Anda di halaman 1dari 60

UJI STABILITAS REKONSTITUSI SUSPENSI CEFADROXIL

DENGAN METODE ULTRA PERFORMANCE LIQUID


CHROMATOGRAPHY (UPLC)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari

Oleh :
RATIH KUSUMANINGRUM
DIA130816

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2016
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : UJI STABILITAS REKONSTITUSI SUSPENSI


CEFADROXIL DENGAN METODE ULTRA
PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY
(UPLC)

PENYUSUN : RATIH KUSUMANINGRUM

NIM : D1A130816

Setelah membaca skripsi ini dengan seksama, menurut pertimbangan kami telah
memenuhi persyaratan ilmiah sebagai suatu skripsi

Bandung, Juli 2016


Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ginayanti Hadisubroto, M.Si., Apt Dytha Andri Deswati, M.Si., Apt


ABSTRAK

Antibiotik yang cukup banyak dipakai oleh masyarakat Indonesia antara lain
adalah cefadroxil. Penggunaannya sangat luas mulai untuk pengobatan infeksi
kulit hingga saluran kemih. Sediaan cefadroxil yang beredar di pasaran berupa
tablet,kapsul,dan suspensi. Stabilitas zat aktif dalam sediaan sangat penting untuk
diperhatikan, dengan adanya penambahan air pada sediaan suspensi cefadroxil
akan mempengaruhi stabilitas yang terkandung didalamnya. Uji stabilitas
merupakan suatu ketentuan bagi industri farmasi untuk memastikan mutu obat
yang dihasilkan sesuai persyaratan yang ditetapkan. Pemeriksaan yang dilakukan
oleh industri farmasi membutuhkan waktu analisis yang cepat. Penelitian ini
bertujuan mendapatkan metode analisis yang lebih cepat dan lebih efisien untuk
penetapan kadar cefadroxil dengan UPLC. Analisis kuantitatif dilakukan dalam
dua tahap, yaitu tahap pertama validasi metode analisis cefadroxil menggunakan
UPLC dan tahap kedua adalah penetapan kadar. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan fase gerak metanol : NaH2PO4 0,05 M dengan laju alir 0,29
mL/menit, panjang gelombang 254 nm dengan waktu retensi 1,31 menit. Dari
validasi metode yang dilakukan terhadap sistem UPLC, diperoleh metode analisis
yang selektif ditunjukkan dengan tidak adanya komponen lain dalam sampel yang
mempengaruhi hasil pengukuran. Hasil dari parameter-parameter metode analisis
yang telah dilakukan secara keseluruhan telah memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan hal ini menunjukkan bahwa metode analisis tersebut valid. Uji
stabilitas cefadroxil suspensi yang telah direkonstitusi menunjukkan bahwa
sampai 10 hari penggunaan masih memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Kata Kunci: Suspensi Cefadroxil, Validasi Metode Analisis, UPLC, Uji


Stabilitas

i
ABSTRACT

Cefadroxil is one of antibiotics that commonly used by Indonesian people. Its


usage is broadly-used for treating bacteria responsible for causing infections of
the skin and urinary tract. Cefadroxil supplies are in the form of tablet, capsule
and suspension. Active ingredients stability in supply is very important. Water
increase in cefadroxil suspension supply will affect its stability. Stability test is a
provision for chemical industries to ensure the quality of medicines is compatible
with assigned requirements. Chemical industrie examination needs quick analysis
time. This research is aimed to acquire faster and more efficient analysis methods
in determining cefadroxil level using UPLC. Quantitative analysis is done in two
phases; cefadroxil analysis method validation using UPLC and level
determination. This research is done by using metanol mobile phase: NaH2PO4
0,05 M flow rate 0,29 mL/minute, wavelength 254 nm with retention times 1,31
minute. Selective analysis method is generated from the validation method which
is applied to UPLC system. It is showed by there are no other components in the
sample which affect the result of measurement. Generally, the results from
applied analysis method parameters have fulfilled the assigned requirements. It
shows that those analysis methods are valid. Stability test of suspension
cefadroxil, which has been reconstituted, shows that it still meets the assigned
requirements until 10 days of usage.

Keywords: Cefadroxil suspension, Analysis Method Validation, UPLC, Stability


Test

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rakhmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “UJI STABILITAS REKONSTITUSI

SUSPENSI CEFADROXIL DENGAN METODE ULTRA PERFORMANCE

LIQUID CHROMATOGRAPHY (UPLC)”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu sehingga tersusunnya skripsi ini. Ucapan terima kasih

penulis sampaikan terutama kepada :

1. Bapak Dr. H. Didin Muhfidin, S.I.P., M.Si selaku Rektor Universitas Al-

Ghifari.

2. Bapak Ardian Baitariza, M.Si.,Apt selaku Dekan Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Farmasi Universitas Al-Ghifari.

3. Ibu Ginayanti Hadisubroto, M.Si, Apt selaku Ketua Jurusan S1 Farmasi

Universitas Al-Ghifari dan Dosen Pembimbing I yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dari

persiapan hingga selesainya skripsi ini.

4. Ibu Dytha Andri Deswati, M.Si, Apt selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan yang bermanfaat selama penulisan skripsi ini.

5. Seluruh staff pengajar dan civitas Universitas Al Ghifari Bandung.

6. Orang tua dan ketiga adikku yang selalu memberikan doa, dukungan dan

semangat.

iii
7. Drs. Harry Wiyoto dan ketiga jagoanku yang telah memberikan motivasi dan

rela meluangkan waktunya kepada penulis.

8. Selvinia Pretty Friskytasari, S. Farm atas semua bantuannya.

9. Rekan-rekan karyawan PT Meprofarm terutama karyawan Quality Control

(QC) yang telah memberikan bimbingan dan dukungan.

10. Sahabat-sahabatku seperjuangan yang telah memberikan keceriaan dan

dukungannya dalam kebersamaan selama melaksanakan studi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.

Akhir kata Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan

menambah wawasan bagi penulis maupun rekan – rekan lainnya.

Bandung, Juli 2016

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .............................................................................................. i

ABSTRACT............................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ........................................................................... iii

DAFTAR ISI........................................................................................... v

DAFTAR TABEL .................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1


1.2 Identifikasi Masalah .................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
1.5 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 5

2.1 Obat ............................................................................................. 5


2.2 Cefadroxil.................................................................................... 5
2.3 Sediaan Suspensi Cefadroxil....................................................... 6
2.4 Stabilitas Obat ............................................................................. 8
2.4.1 Degradasi Kimia ................................................................. 9
2.4.2 Degradasi Fisika ................................................................. 10
2.5 Validasi Metode Analisis ............................................................ 10
2.6 Kromatografi ............................................................................... 14
2.7 Kromatografi Cair Kinerja Ultra (UPLC) ................................... 15

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 21

3.1 Bahan dan Alat............................................................................ 21


3.2 Prosedur Penelitian ..................................................................... 21
3.2.1 Pembuatan Fase Gerak ....................................................... 21
3.2.2 Persiapan Pelarut ................................................................ 22
3.2.3 Preparasi Larutan Standar................................................... 22

v
3.2.4 Validasi Metode Analisis ................................................... 22
3.2.5 Perlakuan Sampel ............................................................... 23
3.2.6 Persiapan Alat (Kondisi UPLC) ......................................... 24
3.3 Analisis Kuantitatif ...................................................................... 25
3.3.1 Uji Kesesuaian Sistem ...................................................... 25
3.3.2 Perhitungan Uji Kesesuaian Sistem ................................... 25
3.3.3 Perhitungan Kadar Cefadroxil ........................................... 25
3.4 Analisis Fisik Suspensi ................................................... ............ 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 27

4.1 Validasi Metode Analisis ............................................................. 27


4.1.1 Hasil Uji Kesesuaian Sistem .............................................. 27
4.1.2 Hasil Uji Linieritas ............................................................. 28
4.1.3 Hasil Uji Selektifitas .......................................................... 29
4.1.4 Hasil Uji Akurasi dan Presisi ............................................. 30
4.1.5 Uji Stabilitas....................................................................... 31
4.1.6 Uji Robustness.................................................................... 32
4.2 Pengujian Stabilitas Cefadraxil Suspensi.................................... 34

BAB V SIMPULAN DAN SARAN...................................................... 45

5.1 Simpulan ...................................................................................... 45


5.2 Saran ........................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 46

LAMPIRAN............................................................................................ 47

vi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Hasil Uji Kesesuaian Sistem ................................................ 27

4.2 Hasil Persamaan Regresi Linier ........................................... 28

4.3 Hasil Uji Selektifitas Cefadroxil .......................................... 29

4.4 Hasil Uji Akurasi Sampel Cefadroxil................................... 30

4.5 Hasil Uji Presisi Sampel Cefadroxil..................................... 31

4.6 Hasil Uji Stabilitas Cefadroxil ............................................. 32

4.7 Hasil Uji Robustness Cefadroxil (Kesesuaian Sistem) ........ 33

4.8 Hasil Uji Robustness Cefadroxil (Presisi)............................ 33

4.9 Hasil Uji Robustness Cefadroxil (Stabilitas) ....................... 33

4.10 Standar Spesifikasi Cefadroxil Suspensi............................... 35

4.11 Hasil Pengujian Fisik Cefadroxil Suspensi Ex.PT.M ......... 35

4.12 Hasil Pengujian Fisik Cefadroxil Suspensi Ex.PT.H .......... 36

4.13 Hasil Pengujian Kadar Cefadroxil Suspensi Ex.PT.M......... 38

4.14 Hasil Pengujian Kadar Cefadroxil Suspensi Ex.PT.H ......... 38

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Struktur Molekul Cefadroxil............................................... 6

2.2 Skema Kromatografi Cair Kinerja Ultra............................. 17

2.3 Bagian-Bagian UPLC Agilent 1290 Infiniti II.................... 20

4.1 Grafik Linieritas Cefadroxil................................................ 28

4.2 Grafik Pengujian Kadar Batch 1 Cefadroxil Ex. PT. M ..... 39

4.3 Grafik Pengujian Kadar Batch 2 Cefadroxil Ex. PT. M ...... 39

4.4 Grafik Pengujian Kadar Batch 3 Cefadroxil Ex. PT. M ...... 40

4.5 Grafik Penurunan Kadar Cefadroxil Ex. PT. M.................... 40

4.6 Grafik Pengujian Kadar Batch 1 Cefadroxil Ex. PT.H ........ 41

4.7 Grafik Pengujian Kadar Batch 2 Cefadroxil Ex. PT. H ....... 41

4.8 Grafik Pengujian Kadar Batch 3 Cefadroxil Ex. PT. H ....... 42

4.9 Grafik Penurunan Kadar Cefadroxil Ex. PT. H..................... 42

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Foto Pemeriksaan Warna Suspensi Cefadroxil Ex. PT. M .. 47

2. Foto Pemeriksaan Warna Suspensi Cefadroxil Ex. PT .H... 48

3. Kromatogram UPLC ............................................................ 49

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat,

khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Salah satu obat andalan untuk

mengatasi masalah tersebut adalah antibiotik.

Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang

mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

organisme, khususnya proses infeksi oleh bakteri (Goodman & Gilman, 2007).

Antibiotik yang cukup banyak dipakai oleh masyarakat Indonesia antara lain

adalah cefadroxil. Cefadroxil merupakan generasi pertama antibiotik golongan

cephalosphorin, yang cara kerjanya hampir sama dengan amoxicillin.

Penggunaannya juga sama luas, mulai untuk mengobati dari infeksi kulit hingga

saluran kemih. Sediaan cefadroxil yang beredar di pasaran berupa tablet, kapsul

dan suspensi. Pada sediaan suspensi yang mengandung air dapat memungkinkan

terjadinya hidrolisis. Cefadroxil dibuat dalam bentuk sediaan sirup kering, dimana

sediaan dibuat suspensi ketika akan digunakan (Ansel, 2011).

Sirup kering adalah campuran obat dengan sakarosa , harus dilarutkan dalam

jumlah air tertentu sebelum digunakan. Sediaan dibuat pada umumnya untuk

bahan obat yang tidak stabil dan tidak larut dalam pembawa air. Keuntungan sirup

kering dari sirup cairan, biasanya sirup dapat tahan disimpan lebih lama.

1
2

Hal ini bertujuan untuk menjaga stabilitas zat aktif pada masa penyimpanan dan

penggunaan (Ansel, 2011).

Stabilitas obat yaitu kemampuan suatu produk untuk mempertahankan sifat

dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat

(identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batasan yang ditetapkan

sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan (Carstensen and Rhodes, 2000).

Pengujian stabilitas obat diperlukan karena obat tidak selamanya stabil,

adakalanya obat akan mengalami kerusakan sebelum dikonsumsi. Kestabilan

suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi

suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu obat atau sediaan farmasi

di industri diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang lama

untuk sampai ke tangan pasien yang membutuhkannya.

Penentuan kadaluarsa obat dapat dilakukan melalui serangkaian pengujian

yang disebut uji stabilitas obat. Adanya uji stabilitas menurut CPOB secara

singkat dapat didefinisikan sebagai suatu ketentuan bagi industri farmasi yang

dibuat untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai persyaratan yang

ditetapkan dan tujuan penggunaannya.

Dalam penelitian ini akan dilakukan uji stabilitas penetapan kadar cefadroxil

pada sediaan sirup rekonstitusi menggunakan metode UPLC. Pemeriksaan yang

dilakukan sebelumnya menggunakan HPLC merupakan analisis yang bisa

dikategorikan cepat, tetapi di industri membutuhkan analisis yang lebih cepat lagi.

Hal ini dikarenakan tuntutan untuk merilis produk dengan waktu yang cepat dan

ditambah lot yang banyak. Dalam pengujian ini adanya tahap perubahan kadar zat
3

aktif obat cefadroxil, membutuhkan metode analisis yang mempunyai selekifitas

dan sensitifitas tinggi, dikarenakan banyaknya komponen lain yang terdapat

dalam sediaan. Kelebihan UPLC adalah waktu analisa yang lebih singkat, solvent

yang digunakan, volume injek sampel dan limbah yang yang dihasilkan lebih

sedikit. Sedangkan kekurangan menggunakan UPLC adalah biaya operasional

yang mahal dan perawatan yang lebih rumit dikarenakan UPLC menggunakan

kolom yang lebih pendek dengan porositas lebih kecil sehingga mudah mampet.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Apakah stabilitas sediaan sirup kering yang telah direkonstitusi cukup stabil

sampai batas penggunaannya yaitu 7 hari karena dapat terjadi kerusakan

pada bentuk fisik sediaan ataupun penurunan kadar zat aktif.

2. Uji stabilitas suatu sediaan obat di industri menggunakan metode HPLC

membutuhkan waktu yang relatif lama karena waktu retensi cefadroxil

kurang lebih 15 menit. Perbedaan waktu retensi yang signifikan pada

penetapan kadar cefadroxil antara metode HPLC dan UPLC.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui mutu obat, dalam hal ini stabilitas cefadroxil sirup kering

setelah direkonstitusi dengan air, sehingga produk tersebut dapat diperpanjang

tanggal kadaluarsanya. Analisis kuantitatif dilakukan dalam dua tahap, yaitu

tahap pertama validasi metode analisis cefadroxil menggunakan UPLC dan

tahap kedua adalah penetapan kadar.


4

1.4 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah di

bidang farmasi dan kesehatan mengenai stabilitas cefadroxil sirup kering

setelah direkonstitusi.

2. Manfaat pada industri yang bersangkutan yaitu dapat mengevaluasi mutu

produk obat cefadroxil sirup kering yang telah direkonstitusi sehingga

dapat memperpanjang masa kadaluarsa, sekaligus untuk memperoleh nilai

ekonomis yang lebih tinggi.

3. Menetapkan prosedur kerja analisis uji stabilitas sediaan sirup kering

cefadroxil dengan metode UPLC yang tervalidasi.

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Quality Control sebuah industri farmasi

di Bandung pada bulan Maret 2016 sampai bulan Mei 2016.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat

Obat adalah bahan kimia atau paduan bahan kimia yang dimaksud untuk

dipakai dalam mendiagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan dan

menyembuhkan penyakit, gejala penyakit, luka, keadaan fisik dan mental, pada

manusia atau hewan untuk maksud meningkatkan kesegaran fisik maupun mental

dan bahan ini tidak tergolong makanan atau minuman (Moningka, 2007).

Mutu obat adalah semua unsur – unsur yang berpengaruh secara langsung

maupun tidak langsung terhadap keamanan, keefektifan dan derajat diterimanya

suatu produk obat. Mutu suatu obat atau kualitas produk obat sangat penting

karena akan menentukan efek terapeutik. Mutu suatu sediaan obat dapat ditinjau

dari berbagai aspek antara lain aspek teknologi yang meliputi stabilitas fisik dan

kimia. Obat yang memiliki mutu fisik yang baik akan memberikan bioavailabilitas

yang baik karena ketersediaan farmasetik dari obat tersebut tinggi (Ansel, 2011).

2.2 Cefadroxil

Cefadroxil mempunyai nama IUPAC 6R,7R)-7-{[(2R)-2-amino-2-(4-

hidroksifenil)asetil]amino)-3-metil-8-okso-5-tia-1-azabisiklo[4.2.0]okt-2enaasam-

2-karboksilat memiliki bobot molekul 363,389 g/mol.

5
6

Struktur kimia senyawa Cefadroxil adalah sebagai berikut :

Cefadroxil C14H12N3O5S

Gambar 2.1 Struktur molekul Cefadroxil


Sumber : United State Pharmacopeia,2015

Cefadroxil adalah sebuah antibiotik spektrum luas jenis cephalosporin

generasi pertama digunakan untuk penanganan infeksi ringan hingga sedang

seperti bakteri Streptococcus pyogenes, yang menyebabkan radang tenggorokan

atau Streptococcal tonsillitis, infeksi saluran kemih, infeksi saluran reproduksi

dan infeksi kulit.

Cara kerjanya dengan cara merintangi atau menghambat pembentukan dinding

sel bakteri sehingga bila sel bakteri tumbuh dengan dinding sel yang tidak

sempurna maka bertambahnya plasma yang terserap dengan jalan osmosis akan

menyebabkan dinding sel pecah sehingga bakteri menjadi musnah sehingga

cefadroxil adalah obat antibiotik pilihan utama yang sering digunakan karena

memiliki daya kerja yang luas dan harga yang relatif murah (Marthindale, 2009).

2.3 Sediaan Suspensi Cefadroxil

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang

terdispersi dalam fase cair.


7

Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah sediaan seperti tersebut di

atas, dan tidak termasuk kelompok suspensi yang lebih spesifik, seperti suspensi

oral, suspensi topikal, dan lain –lain (FI V, 2014).

Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk

halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi

harus halus,tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan-lahan,

endapan harus segera terdispersi (Anief, 2007).

Sesuai sifatnya, partikel yang terdapat dalam suspensi dapat mengendap pada

dasar wadah bila didiamkan. Pengendapan seperti ini dapat mempermudah

pengerasan dan pemadatan sehingga sulit terdispersi kembali, walupun dengan

pengocokan. Untuk mengatasi masalah tersebut, dapat ditambahkan zat yang

sesuai untuk meningkatkan kekentalan dan bentuk gel suspensi seperti polimer

atau gula. Yang sangat penting adalah suspensi harus dikocok baik sebelum

digunakan untuk menjamin distribusi bahan padat yang merata dalam pembawa,

hingga menjamin keseragaman dan dosis yang tepat. Suspensi harus disimpan

dalam wadah tertutup rapat (FI V, 2014).

Suspensi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu suspensi yang siap digunakan atau

yang direkontitusikan dengan sejumlah air untuk injeksi atau pelarut lain yang

sesuai sebelum digunakan. Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan

intratekal (FI V, 2014).

Suspensi dalam bentuk serbuk kering awalnya menunjukkan bahwa zat aktif

yang digunakan tidak stabil untuk disimpan dalam periode waktu tertentu dengan
8

adanya pembawa air, lebih sering diberikan sebagai campuran serbuk kering

untuk dibuat suspensi pada waktu akan diberikan (Ansel, 2011).

Suspensi oral antibiotik, kebanyakan bahan – bahan antibiotik tidak stabil bila

dalam larutan, untuk waktu lama dan oleh sebab itu dilihat dari stabilitas. Fase

pendispersi dari suspensi antibiotik adalah air dan biasanya diberi warna, pemanis,

pewangi dan perasa, untuk memberikan cairan lebih menarik dan menambah

selera. Penggunaan air murni lebih baik untuk menghindari penambahan

pengotoran yang dapat merusak. Pengocokan yang homogen diperlukan sesaat

sebelum pemakaian dan obat disimpan secara tepat (Ansel, 2011).

2.4 Stabilitas Obat

Stabilitas obat adalah kemampuan suatu obat untuk mempertahankan sifat dan

karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat diproduksi

(identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batasan yang ditetapkan

sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan (shelf-life).

Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat untuk bertahan

dalam batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan

penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas dan kemurnian produk

tersebut. Sediaan obat yang stabil adalah sediaan yang masih berada dalam batas

yang dapat diterima selama periode penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat

dan karakterisiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat diproduksi

(Carstensen and Rhodes, 2000).


9

Tujuan dari pengujian stabilitas adalah untuk memberikan bukti tentang

bagaimana kualitas zat aktif atau produk farmasi dengan waktu yang bervariasi

juga dibawah pengaruh berbagai faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan

cahaya. Selain itu faktor yang terkait dalam stabilitas suatu produk misalnya sifat

kimia dan fisik dari zat aktif maupun zat tambahan atau eksipien, bentuk sediaan

dan komposisi, proses manufaktur, sifat wadah dan penutup,dan sifat-sifat

kemasan bahan. Selain itu stabilitas eksipien yang mungkin mengandung atau

membentuk produk degradasi reaktif, harus dipertimbangkan (Carstensen and

Rhodes, 2000).

Stabilitas obat perlu diperhatikan untuk mengurangi terjadinya penguraian

pada zat yang terkandung dalam obat, sehingga tidak mencapai efek terapi atau

memberikan efek lainnya. Terdapat beberapa degradasi, yaitu; degradasi kimia,

fisika, biologi, dan kombinasi.`

2.4.1 Degradasi Kimia

Zat aktif yang digunakan sebagai obat-obatan memiliki struktur molekul yang

beragam, oleh karena itu rentan terhadap banyak variabel dan jalur degradasi.

Kemungkinan jalur degradasi meliputi hidrolisis, dehidrasi, isomerisasi, eliminasi,

oksidasi, fotodegradasi, dan interaksi yang komplek dengan eksipien. Hal ini akan

sangat berguna jika dapat memprediksi ketidakstabilan kimia obat berdasarkan

struktur molekul (Stability of Drugs and Dosage Forms, 2002).

Salah satu dari jalur degradasi kimia adalah hidrolisis. Pada sebagian besar

produk parenteral, zat aktif dapat kontak dengan air dan bahkan sediaan dalam

bentuk padat mengalami kelembaban, meskipun dalam jumlah yang rendah.


10

Dengan demikian hidrolisis salah satu reaksi yang paling umum terlihat pada obat.

Hidrolisis merupakan jalur utama degradasi suatu obat, terutama pada zat aktif

yang memiliki gugus fungsional ester dan amida (Stability of Drugs and Dosage

Forms, 2002).

2.4.2 Degradasi Fisika

Komponen obat-obatan (zat aktif dan eksipien) yang ada di berbagai keadaan

fisik mikroskopik dengan derajat yang berbeda dari pemerian. Hal ini mengatasi

perubahan fisik yang dapat terjadi pada zat aktif dan eksipien dan menjelaskan

faktor yang mempengaruhi perubahan fisik serta metode untuk menstabilkan obat

(Stability of Drugs and Dosage Forms, 2002).

2.5 Validasi Metode Analisis

Validasi metode dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis yang

digunakan akurat, spesifik, mudah direproduksi, dan stabil pada kisaran analit

yang akan dianalisis. Suatu metode harus divalidasi untuk melakukan verifikasi

bahwa parameter-parameter kinerjanya cukup mampu untuk mengatasi problem

analisis, karenanya suatu metode harus divalidasi, ketika:

1. Metode baru dikembangkan untuk mengatasi problem analisis tertentu.

2. Metode yang sudah baku direvisi untuk menyesuaikan perkembangan atau

karena munculnya suatu problem yang mengarahkan bahwa metode baku

tersebut harus direvisi.

3. Penjaminan mutu yang mengindikasikan bahwa metode baku telah berubah

seiring dengan berjalannya waktu.


11

4. Metode baku digunakan di laboratorium yang berbeda, dikerjakan oleh analis

yang berbeda atau dikerjakan dengan alat yang berbeda.

5. Untuk mendemonstrasikan kesetaraan antar 2 metode, seperti antara metode

baru dan metode baku.

Validasi metode analisa untuk memastikan dan membuktikan bahwa semua

metode analisa (prosedur pengujian) yang digunakan dalam pengujian maupun

pengawasan mutu senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara konsisten

(terus menerus). Jadi dalam validasi metode analisa yang diuji adalah prosedur

tetap pengujian.

Validasi metode analisa dilakukan untuk semua metode analisa yang digunakan

untuk pengawasan kegiatan produksi, dilakukan dengan semua peralatan yang

telah dikalibrasi dan diuji kesuaian sistemnya serta menggunakan bahan baku

pembanding yang sudah dibakukan.

Prosedur metode analisa dapat diadopsi dari berbagai literatur resmi seperti

Farmakope Indonesia (FI), United State Pharmacopea (USP) dan lain-lain.

Metode ini disebut metode analisis adopsi atau yang berasal dari riset yang

dilakukan oleh bagian pengembangan produk atau modifikasi dari prosedur yang

sudah ada dalam literatur resmi disebut metode analisa eksplorasi atau modifikasi.

Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi

metode analisis adalah sebagai berikut:

1. Kecermatan (Presisi)

Presisi merupakan ukuran keterulangan metode analisis dan biasanya

diekspresikan sebagai simpangan baku relatif dari sejumlah sampel yang berbeda.
12

2. Ketepatan (Akurasi)

Akurasi prosedur analisis menyatakan kedekatan antara nilai yang dapat

diterima baik nilai sebenarnya maupun nilai pembanding yang dapat diterima

dengan nilai hasil uji yang diperoleh dengan metode analisis yang dipakai.

Hal ini kadang diistilahkan sebagai kebenaran. Akurasi sering dinyatakan

sebagai persen recovery dari penetapan kadar sampel yang diketahui kadarnya dan

sejumlah analit yang diketahui ditambahkan ke dalam matriks.

% akurasi = x 100%

Untuk mendokumentasikan akurasi, pengumpulan data dari 9 kali penetapan

kadar dengan 3 konsentrasi yang berbeda ( misal 3 konsentrasi dengan 3 kali

replikasi). Data harus dilaporkan sebagai presentase perolehan kembali.

3. Selektifitas

Selektifitas adalah kemampuan untuk mengukur analit yang dituju secara tepat

dan spesifik dengan adanya komponen komponen lain dalam matriks sampel

seperti ketidakmurnian, produk degradasi dan komponen matriks. Untuk tujuan

identifikasi, spesifisitas ditunjukkan denagan kemampuan suatu metode analisis

untuk membedakan antar senyawa yang mempunyai struktur molekul yang

hampir sama.

Untuk tujuan uji kemurnian dan pengukuran kadar, spesifisitas ditunjukkan oleh

daya pisah 2 senyawa yang berdekatan ( sebagaimana dalam kromatografi ).

Senyawa – senyawa tersebut biasanya adalah komponen utama atau komponen

aktif dan atau suatu pengotor.


13

Jika dalam suatu uji terdapat suatu pengotor (impurities) maka suatu metode uji

harus tidak terpengaruh dengan adanya pengotor ini (Ganjar dan Rohman, 2007).

Penetapan spesifitas metode dapat diperoleh dengan 2 cara. Pertama ( dan

yang paling diharapkan), adalah dengan melakukan optimasi sehingga diperoleh

senyawa yang dituju terpisah secara sempurna dari senyawa – senyawa lain. Cara

kedua untuk memperoleh spesifitas adalah dengan menggunakan detektor selektif

teruama untuk senyawa – senyawa yang terelusi secara bersama – sama.

4. Linearitas

Linearitas merupakan kemampuan suatu metode untuk memperoleh hasil –

hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi analit pada kisaran

yang diberikan. Linearitas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva

kalibrasi yang menghubungkan antara respon (y) dengan konsentrasi (x).

Linearitas dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi

yang berbeda – beda. Data yang diperoleh selanjutnya diproses dengan metode

kuadrat terkecil, untuk selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan (slope),

intersep dan koefisien korelasinya.

5. Ketahanan (robustness)

Ketahanan merupakan kapasitas metode untuk tetap tidak terpengaruh oleh

adanya variasi parameter metode yang kecil. Ketahanan dievaluasi dengan

melakukan variasi parameter – parameter seperti persentase pelarut organik, pH,

suhu dan sebagainya. Suatu praktek yang baik untuk mengevaluasi ketahanan

suatu metode adalah dengan memvariasikan parameter – parameter penting dalam

suatu metode secara sistematis lalu mengukur terpengaruhnya pada pemisahan.


14

6. Stabilitas

Untuk memperoleh hasil – hasil analisis yang reprodusibel dan reliabel, maka

sampel, pereaksi dan baku yang digunakan harus stabil pada waktu tertentu

(misalkan 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, atau tergantung kebutuhan). Stabilitas semua

larutan dan reagen sangat penting, baik yang berkaitan dengan suhu , atau yang

berkaitan dengan waktu. Jika larutan tidak stabil pada suhu kamar, maka

penurunan suhu hingga 2 – 8 ºC dapat meningkatkan stabilitas sampel dan standar.

Pendingin dalam autosampler biasanya tersedia untuk keperluan ini. Stabilitas

juga penting, terkait dengan waktu pengerjaan (Ganjar dan Rohman, 2007).

2.6 Kromatografi

Peranan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak, begitu juga

dengan ilmu kromatografi yang merupakan bagian yang penting dalam industri

farmasi dan kimia.

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan

kecepatan perambatan komponen dalam media tertentu.

Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah

fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam akan menahan komponen

campuran sedangkan fasa gerak akan melarutkan zat komponen campuran.

Komponen yang tertahan pada fasa diam akan tertinggal. Sedangkan

komponen yang mudah larut dalam fasa gerak akan bergerak lebih cepat.
15

Untuk memudahkan teknik kromatografi secara instrumentasi dibagi ke dalam

dua kelompok yaitu :

1. Kromatografi Gas

2. Kromatografi Cair

Namun demikian ada beberapa lagi jenis kromatografi tetapi tidak termasuk ke

dalam teknik kromatografi instrumentasi, di antaranya :

1. Kromatografi Kertas

2. Kromatografi Lapis Tipis

3. Kromatografi Kolom

2.7 Kromatografi Cair Kinerja Ultra (UPLC)

Kromatografi Cair Kinerja Ultra (UPLC) menghilangkan kebutuhan untuk

memilih dan menciptakan metode yang sangat efisien terutama didasarkan pada

pemisahan partikel kecil. Kromatografi cair tekanan ultra juga dikenal sebagai

Ultra HPLC adalah bentuk kromatografi kolom yang digunakan untuk

memisahkan, mengidentifikasi, dan mengukur senyawa. Hal ini memungkinkan

untuk pemisahan dan analisis partikel kecil dengan cepat dan efektif.

Liquid Chromatography adalah proses melewati campuran partikel untuk

dipisahkan melaui kolom. Hal ini memungkinkan analit, yang dipisahkan dari

campuran, yang akan diukur dari molekul lain. Kolom diisi dengan bahan

kemasan , yang dikenal sebagai fase diam. Dalam UPLC pompa mendorong

campuran, yang dikenal sebagi fase gerak, melalui kolom. Sebagai fase gerak

melewati fase diam detektor menunjukkan waktu retensi dari molekul yang
16

berbeda. Waktu retensi bervariasi tergantung pada interaksi antara fase diam,

molekul yang dianalisis, dan pelarut yang digunakan.

Selain efisiensi, keuntungan dari bekerja dengan partikel kecil adalah

kenyataan bahwa partikel kecil dapat bekerja dengan kecepatan linear yang lebih

tinggi. Ini berarti bahwa penggunaan partikel yang lebih kecil akan

memungkinkan untuk sempit, puncak tinggi, resolusi yang lebih besar. Banyak

keunggulan dari UPLC terutama didasarkan pada teori dibalik kromatografi cair.

Secara umum, meningkatkan efisiensi pemisahan juga akan akan meningkatan

resolusi. Karena baik efisiensi dan laju alir optimum yang berbanding terbalik

dengan ukuran partikel, penurunan ukuran partikel akan meningkatkan efisiensi

dan mempercepat laju aliran. Dalam sistem UPLC, ukuran partikel menurun

menjadi 1,7 µm dibandingan dengan 3,5µm atau 5μm. Partikel partikel secara

khusus dirancang untuk menahan kisaran luas tekanan dan pH, memiliki kapasitas

beban tinggi dan meningkatkan efisiensi.

Beberapa keuntungan metode UPLC adalah :

1. Waktu analisis relatif sangat cepat

2. Resolusi yang baik

3. Detektornya mempunyai banyak jenis dengan rentang dinamik

4. Kolom analitik yang banyak ragam dan macamnya

5. Dapat dipakai untuk beraneka ragam molekul mulai dari mikro sampai makro

6. Banyak pilihan fasa gerak yang dapat dipakai dan memungkinkan untuk

dipakai kembali.
17

Sistem UPLC terdiri dari dua sistem yaitu sistem pemisahan dan sistem

deteksi. Sistem pemisahan terdiri dari beberapa modul yaitu sistem pemasok

pelarut dan bagian utamanya pompa yang mengalirkan pelarut dan sampel ke

dalam kolom. Sistem deteksi terdiri dari detektor yang dihubungkan pada ujung

akhir kolom. Tengara detektor diproses dalam instrumen analog atau digital atau

diproses secara komputerisasi.

Skema Alat Kromatografi Cair Kinerja Ultra

Gambar 2.2 Skema Kromatografi Cair Kinerja Ultra


Sumber : (Fillyandra, 2013)

Komponen utama UPLC adalah sistem pompa tekanan tinggi, kolom dengan

partikel fase diam yang kecil dan sistem detektor dengan sensitivitas tinggi.
18

1. Fasa gerak

Polaritas merupakan hal penting di dalam UPLC, pengertian polaritas di dalam

kromatografi adalah indeks kemampuan senyawa untuk berinteraksi satu dengan

yang lainnya dalam berbagai cara.

Cara elusi fasa gerak dalam UPLC ada dua macam yaitu :

a. Elusi isokratik

Pada elusi ini dilakukan dengan satu macam atau lebih dari satu macam larutan

pengembang dengan perbandingan yang tetap dari awal sampai akhir pemisahan.

b. Elusi Gradien

Cara ini disebut juga pemrograman fasa gerak yaitu adanya perubahan

komposisi fasa gerak selama proses pemisahan. Pada elusi ini dilakukan dengan

pelarut pengembang campur yang perbandingannya berubah dalam waktu

tertentu.

2. Pompa

Fungsi pompa pada UPLC adalah untuk mengalirkan fasa gerak melalui

kolom pada kecepatan yang terkendali dan konstan.

3. Injektor

Injektor yaitu tempat memasukkan larutan sampel yang akan dianalisis ke

dalam sistem UPLC. Untuk mendapatkan pemisahan yang sempurna selain

ditentukan oleh kolom yang baik, juga ditentukan oleh banyaknya zat yang

dimasukkan ke dalam UPLC melalui injektor.


19

4. Kolom

Kolom memegang peranan penting dalam kromatografi, berhasil atau tidaknya

suatu analisis tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang

sesuai. Kolom diisi dengan kemasan yang sesuai diperlukan untuk pemisahan

tertentu. Ujung-ujung kolom dihubungkan dengan baja nirkarat dan terminal

kolom yang menyambung ke detektor.

5. Detektor

Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di

dalam kolom dan menghitung kadarnya. Detektor yang baik memiliki sensitifitas

yang tinggi, gangguan yang rendah, kisar respons linear yang luas dan member

respon untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap aliran

dan fluktuasi temperatur sangat diinginkan tetapi tidak selalu dapat diperoleh.

Penetapan kadar Cefadroxil dilakukan dengan menggunakan alat UPLC

merupakan sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi.Hal ini

karena didukung oleh kemajuan dalam teknologi kolom, sistem pompa tekanan

tinggi, dan detektor yang sangat sensitif dan beragam. UPLC mampu

menganalisis berbagai cuplikan secara kualitatif maupun kuantitatif, baik dalam

komponen tunggal maupun campuran. Pemisahan solut-solut ini diatur oleh

distribusi solut dalam fase gerak dan fase diam .Penerapan UPLC dengan

pemantauan melalui deteksi UV memberikan suatu metode yang akurat, tepat dan

terandalkan untuk analisis kuantitatif produk-produk farmasi dan merupakan

metode standar di industri dengan tujuan tersebut.


20

Pemantauan terhadap stabilitas obat murni dalam formulasi dengan

pengukuran kuantitas semua hasil dapat terurai dengan jelas.

Gambar 2.3 Bagian-Bagian UPLC Agilent 1290 Infinity II


Sumber : (Michael E. Swart, 2014)
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya baku pembanding

cefadroxil monohydrat, sampel sirup kering cefadroxil 250 mg, asam klorida,

natrium dihidrogen phospat (Merck), dan methanol HPLC grade (Merck).

Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya instrument UPLC

Agilent 1290 Infinity II LC, kolom zorbax eclipse plus C18 RRHD 2,1x50mm 1,8-

micron, kolom Acquity BEH C18 1,7 micron 2,1x50mm, syringe glass 10 mL,

neraca analitik Mettler Toledo, pH meter (Mettler Toledo), labu takar 50 mL dan

250 mL, pipet volumetrik 5,0 mL, piala gelas 500 mL dan 1000 mL, gelas ukur 50

mL dan 1000 mL, pipet tetes, batang pengaduk, corong, erlenmeyer 100 mL,

kertas saring membran 0,2 µm, penyaring 0,2 µm, kertas timbang, ultrasonic

branson 8510 , vial UPLC, dan pompa vakum sartorius.

3.2 Prosedur Penelitian

3.2.1 Pembuatan Fase Gerak

Fase gerak terdiri dari methanol HPLC grade (Merck) dan NaH2PO4 0,05 M.

Fase gerak dibuat perbandingan 10 : 90 antara methanol dan NaH2PO4 0,05 M.

Kemudian saring dengan pompa vakum Sartorius menggunakan filter

membranes 0,2µm. Masukkan ke dalam botol fase gerak 500 mL. Dan hilangkan

gelembung udara dengan ultrasonic selama 10 menit.

21
22

3.2.2 Persiapan Pelarut

Pelarut terdiri dari 10 mL HCl 0,1N dan air. Pembuatan larutan HCl 0,1N =

8,3 mL HClp digenapkan dengan air hingga 1000 mL

3.2.3 Preparasi Larutan Standar

Timbang ±53,0 mg standar cefadroxil, kemudian masukkan ke dalam labu

takar 50 mL, lalu tambahkan 20 mL HCl 0,1N, ultrasonic 10 menit dan

tambahkan air sampai tanda batas ( larutan induk).

Pipet 5 mL larutan induk masukkan kedalam labu takar 50 mL, tambahkan air

sampai tanda batas. Saring dengan menggunakan filter membranes 0,2µm.

3.2.4 Validasi Metode Analisis

Penetapan kadar Cefadroxil menggunakan metode UPLC diawali dengan

melakukan validasi terhadap metode analisanya. Yaitu uji kesesuaian sistem, uji

selektifitas, uji linieritas, uji presisi, uji akurasi, uji stabilitas dan robustness.

a. Uji Kesesuaian Sistem

Larutan standar dengan konsentrasi 100µg/mL diinjeksikan pada UPLC

sebanyak 6 kali. Kemudian dianalisis uji kesesuaian sistem dari 6 kromatogram,

yaitu waktu retensi, area, jumlah plat teori, faktor ikutan dan resolusi jika ada.

b. Uji Selektifitas

Uji selektifitas dilakukan dengan melihat kromatogram yang dihasilkan oleh

pelarut, larutan standar, larutan sampel dan bahan pembantu. Pelarut dan bahan

pembantu tidak boleh memberikan respon area pada daerah serapan bahan aktif.
23

c. Uji Linieritas

Uji linieritas ditentukan dengan melakukan pengujian terhadap 3 seri larutan

standar dengan rentang konsentrasi tertentu (minimal 5 level) dan diuji

menggunakan metode analisis yang akan di validasi.

d. Uji Akurasi dan Presisi

Akurasi dan presisi diperoleh dengan cara menetapkan kadar 3 sampel

masing-masing 3 kali pengulangan. Uji akurasi standar dilaksanakan dengan

melakukan pengujian terhadap 3 larutan standar dan 3 larutan sampel dengan level

konsentrasi yang berbeda, yaitu 80,0; 100,0 dan 120,0 %.

Masing-masing dianalisis dengan menggunakan metode analisis yang akan di

validasi. Persen akurasi diperoleh dengan cara melihat perolehan kembali dan

presisi dilihat dari nilai SBR (%).

e. Uji Stabilitas Larutan

Dengan cara mengulangi pemeriksaan larutan standar dan larutan uji yang

telah disimpan.

f. Robustness

Pada metode analisis ini yang diuji adalah perubahan fasa diam (perubahan

kolom yang digunakan). Parameter yang diuji adalah presisi produk dan

selektivitas. Pemeriksaan uji presisi produk dan uji selektivitas dilakukan sama

seperti uji presisi produk dan uji selektivitas sebelumnya.

3.2.5 Perlakuan Sampel

Suspensikan sampel sirup kering cefadroxil 250 mg dengan 38 mL air. Kocok

baik-baik sampai homogen, kemudian tentukan berat jenis larutan suspensi.


24

Timbang sejumlah suspensi setara dengan 25,0 mg cefadroxil, kemudian

masukkan kedalam labu takar 250 mL, lalu tambahkan 10 mL HCl 0,1N,

ultrasonic 10 menit dan tambahkan air sampai tanda batas. Saring dengan

menggunakan filter membranes 0,20µm.

Sampel sediaan suspensi disimpan selama 10 hari pada suhu kamar dan

diperiksa kestabilan kadar dengan metode UPLC.

3.2.6 Persiapan Alat (Kondisi UPLC)

Kolom yang digunakan adalah zorbax eclipse plus C18 RRHD 2,1x50mm 1,8-

micron, dengan detektor UV-VIS pada panjang gelombang 254 nm. Pompa yang

digunakan adalah mode aliran tetap dengan laju alir 0,29 mL/menit. Fase gerak

yang digunakan adalah methanol HPLC grade dan NaH2PO4 0,05M ( 10 : 90 )

dan volume injeksi 1 µL.

Setelah alat UPLC dihidupkan, maka pompa dijalankan. Kolom dialirkan

dengan methanol selama 30 menit dan dengan purified water selama 30 menit

kemudian dialirkan dengan fase gerak selama 30 menit sampai diperoleh garis

alas yang datar yang menandakan sistem tersebut telah stabil.

Pengukuran dilakukan dengan kondisi sebagai berikut :

1. Kolom : zorbax eclipse plus C18 RRHD 2,1x50mm 1,8-micron

2. Detektor : UV 254 nm
3. Laju alir : 0,29 mL/menit
4. Volume penyuntikkan : 1,0 µl
5. Fase gerak : methanol : NaH2PO4 0,05 M (10:90)
6. Sistem pemisahan : isokratik
25

3.3 Analisis Kuantitatif

3.3.1 Uji Kesesuian Sistem

Dibuat larutan standar dengan cara yang telah dijelaskan sebelumnya.

Dipipet larutan baku induk pembanding sekunder sebanyak 5 mL ke dalam labu

ukur 50 mL, ditambahkan aquadest sampai tanda batas, dan dihomogenkan.

Larutan disaring dengan syringe membrane filters 0,20 µm, dan dimasukkan ke

dalam vial. Diinjeksikan 1,0 µl filtrat sebanyak 6 kali ke dalam alat UPLC dengan

panjang gelombang 254 nm dan laju alir 0,29 mL/menit sebagai uji kesesuian

sistem. Dihitung Simpangan Baku Relatif (SBR) dari hasil perhitungan alat.

Dengan kriteria penerimaan SBR < 2,00%

3.3.2 Perhitungan Uji Kesusaian Sistem

% SBR = × 100 %

Keterangan : SB = Simpangan Baku


x = luas area peak rata-rata

3.3.3 Perhitungan Kadar Cefadroxil

% Cefadroxil = Luas Areaspl x Wstd x 5 x BJ x 250 x Cstd


Luas Areastd x 250 x 500 x Wspl

Keterangan :
Luas Areaspl = luas area cefadroxil pada sampel
Luas Areastd = luas area cefadroxil pada standar
Wstd = bobot standar (53,5 mg)
250 = kandungan zat aktif / 5 mL
Wspl = bobot sampel (0,6 g)
C = konsentrasi baku pembanding sekunder cefadroxil
250 = faktor pengenceran sampel
500 = faktor pengenceran standar
26

3.4 Analisis Fisik Suspensi

Lakukan pengamatan terhadap warna, bau, berat jenis, kekentalan dan pH

suspensi. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 10 hari.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Validasi Metode Analisis

Dari hasil penelitian yang dilakukan, validasi metode analisis cefadroxil

dalam sediaan suspensi secara UPLC diperoleh hasil sebagai berikut:

4.1.1 Hasil Uji Kesesuaian Sistem

Sebelum dilakukan penetapan kadar, terlebih dahulu dilakukan uji kesuaian

sistem. Hal ini dilakukan untuk memastikan suatu sistem yang digunakan untuk

penetapan kadar zat aktif selama proses analisis. Kriteria penerimaan uji

kesesuaian sistem adalah %SBR dari area ≤ 2.0%, faktor ikutan ≤ 2.0% dan

lempeng teoritis ≥ 1000. Hasil uji kesesuaian sistem yang diperoleh dapat dilihat

dari tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Uji Kesesuaian Sistem


Waktu
Cefadroxil Area Retensi Faktor Lempeng
( Menit ) Ikutan Teoritis
Standar 1 425.761 1.31 1.298 1503.72400
Standar 2 424.771 1.31 1.287 1517.36400
Standar 3 425.270 1.32 1.340 1517.53900
Standar 4 424.557 1.32 1.310 1528.65000
Standar 5 429.757 1.32 1.303 1532.76100
Standar 6 428.533 1.32 1.289 1535.31800
Rata-rata 426.442 1.317 1.305 1522.559
SD 2.170 0.005 0.019 11.924
SBR 0.51% 0.39% 1.49% 0.78%

27
28

Berdasarkan hasil uji kesesuaian sistem yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa

sistem yang digunakan baik dan memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.

4.1.2 Hasil Uji Linieritas

Penentuan uji linieritas dilakukan dengan membuat tujuh deret standar dengan

konsentrasi 70 ppm-130 ppm, dari uji ini akan diperoleh persamaan regresi linier.

Hasil dari persamaan regresi linier yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.2 dan

kurva kalibrasi tersebut pada gambar 4.1

Tabel 4.2 Hasil Persamaan Regresi Linier


Cefadroxil
Konsentrasi Area
µg/mL % Linieritas 1 Linieritas 2 Linieritas 3
70.000 70.0 292966 292011 293131
80.000 80.0 328098 329099 328744
90.000 90.0 369486 370010 370248
100.000 100.0 413989 407409 413361
110.000 110.0 448806 444300 443607
120.000 120.0 496048 492859 494781
130.000 130.0 534341 537327 537377
Y = bx + a
A 4069.0893 4063.4214 4064.8964
Regresi
B 5053.0714 4088.5714 5117.3571
R 0.999 0.998 0.998

Grafik Linieritas Cefadroxil


600000.000
550000.000
500000.000
450000.000
Area

400000.000
350000.000
300000.000 y = 4069.1x + 5053.1
250000.000
200000.000 R² = 0.999
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00
Konsentrasi (µg/mL)

Gambar 4.1 Grafik Linieritas Cefadroxil


29

Berdasarkan grafik hubungan antara konsentrasi standar dan area standar,

maka diperoleh koefisien korelasi yaitu 0,999. Adapun persyaratan minimal

untuk koefsien korelasi linieritas adalah r ≥ 0,98. Hal ini menunjukkan bahwa

sistem analisis secara keseluruhan memberi tanggapan yang linier pada rentang

konsentrasi tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa parameter linieritas

terpenuhi.

4.1.3 Hasil Uji Selektifitas

Selektifitas adalah kemampuan suatu metode untuk mengukur analit yang

dimaksud secara tepat dan spesifik dengan adanya senyawa-senyawa lain yang

terkandung di dalam sampel. Untuk menguji selektivitas dari metode yang

divalidasi dilakukan dengan cara memeriksa atau menginjekkan larutan standar,

sampel, plasebo dan pelarut menggunakan metode analisis yang akan divalidasi.

Hasil uji selektifitas dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Uji Selektifitas Cefadroxil


Larutan Waktu Retensi Cefadroxil
Standar 1.31 menit
Sampel 1.32 menit
Pada waktu retensi zat aktif,
Plasebo
plasebo tidak memberikan area yang signifikan
Pada waktu retensi zat aktif,
Pelarut
plasebo tidak memberikan area yang signifikan

Berdasarkan hasil uji selektifitas dapat disimpulkan bahwa hasil injeksi plasebo

tidak memiliki respon puncak, sedangkan pada hasil injeksi sampel dan standar

menghasilkan respon puncak yang sama pada waktu retensi yang sama. Hal ini

menunjukkan bahwa metode ini memiliki kemampuan identifikasi zat aktif


30

cefadoxil sedangkan plasebo tidak berpengaruh terhadap standar dan sampel

sehingga parameter selektifitas terpenuhi.

4.1.4 Hasil Uji Akurasi dan Presisi

Penetapan akurasi merupakan kedekatan hasil uji dibandingkan dengan hasil

yang sebenarnya. Penetapan uji akurasi dengan membuat standar dengan

konsentrasi 100% cefadroxil dan sampel dengan konsentrasi sampel dengan kadar

80%, 100% dan 120%. Konsentrasi sampel cefadroxil dalam matrik sediaan

berturut-turut adalah 80 µg/mL, 100 µg/mL dan 120 µg/mL. Hasil uji akurasi

yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Hasil Uji Akurasi Sampel Cefadroxil


Konsentrasi
Kadar Recovery
Cefadroxil Area
(%) (%)
(%)
80.0 336.054 98.491 98.49
80.0 337.628 98.952 98.95
80.0 339.431 99.480 99.48
100.0 429.715 100.761 100.76
100.0 425.624 99.802 99.80
100.0 429.306 100.665 100.66
120.0 509.075 99.466 99.47
120.0 510.895 99.822 99.82
120.0 508.068 99.270 99.27

Berdasarkan hasil uji akurasi dapat disimpulkan bahwa hasil uji dibandingkan

dengan nilai sebenarnya mempunyai kedekatan dan memenuhi syarat penerimaan

% recovery yaitu 98 – 102 %.


31

Presisi adalah kedekatan beberapa nilai pengujian dari larutan uji yang

homogen pada kondisi normal (larutan yang sama dan diuji secara berurutan).

Larutan yang digunakan untuk uji presisi adalah 3 larutan sampel dengan level

konsentrasi berbeda 80%, 100%,dan 120% masing-masing dibuat 3 replikasi dan

diuji dengan menggunakan metode analisis yang akan divalidasi. Hasil uji presisi

yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Uji Presisi Sampel Cefadroxil


Konsentrasi
Kadar Rata-Rata SBR
Cefadroxil Area
(%) (%) < 2.0%
(%)
80.0 374.724 100.494
80.0 377.074 100.597
80.0 376.548 100.682
100.0 480.258 101.189
100.0 476.249 99.918 100.31 0.62
100.0 486.569 100.191
120.0 572.703 100.869
120.0 566.142 99.396
120.0 568.371 99.459

Berdasarkan hasil analisis presisi dapat disimpulkan bahwa keberulangan

memenuhi syarat untuk pengujian cefadroxil karena memenuhi kriteria

penerimaan %SBR ≤ 2%.

4.1.5 Uji Stabilitas

Stabilitas dimaksudkan untuk mengetahui kestabilan sampel yang diuji, baik

larutan standar maupun larutan sampel.


32

Pemeriksaan stabilitas dilakukan dengan cara mengulangi pemeriksaan standar

dan larutan sampel yang telah disimpan selama 24 jam. Syarat penerimaan ± 2,0

%.Hasil uji stabilitas dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Uji Stabilitas Cefadroxil


Kadar ( % )
Keterangan Kesimpulan
Hari 1 Hari 2
Sampel 100.4 99.0 Stabil
Placebo 0 0 Stabil
Pelarut 0 0 Stabil

Berdasarkan hasil uji stabilitas larutan terhadap waktu menunjukkan bahwa

larutan sampel stabil dalam waktu 24 jam. Hal ini dapat dilihat dari kadar yang

dihasilkan tidak mengalami perubahan sebesar 2%.

4.1.6 Uji Robustness

Robustness adalah ketangguhan suatu metode untuk tetap tidak terpengaruh

oleh adanya variasi atau perubahan parameter-parameter metode seperti

perubahan persentase pelarut organik, perubahan kolom (fasa diam), perubahan

pH, perubahan suhu dan sebagainya. Pada validasi metode ini robustness

dilakukan dengan melakukan perubahan parameter fasa diam (perubahan kolom

yang digunakan). Parameter yang diuji adalah presisi produk dan selektivitas. Uji

presisi produk dan selektivitas dilakukan sama seperti uji presisi produk dan uji

selektivitas sebelumnya. Kolom: Acquity BEH C18 1,7 micron 2,1 x 50 mm.
33

Tabel 4.7 Hasil Uji Robustness Cefadroxil ( Kesesuaian Sistem)


Waktu Retensi Faktor Lempeng
Cefadroxil Area
( Menit ) Ikutan Teoritis
Standar 1 424.690 1.02 1.344 1008.94049
Standar 2 424.962 1.02 1.311 1005.75324
Standar 3 424.079 1.02 1.286 1015.86164
Standar 4 427.309 1.02 1.312 1015.57557
Standar 5 425.795 1.02 1.305 1016.90141
Standar 6 426.978 1.02 1.339 1019.15504
Rata-rata 425.636
Standar
deviasi 1.296
SBR 0.30%

Tabel 4.8 Hasil Uji Robustness Cefadroxil ( Presisi)


Konsentrasi Area Kadar Rata-Rata SBR
Cefadroxil (%) (%) (%) < 2.0%
80.0 376.866 101.260
80.0 377.316 100.852
80.0 373.687 100.106
100.0 474.632 100.193
100.0 482.383 101.397 100.68 0.54
100.0 490.927 101.280
120.0 570.680 100.704
120.0 569.069 100.099
120.0 571.755 100.240

Tabel 4.9 Hasil Uji Robustness Cefadroxil ( Stabilitas )


Larutan Waktu Retensi Cefadroxil

Standar 1.02 menit

Sampel 1.02 menit

Plasebo Pada waktu retensi zat aktif,


plasebo tidak memberikan area yang signifikan
Pelarut Pada waktu retensi zat aktif,
plasebo tidak memberikan area yang signifikan
34

Berdasarkan hasil uji robustness diatas dapat disimpulkan bahwa dengan

menggunakan kolom yang berbeda dapat memenuhi syarat penerimaan uji

kesesuaian sistem, presisi produk dan uji selektifitas. Waktu retensi yang

dihasilkan lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan kolom zorbax.

Berdasarkan hasil diatas metode analisis tersebut robustness untuk pengujian

cefadroxil dalam sediaan suspensi.

4.2 Pengujian Stabilitas Cefadroxil Suspensi

Untuk menjaga kualitas mutu suatu sediaan obat terhadap daya simpan dan

penggunaannya diperlukan kontrol pengujian kadar sediaan tersebut dalam hal

stabilitas obat dengan waktu penggunaaan setelah obat tersebut direkonstitusi.

Stabilitas obat merupakan kemampuan suatu produk untuk mempertahankan sifat

dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat produksi

(identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batasan yang ditetapkan

sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan ( shelf-life). Sediaan obat

dikatakan stabil jika suatu sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat

diterima selama periode penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan

karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat produksi.

Ketidakstabilan produk obat ditentukan oleh dua syarat utama yaitu kualitas dan

keamanan. Stabilitas obat sangat perlu diperhatikan untuk mengurangi terjadinya

penguraian pada zat yang terkandung dalam obat. Standar spesifikasi cefadoxil

suspensi dapat dilihat pada Tabel 4.10.


35

Tabel 4.10 Standar Spesifiksi Cefadroxil Suspensi


Parameter Spesifikasi
Bentuk Sediaan :
 Sebelum larut Suspensi Kering
 Sesudah larut Suspensi
Warna :
 Sebelum larut Putih
 Sesudah larut Orange
Bau Jeruk
Bobot Jenis ( g/mL ) 1.21 + 0.05
pH 4.0 - 6.0
Kekentalan (Cps) 50 – 300
Identifikasi Positif, Sesuai Standar
Kadar :
 Cefadroxil (%) 90.0 – 120.0

Pengujian stabilitas cefadroxil suspensi ini menggunakan sampel dari dua

perusahaan yang berbeda, masing-masing terdiri dari 3 batch. Pengujian

dilakukan selama 10 hari. Hasil uji stabilitas yang diperoleh dapat dilihat pada

Tabel 4.11 dan Tabel 4.12.

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Fisik Cefadroxil Suspensi Ex. PT.M


Parameter
Hari Kekentalan
Bentuk Bj pH
Warna Bau ( Cps)
Sediaan (g/mL)
1 2 3 1 2 3
1 Suspensi Orange Jeruk 1.21 4.8 4.8 4.6 97 95 92
2 Suspensi Orange Jeruk 1.21 4.6 4.8 4.6 90 92 90
3 Suspensi Orange Jeruk 1.21 4.6 4.7 4.5 92 93 90
4 Suspensi Orange Jeruk 1.21 4.7 4.7 4.6 95 95 92
5 Suspensi Orange Jeruk 1.21 4.6 4.6 4.6 90 92 90
6 Suspensi Orange Jeruk 1.21 4.6 4.6 4.5 95 95 92
Jeruk
7 Suspensi Orange 1.21 4.5 4.6 4.5 90 95 92
lemah
Jeruk
8 Suspensi Orange 1.21 4.5 4.6 4.5 95 90 92
lemah
Jeruk
9 Suspensi Orange 1.21 4.5 4.5 4.5 93 92 90
lemah
Jeruk
10 Suspensi Orange 1.21 4.5 4.6 4.6 92 95 92
lemah
36

Tabel 4.12 Hasil Pengujian Fisik Cefadroxil Suspensi Ex. PT.H


Parameter
Hari Kekentalan
Bentuk Bj pH
Warna Bau ( Cps)
Sediaan (g/mL)
1 2 3 1 2 3
1 Suspensi Orange Jeruk 1.05 5.2 5.4 5.6 85 93 91
2 Suspensi Orange Jeruk 1.05 5.1 5.2 5.5 84 97 94
3 Suspensi Orange Jeruk 1.05 5.1 5.1 5.6 86 95 92
4 Suspensi Orange Jeruk 1.05 5.0 5.0 5.6 85 95 93
Jeruk
5 Suspensi Orange 1.05 5.1 5.1 5.3 82 95 90
lemah
Jeruk
6 Suspensi Orange 1.05 5.0 5.1 5.3 80 92 90
lemah
Jeruk
7 Suspensi Orange 1.05 5.1 5.0 5.0 82 94 87
lemah
Jeruk
8 Suspensi Orange 1.05 5.0 5.0 5.2 83 92 87
lemah
Jeruk
9 Suspensi Orange 1.05 5.0 5.2 5.2 80 92 85
lemah
Jeruk
10 Suspensi Orange 1.05 5.0 5.1 5.2 80 90 85
lemah

Pengamatan kualitatif yang dapat dilihat dari dari segi organoleptik obat, yaitu

adanya perubahan warna dan bau pada sampel selama penyimpanan dan

penggunaan, menunjukkan ketidakstabilan obat tersebut. Diantaranya perubahan

warna, perubahan rasa, perubahan bau, perubahan tekstur atau penampilan.

Evaluasi dari uji stabilitas fisika meliputi pemeriksaan organoleptik, homgenitas,

pH dan bobot jenis.

Dalam pengamatan ini sampel cefadroxil suspensi eks PT.M terjadi perubahan

warna dan bau pada hari ke-7, sedangkan sampel cefadroxil eks PT.H terjadi

perubahan warna dan bau pada hari ke-5. Adapun perubahan warna yang terjadi

adalah suspensi yang pada awalnya memiliki warna orange cerah berubah menjadi

orange tua. Perubahan bau yang terjadi, suspensi cefadoxil yang awalnya

beraroma jeruk kuat menjadi berbau jeruk lemah.


37

Perubahan organoleptik yang terjadi menandakan bahwa adanya

ketidakstabilan pada sediaan suspensi cefadroxil ini dapat diakibatkan oleh

ketidakseragaman distribusi bahan penyusun suspensi, pertumbuhan kristal atau

adanya perubahan pada partikel obat.

Hasil uji bobot jenis pada suspensi cefadroxil tidak mengalami perubahan

selama waktu penggunaan. Kekentalan suspensi cefadroxil sampai batas

penggunaan masih memenuhi syarat. Bahan tambahan lain seperti sukrosa dapat

meningkatkan viskositas suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas

suspensi diantaranya adalah kekentalan (viskositas). Kekentalan suatu cairan juga

kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan

alirannya makin turun (kecil). Viskositasnya memungkinkan untuk mudah

mengalir dari wadah ( mudah dituang). Suspensi harus mudah untuk dituang,

memiliki rasa yang menyenangkan dan tahan terhadap mikroba. Sifat fisika

seperti warna, ukuran partikel dan viskositasnya harus konstan selama

penyimpanan. Produk harus aman, efektif, stabil, elegan secara farmasetik selama

penyimpanan.

Hasil pengukuran pH selama waktu penggunaan pada suspensi cefadroxil

mengalami penurunan tetapi tidak terlalu signifikan dan masih memenuhi syarat

yang ditetapkan. Suatu obat kestabilannya dapat dipengaruhi juga oleh pH,

dimana reaksi penguraian dari larutan obat dapat dipercepat dengan penambahan

asam atau basa dengan menggunakan katalisator yang dapat mempercepat reaksi

tanpa ikut bereaksi dan tidak mempengaruhi hasil dari reaksi (Ansel, 2011).
38

Penetapan kadar cefadroxil dalam sediaan suspensi dilakukan selama 10 hari

dengan penyimpanan sampel pada suhu kamar (25-30ºC). Hasil penetapan kadar

cefadroxil dapat dilihat pada Tabel 4.13 dan Tabel 4.14.

Tabel 4.13 Hasil Pengujian Kadar Cefadroxil Suspensi Ex. PT.M


Parameter
Hari Kadar Cefadroxil
Identifikasi ( %)
1 2 3
1 Positif, sesuai standar 101.6 102.8 104.4
2 Positif, sesuai standar 100.0 101.4 101.4
3 Positif, sesuai standar 99.2 100.4 99.9
4 Positif, sesuai standar 99.0 100.4 100.1
5 Positif, sesuai standar 98.2 98.9 99.1
6 Positif, sesuai standar 98.0 98.4 98.8
7 Positif, sesuai standar 97.8 98.3 98.9
8 Positif, sesuai standar 97.9 97.1 98.3
9 Positif, sesuai standar 97.4 97.6 97.5
10 Positif, sesuai standar 96.6 97.2 96.7

Tabel 4.14 Hasil Pengujian Kadar Cefadroxil Suspensi Ex. PT.H


Parameter
Hari Kadar Cefadroxil
Identifikasi ( %)
1 2 3
1 Positif, sesuai standar 102.8 102.1 102.3
2 Positif, sesuai standar 100.8 100.9 100.1
3 Positif, sesuai standar 99.2 99.7 100.7
4 Positif, sesuai standar 98.6 97.8 99.2
5 Positif, sesuai standar 97.8 98.3 97.9
6 Positif, sesuai standar 96.9 98.1 98.2
7 Positif, sesuai standar 97.1 98.1 97.8
8 Positif, sesuai standar 97.4 97.7 96.9
9 Positif, sesuai standar 97.1 96.0 96.1
10 Positif, sesuai standar 96.3 95.6 95.6
39

Grafik penurunan kadar cefadroxil dalam sediaan suspensi setelah

direkonstitusi dengan waktu pengujian selama 10 hari dapat dilihat pada gambar

grafik dibawah ini :

Pengujian Batch 1 Ex. PT.M


102
101.6
101
100 100

99 99
99.2
Kadar ( % )

98.2 97.8
98 97.9
98 97.4
97
96 96.6
95
94
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu ( Hari )

Gambar 4.2 Grafik Pengujiaan Kadar Batch 1 Cefadroxil Ex. PT.M

Pengujian Batch 2 Ex. PT.M


104
103 102.8
102
101.4
101 100.4
Kadar ( % )

100 100.4
99 98.9
98.3
98 98.4 97.6
97 97.1 97.2
96
95
94
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu ( Hari )

Gambar 4.3 Grafik Pengujiaan Kadar Batch 2 Cefadroxil Ex. PT.M


40

Pengujian Batch 3 Ex. PT.M


106
104 104.4

102 101.4
Kadar ( % )

100.1
100
98.8 98.9
99.9 99.1 98.3
98 97.5
96 96.7
94
92
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu ( Hari )

Gambar 4.4 Grafik Pengujiaan Kadar Batch 3 Cefadroxil Ex. PT.M

Penurunan Kadar Cefadroxil Ex. PT.M


106

104

102
KADAR (%)

100
Batch 1
98
Batch 2

96 Batch 3

94

92
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
WAKTU PENGUJIAN ( HARI )

Gambar 4.5 Grafik Penurunan Kadar Cefadroxil Ex. PT.M


41

Pengujian Batch 1 Ex. PT.H


104
102.8
102
100.8
100
Kadar ( % )

99.2 98.6
98
97.1 97.4
97.8
96.9 97.1
96
96.3

94

92
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu ( Hari )

Gambar 4.6 Grafik Pengujiaan Kadar Batch 1 Cefadroxil Ex. PT.H

Pengujian Batch 2 Ex. PT.H

104

102 102.1

100 100.9
99.7
Kadar ( % )

98.3 98.1
98 97.7
98.1
97.8
96 96
95.6
94

92
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu ( Hari )

Gambar 4.7 Grafik Pengujiaan Kadar Batch 2 Cefadroxil Ex. PT.H


42

Pengujian Batch 3 Ex. PT.H


104

102 102.3

100 100.7
100.1
Kadar ( % )

97.9 97.8
98 99.2
98.2 96.9
96 96.1
95.6
94

92
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu ( Hari )

Gambar 4.8 Grafik Pengujiaan Kadar Batch 3 Cefadroxil Ex. PT.H

Penurunan Kadar Cefadroxil Ex. PT.H


104

102

100
KADAR (%)

98 Batch 1

Batch 2
96
Batch 3
94 ``

92
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
WAKTU PENGUJIAN ( HARI )

Gambar 4.9 Grafik Penurunan Kadar Cefadroxil Ex. PT.H

Hasil pengujian selama 10 hari, kadar cefadroxil mengalami penurunan, hal ini

menunjukkan bahwa adanya pengaruh waktu penyimpanan terhadap sediaan

suspensi yang telah direkonstitusi. Terjadi penurunan kadar cefadroxil seiring

dengan bertambahnya waktu.


43

Penurunan kadar cefadroxil dalam sediaan yang telah direkonstitusi

disebabkan terjadi penguraian cefadroxil didalamnya. Hal ini dapat disebabkan

adanya reaksi kimia selama masa penyimpanan, yaitu reaksi hidrolisis. Setelah

cefadroxil mengalami hidrolisis, memungkinkan terjadinya reaksi kesetimbangan

karena cincin β-laktam terbuka. Cincin β-laktam dapat mengalami kerusakan

karena memiliki rantai siklik amida atau laktam mengalami pembukaan cincin

cepat karena hidrolisis (Yoshioka,2002). Penambahan air pada sediaan suspensi

cefadroxil dapat mempercepat terjadinya hidrolisis, karena setelah bereaksi

dengan cefadroxil, air akan mengikat gugus H+ dan OH- dari gugus amida yang

terkandung untuk membentuk H2O (Carstensen, 2000). Suhu, kelembaban dan

pH dapat mempengaruhi tingkat degradasi zat aktif.

Secara reaksi kimia zat aktif dapat terurai karena beberapa faktor diantaranya

oksigen (oksidasi), air (hidrolisis), suhu (oksidasi), cahaya (fotolisis),

karbondioksida (turunnya pH larutan). Pada pengujian kadar dalam masa

penggunaan 10 hari cefadroxil suspensi masih dalam batas spesifikasi menurut

farmakope edisi V yaitu tidak kurang dari 90% dan tidak lebih 120% .

Beberapa efek yang tidak diinginkan dari ketidakstabilan produk farmasi:

(Carstensen dan Rhodes, 2000)

1. Hilangnya zat aktif

2. Konsetrasi zat aktif meningkat

3. Menurunnya status mikrobiologis

4. Hilangnya elegensi produk dan “patient acceptability”

5. Pembentukan hasil urai yang toksik.


44

Penurunan kadar obat sangat berpengaruh pada kesehatan pasien, dengan

turunnya kadar obat tujuan pengobatan tidak tercapai, sehingga pasien

mengkonsumsi obat dengan kadar turun terus-menerus, hal ini disebabkan karena

adanya reaksi kimia selama masa penyimpanan dan penggunaan yaitu reaksi

hidrolisis pada ikatan amida yang terkandung dalam cefadroxil. Mutu obat harus

dipertahankan agar dapat memberikan efek terapeutik yang baik.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Penetapan kadar cefadroxil dalam sediaan suspensi menggunakan metode

UPLC menggunakan fase gerak metanol:buffer fosfat dengan komposisi (10:90

v/v) dapat dilakukan dengan baik karena telah memenuhi persyaratan validasi.

Hal ini menunjukkan bahwa metode analisis tersebut valid.

2. Dengan bertambahnya lama waktu penggunaan semakin rendah persentase

kadar cefadroxil dalam sediaan suspensi yang telah direkonstitusi.

3. Pengamatan organoleptik suspensi cefadroxil menunjukkan terjadinya

ketidakstabilan dengan adanya perubahan warna dan bau dengan bertambahnya

waktu penggunaan.

4. Cefadroxil suspensi yang telah direkonstitusi dapat digunakan sampai 10 hari

penyimpanan dengan kondisi suhu kamar (25-30ºC)

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan pengujian dengan membandingkan jika cefadroxil yang telah

direkonstitusi pada penyimpanan suhu dingin (4-8ºC) selama penggunaannya.

2. Perlu dilakukan pengujian antimikroba terhadap cefadroxil suspensi.

45
DAFTAR PUSTAKA

Ahuja, S dan M.W. Dong. 2005. Handbook of Pharmaceutical Analysis by


HPLC. Volume 7. New york: Elsevier Academic Press.

Anief, Moh. 2007. Farmasetika. Yogyakarta : UGM Press.

Ansel, Howard C.2011. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Edisi ke-4


Farida; Ibrahim, penterjemah. Jakarta :Universitas Indonesia Press.

Brown, P dan K. De Antonis. 1997. High Performance Liquid


Chromatography. In:F.A. Setlle(eds). Handbook of Instrumental
Technique for Analytical Chemistry. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Page149-154.

Carstensen, J.T, dan Rhodes, C.T.2000. Drug Stability Principles and Practies,
Third Edition. New York.

Departemen Kesehatan . 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta :


Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Fillyandra, Pramas. 2013. Teori Dasar dan Aplikasi Kromatografi Cair


Kinerja Tinggi . Jakarta

Gandjar, Ibnu Gholib dan Rohman, Abdul. 2015. Kimia Farmasi Analisis.
Edisi ke-14. Yogyakarta :Pustaka Pelajar.

Goodman dan Gilman. 2007. Dasar Farmakologi Terapi. Jakarta. EGC: Vol 2

Michael E. Swartz, Ultra Performance Liquid Chromatography (UPLC). 2014

Moningka, B.H. 2007. Ringkasan Farmakologi. Menado : UNSRAT Press.

The United State Pharmacopeial Convention 2015. The United State


Pharmacopeia (USP), 38th Edition. United State

Yoshioka, Sumie dan Valentino J. Stella. 2002. Stability of Drug and Dosage
Forms. Kluwer Academic Publishers. Hal.4-12.

46
Lampiran 1. Foto Pemeriksaan Warna Suspensi Cefadroxil Ex.PT M Selama 10 Hari

47
Lampiran 2. Foto Pemeriksaan Warna Suspensi Cefadroxil Ex.PT H Selama 10 Hari

48

Anda mungkin juga menyukai