Nim : 2014101076
No : 10
Kelas : 2C
Dalam KUHP menjelaskan dan mengatur tentang penganiayaan beserta akibat hukum
apabila melakukan pelanggaran tersebut, pasal yang menjelaskan tentang masalah
penganiayaan ini sebagian besar adalah pasal 351 sampai dengan pasal 355, dan masih
banyak pula pasal-pasal lain yang berhubungan dengan pasal tersebut yang menjelaskan
tetang penganiayaan. Adami Chazawi mengemukakan bahwa kejahatanterhadap nyawa
(misdrijven tegen bet leven) adalah berupa kejahatan terhadap nyawa orang lain.
Kepentingan hukum yang dilindungi dan yang merupakan objek kejahatan ini adalah
nyawa (leven) manusia lebih lanjut diuraikan bahwa kejahatan terhadap nyawa dalam KUHP
dapat dibedakan atas 2 (dua) dasar, yaitu:
b. Atas dasar unsur objeknya (nyawa). Sebagian pakar mempergunakan istilah “merampas
jiwa orang lain”. Setiap perbuatan yang dilakukan dengan segaja untuk
menghilangkan/merampas jiwa orang lain adalah pembunuhan.
Pada tanggal 23 sekitar jam 10 pagi WIB, Sawit Watch mendampingi Jerry
(Keponakan Korban (Jopi) memberitahukan peristiwa tindak pidana Pembunuhan Jopi yang
diarahkan ke Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Kepolisian Jakarta Selatan,
Setelah melakukan Laporan ke SPK Kepolisian Jakarta Selatan karena berada diwilayah
hukum Jakarta Selatan pada saat peristiwa pembunuhan terjadi, maka pihak Kepolisian akan
melakukan gelar perkara termasuk mendapatkan keterangan saksi-saksi dan bukti-buktidari
lapangan seperti CCTV yang berada pada sekitar pembunuhan di kafe Venue. Dimana gelar
perkara dan dengar kesaksian ini fungsinya untuk mengetahui peristiwa-peristiwa hukum
yang terjadi pada pembunuhan Jopi. Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana atau biasa disebut KUHAP dimana pada Pasal 108 KUHAP dijelaskan mengenai apa
yang dimaksud dengan Pelapor, yaitu:“Setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan
dan/atau menjadi korban peristiwa yang merupakan tindak pidana berhak untuk mengajukan
laporan atau pengaduan kepada penyelidik dan atau penyidik baik lisan maupun tertulis.”
Pada Senin, 25 Mei 2014 Sekitar jam 14.00 audensi dengan Kapolres Jakarta Selatan
Kombes Wahyu Hadiningrat, hasil pertemuan dan keterangan Kapolres dari hasil penyidikan
pembunuhan Jopi termasuk pelaku dan jumlah pelaku tetapi beliau keberatan untuk
menjawab dengan alasan kasusnya sudah dilimpahkan ke POM AL daerah Pasar Senen.
Dengan alasan bahwa pelakunya adalah seorang TNI maka penyidik Polisi tidak berwenang
menangani kasus ini, sehingga penyidikan terhadap motif dan mencari aktor pembunuhan
jopi dilakukan oleh POM AL sesuai dengan NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG
PERADILAN MILITER pasal 198;
(1) Tindak pidana yang dilakukan bersama-sama oleh mereka yang termasuk yustisiabel
peradilan militer dan yustisiabel peradilan umum, diperiksa dan diadili oleh Pengadilan
dalam lingkungan peradilan umum kecuali apabila menurut keputusan Menteri dengan
persetujuan Menteri Kehakiman perkara itu harus diperiksa dan diadili oleh Pengadilan
dalam lingkungan peradilan militer.
(2) Penyidikan perkara pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
suatu tim tetap yang terdiri dari Polisi Militer, Oditur, dan Penyidik dalam lingkungan
peradilan umum, sesuai dengan wewenang mereka masing-masing menurut hukum yang
berlaku untuk penyidikan perkara pidana.
(3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibentuk dengan surat keputusan bersama
Menteri dan Menteri Kehakiman.
Dan untuk perkara pidana prajurit PRAKA JOKO merupakan kekuasaaan Pengadilan
Militer sesuai pasal 40 UU Peradilan Militer yang akan memeriksa dan memutus pada
tingkat pertama perkara pidana dimana Terdakwanya adalah: Prajurit yang berpangkat
Kapten ke bawah; “termasuk tingkat kepangkatan” Kapten ke bawah;
Pada Kamis, 11 Juni 2015, Rekontruksi di Kafe Venue oleh Penyidik POM AL untuk
mengetahui peristiwa terjadinya pembunuhan Jopi hal ini dilakukan untuk melihat mata
rantai peristiwa tidak terputus sehingga fakta hukumnya bisa diungkap dan dijelaskan dalam
penyidikan.Dengan diawali pemgumunan penyidik dihalaman depan Cafe Venue
pembunuhan Jopi P dengan pasal yangdisangkakan kepada Praka Joko yang disebut oleh
Letkol Feber HS yaitu;
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah,
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Tugas penyidik menemukan semua unsur unsur pidananya pada pasal yang disangkakan dan
undang-undang juga tidak memberikan ketentuan apakah yang di artikan
dengan ,”penganiayaan” (mishandeling) pada pembunuhan Jopi dan juga Praka Joko
sebagai terdakwa dihadapkan kedalam persidangan oleh Oditurat Militer yaitu melanggar
pasal 351 ayat (3) KUHPidana yang unsur-unsurnya sebagai berikut :
2. Dengan Sengaja ;
3. Melakukan Penganiayaan ;
Yang dimaksud dengan “BarangSiapa” adalah setiap orang yang telah melakukan
suatu perbuatan, sedangkan orang tersebut mampu mempertanggung jawabkan tersebut.
dibuktikan bahwa terdakwa adalah orang yang sehat jasmani dan rohani, olehkarena itu
mampu mempertanggung jawabkan setiap perbuatannya dan selama dalam pemeriksaan tidak
dapat suatu hal yang menghilangkan tanggung jawab nyata perbuatan yang dilakukan
kepadanya ;
DenganSengaja :
Bahwa pengertian dengan sengaja yaitu perbuatan yang dilakukan terdakwa dilakukan
secara sadar sehingga terdakwa bisa memperkirakan akibat dari perbuatannya, serta sesuai
yang menyangkut keterangan saksi, surat dan petunjuk dengan keterangan terdakwa yaitu
Bahwa peristiwa penyaniayaan dilakukan terhadap diri korban (Jopi) oleh terdakwa dengan
menggunakan tangannya sendiri sehingga sadar akan perbuatannya ;
MelakukanPenganiayaan :