Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

Pekerja, Perjanjian Kerja dan Perlindungan Data Pekerja


Dosen Pengampu : WIDIO RAHARDJO, S.H., M.Kn.

Disusun Oleh
Andre Simanullang
NIM : 042011535027

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS AIRLANGGA PSDKU BWI
Jl. Ikan Wijinongko No. 18a, Sobo, Kec. Banyuwangi, Kab. Banyuwangi, 68418
Pekerja, Perjanjian Kerja dan Perlindungan Data Pekerja

I. Subjek dan Objek Perjanjian Kerja


Dalam hukum perdata, subjek hukum yaitu orang yang cakap dalam melakukan perbuatan yang
dapat menimbulkan akibat hukum. Subjek hukum terbagi atas dua, yaituorang dan badan hukum.
Apabila dilihat dari sisi perjanjian kerja, maka subjek perjanjiankerja ada dua, yaitu antara
pekerja dan pemberi kerja. Dijelaskan oleh Iman Soepomo, perjanjian kerja
adalah suatu perjanjian di mana PIHAK KESATU, BURUH,mengikatkan diri untuk bekerja
dengan menerima upah pada PIHAK LAINNYA,MAJIKAN, yang mengikatkan diri untuk
mengerjakan buruh itu dengan membayar upah.Sedangkan, objek perjanjian kerja yaitu isi dari
perjanjian kerja yang disepakatiantara pihak pekerja dan pihak pemberi kerja. Agar perjanjian
kerja bisa dinyatakan sah dan mengikat sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya,
haruslahmemenuhi ketentuan-ketentuan yang ada pada pasal 1320 KUHPerdata.

II. Perjanjian kerja


Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003) ditentukan ada beberapa
jenis perjanjian kerja, yaitu sebagai berikut.

a. Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu 


Perjanjian kerja untuk waktu tertentu harus dibuat secara tertulis dan menggunakan bahasa
Indonesia dan huruf latin, serta harsu memenuhi syarat-syarat, antara lain:

1. Harus mempunyai jangka waktu tertentu; atau


2. Adanya suatau pekerjaan yang selesai dalam waktu tertentu;
3. Tidak mempunyai syarat masa percobaan.
Jika perjanjian kerja untuk waktu tertentu ini bertentangan dengan ketentuan diatas, maka
perjanjian tersebut akan dianggap perjanjian kerja waktu tidak tertentu.

Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerja tertentu yang menurut
jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu :

1. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;


2. pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama
dan paling lama tiga tahun;
3. Pekerjaan yang bersifat musiman; atau
4. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk
tambahan yang masih dalam oercobaan atau penjajakan.

Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat diadakan untuk
paling lama dua tahun dan boleh diperpanjang atau diperbarui satu kali untuk jangka waktu
paling lama satu tahun.
Pengusaha yang bermaksud memperpanjang perjanjian kerja waktu tertentu tersebut, paling lama
tujuh hari sebelum perjanjian kerja waktu tertentu berakhir telah memberitahukan maksudnya
secara tertulis kepada pekerja/buruh yang bersangkutan.

Pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat diadakan setelah melebihi masa tenggang
waktu tiga puluh hari berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu yang lama, pembaruan
perjanjian kerja waktu tertentu ini hanya boleh dilakukan satu kali dan paling lama dua tahun.

b. Perjanjian Kerja untuk Waktu Tidak Tertentu 


Perjanjian untuk waktu tidak tertentu di sini adalah suatu jenis perjanjian kerja yang umum
dijumpai dalam suatu perusahaan, yang tidak memiliki jangka waktu berlakuknya. Dengan
demikian, perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu berlaku terus, sampai:

1. pihak pekerja/buruh memasuki usia pensiun (55 tahun);


2. pihak pekerja/buruh diputus hubungan kerjanya karena melakukan kesalahan;
3. pihak pekerja/buruh meninggal dunia; dan
4. adanya putusan pengadilan yang menyatakan pekerja/buruh telah melakukan tindak
pidana sehingga perjanjian kerja tidak bisa dilanjutkan.
Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu tidak akan berakhir karena meninggalnya pengusaha
atau beralihnya hak atas perusahaan yang disebabkan oleh penjualan, pewarisan, atau hibah.

Dalam hal terjadinya peralihan hak atas perusahaan sebagai tersebut di atas, segala hak
pekerja/buruh menjadi tanggung jawab pengusaha baru, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian
pengalihan yang tidak mengurangi hak-hak pekerja/buruh. Namun demikian, jika pengusaha,
orang perorangan meninggal dunia, ahli waris pengusaha dapat mengakhiri perjanjian kerja
setelah merundingkannya dengan pekerja/buruh.

Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu dapat dibuat secara tertulis dan lisan. Dalam hal
perjanjian jenis ini dibuat secara lisan, pengsuaha wajib membuat surat pengangkatan bagi
pekerja/buruh. Surat pengangkatan dimaksud sekurang-kurangnya memuat tentang:

1. Nama dan alamat pekerja/buruh;


2. Tanggal mulai bekerja;
3. Jenis pekerjaan; dan
4. Besarnya upah.

Untuk outsourcing, perjanjian kerja karyawan outsourcing ini menggunakan sistem kontrak yang
menurut Undang-undang Ketenagakerjaan Pasal 56 dibagi menjadi 2, yaitu Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu atau PKWT dan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu atau PKWTT. Berikut
bunyi pasal 56 UU Ketenagakerjaan:
1. Perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu.
2. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didasarkan
atas: Jangka waktu; atau Selesainya suatu pekerjaan tertentu.

III. Jenis Pekerja dan Outsourcing


a. Tenaga kerja dibedakan menjadi beberapa kelompok, berdasarkan klasifikasi yang juga
diatur dalam undang-undang.

Klasifikasi tenaga kerja berdasarkan penduduk


Perlu dipahami bahwa ada perbedaan mendasar antara tenaga kerja dan bukan tenaga
kerja. Simak ulasannya berikut ini:

1. Tenaga kerja
Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup
bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka
yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun
sampai dengan 64 tahun.

2. Bukan tenaga kerja


Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja,
meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun
2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun
dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia
(lanjut usia), dan anak-anak.

Klasifikasi berdasarkan angkatan kerja


1. Angkatan kerja
Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah
memiliki pekerjaan, tetapi sementara tidak bekerja maupun yang sedang aktif mencari
pekerjaan.

2. Bukan angkatan kerja


Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas yang kegiatannya
hanya bersekolah, mengurus rumah tangga, dan sebagainya. Contoh kelompok ini
adalah anak sekolah, mahasiswa/mahasiswi, ibu rumah tangga, orang cacat, dan para
pengangguran sukarela.

Klasifikasi berdasarkan kualitas


1. Tenaga kerja terdidik
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran
dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan nonformal.
Contohnya pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.

2. Tenaga kerja terlatih


Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu
melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini dibutuhkan latihan secara berulang-
ulang sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya apoteker, ahli bedah,
mekanik, dan lain-lain.

3. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih


Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang hanya
mengandalkan tenaga saja. Contohnya kuli, buruh angkut, pembantu rumah tangga, dan
sebagainya.

b. Jenis-Jenis Pekerjaan Outsourcing

Awalnya, perusahaan outsourcing menyediakan jenis pekerjaan yang tidak berhubungan


langsung dengan bisnis inti perusahaan dan tidak memedulikan jenjang karier. Beberapa
pekerjaan ini, antara lain operator telepon atau call center, petugas satpam dan tenaga
pembersih atau cleaning service. Namun saat ini, penggunaan outsourcing semakin
meluas ke berbagai lini kegiatan perusahaan. Tidak jarang perusahaan beralih ke
perusahaan alih daya untuk membantunya dalam bidang desain, marketing dan finansial.
Dalam undang-undang, hal ini sebetulnya diatur. Pasal 65 ayat (2) Undang-undang No 13
Tahun 2003 mengenai Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan) menyebutkan beberapa
poin jenis pekerjaan yang bisa dilakukan oleh pekerja outsourcing, yaitu:

1. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;

2. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan;

3. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan

4. Tidak menghambat proses produksi secara langsung

Intinya, karyawan outsourcing hanya bisa direkrut untuk mengerjakan pekerjaan di luar
pekerjaan inti perusahaan pengguna jasa.

IV. Perlindungan data pekerja


Batasan Akses Data Pribadi Pegawai oleh Perusahaan
Sebelum perusahaan mengakses data pribadi pegawainya, tentu harus memperhatikan
ketentuan dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU ITE”) sebagaimana telah diubah
oleh Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“ UU 19/2016”).

V. Berita Kasus

Kasus Rizal, PT Pembangunan Jaya Ancol Langgar Hak Pekerja


Senin, 19 Februari 2018 22:09
WARTA KOTA, GAMBIR -- Tidak hanya mengadukan nasib kepada bagian Pengaduan
Bidang Ketenagakerjaan DKI Jakarta di Balaikota, Gambir, Jakarta Pusat pada Senin
(19/2/2018), Ahmad Rizal (24) pramusaji Dunia Fantasi Ancol yang dipecat sepihak oleh
PT Media Prima Human Resource Solution, perusahaan outsourching rekanan
PT Pembangunan Jaya Ancol melanjutkan peristiwa yang dialaminya melalui proses
hukum.
Kuasa Hukum Ahmad Rizal, Mangapul Silalahi menjelaskan PT Pembangunan Jaya
Ancol seharusnya selektif dalam menunjuk dan mempercayakan rekruitmen pekerja pada
perusahaan rekanannya.
Selain melakukan PHK sepihak, PT Pembangunan Jaya Ancol, sejak awal warga
Kampung Bahari, Tanjung Priok, Jakarta Utara itu diterima bekerja tidak diberikan surat
perjanjian kerja yang memuat hak dan kewajiban pekerja dan pemberi kerja.
"Terkait persoalan ketenagakerjaan tersebut, Ahmad Rizal telah menunjuk saya,
Mangapul Silalahi, selaku kuasa hukumnya guna memperjuangkan hak-hak normatifnya
yang diatur dan dilindungi oleh undang-undang. Saya akan telusuri lebih jauh lagi. Bisa
jadi, masih banyak Ahmad Rizal-Ahmad Rizal lainnya yang bekerja di Dufan dan Ancol
sekitarnya, yang juga mengalami nasib dan perlakuan yang sama," tutupnya.
Seperti diketahui sebelumnya, 'Maju Kotanya, Bahagia Warganya', slogan yang semula
mewarnai masa kampanye Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan-
Sandiaga Uno dalam memimpin Ibukota Jakarta, sepertinya hanya menjadi sebuah
kalimat indah tanpa makna untuk warga Jakarta. Bahkan, kini sudah banyak kalangan
yang memplesetkan menjadi 'Maju Kotanya, Blangsak Warganya'.
Kenyataan pahit itu seperti yang dialami Ahmad Rizal (24) Warga Kampung Bahari,
Tanjung Priok, Jakarta Utara. Maksud hati ingin mengadukan nasib lantaran dipecat
sepihak oleh PT. Media Prima (MP), perusahaan outsourcing yang bekerja sama dengan
PT Pembangunan Jaya Ancol, pemuda itu justru tidak dapat bertemu Anies-Sandi.
Balaikota katanya sekarang berbeda ketika Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok maupun
Djarot memimpin. Pramusaji di Dunia fantasi (Dufan) Ancol itu kebingungan ketika
menyambangi Balaikota dan ingin bertemu dengan Anies-Sandi.
"Sekarang di Balaikota sudah beda, sudah tidak ada lagi warga yang diterima, suasananya
sepi, apa karena warga Jakarta sudah tidak punya harapan banyak terhadap pemimpinya
(gubernur) atau memang itu keinginan gubernur yang ‘alergi’ bertemu rakyatnya,"
ungkap Rizal.
Terkait hal tersebut, dirinya kemudian mengadukan nasib ke bagian Pengaduan Bidang
Ketenagakerjaan DKI Jakarta di Balaikota, Gambir, Jakarta Pusat pada Senin
(19/2/2018). Tidak cukup puas, dirinya mengaku akan melanjutkan peristiwa yang
dialaminya melalui proses hukum.

Analisis Kasus
Dalam berita diatas maka didapat poin bahwa kasus yang menimpa Ahmad Rizal, di
mana PT Media Prima Human Resource Solution sebagai penyedia tenaga kerja kepada
PT Pembangunan Jaya Ancol telah melakukan pelanggaran UU No 13 tentang
Ketenagakerjaan berupa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak kepada
Ahmad Rizal sejak Februari 2018, selain itu sejak awal diterima bekerja, pelapor tidak
diberikan surat perjanjian yang memuat hak hak dan juga kewajiban pekerja.

VI. Sumber
https://wartakota.tribunnews.com/2018/02/19/kasus-rizal-pt-pembangunan-jaya-ancol-
langgar-hak-pekerja.
Ulasan lengkap : Batasan Akses Data Pribadi Pegawai oleh Perusahaan (hukumonline.com)

Anda mungkin juga menyukai