Anda di halaman 1dari 33

Studi Kasus: Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny.

F
Dengan Harga Diri Rendah Kronis

Yolanda Vega Widayana Silaban


widayanasilaban@gmail.com

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang bersifat kronis yang
ditandai dengan ganggguan komunikasi, gangguan realitas (halusinasi atau
waham), afek tidak wajar atau tumpul, gangguan fungsi kognitif serta
mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Pardede &
Hasibuan, 2019). Skizofrenia merupakan penyakit kronis, parah, dan
melumpuhkan, gangguan otak yang di tandai dengan pikiran kacau, waham,
delusi, halusinasi, dan perilaku aneh atau katatonik (Pardede & Laia, 2020).

Salah satu masalah keperawatan skizofrenia adalah harga diri rendah kronis,
karena harga diri rendah merupakan gejala negative dari skizofrenia (Pardede,
Keliat & Wardani, 2020). Harga diri rendah kronis adalah suatu perasaan dalam
diri seseorang yang menganggap bahwa dirinya itu negatif (Irawati, Daulima &
Wardhani, 2019). Harga diri rendah pada orang dengan gangguan jiwa biasanya
di sebabkan oleh kegagalan yang berulang, pernah mengalami pengucilan dan
aniaya fisik, penolakan keluarga, kehilangan kemampuan, kehilangan anggota
tubuh dan kehilangan orang tersayang (Wijayati, Nasir, Hadi & Akhmad,
2020). Gejala negatif yang dialami pasien harga diri rendah kronis diantaranya
afek datar, tidak memiliki kemauan, merasa tidak nyaman, dan menarik diri dari
masyarakat. Gejala negatif pada pasien harga diri rendah kronis juga tampak
dari tidak mampu mengekspresikan perasaan, hilangnya spontanitas dan rasa

1
ingin tahu, menurunnya motivasi, serta hilangnya kemampuan melakukan
aktivitas sehari-hari (Widianti, Keliat & Wardhani, 2017).

Penyakit skizofrenia harga diri rendah kronis seringkali kambuh atau berulang
sehingga perlu diberikan terapi jangka lama yaitu dengan memberi asuhan
keperawatan jiwa untuk mengontrol perilaku hilangnya rasa percaya diri dari
pasien harga diri rendah kronis dengan pemberian intervensi keperawatan jiwa
pada pasien harga diri rendah berfokus pada membina hubungan saling percaya,
memberi kegiatan sesuai dengan kemampuan pasien, meningkatkan kontak
dengan orang lain, mendorong pasien mengungkapkan pikiran dan perasaan
serta membantu melihat prestasi, kemampuan dan harapan pasien (Pardede,
Harjuliska & Ramadia, 2021). Uraian di atas membuat penulis tertari
memberikan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan harga diri rendah.

Survei awal pada pembuatan asuhan keperawatan jiwa pada skizofrenia ini
dilakukan di Yayasan Pemenang Jiwa Sumatera dengan pasien harga diri
rendah kronis berinisial Ny.F. Pasien datang ke Yayasan di bawa keluarga klien
karena awalnya klien sering mengatakan dia gagal dalam hidupnya, tidak
mempunyai kemampuan dalam diriya, serinng melamun dan merasa dirinya
tidak berguna lagi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut : Bagaimana Memberikan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny.
F dengan Harga Diri Rendah Kronis di Yayasan pemenang jiwa Sumatera.

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuannya sebagai berikut :
1.3.1. Tujuan Umum

2
Penulis mampu memberikan asuhan keperawatan jiwa pada Ny. F
dengan Harga Diri Rendah Kronis di Yayasan pemenang jiwa
Sumatera.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui defenisi, tanda & gejala,faktor
penyebab, mekanisme koping, penatalaksanaan pada pasien dengan
Harga Diri Rendah Kronis.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan
Harga Diri Rendah Kronis.
3. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa atau masalah
keperawatan pada Ny. F dengan Harga Diri Rendah Kronis.
4. Mahasiswa mampu menetapkan intervensi keperawatan secara
menyeluruh pada Ny. F dengan Harga Diri Rendah Kronis.
5. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan yang nyata
pada Ny. F dengan Harga Diri Rendah Kronis.
6. Mahasiswa mampu mengevaluasi sebagai tolak ukur guna
menerapkan asuhan keperawatan pada Ny. F dengan Harga Diri
Rendah Kronis.
7. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada
Ny. F dengan Harga Diri Rendah Kronis

1.4 Manfaat
1. Pasien
Diharapkan tindakan yang telah di ajarkan dapat di terapkan secara
mandiri untuk meningkatkan harga diri rendah kronis dan untuk
mendukung kelangsungan kesehatan pasien.
2. Yayasan Pemenang Jiwa Sumatera
Diharapkan dapat menjadi acuan dalam penanganan atau dalam
memberikan pelayanan kepada pasien gangguan jiwa dengan harga diri
rendah kronis di Yayasan Pemenang Jiwa Sumatera.

3
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Harga Diri Rendah Kronis


2.1.1. Defenisi
Harga diri rendah adalah evaluasi diri yang negatif, berupa mengkritik
diri sendiri, dimana seseorang memiliki fikiran negatif dan percaya
bahwa mereka ditakdirkan untuk gagal (Rahayu, Mustikasari &
Daulima, 2019). Harga diri rendah merupakan perasaan negatif
terhadap dirinya sendiri, termasuk kehilangan kepercayaan diri, tidak
berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa
(Purwasih & Susilowati, 2016).

Harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami


evaluasi diri negatif tentang kemampuan dirinya Sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu dimana individu
mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya sendiri dan
kemampuan yang dimiliki, yang menjadikan hilangnya rasa
kepercayaan diri akibat evaluasi negatif yang berlangsung dalam waktu
yang lama karena merasa gagal dalam mencapai keinginan (Febrina,
2018).

2.1.2. Faktor penyebab harga diri rendah kronis


Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah kronis meliputi faktor
Predisposisi dan faktor Presipitasi yaitu (Diana, 2020) :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi
penolakan dari orang tua, seperti tidak dikasih pujian, dan sikap
orang tua yang terlalu mengekang, sehingga anak menjadi
frustasi dan merasa tidak berguna lagi serta merasa rendah diri.

4
b. Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah juga meliputi ideal
diri seperti dituntut untuk selalu berhasil dantidak boleh berbuat
salah, sehingga anak kehilangan rasa percaya diri.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal
misalnya ada salah satu anggota yang mengalami gangguan mental
sehingga keluarga merasa malu dan rendah diri. Pengalaman
traumatik juga dapat menimbulkan harga diri rendah seperti
penganiayaan seksual, kecelakaan yang menyebabkan seseorang
dirawat di rumah sakit dengan pemasangan alat bantu yang tidak
nyaman baginya. Respon terhadap trauma umumnya akan
mengubah arti trauma dan kopingnya menjadi represi dan denial.

2.1.3. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah Kronis


Manifestasi yang biasanya muncul pada klien skizofrenia dengan
masalah harga diri rendah kronis, menurut Rahmawati (2019) :
1. Data Subjektif
a. Pasien mengungkapkan hal negatif terhadap diri sendiri dan
orang lain.
b. Pasien mengungkapkan perasaan tidak mampu.
c. Pasien mengungkapkan pandangan hidup yang pesimis.
d. Pasien mengungkapkan penolakan terhadap kemampuan diri.
e. Pasien mengungkapkan evaluasi diri tidak mampu mengatasi
situasi.
2. Data Objektif
a. Adanya penurunan produktivitas.
b. Pasien cenderung tidak berani menatap lawan bicaranya.
c. Pasien lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi
dengan orang lain.
d. Berbicara lambat dengan nada suara lemah.

5
e. Bimbang, menunjukkan perilaku non-asertif.
f. Mengekspresikan diri tidak berdaya dan tidak berguna.

2.1.4. Proses Terjadinya Harga Rendah Diri


Proses Terjadinya Harga Diri Rendah Harga diri rendah kronis
merupakan lanjutan dari gangguan pada diri klien yang terjadi akibat
harga diri rendah situasional yang tidak terselesaikan atau ketidakadaan
feed back (umpan balik) yang positif dari lingkungan terhadap perilaku
klien sebelumnya. Respon negatif dari lingkungan juga memiliki peran
terhadap gangguan harga diri rendah kronis.Pada awalnya klien
dihadapkan dengan stresor (krisis) dan berusaha untuk
menyelesaikannya tetapi tidak tuntas. Ketidaktuntasan itu menimbulkan
evaluasi diri bahwa ia tidak mampu atau gagal menjalankan peran dan
fungsinya. Evaluasi diri yang negatif karena merasa gagal merupakan
gangguan harga diri rendah situasional yang berlanjut menjadi harga
diri rendah kronis akibat tidak adanya respon positif dari lingkungan
pada klien (Safitri, 2020).

2.1.5. Rentang Respon Harga Diri Rendah Kronis


Adapun rentang respon harga diri rendah kronis menurut (Dwi, 2020)

Keterangan :
1. Aktualisasi diri : Pernyataan konsep diri positif dengan pengalaman
sukses.
2. Konsep diri positif : Mempunyai pengalaman positif dalam
perwujudan dirinya.

6
3. Harga diri rendah : Perasaan yang negatif pada diri sendiri,
hilangnya percaya diri, tidak berharga lagi, tidak berdaya, dan
pesimis.
4. Keracunan identitas : Kegagalan seseorang untuk mengintegrasikan
berbagai identifikasi masa anak-anak.
5. Dipersonalisasi : Perasaan sulit membedakan diri sendiri dan merasa
tidak nyata dan asing

2.1.6. Mekanisme Koping


Seseorang dengan harga diri rendah kronis memiliki mekanisme koping
jangka pendek dan jangka panjang. Jika mekanisme koping jangka
pendek tidak memberikan hasil yang telah diharapkan individu, maka
individu dapat mengembangkan mekanis koping jangka panjang (Dwi,
2020).
Mekanisme tersebut mencakup sebagai berikut :
1. Jangka Pendek
a. Aktivitas yang dilakukan untuk pelarian sementara yaitu :
pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton tv secara terus
menerus.
b. Aktivitas yang memberikan penggantian identitas bersifat
sementara, misalnya ikut kelompok sosial, agama, dan politik).
c. Aktivitas yang memberikan dukungan bersifat sementara
misalnya perlombaan.
2. Jangka Panjang
Penutupan identitas :
a. terlalu terburu-buru mengadopsi identitas yang disukai dari
orang-orang yang berarti tanpa memperhatikan keinginan atau
potensi diri sendiri.
b. Identitas Negatif : asumsi identitas yang bertentangan dengan
nilai-nilai dan harapan masyarakat.

7
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan pengambilan data yang dilakukan pertama kali
oleh perawat setelah pasien masuk. Pengkajian merupakan tahap awal
dari proses keperawatan. Disini semua data dikumpulkan secara
sistematis untuk menentukan status kesehatan klien saat ini. Pengkajian
harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis,
psikologis, social maupun spiritual klien. Pengkajian keperawatan tidak
sama dengan pengkajian medis. Pengkajian medis difokuskan pada
keadaan patologis, sedangkan pengkajian keperawatan ditujukan pada
respon klien terhadap masalah-masalah kesehatan yang berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Misalnya dapatkah klien
melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga fokus pengkajian klien adalah
respon klien yang nyata maupun potensial terhadap masalah-masalah
aktifitas harian (Sitorus, 2019).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan sensori : Halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah kronis

8
Pohon Masalah Harga Diri Rendah Kronis Berdasarkan Diagnosa Di Atas

Gangguan
Persepsi Sensori
: halusinasi

Isolasi Sosial

Gangguan
Konsep Diri :
harga diri
rendah kronis

2.2.3 Tindakan Keperawatan


implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.
Pada situasi nyata sering pelaksanaan jauh berbeda dengan rencana,
hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana
tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Sebelum
melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan,
perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan
masih sesuai dan dibutuhkan pasien sesuai dengan kondisinya (here
and now). Perawat juga menilai diri sendiri, apakah kemampuan
interpersonal, intelektual, tekhnikal sesuai dengan tindakan yang
akan dilaksanakan, dinilai kembali apakah aman bagi pasien.
Setelah semuanya tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan
boleh dilaksanakan (Rokhimma & Rahayu, 2020).

9
2.2.4 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus
pada respon klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan, evaluasi
dapat dibagi dua jenis yaitu: evaluasi proses atau formatif dilakukan
selesai melaksanakan tindakan. Evaluasi hasil atau sumatif dilakukan
dengan membandingkan respon klien pada tujuan umum dan tujuan
khusus yang telah ditentukan. Evaluasi keperawatan yang diharapkan
pada pasien yang mendapatkan asuhan keperawatan halusinasi, pasien
mampu mengenali halusinasi, klien terlatih mengontrol halusinasi, klien
mampu bercakap-cakap dengan orang lain, klien mampu beraktivitas
secara terjadwal (Andri, 2019).

10
BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Inisial : Ny.F
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 56 Tahun
Agama : Kristen
Status : Lajang
Tanggal pengkajian : Maret 2021
Informan : Pasien dan pengawas yayasan

3.2 Alasan Masuk Yayasan Pemenang Jiwa


pasien masuk ke yayasan pemenangan jiwa diantar oleh abang kandungnya dan
abangnya mengatakan pasien sering merasa dirinya tidak berguna lagi, pasien
mengatakan tidak mempunyai kemampuan lagi yang bisa dirinya lakukan,
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari staf pegawai yayasan, pasien ketika
pertama kali masuk yayasan sempat tidak mau makan dan minum hanya
termenung saja, dan ketika pasien disuruh mandi pasien hanya diam dan menangis
saja.

3.3 Faktor Predisposisi


Pasien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa dan di rawat di RSJ
Muhamad Idrim pada tahun 2013 - 2014, yang mengakibatkan pasien menjadi
gangguan jiwa ketika kedua orangtuanya meninggal dunia dan pasien mengatakan
pernah bersetubuh dengan abang kandungnya. Ny.F menarik diri, merasa dirinya
tidak berguna lagi sehingga ia lebih menutup diri
Masalah keperawatan yang muncul : Harga Diri Rendah Kronis

11
3.4 Fisik
Pasien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,
didapatkan hasil TD : 120/80 mmHg ; N : 75x/i ; S : 37oC ; P : 20x/i. Pasien
memiliki tinggi badan 155 cm dan berat badan 60 Kg.

3.5 Psikososial
1.5.1 Genogram

Tn.B Ny.C
BBB C yy

Ny.F
FfFFf
Penjelasan : FFFF
FF
Klien anak ketiga dari 4 bersaudara, klien berinisial Ny.F ,anak yatim piatu
orangtuanya meninggal sekitar 15 tahun yg lalu.

Keterangan :
: Perempuan

: Laki-Laki

Ny.F : Klien
FfFFf
FFFF : Meninggal
FF

12
1.5.2 Konsep Diri
1. Gambaran diri : Pasien menyukai seluruh tubuhnya dan tidak ada
yang cacat
2. Identitas : Pasien anak ke 3 dari 4 bersaudara, Pasien lulusan
SMA yang saat ini tidak memiliki pekerjaan
3. Peran : Pasien berperan sebagai istri dan ibu dari anak
anaknya, tetapi tidak lagi selama gangguan jiwa
4. Ideal diri : Pasien ingin cepat sembuh
5. Harga diri : Pasien merasa tidak berarti lagi dalam menjalani
kehidupannya
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah kronis

1.5.3 Hubungan Sosial


1. Orang yang berarti : orang yang berarti saat ini dalam kehidupan Pasien
adalah pemilik yayasan serta staf pegawai yayasan dikarenakan mereka
yang menjaga dan merawat pasien tersebut
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : Pasien bersifat
apatis, ketika tidak ada yang mengarahkannya untuk melakukan suatu
kegiatan. Pasien selalu mengikuti kegiatan kelompok di yayasan
seperti beribadah, bergotong royong (memberikan halaman rumah,
membakar sampah). Akan tetapi harus selalu diarahkan terlebih dahulu.
3. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : Pasien hanya
berbicara seperlunya saja. Ketika di tanya, pasien hanya sebatas
menjawab pertanyaan kita, lalu kebanyakan diam
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

1.5.4 Spiritual
1. Nilai dan Keyakinan : Pasien beragama Kristen
2. Kegiatan Ibadah : Pasien selalu mengikuti ibadah yang dilakukan
di yayasan

13
1.5.5 Status Mental
1. Penampilan
Pasien berpenampilan bersih, dan rapi
2. Pembicaraan
Pasien mampu menjawab pertanyaan dengan jelas tetapi tidak dapat
cepat memahami pertanyaan yang diberikan
3. Aktivitas Motorik
Pasien terlihat duduk dengan keadaan tenang
4. Suasana perasaan
Pasien merasa tidak dianggap ada lagi oleh keluarganya karena Cuma
satu kali saja di jenguk selama 7 tahun telah di rawat di yayasan
pemenang jiwa. dan merasa minder dengan orang lain karena tidak
dapat melakukan kegiatan apapun lagi.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah Kronis
5. Afek
Afek pasien labil, dan sering menunduk
Masalah keperawatan :Isolasi sosial
6. Interaksi selama wawancara
Pasien kooperatif, tidak ada kontak mata pada lawan bicara, sering
menunduk dan tidak banyak bicara.
7. Persepsi
pasien merasa tidak pernah dihargai
8. Proses Pikir
Pasien mampu menjawab apa yang ditanya dengan baik.
9. Isi pikir
Pasien dapat mengontrol isi pikirnya
10. Tingkat kesadaran
Pasien mengalami gangguan orientasi, pasien mengenali waktu, orang
dan tempat sesaat.
11. Memori

14
Pasien mampu menceritakan kejadian di masa lalu
12. Tingkat konsentrasi berhitung
Pasien mampu berkonsentrasi dalam perhitungan sederhana tanpa
bantuan orang lain.
13. Kemampuan penilaian
Pasien dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk.
14. Daya tilik diri
Pasien tidak mengingkari penyakit yang diderita, pasien mengetahui
bahwa dia memiliki harga diri rendah, karena selalu merasa dirinya
tidak ada gunanya lagi hidup di dunia ini.

3.6 Mekanisme Koping


Pasien mengalami mekanisme koping adaptif yaitu pasien dapat berbicara baik
dengan orang lain.

3.7 Masalah Psikososial dan Lingkungan


Pasien mengatakan sulit berteman dengan orang lain karena pasien lebih` banyak
diam, pasien sangat sulit untuk memulai pembicaraan dengan orang lain. Lebih
sering termenung sendirian.

3.8 Pengetahuan Kurang Tentang Gangguan Jiwa


Pasien tidak mengetahui tentang penyakit gangguan jiwa dan pasien tahu obat apa
yang diminum nya setiap hari yang diberikan oleh staf pegawai yayasan.

3.9 Analisa Data


No. Identifikasi Data Masalah Keperawatan
1. DS :
- Klien merasa tidak dihargai dan
klien merasa tidak berguna
Gangguan Konsep Diri :
- Klien merasa minder dan malu
Harga diri rendah kronis
karena tidak bias melakukan apapun
dalam hidupnya.

15
DO :
- Klien tampak sedih, suara menjadi
pelan, kontak mata kurang
2. DS : Isolasi Sosial
Pasien mengatakan pernah
menerima tindak pelecehan
seksual dari abang
kandungnya

DO :
- Pasien tampak tidak dapat
memandang orang lain dan sering
menunduk
3. DS :
- Klien mengatakan sering mendengar
suara - suara yang memanggil
namanya namun orangnya tidak
terlihat
- Klien merasa takut dan gelisah jika
Gangguan Persepsi
mendengar suara itu muncul
Sensori : Halusinasi
- Klien sering mendengar suara itu
Pendengaran
jika klien sendirian
DO :
- Klien menutup telinganya saat suara
itu datang memanggil namanya
- Klien berbicara ngawur dan senyum
– senyum sendiri

3.10 Masalah Keperawatan


1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah kronis
2. Isolasi sosial
3. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran

16
3.11 Pohon Masalah

Gangguan Persepsi Sensori :


halusinasi

Isolasi Sosial

Gangguan Konsep Diri :


harga diri rendah kronis

3.12 Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah kronis
2. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran

3.13 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Gangguan Klien 1. Klien mampu SP 1:
konsep diri : dapat mengidentifikasi Mengidentifikasi
harga diri membina kemampuan dan kemampuan dan aspek
rendah hubungan aspek positif yang positif yang dimiliki
saling dimiliki
percaya 2. Klien mampu SP 2:
menilai kemampuan - Menilai kemampuan
yang dapat yang dapat digunakan
digunakan - Menetapkan/memilih
3. Klien mampu kegiatan sesuai
menetapkan/memilih kemampuan
kegiatan sesuai - Melatih kegiatan
kemampuan sesuai kemampuan
4. Klien mampu yang dipilih
melatih kegiatan
sesuai kemampuan SP 3:
yang dipilih 1

17
5. Klien mampu Melatih kegiatan sesuai
melatih kegiatan kemampuan yang dipilih
sesuai kemampuan 2
yang dipilih 2 SP 4:
1. Klien mampu Melatih kegiatan sesuai
melatih kegiatan kemampuan yang dipilih
sesuai kemampuan 3
yang dipilih 3
Gangguan Klien 1. Klien mampu Sp 1 :
Persepsi dapat mengenal 1 Mengidentifikasi isi,
Sensori : mebina halusinasinya frekuensi, waktu terjadi,
Halusinasi hubungan 2. Klien mampu situasi pencetus, perasaan
saling Mengontrol dan respon halusinasi.
percaya halusinasi dengan 2 Mengontrol halusinasi
cara menghardik dengan cara menghardik
3. Klien mampu
mengontrol Sp 2 : mengontrol halusinasi
halusinasi dengan dengan makan obat
makan obat teratur teratur
4. Klien mampu
mengontrol Sp 3 : mengontrol halusinasi
halusinasi dengan dengan bercakap-cakap
bercakap-cakap dengan orang lain
dengan orang lain
5. Klien mampu Sp 4 : mengontrol halusinasi
mengontrol Dengan melakukan
halusinasi dengan kegiatan terjadwal.
melakukan kegiatan
terjadwal.

18
3.14 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Hari / Implementasi Evaluasi
Tanggal
1. Data S : Senang
Selasa , 9
- Klien tampak murung O:
maret
- Berbicara hanya ketika ditanya - Pasien mampu mengenali
2021.
- Nada bicara pelan Mengidentifikasi kemampuan
10.30 Wib.
dan aspek positif yang dimiliki
pasien
2.Diagnosa Keperawatan
Gangguan konsep diri : Harga Diri
A : harga diri rendah (+)
Rendah Kronis
P:
Latihan mengidentifikasi kemampuan
3.Tindakan Keperawatan dan aspek positif yang dimiliki pasien
Sp1 harga diri rendah 3x/hari
- Mengidentifikasi kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki
pasien
4.RTL
Sp2 : - menilai kemampuan yang
dapat digunakan
- Menetapkan/memilih kegiatan
sesuai kemampuan
- Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 1
Sp3 : Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 2

Kamis 11 , 1. Data S : Senang


maret - Klien tampak murung O:
2021. - Berbicara hanya ketika ditanya

19
10.30 Wib. - Nada bicara pelan - Pasien mampu mengenali
Mengidentifikasi kemampuan
2.Diagnosa Keperawatan dan aspek positif yang dimiliki
Gangguan konsep diri : Harga Diri pasien
Rendah Kronis
A : harga diri rendah (+)
3.Tindakan Keperawatan P:
Sp2 : - menilai kemampuan yang - Latihan mengidentifikasi
dapat digunakan kemampuan dan aspek positif
- Menetapkan/memilih kegiatan yang dimiliki pasien harga diri
sesuai kemampuan rendah 3x/hari
- Melatih kegiatan sesuai - Latihan kegiatan yang dipilih 1
kemampuan yang dipilih 1 - Latihan kegiatan yang dipilih 2
Sp3 : Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 2

4.RTL
Sp4 : Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 3

Sabtu 13 1. Data S : Senang


Maret 2021 - Klien tampak murung O:
10.30 wib - Berbicara hanya ketika ditanya - Pasien mampu mengenali
- Nada bicara pelan Mengidentifikasi kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki
2.Diagnosa Keperawatan pasien
Gangguan konsep diri : Harga Diri
Rendah Kronis A : harga diri rendah (+)
P:

20
3.Tindakan Keperawatan - Latihan mengidentifikasi
Sp4 : Melatih kegiatan sesuai kemampuan dan aspek positif
kemampuan yang dipilih yang dimiliki pasien harga diri
3 rendah 3x/hari
- Latihan kegiatan yang dipilih 3
4.RTL
Harga diri rendah kronis : Follow up
dan evaluasi SP 1-4 Harga diri
rendah kronis

Selasa 16 1. Data S : Senang


Maret 2021 - Klien tampak murung O:
10.30 wib - Berbicara hanya ketika ditanya - Pasien mampu mengenali
- Nada bicara pelan Mengidentifikasi kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki
pasien
2.Diagnosa Keperawatan
Gangguan konsep diri : Harga Diri
A : harga diri rendah (+)
Rendah Kronis
P:
- Latihan mengidentifikasi
3.Tindakan Keperawatan
kemampuan dan aspek positif
Sp1
yang dimiliki pasien harga diri
- Mengidentifikasi kemampuan
rendah 3x/hari
dan aspek positif yang dimiliki
- Latihan kegiatan yang di pilih 1
pasien
- Latihan kegiatan yang di pilih 2
Sp2 : - menilai kemampuan yang
- Latihan kegiatan yang di pilih 3
dapat digunakan
- Menetapkan/memilih kegiatan
sesuai kemampuan

21
- Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 1
Sp3 : Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 2
Sp4 : Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 2

Hari / Implementasi Evaluasi


Tanggal
Jumat , 19 Data S : Senang
maret Tanda dan gejala : O:
2021. klien mengeluh merasa terikat - Pasien mampu mengenali
10.30 bagian hidungnya dan sulit halusinasi yang dialami nya; isi,
WIB.
menelan frekuensi, watu terjadi, sruasi
pencetus,perasaan, respon dengan
mandiri
Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : - Pasien mampu Mengontrol
halusinasi pendengaran halusinasinya dengan cara
menghardik dengan bantuan
Tindakan Keperawatan
Sp1 halusinasi A : Halusinasi (+)
- Melatih pasien P :
mengidentifikasi - Latihan mengidentifikasi
halusinasinya; isi, frekuensi, halusinasinya; isi, frekuensi, watu
watu terjadi, sruasi pencetus, terjadi, sruasi pencetus, perasaan
perasaan dan respon halusinasi dan respon halusinasi 3x/hari
- Mengontrol halusinasi dengan - Latihan menghardik halusinasi 3x/
cara menghardik hari

22
RTL
Sp2 : mengontrol halusinasi dengan
cara minum obat

Sp3 : mengontrol halusinasi dengan


cara bercakap – cakap
Jumat , 23 Data S : Klien Senang dan Antusias
maret Tanda dan gejala : Tanda dan O:
2021. gejala :klien mengeluh merasa - klien mampu mengontrol halusinasi
10.30 terikat bagian hidungnya dan sulit dengan minum obat secara teratur
WIB.
menelan dengan bantuan pengawas yayasan.
- Klien mampu melakukan
Diagnosa keperawatan komunikasi secara verbal :
Gangguan persepsi sensori : asertif/bicara baik-baik dengan
Halusinasi pendengaran motivasi.

Tindakan keperawatan A :: Halusinasi (+).


Sp2 :Memberikan informasi tentang
cara pengunaan obat minum P :
obat - Latihan mengidentifikasi
Sp3 :memberikan informasi dampak halusinasinya; isi, frekuensi, watu
positif mengontol halusinasi terjadi, sruasi pencetus, perasaan
dengan cara bercakap – cakap dan respon halusinasi 3x/hari
RTL : - Latihan menghardik halusinasi 3x/
Sp4 : Mengontrol halusinasi dengan hari
cara melakukan aktivitas
- Latihan minum obat dengan prinsip
6 benar 2x/ hari
- Latihan komunikasi secara verbal :
asertif/bicara baik-baik 3x/ hari.

23
Kamis, 25 Data S : Senang
maret Tanda dan gejala : O:
2021. klien mengeluh merasa terikat - Pasien mampu mengenali
11.30 Wib bagian hidungnya dan sulit halusinasi yang dialami nya; isi,
menelan frekuensi, watu terjadi, sruasi
pencetus,perasaan, respon dengan
Diagnosa Keperawatan mandiri
Gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran - Pasien mampu Mengontrol
halusinasinya dengan cara
Tindakan Keperawatan menghardik dengan bantuan
Sp1 halusinasi
- Melatih pasien A : Halusinasi (+)
mengidentifikasi P:
halusinasinya; isi, frekuensi, - Latihan mengidentifikasi
watu terjadi, sruasi pencetus, halusinasinya; isi, frekuensi, watu
perasaan dan respon halusinasi terjadi, sruasi pencetus, perasaan
- Mengontrol halusinasi dengan dan respon halusinasi 3x/hari
cara menghardik - Latihan menghardik halusinasi 3x/
Sp2 :Memberikan informasi tentang hari
cara pengunaan obat minum - Minum obat secara teratur
obat - Latihan bercakap-cakap dengan
Sp3 :memberikan informasi dampak orang lain
positif mengontol halusinasi - Latihan kegiatan terjadwal
dengan cara bercakap – cakap
Sp4 : Mengontrol halusinasi dengan
cara melakukan aktivitas

24
RTL
Halusinasi : Follow up dan evaluasi
SP 1-4 Halusinasi

25
BAB 4
PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan kepada Ny. F dengan Harga Diri
Rendah Kronis di Yayasan Pemenang Jiwa Sumatra, maka penulis pada BAB ini akan
membahas kesenjangan antara teoritis dengan tinjauan kasus. Pembahasan dimulai
melalui tahapan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keparawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
4.1 Tahap Pengkajian
Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber, yaitu dari
pasien dan tenaga kesehatan di yayasan pemenang jiwa. Penulis mendapat sedikit
kesulitan dalam menyimpulkan data karena keluarga pasien jarang mengunjungi
pasien di yayasan pemenang jiwa. Maka penulis melakukan pendekatan kepada
pasien melalui komunikasi teraupetik yang lebih terbuka membantu klien untuk
memecahkan perasaannya dan juga melakukan observasi kepada pasien. Adapun
upaya tersebut yaitu:
1. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada klien
agar klien lebih terbuka dan lebih percaya dengan menggunakan perasaan.
2. Mengadakan pengkajian klien dengan wawancara
3. Mengadakan pengkajian bertanya kepada pegawai yayasan pemenang jiwa.
Dalam pengkajian ini, penulis tidak menemukan kesenjangan karena ditemukan
hal sama seperti diteori: Mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, pandangan
hidup yang pesimis, penurunan produktivitas, penolakan terhadap kemampuan
diri, malu terhadap diri sendiri, bicara ngawur, suka menyendiri, kontak mata
kurang (Pardede, 2019).

26
4.2 Tahap perencanaan
Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan rencana asuhan
keperawatan yang merupakan tahap selanjutnya setelah pangkajian dan penentuan
diagnosa keperawatan. Pada tahap perencanaan penulis hanya menyusun rencana
tindakan keperawatan sesuai dengan pohon masalah keperawatan yaitu :
Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah kronis

Pada tahap ini antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus tidak ada kesenjangan
sehingga penulis dapat melaksanakan tindakan seoptimal mungkin dan didukung
dengan tersedianya sarana ruangan perawat yang baik dan adanya bimbingan dan
petunjuk dari petugas kesehatan dari rumah sakit jiwa yang diberikan kepada
penulis. Secara teoritis digunakan cara strategi pertemuan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang muncul saat pengkajian. Adapun upaya yang dilakukan penulis
yaitu :
Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah kronis
1. Harga Diri Rendah Kronis
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
a. Menilai kemampuan yang dapat digunakan
b. Menetapkan atau memilih kegiatan sesuai kemampuan
c. Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 1
2. Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 2
3. Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 3
4. Mengevalusi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Halusinasi
a. Identifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, dan respon
terhadap halusinasi
b. Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
c. Mengontrol Halusinasi dengan cara minum obat secara teratur
d. Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap – cakap dengan orang lain
e. Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas terjadwal

27
4.3 Tahap Implementasi
Pada tahap implementasi mahasiswa hanya mengatasi masalah keperawatan
dengan diagnosa keperawatan Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah kronis.
Pada diagnosa keperawatan Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah kronis
dilakukan strategi pertemuan yaitu mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki pasien, menilai kemampuan yang dapat digunakan menetapkan/
memilih kegiatan sesuai kemampuan “melatih kegiatan sesuai kemampuan yang
dipilih 1”, melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dpilih 2, dan melatih kegiatan
sesuai kemampuan yang di pilih 3 (Pardede, Keliat, & Yulia, 2015).

4.4 Tahap evaluasi


Pada tinjauan kasus evaluasi yang dihasilkan adalah :
1. Pasien mempercayai perawat sebagai terapis
2. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3. Pasien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan
4. Pasien mampu menetapkan/ memilih kegiatan sesuai kemampuan “melatih
kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 1”
5. Pasien dapat melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dpilih 2
6. Pasien dapat melatih kegiatan sesuai kemampuan yang di pilih 3

28
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah menguraikan tentang proses keperawatan pada Ny.F penulis melanjutkan


asuhan keperawatan pada pasien dengan Harga Diri Rendah Kronis di Yayasan
Pemenang Jiwa Sumatera, Maka perlu mengambil kesimpulan untuk meningkatkan
mutu asuhan keperawatan yang telah ada :
1. Dalam melakukan asuhan keperawatan pasien dengan kasus Harga Diri Rendah
Kronis dilakukan meliputi aspek psikososial, spiritual dan melibatkan keluarga
didalamnya
2. Dalam melakukan asuhan keperawatan maka antar perawat dan pasien harus
membina hubungan saling percaya
3. Bagi mahasiswa/mahasiswi agar lebih memperdalam ilmu pengetahuan
khususnya tentang keperawatan jiwa
4. Bagi pasien agar dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik serta pasien
mengikuti pengobatan secara optimal sampai berhasil agar tidak terulang
Kembali
5. Peran serta keluarga sangat penting dalam penyembuhan pasien karena dengan
dukungan keluarga penyembuhan pasien dapat tercapai sesuai dengan yang
diharapkan

5.2 Saran
1. Bagi Pasien
Pasien dapat mengontrol harga diri rendah kronis dengan cara mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, menilai kemampuan yang
dapat digunakan menetapkan/ memilih kegiatan sesuai kemampuan “melatih
kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 1”, melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dpilih 2, dan melatih kegiatan sesuai kemampuan yang di
pilih 3

29
2. Bagi Yayasan Pemenang Jiwa
Diharapkan pada yayasan agar selalu memberikan dukungan kepada pasien
karena dukungan dapat memberikan efek yang bagus untuk psikis klien.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Andri, J., Febriawati, H., Panzilion, P., Sari, S. N., & Utama, D. A. (2019).
Implementasi keperawatan dengan pengendalian diri klien halusinasi pada
pasien skizofrenia. Jurnal Kesmas Asclepius, 1(2),
https://doi.org/10.31539/jka.v1i2.922

2. Diana Putri, (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Skizofrenia Dengan


Masalah Keperawatan Harga Diri Rendah Kronis Di Rumah Sakit Jiwa Dr.
Arif Zainudin Surakarta (Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah
Ponorogo).http://eprints.umpo.ac.id/id/eprint/6155

3. Dwi Saptina, (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Skizofrenia Dengan


Masalah Harga Diri Rendah Kronik (Doctoral Dissertation, Universitas
Muhammadiyah Ponorogo). http://eprints.umpo.ac.id/id/eprint/6116

4. Febrina. (2018). “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Keluarga Dengan Harga


Diri Rendah Kronis di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang”
Poltekkes Kemenkes Padang.

5. Irawati, K., Daulima, N. H. C., & Wardhani, I. Y. (2019). Manajemen Kasus


Pada Klien Harga Diri Rendah Kronis Dengan Pendekatan Teori Caring. Jurnal
Keperawatan, 11(2).https://doi.org/10.32583/keperawatan.v11i2.486

6. Pardede, J. A., & Hasibuan, E. K. (2019). Dukungan Caregiver Dengan


Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia. Idea Nursing Journal, 10(2).

7. Pardede, J. A., & Laia, B. (2020). Decreasing Symptoms of Risk of Violent


Behavior in Schizophrenia Patients Through Group Activity Therapy. Jurnal
Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(3). http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v3i3.621

8. Pardede, J. A., Harjuliska, H., & Ramadia, A. (2021). Self-Efficacy dan Peran
Keluarga Berhubungan dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien
Skizofrenia. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 4(1), 57-66.
http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v4i1.846

9. Pardede, J. A. (2019). Health Education Of Drinking Medication Adherence


On Schizophrenia Patients. Journal Of Psychiatry, 2(2), 723.

10. Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Wardani, I. Y. (2020). The Symptoms of Low
Self-Esteem Decline after Being Given Acceptance and Commitment
Therapy. Adv Practice Nurs, 5, 170.

31
11. Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Yulia, I. (2015). Kepatuhan Dan Komitmen
Klien Skizofrenia Meningkat Setelah Diberikan Acceptance And Commitment
Therapy Dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 18(3), 157-166. https://doi.org/10.7454/jki.v18i3.419

12. Purwasih, R., & Susilowati, Y. (2016). Penatalaksanaan Pasien Gangguan Jiwa
Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Di Ruang Gathotkoco Rsjd
Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal Profesi Keperawatan (JPK), 3(2).

13. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). (2018). Kementrian Kesehatan Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

14. Rahayu, S., Mustikasari, M., & Daulima, N. H. (2019). Perubahan Tanda Gejala
dan Kemampuan Pasien Harga Diri Rendah Kronis Setelah Latihan Terapi
Kognitif dan Psikoedukasi Keluarga. JOURNAL EDUCATIONAL OF
NURSING (JEN), 2(1), 39-51. https://doi.org/10.37430/jen.v2i1.10

15. Rahmawati, E. D. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Skizofrenia


Residual Dengan Masalah Harga Diri Rendah Kronik Di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Dr. Arif Zainudin Surakarta (Doctoral Dissertation, Universitas
Muhammadiyah Ponorogo).http://eprints.umpo.ac.id/id/eprint/5092

16. Rokhimmah, Y., & Rahayu, D. A. (2020). Penurunan Harga Diri Rendah
Dengan Menggunakan Penerapan Terapi Okupasi (Berkebun). Ners
Muda, 1(1), 18-22. Https://Doi.Org/10.26714/Nm.V1i1.5493

17. Safitri, A. (2020). Studi Literatur: Asuhan Keperawatan Keluarga Penderita


Skizofrenia Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Kronis (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).
http://eprints.umpo.ac.id/id/eprint/6103

18. Sitorus, C. (2019). Pengkajian Klasifikasi Data Dalam Proses Keperawatan.


10.31219/osf.io/ksdca

19. WHO. (2019). Mental Disorders. https://www.who.int/news-room/fact-


sheets/detail/mental-disorders.

20. Widianti, E., Keliat, B. A., & Wardhani, I. Y. (2017). Aplikasi Terapi Spesialis
Keperawatan Jiwa pada Pasien Skizofrenia dengan Harga Diri Rendah Kronis
di RSMM Jawa Barat. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 3(1), 83-
99.https://doi.org/10.17509/jpki.v3i1.7489.

32
21. Wijayati, F., Nasir, T., Hadi, I., & Akhmad, A. (2020). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian harga diri rendah pasien gangguan jiwa. Health
Information: Jurnal Penelitian, 12(2). https://doi.org/10.36990/hijp.v12i2.234

33

Anda mungkin juga menyukai