Reseptor Asetilkolin Di Usus
Reseptor Asetilkolin Di Usus
ALIM MUHAIMIN
201510330311037
PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Farmakologi
yang berjudul “Reseptor Asetilkolin di Usus” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan Laporan Praktikum Farmakologi ini, Kami banyak
mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak
tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, Kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Fathiyah Safithri, M.Kes selaku dosen mata kuliah
farmakologi atas bimbingan, pengarahan, dan kemudahan yang telah diberikan
kepada penulis dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan
makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penting
diharapkan dari pembaca sekalian. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
a. Organ Bath
b. Usus Marmut
c. Larutan Tyrode
d. Kymograph
e. Spuit
f. Atropin
g. Metacholin
A. Preparasi
1. Tikus yang sudah dibunuh, diambil ileumnya sepanjang 3-4 cm.
2. Ileum dimasukkan ke dalam organ bath yang berisi larutan thyrode
dengan temperatur 370C dan di aerasi dengan udara dipompa udara
3. Perubahan pada ileum (kontraksi) diteruskan melalui lever yang
diujungnya dipasang jarum penulis. Besar konsentrasi dicatat pada
kertas kymograph melalui jarum penulis.
4. Respon organ terhadap organ dapat dilihat dengan pemberian obat
ke dalam larutan di dalam organ bath.
B. Pengamatan Respon
Jawaban :
Saluran pencernaan juga dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.
Saraf otonom parasimpatis yaitu: nervus vagus (menginervasi seluruh
saluran pencernaan, kecuali kolon bagian akhir) dan nervus pelvicus.
Pengaruh saraf parasimpatis terhadap saluran pencernaan adalah
meningkatkan aktivitas saluran pencernaan. Saraf simpatis
mempengaruhi saluran pencernaan, menurunkan aktivitasnya.
(Hernawati,2011)
Jawaban :
Pada saluran cerna semua obat dari golongan ini dapat
merangsang peristalsis dan sekresi lambung serta usus. Metakolin
yang diberikan dapat mengaktifkan reseptor muskarinik pada organ
efektor unuk mengubah fungsinya secara langsung, dimana pada
praktikum metakolin akan berikatan dengan reseptor M3 di usus
yang nantinya akan meningkatkan kontraksi dari jaringan usus
terpisah tersebut.
Jawaban :
Hambatan oleh atropin bersifat reversibel dan dapat diatasi dengan
pemberian asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian
antikolinesterase. Atropin memblok asetilkolin endogen maupun eksogen,
tetapi hambatannya jauh lebih kuat terdepresi sentral yang lebih besar
daripada atropin, sedangkan efek perifer terhadap jantung, usus dan otot
bronkus lebih kuat dipengaruhi oleh atropin.
Dalam saluran cerna, atropin bersifat menghambat peristalsis lambung
dan usus, atropin juga disebut obat antispasmodik. Penghambatan terhadap
asetilkolin eksogen (atau ester kolin) terjadi lengkap, tetapi terhadap
asetilkolin endogen hanya terjadi parsial. Atropin menyebabkan
berkurangnya sekresi liur dan sebagian juga sekresi lambung. Pada tukak
peptik, atropin sedikit saja mengurangi sekresi HCL, karena sekresi asam
ini lebih di bawah kontrol fase gaster daripada oleh N. Vagus. Gejala-
gejala ulkum peptikum setelah pemberian atropin terutama dikurangi oleh
hambatan motilitas lambung, inipun memerlukan dosis yang selalu disertai
dengan keringnya mulut. Tetapi sekali terjadi blokade, maka blokade akan
bertahan untuk waktu yang agak lama. Atropin hampir tidak mengurangi
sekresi cairan pankreas, empedu dan cairan usus, yang lebih banyak
dikontrol oleh faktor homoral. (farmakologi UI)