+-If.*-+ @ ~( ~/)-!;.
~ Presentas1 '
Sinyal

@ ~I~I p
Sel pejamu
*
~(
ke sel T
Sekuestrasi Ag normal
Autoantibodi terhadap Ag tersebut
..... ~p ~(
II I

Gambar 12.2 Penglepasan sekuestrasi antigen

~-· {@ ~
Makrofag
aktif lnflamas1 dan DTH lokal

Pooglopa•oo Ek'P'"' MHC ';::'0:~'~1 ""'

Soq"•iA-g_y_;_~J.,at_i~_l;~-a.-~e-Pnc•" ~ -+~ ~C l - ~ ~rn~~" -

( Aktif \ IL-2 CTL ) Janngan


APCdengan
Ag reaksi silang
(mimikrasi molekular)
~ ~ Ab terhadap
- ~- ~ .- self antigen

Sel plasma

~~
~ poliklonal

Gambar 12.3 Mekanisme yang dapat menginduksi autoimunitas

Seleksi timus normal nampaknya menghasilkan beberapa sel Th self reaktif. Kelainan dalam
proses ini dapat memproduksi sel Th self rea ktif lebih banyak. Aktivasi sel T reaktif ini terj adi
melalui berbagai cara, baik sebagai aktivasi poliklonal sel B yang menginduksi respons
autoimun yang menghasilkan kerusakan jaringan . Kemungkinan besar berbagai mekanisme
terlibat pada setiap penyakit autoimun .

320
Bab I2.Autoimunitas

selular terhadap mikroba dan antigen D. Aktivasi sel B poliklonal


asing lainnya dapat juga menimbulkan Autoimunitas dapat terjadi oleh karena
kerusakanjaringan di tempat infeksi atau aktivasi sel B poliklonal oleh virus (EBY),
pajanan antigen. LPS dan parasit malaria yang dapat me-
rangsang sel B secara langsung yang me-
C. Ekspresi MHC-11 yang tidak benar nimbulkan autoimunitas. Antibodi yang
dibentuk terdiri atas berbagai autoanti-
Sel p pankreas pada penderita dengan
bodi (Gambar 12.4).
IDDM mengekspresikan kadar tinggi
MHC-I dan MHC-II, sedang subyek sehat E. Peran CD4 dan reseptor MHC
sel p mengekspresikan MHC-I yang lebih Gangguan yang mendasari penyakit auto-
sedikit dan tidak mengekspresikan MHC- imun sulit untuk diidentifikasi. Penelitian
II sama sekali. Sama halnya dengan sel pada model hewan menunjukkan bahwa
kelenjar tiroid pada penderita Grave meng- CD4 merupakan efektor utama pada
ekspresikan MHC-II pada membran. Eks- penyakit autoimun. Pada tikus EAE di-
presi MHC-II yang tidak pada tempatnya timbulkan oleh Thl CD4 yang spesifik
itu yang biasanya hanya diekspresikan untuk antigen. Penyakit dapat dipindah-
pada APC dapat mensensitasi sel Th ter- kan dari hewan yang satu ke yang lain
hadap peptida yang berasal dari sel Patau melalui sel T hewan yang diimunisasi
tiroid dan mengaktifkan sel P atau Tc dengan MBP atau PLP atau sel lain dari
atau Th 1 terhadap self antigen. klon sel T asal hewan. Penyakit dapat

Ag reaksi silang
dengan auto Ag
/ pada jaringan jantung

Reaksi silang
Ag/ko~pleks Ag - -
Peptida dari
Ag spesifik
D "-
m1kroba ~I Ag mikroba
~ ~ Thspesifik
~ -~ untuk Ag mikroba

I ~ selT
~Selplasma
~ ~ thdautoAg 1
f j~ }I., ,,,t;,~

Gambar 12.4 Aktivasi anergi anti-self sel B

321
lmunologi Dasar Edisi ke-10

juga dicegah oleh antibodi anti CD4. G. Sitokin pada autoimunitas


Se! T mengenal antigen melalui TCR
Beberapa rnekanisrne kontrol melindw1gi
dan MHC serta peptida antigenik. Untuk
efek sitokin patogenik, diantaranya adalah
seseorang menjadi rentan terhadap auto-
adanya ekspresi sitokin sementara dan
imunitas harus memiliki MHC dan TCR
reseptomya serta produksi antagonis sitokin
yang dapat rnengikat antigen sel sendiri.
dan inhibitomya. Gangguan mekanismenya
meningkatkan regulasi atau produksi sitokin
F. Keseimbangan Thl - Th2 yang tidak benar sehingga menimbulkan
Penyakit autoimun organ spesifik ter- efek patofisiologik (Tabel 12.7). Sitokin
banyak terjadi melalui sel T CD4. Ternyata dapat menimbulkan translasi berbagai faktor
keseimbangan Th 1- Th2 dapat mem- etiologis ke dalam kekuatan patogenik dan
pengaruhi terjadinya autoimunitas. Th 1 mempertahankan inflamasi fase kronis
menunjukkan peran pada autoimunitas, serta destruksi jaringan. IL-1 dan TNF telah
sedang pada beberapa penelitian Th2 mendapat banyak perhatian sebagai sitokin
tidak hanya melindungi terhadap induksi yang menimbulkan kerusakan. Kedua sitokin
penyakit, tetapi juga terhadap progres ini menginduksi ekspresi sejumlah protease
penyakit. Pada EAE sitokin Th I (IL-2 , dan dapat mencegah pembentukan matriks
TNF-a dan IFN-y) ditemukan dalam SSP ekst:raselular atau merangsang penimbunan
dengan kadar tertinggi pada penyakit. matriks yang berlebihan.

Tabel 12.7 Defek produksi sitokin atau sinyal yang dapat menimbulkan
autoimunitas
Sitokin atau protein Defek Dampak
TNF-a Ekspresi berlebihan IBD, artritis, vaskulitis
TNF-a Ekspresi yang kurang LES
Antagonis IL-1 R Ekspresi yang kurang Artritis
IL-2 Ekspresi berlebihan IBD
IL-7 Ekspresi berlebihan IBD
IL-10 Ekspresi berlebihan IBD
IL-2R Ekspresi berlebihan IBD
IL-10R Ekspresi berlebihan IBD
IL-3 Ekspresi berlebihan Sindrom demielinisasi
IFN-y Ekspresi berlebihan di kulit LES
TGF-p Ekspresi yang kurang Systemic wasting syndrome
dan IBD
TGF-pR pada sel T Ekspresi berlebihan LES

322
Bab 12. Autoimunitas

V. FAKTOR LINGKUNGAN C (HCV) adalah multifaktorial. Resolusi


YANG BERPERAN PADA HCV terjadi pada penderita denganrespons
AUTOIMUNITAS antibodi yang cepat dan infeksi cenderung
menjadi kronis pada penderita dengan
Faktor-faktor lingkungan dapat memicu respons antibodi yang lambat. Sekitar
autoimunitas seperti mikroba, hormon, 10%-30% penderita dengan HCV kronis
radiasi UV, oksigen radikal bebas, obat dan disertai kadar rendah ANA dan 60%-80%
agen bahan lain seperti logam. disertai RF. ACA ditemukan pada 22%
penderita HCV dan berbagai antibodi lain-
A. Kemiripan molekular dan infeksi nya telahjuga ditemukan (Tabel 12.9).

Hubungan antara infeksi mikroba (virus,


2. Bakteri dan autoimunitas
bakteri) dan autoimunitas yang terjelas
ditimbulkan oleh adanya kemiripan a. Karditis reumatik-demam reuma akut
(mimicracy) (Tabel 12.8). Contohnya penyakit autoirnun yang ditim-
bulkan bakteri adalah demam reuma pasca
1. Virus dan autoimunitas infeksi streptokok yang disebabkan oleh
Berbagai virus berhubungan dengan ber- antibodi terhadap streptokok yang diikat
bagai penyakit autoimun yang mengenai jantung dan menimbulkan rniokarditis.
sendi. Virus adeno dan Coxsackie A9, Homologi j uga ditemukan antara antigen
B2, B4, B6 sering berhubungan dengan protein jantung dan antigen Klamidia dan
poliartritis, pleuritis, mialgia, ruam kulit, Tripanosoma cruzi.
faringitis, miokarditis dan leukositosis. Keduanya berhubungan dengan mio-
Respons autoimun terhadap virus Hepatitis karditis. Demam reuma adalah gejala

Tabel 12.8 Kemiripan molekular: antigen mikrobial dan auto antigen yang terlibat
Self antigen dengan Penyakit yang terjadi oleh kemiripan
Antigen mikroba
struktur mirip molekular*
M protein Antigen ditemukan pada Demam reuma
Streptokok grup A otot polos
Heat Shock Protein Protein self-heat shock Diduga berhubungan dengan beberapa
Bakteri penyakit autoimun namun belum terbukti
Protein nuklear B4 Dekarboksilasi glutamat IDDM
koksaksi sel pulau-pulau pankreas
Glikobakter Ganglioside dan glikolipid Sindrom Guillan-Barre
Kampilobakter berhubungan dengan
ieiuni mielin
* Pada umumnya, lebih mudah untuk membuktikan adanya kesamaan molekula r antara
mikroba dan self-antigen dibanding membuktikan kesamaan dalam patogenesis penyakit

323
lmunologi Dasar Edisi ke- 10

Tabel 12.9 Autoantibodi yang ditemukan pada


penderita HCV
Krioglobulin
Faktor reumatoid
Antibodi antinuklear
Antibodi antikardiolipin
Antibodi antineutrofil sitoplasma
Antibodi antitiroid
Antibodi anti-otot polos atau anti-mikrosom ginjal

sisa nonsupuratif penyakit Streptokok A, Pada pemeriksaan imunologik di-


biasanya berupa faringitis dengan mani- temukan antibodi yang bereaksi dengan
festasi 2-4 minggu pasca infeksi akut. protein M dari mikroba penyebab. Anti-
Ada tiga gejala utama yaitu artritis (ter- gen streptokok tersebut memiliki epitop
sering), karditis dan korea (gerakan tidak yang mirip dengan jaringan miokard
terkontrol, tidak teratur dari otot muka, jantung manusia dan antibodi terhadap
lengan dan tungkai) yang dapat disertai streptokok akan menyerang jantung
gejala kulit berupa ruam tidak sakit dan Garingan, katup ). Pada pemeriksaan biopsi
nodul subkutan (Gambar 12.5). Gejala- katup jantung ditemukan infiltrasi sel
gejala tersebut biasanya timbul pada plasma, endapan antibodi dan protein
penderita yang menunjukkan beberapa komplemen di jaringan. Antibodi terhadap
gambaran klinis utama dan jarang terjadi antigen streptokok bereaksi silang dengan
sendiri. antigen otot jantung dan menimbulkan

D Streptokok grup A

DQ
D
1 lnfeksi
I Antibodi I
~ // l\ ~ Reaksi silang
. ~\\I/~ I/ An dengan Ag
A) : ,te/ \ } . sel otot jantung

~ ~amreuma Gambar 12.5 Streptokok


grup A dan demam reuma

324
Bab 12.Autoimunitas

kerusakan dan penyakit demam reuma. tahun. Infeksi streptokok ditemukan pada
Penyakit menghilang bila bakteri dielimi- 28%, klamidia pada 1,5% dan pada satu
nasi dan tidak terjadi produksi antibodi. kasus masing-masing ditemukan infeksi
spesies mikoplasma, yersinia, HBV dan
b. Sindrom Reiter dan artritis reaktif tuberkulosis. Klinis berupa nodul terutama
Infeksi saluran cema oleh salmonela, pada ekstremitas bawah di permukaan
sigela atau kampilobakter dan saluran ekstensor, namun lesi dapat pula ditemu-
kencing oleh Klamidia trakomatis atau kan di kaki atau lengan bawah. Dapat
Ureaplasma urealitikum dapat memacu pula ditemukan sindrom Lofgren yang
sindrom Reiter yang berupa triad uretritis, terdiri atas eritema nodosum, limfadeno-
artritis dan uveitis. In:flamasi insersi tendon pati hilus bilateral dan poliartritis terutama
dan ligamen pada tulang merupakan ciri di pergelangan kaki seperti halnya juga
sindrom Reiter dan artritis reaktif. Pende- terlihat pada sarkoidosis. Berbagai infeksi
rita dengan artritis perifer asimetris, sakit yang berhubungan dengan eritema nodo-
tumit dan tendon akiles dapat merupakan sum terlihat pada Tabel 12.10.
ciri utama. Sel-sel infiamasi ditemukan
dalam cairan sinovia. d. Bakteri lain
Dua protein envelop Yersinia enterokolitis
c. Eritema nodosum
memiliki epitop yang sama dengan domen
Eritema nodosum biasanya terjadi pada ekstraselular reseptor TSH. Pada sindrom
orang dewasa usia antara 18 tahun - 33 Guillain-Barre, antibodi terhadap gang-

Tabel 12.10 lnfeksi yang berhubungan dengan eritema nodosum


Virus Bakteri
Epstein-Barr Streptokok beta hemolitikus
Hepatitis B Bruselosis
Paravaksinia Demam cakaran kucing (Bartonela hensel)
Klamidia psitasi
Jamur Klamidia trakomatis
Blastomises Moraksela kataralis
Koksidiodes imitis Mikobakterium lepra
Histoplasma kapsulatum Mikobakterium tuberkulosis
Trikofiton mentagrofita Mikoplasma pneumonia
Demam Q (Koksiela burneti)
Salmonela enteritidis
Tularemia (Fransisela tularensis )
Yersenia enterokolitika

325
lmunologi Dasar Edisi ke-10

liosid manusia bereaksi silang dengan dan relaps sering terjadi setelah melahirkan.
endotoksin C. jejuni. Antibodi kolon Pengangkatan ovarium mencegah awitan
yang ditemukan pada kolitis ulseratif autoimunitas spontan pada hewan (ter-
bereaksi silang dengan E.coli. Antigen utama LES) dan pemberian estrogen mem-
dalam T.cruzi juga dapat bereaksi silang percepat awitan penyakit. Hormon hipofisa,
dengan antigen otot jantung dan susunan prolaktin menunjukkan efek stimulator
saraf perifer dan memacu beberapa lesi terutama terhadap sel T. Kadar prolaktin
imunopatologik seperti terlihat pada yang timbul tiba-tiba setelah kehamilan
penyakit Chagas (Tabel 12.11). berhubungan dengan kecenderungan ter-
jadinya penyakit autoimun seperti AR.
B. Hormon
Studi epidemiologi menemukan bahwa C. Obat
wanita lebih cenderung menderita penyakit Banyak obat berhubungan dengan efek
autoimun dibanding pria. Wanita pada samping berupa idiosinkrasi dan patoge-
umumnya juga memproduksi lebih ban yak nesisnya te1jadi melalui komponen auto-
antibodi dibanding pria yang biasanya imun (Gambar 12.6). Konsep autoimun
merupakan respons proinfalamasi Thl. melibatkan 2 komponen yaitu respons
Kehamilan sering disertai dengan mem- imun tubuh berupa respons autoagresif
buruknya penyakit terutama artritis reumatik dan antigen. Hal yang akhir sul it untuk di-

T b Kemiripan molekul homolog antara mikroba dan komponen


1 12 11
a e · tubuh yang dianggap menimbulkan reaksi silang
Molekul mikroba Komponen tubuh
Bakteri
Sigela fleksneri artritogenik HLA-827
Nitrogenase Klebsiela HLA-827
Urease Proteus mirabilis HLA-DR4
65 kDa hsp M. tuberkulosis Sendi (atritis ajuvan)

Virus
Koksaki B Miokard
Koksaki 8 Dekarboksilase asam glutamat
E8V gp 110 RA dengan epitop sel T Dw4
(DNAJ hsp E.koli)
Oktamer H8V Protein dasar mielin
Glikoprotein HSV Reseptor asetilkolin
Hemaglutinin campak SubsetselT
Gag p32 retrovirus! RNA U-1

326
Bab 12. Autoimunitas

~r'~(
,.
Self antigen

' TT
..1_
..1_T ..1_

'"
Autoantibodi '

Diproses ,
presentasi

~
keselT/
+
lmunokompeten
"" terhadap self antigen
Hapten obat atau •
bakteri atau virus
Gambar 12.6 Pembentukan atau mutasi genetik
autoantibodi

buktikan pada banyak autoimunitas oleh D. Radiasi UV


obat. Contoh-contoh sindrom autoimun Pajanan dengan radiasi ultraviolet (biasanya
yang diduga ditimbulkan obat terlihat sinar matahari) diketahui merupakan
pada Tabel 12.12 Antibodi menghilang pemicu infiamasi kulit dan kadang LES.
bila obat dihentikan. Radiasi UV dapat menimbulkan modi:fikasi

Tabel 12.12 Autoimun akibat obat


Gejala Obat
Hepatitis kronis aktif Halotan (anestesi umum)
Anemia hemolitik Metildopa (antihipertensi)
Anti membran basal glomerular 0 -penisilamin (AR)
Miastenia gravis 0-penisilamin
Pemfigus 0-penisilamin
LES -Hidralazin (antihipertensi)
Prokainamid (antiaritmia)
0-penisilamin
Minosiklin (antibiotik pada akne)
Glomerulonefritis 0 -penisilamin
Sindrom menyerupai Triptofan (antidepresan)
skleroderma

327
lmunologi Dasar Edisi ke-10

struktur radikal bebas self antigen yang duga dapat menimbulkan efek terhadap
meningkatkan imunogenesitas. sistem imun, baik in vitro maupun in
vivo dan kadang serupa autoimunitas
E. Oksigen radikal bebas
Tabel 12.13). Salah satu bentuk yang
Bentuk lain dari kerusakan fisis dapat sudah banyak diteliti antara lain adalah
mengubah irnunogenesitas self antigen reaksi terhadap silikon. Silikon adalah
terutama kerusakan self molekul oleh kristal nomnetal, elemen ringan dan
radikal bebas oksigen yang menimbulkan bentuk dioksidnya disebut silika. Pajanan
sebagian proses in:flamasi. Pernicu lainnya inhalasi debu silikon yang berhubungan
adalah stres psikologi dan faktor makanan. dengan pekerjaan dapat menimbulkan
penyakit yang disebut silikosis. Respons
F. Logam imun yang terjadi dapat berupa produksi
Berbagai logam seperti Zn, Cu, Cr, Pb, ANA, RF dan beberapa karyawan menun-
Cd, Pt, perak dan metaloid (silikon) di- jukkan gejala serupa LES atau sindrom

Tabel 12.13 Berbagai logam yang berhubungan dengan autoimunitas pada manusia
Jenis logam Jenis respons autoimun Penyakit
Kadmium Auto-Ab terhadap laminin1 Tidak dilaporkan
Krom Antibodi antinuklear Sindrom serupa LES, pemfigus
Tern bag a Autoimun terhadap SOM Tidak dilaporkan
Em as Auto-Ab anti-Ro, auto-Ab terhadap Penyakit ginjal autoimun .
trombosit, ANA trombositopenia autoimun , sindrom
serupa LES , pemfigus
Tim ah Autoantibodi lgM terhadap NF160 Tidak dilaporkan
dan MBP
Autoantibodi lgG terhadap NF-68
dan GFAP
Litium Autoantibodi terhadap tiroglobulin/ Penyakit autoimun tiroid , sindrom
peroksidase tiroid/sel parietal serupa LES
gaster/, ANA
Merkuri Autoantibodi terhadap fibrilarin/ Penyakit ginjal autoimun ,
laminin 1/ DNA/ tiroglobulin liken planus, penyakit serupa
skleroderma
Platinum ANA Tidak dilaporkan
Silikon ANA Penyakit serupa skleroderma
Perak Autoantibodi terhadap fibrilarin Tidak dilaporkan
Seng Sampai sekarang tidak dilaporkan Gerombol sklerosis multipel

328
Bab 12.Autoimunitas

serupa skleroderma dengan endapan autoimun, penyakit serupa GvH, artritis,


kompleks imun di glomerulus dan vaskulitis
glomerulosklerosis lokal. Penderita
dengan silikosis menunjukkan kadar
VI. MEKANISME KERUSAKAN
antibodi terhadap kolagen tipe I dan III.
JARINGAN
Bentuk fulminan silikosis dikenal sebagai
silikoproteinosis ditandai oleh peningkatan Kerusakan pada penyakit autoimun terjadi
ANA dan glomerulonefritis kresentik yang melalui antibodi (tipe II dan III), Tipe
progresif cepat. Meskipun banyak dugaan IV yang mengaktifkan sel CD4+ atau sel
keterlibatan logam dalam autoimunitas, CD8+ (Tabel 12.14). Kerusakan organ
namun masih banyak penelitian yang harus
dapat juga terjadi melalui autoantibodi
dilakukan terhadap keterlibatan logam
yang mengikat tempat fungsional self
dalam autoimunitas. Efek autoimunnya
hanya kadang dilaporkan (Tabel 11.14). antigen seperti reseptor hormon, reseptor
Pada hewan dilaporkan: Litium me- neurotransmitor dan protein plasma.
nimbulkan penyakit tiroid autoimun; Autoantibodi tersebut dapat menyerupai
Merkuri menimbulkan penyakit ginjal atau menghambat efek ligan endogen

Mek~nisme hipersentivitas yang predominan pada penyakit


Tabel
12 _14
auto1mun*
Hipersensitivitas Penyakit
Tipe llA Trombositopenia idiopatik purpura
Anemia hemolitik autoimun
Miastenia gravis
Penyakit membran basal glomerulus
Tipe II BA Penyakit Grave
Sindrom antibodi reseptor insulin
Miastenia gravis
Tipe Ill LES
Krioglobulinemia campuran
Beberapa bentuk vaskulitis (vaskulitis reumatoid)
Tipe IV IDDM
Tiroiditis Hashimoto
RA
Sklerosis multipel
Catatan
* Berbagai aspek penyakit yang sama (RA) dapat memiliki mekanisme
patogenik yang berbeda
I\ Hipersensitivitas tipe II dibagi menurut antibodi yang menginduksi

kerusakan sel (llA) atau stimulasi reseptor atau blokade (llB) pada
beberapa penyakit ditemukan kedua mekanisme

329
lmunologi Dasar Edisi ke-10

untuk self protein yang menimbulkan (sirosis), kulit (sklerosis sistemik) dan
gangguan fungsi tanpa terjadinya ginjal (fibrosis interstisial dan glomerular).
inflamasi atau kerusakan jaringan. Feno- Untuk fibrosis tidak ada pengobatan yang
mena ini jelas terlihat pada autoimunitas efektif.
endokrin dengan autoantibodi yang me-
nyerupai atau menghambat efek hormon VII. DIAGNOSIS AUTOIMUNITAS
seperti TSH, yang menimbulkan aktifitas
berlebihan atau kurang dari tiroid . A. Antibodi dalam serum
Banyak akibat yang berat dan irever- Menemukan auto-antibodi dalam serum
sibel penyakit autoimun disebabkan oleh pada umumnya dilakukan dengan 4 cara
endapan matriks protein ekstraselular di yaitu RIA (Tabel 12.15), EUSA (Tabel
organ yang terkena. Proses fibrosis ini 12.16), imunofluoresensi , elektroforesis
dapat menimbulkan gangguan fungsi countercurrent. Imunofluoresensi merupa-
misalnya di paru (fibrosis paru), hati kan cara yang paling kurang sensitif. RIA

Tabel 12.15 Beberapa antibodi yang ditemukan dengan RIA


Antibodi Metoda Has ii Relevansi klinis
125
dsDNA 1-DNA-ikatan direk Persentase ikatan LES
atau IU/ml
Hepatitis kronis aktif
Antibodi reseptor lkatan direk dengan lkatan dilaporkan Miastenia gravis
125
asetilkolin la- bungarotoksin sebagai fmol/I dari
dengan asetilkolin reseptor antibodi
spesifik asal cell line

Tabel 12.16 Beberapa autoantibodi yang ditemukan dengan ELISA


Antibodi Autoantigen sasaran Relevansi klinis
Ab mikrosom tiroid Peroksidase tiroid Penyakit tiroid autoimun
Ab mitokondria (M2) Kompleks E2 piruvat Sirosis bilier primer
dehidrogenase
Ab membran basal Terminal C kolagen tipe IV Sindrom Goodpasteur
glomerulus
Nefritis membran basal
antiglomerulus
Antibodi sitoplasma
antineutrofil
cANCA Proteinase 3 Granulomatosis Wegener
pANCA Mieloperoksidase Poliarteritis mikroskopis
dsDNA dsDNA LES
Ab fosfolipid Kardiolipin Sindrom antibodi fosfol ipid primer

330
Bab I 2. Autoimunitas

memerlukan reagens mahal. ELISA meng- Jaringan hewan dapat digunakan bila
hindari penggunaan radioisotop, tetapi mengandung antigen sama dengan manusia,
memerlukan peralatan khusus. Elek- tetapi beberapa autoantigen terbatas
troforesis countercurrent mudah dikerja- pada jaringan manusia atau cell line
kan, murah, tetapi relatif insensitif.
manusia. Jaringan dibuat dengan kriostat
dan segera dibekukan (-20°C). Gambaran
B. l munofluoresensi
nuklear untukANAS berguna tetapi tidak
IFT digunakan untuk menemukan banyak diagnostik(Tabel 12.19).
autoantibodi dalam serum (Tabel 12.17
dan 12.18). Spesimen biopsi dapat diperiksa
dengan cara imunohistikimia. Endapan C. Pemeriksaan komplemen
imunoglobulin yang terjadi karena reaksi
Meskipun kadar kornplemen normal, namun
dengan organ atau antigen spesifik untuk
konsumsinya dapat diketahui dengan meng-
jaringan. Cara ini terutarna penting untuk
diagnosis penyakit antibodi basal mernbran ukur pecahan atau produk aktivasinya
glomerulus dan penyakit bulosa kulit. (Tabel 12.20).

Tabel 12.17 IFT indirek untuk antibodi nonorgan spesifik yang jarang
Autoantibodi Substrat khas Gamba ran Relevansi klinis
pewarnaan utama
ANA Human cell line (HEp2 Semua nukleus Tes skrining untuk
atau hati tikus) penyakit reumatik
Sentromer Hep2 Sentromer kromosom Sklerosis sistemik
manusia terbatas (sindrom
CREST)
SMA Lambung , hati, ginjal Otot polos mis. Hepatitis kronis aktif
tikus Membran mukosa,
Kerusakan hati
otot kelenjar
nonspesifik (lemah)
intergastrik dan tunika
media arteri
AMA Ginjal, hati, lambung Semua mitokondria Sirosis bilier primer
tikus terutama tubulus
distal ginjal
Antibodi endomisial Esofagus kera Sarkolemna fibril otot Penyakit coeliac,
polos) dermatitis
herpetiformis
ANCA Neutrofil manusia Sitoplasmik Granulomatosis
Wegener; poliarteritis
(cANCA)
mikroskopik
Perinuklear (pANCA) Banyak bentuk
vaskulitis

331
lmunologi Dasar Edisi ke- 10

Tabel 12.18 IFT indirek untuk antibodi organ spesifik yang sering
Autoantibodi Substrat khas Gamba ran Ditemukan klinis
pewarnaan utama (referensi
kasus)
Antibodi sel parital Lambung tikus Hanya sel parital Anemia pernisiosa
gaster
Antibodi adrenal Adrenal manusia Sel kortikal adrenal Penyakit Addison
idiopatik
Antibodi sel pulau Pankreas manusia Pulau sel- ~ pankreas IDDM
pankreas
Antibodi kul it Kulit manusia atau Semen interselular Pemfigus vulgaris
bibir kelinci intra-epidermal
Membran basal Pemfigoid bulosa
epidermal

Tabel 12.19 Gambaran pewarnaan IFT untuk antibodi antinuklear

Gamba ran Hubungan dengan penyakit


Bentuk rim (anular perifer) LES
Nukleolar LES

Bercak (speckled) LES


Sentromer (hanya pada sel yang membelah) Terbatas pada CREST

Tabel 12.20 lnterpretasi perubahan komplemen pada penyakit


Ambang komponen
Jalur aktivasi Contoh
C4 CJ Faktor B
-!- -!- N Klasik LES, vaskulitis
Klasik dan alternatif Bakteremia Gram-negatif,
-!- -!- -!-
beberapa kasus LES
N -!- -!- Alternatif Autoantibod i C3 NeF
Klasik untuk C4 dan Anigoedema herediter
-!- N N
C2 saja (Defisiensi inhibitor CT)
Peningkatan sintesis lnflamasi akut dan kronis
t t t komponen

332
Bab 12.Autoimunitas

VIII. PRJNSIP PENGOBATAN edem primer, insulin pada DM juvenil,


PENYAKIT AUTOIMUN vitamin B12 pada anemia pemisiosa dan
obat anti-timid pada penyakit Grave.
Pengobatan penyakit autoimun pada
Pada banyak penyakit autoimun seperti
umumnya belum memuaskan. Dua strategi
LES, AR, imunosupresan mungkin me-
utama (Gambar 12.7) adalah menekan rupakan cara utama yang dapat men-
respons imun atau menggantikan fungsi cegah cacat yang berat atau kematian.
organ yang terganggu/rusak. Pada banyak Namun imunosupresan yang ada masih
penyakit yang organ spesifik, mengontrol terbatas karena kurang spesifik dan efek
metabolismenya biasanya sudah cukup, sampingnya yang toksik. Berbagai cara
misalnya pemberian tiroksin pada miks- masih sedang dikembangkan.

Perbaikan toleransi perifer


antigen spesifik

Reinduksi anergi
(mis. beberapa Menghilangkan
terapi peptida) kostimulasi
,' (mis. antibodi
,,'
,, anti CD28)

lnduksi sel T inhibitor


Pencegahan ---------
nonspesifik (mis. asupan
fungsi limfosit oral antigen)
(mis. obat sitotoksik,
siklosporin , GKS)
l
Kerusakan jaringan Bahan anti inflamasi
(mis. GKS)
l
Disfungsi organ Replacement therapy
(mis. tiroksin, insulin,
dialisis ginjal ,
penggantian sendi)

Gambar 12.7 Ringkasan strategi pengobatan penyakit autoimun


Modulasi antigen spesifik yang berperan pada toleransi masih merupakan eksperimen .

333
lmunologi Dasar Edisi ke-10

Butir-butir penting

D Autoimunitas merupakan kegagalan molekular dan ekspresi MHC-II yang


mekanisme toleransi yang efektif ter- tidak sesuai
hadap antigen self
D Penyakit autoimun dapat dibagi dalam
D Faktor genetik dan lingkungan organ spesifik dan sistemik. Organ
berperan dalam timbulnya penyakit spesifik melibatkan respons autoimun
D Jumlah relatif Thl dan Th2 berperan terutama terhadap organ tunggal atau
kelenjar. Penyakit sistemik diarahkan
dalam penentuan terjadinya penyakit
ke jaringan dengan spektrum luas
autoimun: sel Th 1 memacu perkem-
bangan autoimunitas sedangkan Th2 D Ada model hewan baik spontan mau-
menghambat terjadinya dan perkem- pun eksperimental. Penyakit autoimun
bangan penyakit autoimun spontan disebabkan oleh defek genetik
dan model eksperimental pada hewan
D Ada beberapa mekanisme mengenai
telah dikembangkan dengan imunisasi
induksi autoimunitas, antara lain peng-
yang menggunakan self antigen dan
lepasan antigen sekuester, kemiripan
aJuvan.

334

Anda mungkin juga menyukai