Anda di halaman 1dari 5

Nama : Mario Christopher Janssen Yana Radja Oedjoe

Nim : 2014101076

No : 10

Kelas : 2C

UJIAN AKHIR SEMESTER HUKUM PIDANA

Kasusus Pembunuhan Aktivis Jopi Berawal dari Cekcok

Pembunuhan aktivis lingkungan Jopi Peranginangin, ternyata berawal dari cekcok.


Tersangka, Praka Joko Lestanto tidak berkenan dengan perkataan Jopi. Hal tersebut
terungkap dalam rekonstruksi kasus pembunuhan Jopi. Penyidik Polisi Militer Angkatan Laut
(Pomal) mengungkapkan Praka Joko merasa dilecehkan. Pada saat itu, Praka Joko langsung
menghampiri dan menarik baju korban diiringi dengan pukulan."Terjadi cekcok mulut dalam
Kafe Venue antara korban dengan tersangka. Korban telah mengatakan sesuatu yang
melecehkan tersangka. Tersangka yang di bawah pengaruh minuman keras menarik baju
korban dan memukulnya," ujar Kadisgakum Lantamal III Letkol Laut (PM) Febber HS di
Kemang, Jakarta Selatan, Kamis (11/6/2015). Akibat perselisihan tersebut, rekan Jopi yang
tengah bersamanya di Venue Lounge and Bar di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, berusaha
melerai. Petugas Venue pun ikut melerai. Petugas memerintahkan tersangka untuk keluar dari
Venue."Petugas ikut membantu melerai dan memerintahkan tersangka untuk keluar kafe.
Keributan kecil teman korban dengan tersangka pun terjadi di luar," lanjut Febber
membacakan kronologi singkat kasus pembunuhan Jopi. Keributan kecil tersebut membuat
tangan kiri teman Jopi terluka. Luka itu akibat sangkur yang dikeluarkan Praka Joko dari tas
pinggangnya sambil mengucap, "Saya tentara."Namun, Praka Joko tidak berhenti sampai di
situ. Walaupun Jopi sudah dituntun temannya yang lainnya ke mobil, tersangka masih
melampiaskan kekesalannya."Tersangka masih penasaran ingin memukuli korban. Korban
lari ke parkiran mobil di depan Habibie Center. Tersangka mengejar dan menusuk Jopi di
bagian punggung sebelah kanan," terang Febber.Setelah menusuk Jopi, tersangka langsung
lari menunju parkiran motor dan meninggalkan lokasi."Tersangka langsung lari menuju
parkiran motor dan langsung pulang.

Analisis Hukum Kasus Pembunuhan Jopi


Tindak pidana penganiayaan dan pembunuhan oleh Praka Joko yang mengenai tubuh
dan nyawa Jopi Peranginangin merupakan tindak pidana ini sangat erat hubungannya antara
satu dengan yang lain karena pembunuhan hampir selalu didahului dengan penganiayaan, dan
penganiyaan hampir selalu tuntutan subsider setelah tuntutan pembuhuhan berhubungan
dengan keadaan pembuktian.

Dalam KUHP menjelaskan dan mengatur tentang penganiayaan beserta akibat hukum
apabila melakukan pelanggaran tersebut, pasal yang menjelaskan tentang masalah
penganiayaan ini sebagian besar adalah pasal 351 sampai dengan pasal 355, dan masih
banyak pula pasal-pasal lain yang berhubungan dengan pasal tersebut yang menjelaskan
tetang penganiayaan. Adami Chazawi mengemukakan bahwa kejahatanterhadap nyawa
(misdrijven tegen bet leven) adalah berupa kejahatan terhadap nyawa orang lain.

Kepentingan hukum yang dilindungi dan yang merupakan objek kejahatan ini adalah
nyawa (leven) manusia lebih lanjut diuraikan bahwa kejahatan terhadap nyawa dalam KUHP
dapat dibedakan atas 2 (dua) dasar, yaitu:

a. Atas dasar unsur kesalahannya;

b. Atas dasar unsur objeknya (nyawa). Sebagian pakar mempergunakan istilah “merampas
jiwa orang lain”. Setiap perbuatan yang dilakukan dengan segaja untuk
menghilangkan/merampas jiwa orang lain adalah pembunuhan.

Tindakan untuk menghilangkan “nyawa”orang yang sering disamakan dengan


menghilangkan “jiwa”dengan pembunuhan yang mengandung makna mematikan yang berarti
cara melanggar hukum yang biasanya selalu dilatarbelakangi oleh bermacam motif,
misalnya politik, kecemburuan, dendam, sakit hati, membela diri, dan sebagainya.
Pada pembunuhan yang dilakukan oleh Praka Joko sebagai pelaku tunggal pada perbuatan
menghilangkan nyawa Jopi P. dengan menggunakan sangkur (senjata tajam milik mariner).

Pada tanggal 23 sekitar jam 10 pagi WIB, Sawit Watch mendampingi Jerry
(Keponakan Korban (Jopi) memberitahukan peristiwa tindak pidana Pembunuhan Jopi yang
diarahkan ke Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Kepolisian Jakarta Selatan,
Setelah melakukan Laporan ke SPK Kepolisian Jakarta Selatan karena berada diwilayah
hukum Jakarta Selatan pada saat peristiwa pembunuhan terjadi, maka pihak Kepolisian akan
melakukan gelar perkara termasuk mendapatkan keterangan saksi-saksi dan bukti-buktidari
lapangan seperti CCTV yang berada pada sekitar pembunuhan di kafe Venue. Dimana gelar
perkara dan dengar kesaksian ini fungsinya untuk mengetahui peristiwa-peristiwa hukum
yang terjadi pada pembunuhan Jopi. Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana atau biasa disebut KUHAP dimana pada Pasal 108 KUHAP dijelaskan mengenai apa
yang dimaksud dengan Pelapor, yaitu:“Setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan
dan/atau menjadi korban peristiwa yang merupakan tindak pidana berhak untuk mengajukan
laporan atau pengaduan kepada penyelidik dan atau penyidik baik lisan maupun tertulis.”

Pada Senin, 25 Mei 2014 Sekitar jam 14.00 audensi dengan Kapolres Jakarta Selatan
Kombes Wahyu Hadiningrat, hasil pertemuan dan keterangan Kapolres dari hasil penyidikan
pembunuhan Jopi termasuk pelaku dan jumlah pelaku tetapi beliau keberatan untuk
menjawab dengan alasan kasusnya sudah dilimpahkan ke POM AL daerah Pasar Senen.
Dengan alasan bahwa pelakunya adalah seorang TNI maka penyidik Polisi tidak berwenang
menangani kasus ini, sehingga penyidikan terhadap motif dan mencari aktor pembunuhan
jopi dilakukan oleh POM AL sesuai dengan NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG
PERADILAN MILITER pasal 198;

(1) Tindak pidana yang dilakukan bersama-sama oleh mereka yang termasuk yustisiabel
peradilan militer dan yustisiabel peradilan umum, diperiksa dan diadili oleh Pengadilan
dalam lingkungan peradilan umum kecuali apabila menurut keputusan Menteri dengan
persetujuan Menteri Kehakiman perkara itu harus diperiksa dan diadili oleh Pengadilan
dalam lingkungan peradilan militer.

(2) Penyidikan perkara pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
suatu tim tetap yang terdiri dari Polisi Militer, Oditur, dan Penyidik dalam lingkungan
peradilan umum, sesuai dengan wewenang mereka masing-masing menurut hukum yang
berlaku untuk penyidikan perkara pidana.

(3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibentuk dengan surat keputusan bersama
Menteri dan Menteri Kehakiman.

Dan untuk perkara pidana prajurit PRAKA JOKO merupakan kekuasaaan Pengadilan
Militer sesuai pasal 40 UU Peradilan Militer yang akan memeriksa dan memutus pada
tingkat pertama perkara pidana dimana Terdakwanya adalah: Prajurit yang berpangkat
Kapten ke bawah; “termasuk tingkat kepangkatan” Kapten ke bawah;

Pada Kamis, 11 Juni 2015, Rekontruksi di Kafe Venue oleh Penyidik POM AL untuk
mengetahui peristiwa terjadinya pembunuhan Jopi hal ini dilakukan untuk melihat mata
rantai peristiwa tidak terputus sehingga fakta hukumnya bisa diungkap dan dijelaskan dalam
penyidikan.Dengan diawali pemgumunan penyidik dihalaman depan Cafe Venue
pembunuhan Jopi P dengan pasal yangdisangkakan kepada Praka Joko yang disebut oleh
Letkol Feber HS yaitu;

Pasal 351 ayat (3):

(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah,

(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun.

(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.

(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Tugas penyidik menemukan semua unsur unsur pidananya pada pasal yang disangkakan dan
undang-undang juga tidak memberikan ketentuan apakah yang di artikan
dengan ,”penganiayaan” (mishandeling) pada pembunuhan Jopi dan juga Praka Joko
sebagai terdakwa dihadapkan kedalam persidangan oleh Oditurat Militer yaitu melanggar
pasal 351 ayat (3) KUHPidana yang unsur-unsurnya sebagai berikut :

1.. Barang Siapa ;

2. Dengan Sengaja ;

3. Melakukan Penganiayaan ;

Unsur barang siapa :

Yang dimaksud dengan “BarangSiapa” adalah setiap orang yang telah melakukan
suatu perbuatan, sedangkan orang tersebut mampu mempertanggung jawabkan tersebut.
dibuktikan bahwa terdakwa adalah orang yang sehat jasmani dan rohani, olehkarena itu
mampu mempertanggung jawabkan setiap perbuatannya dan selama dalam pemeriksaan tidak
dapat suatu hal yang menghilangkan tanggung jawab nyata perbuatan yang dilakukan
kepadanya ;

DenganSengaja :

Bahwa pengertian dengan sengaja yaitu perbuatan yang dilakukan terdakwa dilakukan
secara sadar sehingga terdakwa bisa memperkirakan akibat dari perbuatannya, serta sesuai
yang menyangkut keterangan saksi, surat dan petunjuk dengan keterangan terdakwa yaitu
Bahwa peristiwa penyaniayaan dilakukan terhadap diri korban (Jopi) oleh terdakwa dengan
menggunakan tangannya sendiri sehingga sadar akan perbuatannya ;

MelakukanPenganiayaan :

Yang dimaksud melakukan penganiayaan adalah perbuatan dengan sengaja


menimbulkan kematian Jopi Peranginangin Penutup Atas keinginan Audensi oleh Tim Kuasa
Hukum Keluarga Jopi kepada Panglima TNI Jenderal Moeldoko untuk mendukung
penyelesaian kasus secara Terbuka dan mendapatkan respon dari Panglima dan segera akan
dijadwal untuk bisa bertemu dengan para Kuasa Hukum.

Hal penting yang akan didorong pada pertemuan dengan Panglima


adalah memastikan pengeroyokan serta pelaku pelakunya segera bisa ditangkap dan POM
AL untuk transparan dan segera mengumumkan nama-nama tersangka pelaku dan
menangkap/menahan serta memecat para pembunuh Jopi dari Militer.

Anda mungkin juga menyukai