Anda di halaman 1dari 37

LOW BACK PAIN

1. Anatomy
● BACK → penyusun aspek posterior batang tubuh, inferior terhadap leher dan
superior terhadap bokong.
Meliputi kulit & jar. subkutan, otot, tulang rusuk, spinal cord dan vertebral
column
● Vertebral column → merupakan kerangka leher dan punggung, bagian utama dari
axial skeleton.
Memanjang dari cranium hingga apex coccyx. Tersusun dari 33 vertebra (7
cervical, 12 thoracic, 5 lumbar, 5 sacral, 4 coccygeal)
Vertebral column bersifat flexibel karena tiap vertebra berartikulasi antar satu sama
lain melalui zygapophyseal joint dan IV disc
● Fungsi → postur dan pergerakan, rigidity dan flexibility pada tubuh, melindungi
spinal cord dan spinal nerve, tempat u/ perputaran kepala, mensupport beban tubuh
bagian superior ke bag pelvis
● Muscle of the back
a. Ekstrinsik:
● Superficial: otot axioappendicular yg menghubungkan v.column ke
pectoral girdle dan humerus yg berfungsi u/ mengontrol pergerakan
ekstremitas.
Terdiri dari: trapezius, L. dorsi, levator scapula dan rhomboid
● Intermediate: sbg otot respiratori superficial yg bersifat
propioseptif. Meliputi: serratus posterior
b. Intrinsik/ deep: Otot yg mempertahankan postur dan mengontrol pergerakan
V.column.
Terdiri dari lapisan superficial (splenius), intermediate (erector spinae:
iliocostalis, longissimus, spinalis), deep (transversospinalis), minor deep
(interspinalis, inter transversalis, levator costarum)
● Struktur Vertebra (basic structure)
a. Body: bagian anterior yg memberikan kekuatan dan menopang berat tubuh
b. Arch: posterior terhadap body, terdiri dari 2 pasang pedicle dan laminae, yg
bersamaan dg permukaan post. body membentuk dinding v. foramen
c. Processes: muncul dari arch, ada 7 ( 1 prosesus spinosus, 2 transverse dan 4
articular [2 sup 2 inf])
2. Fisiologi dan kinesiologi
● Vertebrae
a. Size → semakin ke bawah semakin besar karena menerima beban berat
badan yg juga bertambah.
Pada sakrum akan tjd transfer beban ke pelvic girdle melalui sacroiliac joint
→ ukuran vertebra mulai mengecil sampai coccyx karena tidak lagi
menampung BB
b. Curvature:
❏ Primary → meliputi kifosis thoracic dan sacral, berkembang saat
fetal period → dipertahankan
❏ Secondary → meliputi lordosis cervical dan lumbar, baru terlihat
saat masa infant akibat pergerakan ekstensi dari anak (spt angkat
kepala dan berdiri tegak)
● Posture → posisi atau attitude tubuh

1
a. Control postur → secara neurologis o/ propriosepsi, visual dan vestibular
system yg lalu diintegrasikan ke antigravity muscle yaitu otot yg mensupport
posisi tegak saat berdiri.
Antigravity muscle:
Batang tubuh → abdominalis (flexor trunk, karena COG melewati posterior
lumbar) erector spinae (ekstensor trunk, COG melewati anterior thoracic)
Jika aktivitas berkurang dan usia bertambah, elemen otot akan berkurang dan
mengganggu fungsi ini
Malalignment → kifosis (thoracic), lordosis (lumbar), scoliosis
(abnormalitas pada kurvatura lateral)
3. Low back pain
● Definisi → nyeri yg terasa di antara tepi iga terbawah dan lipat bokong bawah
(diantara costal margin dan gluteal folds), yaitu daerah lumbal atau lumbosacral,
dapat disertai penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki
● Klasifikasi
a. Berdasarkan durasi:
● Akut: < 6 minggu
● subakut: 6-12 minggu
● kronis > 12 minggu
b. Berdasarkan triage klinis
1. Non specific LBP: tidak ada tanda red flag atau sindroma radikuler,
bisa sembuh spontan (paling sering)
2. LBP with red flag: meliputi usia <18 tahun atau onset baru saat >
55 tahun, R. trauma/keganasan/deformitas struktural/cauda
equina syndrome, demam, kecanduan obat (terutama suntik),
pemakaian steroid lama, kelainan neurologis menetap (~1 bulan)
3. LBP With radicular syndrome: nyeri menjalar, biasanya lebih
terasa di tungkai unilateral sampai ke kaki

● Etiologi
a. congenital: spondylolysis, scoliosis, spina bifida occuta

2
b. Trauma: sprain dan strain(biasanya berhubungan dg mengangkat beban
berat), fraktur traumatik
c. Metabolic: osteoporosis, osteosclerosis
d. Neoplasma
e. Infeksi: vertebral osteomyelitis
● Risk factor
a. Patient related: usia 35-55 tahun, riwayat LBP, rokok, obes, hamil (T3)
b. Okupasi: posisi tubuh statis (duduk lama), terpapar getaran (spt supir truk),
sering mengangkat beban berat, membungkuk, berputar
c. Psikososial: attitude (sikap negatif thd LVP yg dianggap sabling), kognisi
(beranggapan treatment pasif lebih baik), fear-avoidance belief (jadi
mengurangi aktivitas)
● Manifestasi Klinis
➢ Rasa nyeri → muncul secara tiba-tiba atau setelah kegiatan, @ lumbosacral,
deskripsi nyeri tajam dan menusuk

● Diagnosis
1. Anamnesis
a. Identitas: pekerjaan, usia
b. CC: nyeri punggung bawah/pinggang/bokong
● O: onset
● P: progresivitas
● Q: kualitas
● R: Penjalaran
● S: keparahan dengan NRS
● T: timing, frekuensi durasi
c. Gejala penyerta
● Baal/ kesemutan radikulopati
● gangguan BAB BAK
● Nyeri di tempat lain/ kelainan sistemik atau referred pain dari
organ lain spt ginjal, GI dan reproduksi
d. Past & fam history
● R. trauma/jatuh/operasi
● R. penyakit serupa sebelumnya/ di keluarga
● R TB
● R. Benjolan dan penurunan BB (tumor)
● R. menopause (osteoporosis)
e. Functional history → bandingkan sebelum dan sesudah penyakit
● Mobility: transfer dan ambulasi
● ADL dan IADL
● Kondisi rumah: jumlah lantai, jarak toilet bentuk toilet
● Vokasional
● Avokasional: hobi, aktivitas sehari-hari

2. Pemeriksaan fisik

3
a. General appearance
● kesadaran, keadaan umum: tampak sakit
● Posture, gait, mobilitas (mandiri atau tidak)
● Komunikasi (reseptif atau ekspresif)
● Keseimbangan (duduk, berdiri, statis dan dinamis)
● BB TB BMI
● TTV
b. Status interna
● Head: tanda radang, deformitas, ROM
● Trunk: alignment (lurus, sko, lor, kif), shoulder height, arm
distance, ROM, MMT, pelvic obliquity
● Thorax dan abdomen
● Ekstremitas atas dan bawah: deformitas, tanda radang, ROM,
MMT, sensibilitas, propriosepsi, RFm RP, spasme
c. Low back maneuver
● Straight leg raising:
❏ Pasien dalam posisi supinasi
❏ lutut ekstensi → Hip fleksi (angkat) >45o sampai
terkena tekanan
❏ Untuk test nervus sciatic dan men-stretch hamstring
❏ Bila nyeri pada >70o tidak menjalar → hamstring
tightness, nila <70o menjalar → n. ischiadica ter-
stretch
● Bragard → kaki dorsofleksi lalu angkat spt SLR, u/ test
provokasi radikulopati
● Patrick dan kontra patrick →
❏ Untuk gangguan sendi sakroiliaka, biasa pada pasien
LBP dengan nyeri terutama di bokong
❏ Positif bila nyeri saat hip fleksi, adduksi, internal
rotasi (patrick)
❏ Positif bila nyeri saat hip fleksi, abduksi, eksternal
rotasi (kontra patrick)
● Piriformis/ fair → pasien fleksi hip dan lutut, hip adduksi
dan internal rotasi → lutut ditekan
Untuk cek tightness otot piriformis dan membedakan dg
gangguan saraf sciatica
● Thomas
❏ Untuk memeriksa hip flexion contracture
❏ Kedua tungkai fleksi pada hip dan lutut sampai ke
dada → ekstensikan tungkai yg dites
❏ Bila gagal ekstensi penuh pada hip dengan fleksi
lutut <45 → tightness iliopsoas
❏ bila ekstensi penuh hip dengan fleksi lutut <45 →
tightness rectus femoris
3. Pemeriksaan penunjang
a. MRI: mencari kelainan soft tissue (HNP)
b. X-ray: mencari kelainan tulang (fraktur spondilitis, osteoporosis)
● Diagnosis kerja

4
1. Medikal: LBP dapat bersifat myogenic, spondylogenic, neurogenic,
arthrogenic
2. Fungsional:
a. Impairment: LBP
b. Disability: gangguan mobilisasi (posisi tidur, duduk, rukuk)
c. Handicap: gangguan bekerja dan gangguan avokasional
4. Program
a. Promotive:
● Edukasi → pada pasien dan keluarga mengenai BB ideal, proper body
mechanism, patuh thd program
● Edukasi masyarakat u/ memelihara kesehatan (ttg RF)
● Rujuk ke IKFR jika ada yellow dan red flag
b. Preventive
1. Proper body mechanism:
● Tidur menyamping (bantal di kepala dan di antara lutut), terlentang
(bantal di kepala dan di bawah lutut)
● Duduk: tegak, lutut ditekuk, kaki sedikit lebih tinggi pada pijakan
kaki
● Berdiri tegap
● Mengangkat: jongkok, posisi beban dekat dengan tubuh, gunakan
otot kaki untuk berdiri, jangan membungkuk
● Tempat kerja: paha sejajar lantai, telapak kaki rata, ada sandaran
kusi, pandangan lurus
2. Fall prevention
3. Menghindari heavy load
4. Jika ada imobilitas dan inaktivitas rujuk IKFR
c. Curative
1. Analgesik(NSAID)
2. Diatermi: pemanasan dengan gelombang frekuensi tinggi u/ muscle relaxant
dapat dilakukan 10-15 menit
3. Rujuk ke IKFR u/ muscle spasm
d. Rehabilitative
1. Rujuk ke IKFR u/ muscle spasm stretching, strengthening core, ROM
2. Muscle spasms stretching:
a. William’s flexion exercise → gerakan fleksi vertebra, spt pelvic tilt,
knee to chest, partial sit up, hamstring stretch, squat
b. McKEnzie back extension → gerakan ekstensi vertebra, spt prone
lying, prone lying on elbow, prone press-up, standing extension
3. Core strengthening → penguatan otot punggung dan abdomen spt: plank
dan bridges
4. ROM
5. Korset
Kriteria rujuk
1. Red flags → langsung rujuk ke ortho/neuro
2. Yellow flags/non spesifik disertai nyeri kronik/ga sembuh walau diberi pengobatan dan
edukasi dan mengganggu fungsi → rujuk IKFR
● Prognosis
1. Ad vitam: ad bonam

5
2. Ad functionam: dubia ad bonam (u/ LBP trauma karena menyebabkan muscle
strain/sprain)
3. Ad sanationam: dubia ad bonam (bergantung pada compliance pasien)
YELLOW FLAG, RED FLAG

Cerebral Palsy
1. Anatomi otak
a. Forebrain
1. Diencephalon → terdiri dari 3rd ventrikel dan struktur spt thalamus,
subthalamus, epithalamus dan hipothalamus
2. Cerebrum telencephalon → bagian terbesar otak yg menempati fossa krania
anterior dan middle. Terdiri dari:
a) Cerebral hemisphere → ada 2 (kanan dan kiri) yg dipisahkan oleh
longitudinal cerebral fissure. Dipermukaannya terdapat banyak gyrus
dan sulkus yang membagi hemisphere mjd beberapa lobus, yaitu:
● Frontal: fungsi motorik (primary motor area-broadmann 4),
speech motoric (broca) dan mengatur personalitas (prefrontal
cortex)
● Parietal: fungsi sensorik (primary someshetic area, brodmann
1,2,3)
● Temporal: fungsi auditori, olfaktori, dan komprehensif
speech (wernicke area)
● Occipital: fungsi visual
b) Basal ganglia → kumpulan massa substansi kelabu yg terdapat dalam
hemisfer, berperan dalam koordinasi gerakan. Terdiri dari: corpus

6
striatum (caudate dan lentiform nucleus), amygdaloid nucleus,
claustrum
b. Midbrain → berfungsi menghubungkan pons dan cerebellum dg forebrain
c. Hindbrain → terdiri dari pons, medulla oblongata, dan cerebellum
2. Brain development

a. Stage
1. Proliferation: proliferasi neuron dari stem sel
2. Cell migration: neuron bermigrasi membentuk 6 lapisan kortika, selesai pada
6 bulan kehamilan
3. Cell differentiation: maturasi sel membentuk axon dan dendrit
4. Synaptogenesis: pembentukan synapse antar neuron yang berlangsung mulai
dari fetus (densitas rendah) hingga dewasa (terjadi pruning/ pemangkasan
synapse).
Terdiri dari 5 fase: precortical, early cortical, rapid, high synapic density,
synaptic stability
5. Myelination: saat neuron mulai berfungsi
Seluruh tahapan ini sangat penting dan dipengaruhi o/ kesehatan dan nutrisi
maternal
b. Brain plasticity → periode perkembangan otak yang masih dinamik dan berubah →
dapat diarahkan u/ mencapai fungsi maksimal → sampai usia 2 tahun
3. Child milestone development
a. Terminology
1. Growth → proses bertambahnya ukuran organisme
2. Development → proses bertambahnya skills anak, dapat melakukan hal yg
lebih kompleks
3. Maturation → proses pencapaian kematangan emosional dan intelektual
b. Basic principle
1. Predictable → proses perkembangannya mengikuti arah tertentu, yaitu
sefalokaudal (dari atas ke bawah) dan proximodistal (dari pusat ke luar)
2. Multidimensional → perkembangan fisik, sosio emosional dan kognitif saling
mempengaruhi
3. Windows of opportunity → terdapat jangka waktu tertentu u/ perkembangan
skill tertentu jadi butuh stimulasi yang tepat
4. Broad context → dipengaruhi o/ lingkungan sosial
5. Genes & environment
6. Variability → kecepatan tumbuh kembang tiap orang berbeda-beda
c. Domain

7
1. Physical/ Motor → dikendalikan melalui koordinasi antara CNS, PNS dan
otot. Kemampuan motorik anak dinilai dari 2 aspek yaitu gross motor (jaan,
lari, duduk) dan fine motor (menggenggam dan memotong)
2. Social & emotional → cara anak dalam berinteraksi dg lingkungannya,
biasanya dinilai dari bahasa tubuh yg bisa dilakukan
3. Communication & language → dinilai dari kemampuan anak dalam
berkomunikasi dan mengekspresikan diri
4. Cognitive/ intelectual → kemampuan menerima, memprosesm dan
mengorganisir informasi
d. Factors
1. Biologic → genetik, gender, nutrisi
2. Environmental → faktor sosioekonomi, edukasi ortu
3. Social → interaksi dg keluarga dan teman sebaya
4. Psychologic → pola asuh anak, kedekatan dengan ortu

4. Cerebral Palsy

8
a. Definisi → suatu kelompok kelainan permanen pada pergerakan dan postur yang
menyebabkan terbatasnya aktivitas, disebabkan gangguan non-progresif pada otak
yg immature (sampai usia 2 tahun) tidak bisa diubah tapi bisa diminimalisasi
kelainan brain injury bisa sebelum lahir, perinatal, 7 hari post natal.
Step hanger → shoulder abduksi armnya fleksi
b. Epidemiology
● >> laki-laki 1.4:1
● Gangguan motorik yang paling banyak spastic (70-80%)
c. Etiologi dan RF
1. Maternal → gestasi multipel, multiparous, riwayat keguguran sebelumnya
2. Prenatal → abnormalitas kromosom, kelainan plasenta, maternal epilepsy,
infeksi (TORCH), hyperthyroidism, trauma, eklampsia berat, perdarahan T3,
drug abuse, radiasi, kurang nutrisi
3. Perinatal → prolonged & difficult labor, premature membrane rupture,
presentasi abnormal, hypoxia, asfiksia
4. Postnatal → neonatal hyperbilirubinemia, trauma kepala, perdarahan
intrakranial, infeksi, kejangan, lesi cerebrovascular, koagulopati
d. Klasifikasi

1. Spastik → terdapat lesi pada cortex (upper motor neuron, mengenai


traktus kortikospinal), jenis paling sering, terdapat peningkatan tonus otot.
Pasien menjadi lemah/ terlalu kaku, hipertoni, hiperfleksi, kontraktur, refleks
patologis, spastic, clonus (kakinya dorsofleksi ada geter2), refleks fisiologis
meningkat. Meliputi:
a. Monoplegia → satu tungkai terganggu
b. Hemiplegia → satu sisi tubuh terganggu (tiptoes walk)
c. Diplegia → kedua tungkai bawah terganggu, lebih berat (command
crawl)
d. Triplegia → tiga tungkai terganggu
e. Quadriplegia → pada 4 ekstremitas, bentuk plg parah sering disertai
disabilitas intelektual, kejang dan abnormalitas visual dan bahasa

9
f. Double hemiplegia → tungkai atas lebih berat

2. Dyskinetic → lesi ekstrapiramidal di basal ganglia, dicirikan dengan


adanya abnormalitas postur dan gerakan-gerakan involunter (chorea,
athetosis, ballismus, dystonia)

3. Ataxic → Lesi pada cerebellum, ditandai dengan adanya disfungsi


cerebellum (hipotonia, truncal ataxia, dysmetria) dan gangguan koordinasi
lainnya. Cirinya: gerakan shaky dan tidak terkoordinasi
CP hipotonus → jadi lemes aja, gada spastis
4. Mix → misalnya hiperrefleksi dan hipertoni disertai gerakan chorea
e. Pathophysiology

10
f. Derajat keparahan

11
g. Tanda dan Gejala
Tanda utama: keterlambatan tumbuh kembang terutama bagian motorik

12
h. Diagnosis
1. Anamnesis
a. Identitas
b. CC: keterlambatan perkembangan
c. Past history → u/ cek RF
● Prenatal: anak keberapa? kontrol kehamilan? obat2an?
infeksi? merokok? alkohol? memelihara hewan? HTN saat
hamil? kejang?
● Perinatal: cara melahirkan, dibantu siapa? premature gak?
BBLR? lahir langsung nangis? riwayat kuning/biru?
melahirkan lama?
● Post-natal: trauma? infeksi? kejang? demam? muntah?
● Imunisasi
● Nutrisi: ASI, MPASI, sufor?

d. Developmental history → lihat dari milestones

13
e. Social history → kondisi rumah, keluarga, pendidikan, pekerjan dan
penghasilan ortu

2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum → antropometri, kontak visual dan auditori, postur,
mobilisasi, komunikasi, TTV
b. Head & neck
● Deformitas
● Tanda inflamasi
● ROM
● MMT → fungsional: menggerakan otot sesuai perintah
pemeriksa atau non fungsional (u/ balita tidak menggunakan
skor 1-5)
● Head and neck control
● head lifting
● Drooling
● Lip seal dan closure (minum)
● Chewing
● Rooting reflex
c. Trunk
● Alignment, shoulder height, artm distance, pelvic obliquity,
spasticity
● Trunk control: siku pronasi, tangan ekstensi dan reaching
d. Thorax abdomen
e. Ekstremitas
● Deformitas
● Tanda radang
● ROM
● MMT
● Spastisitas
● Refleks fisiologis dan patologis
● Silfverskiold test → u/ cek kontraktur gastrocnemius (otot
belakang betis → kontraksi saat jinjit) u/ melihat ROM
dorsoflexi → mengukur dorsoflexi kaki pada ankle joint dg
lutut ekstensi dan flexi 90o → (+) jika sudut DF kaki ankle

14
joint saat fleksi lebih besar dibanding ekstensi (karena saat
fleksi ototnya relax → harus stretching dorsoflexi)
● Thomas Test → u/ cek hip flexion contracture → liat
spasme/ kontraktur otot iliopsoas
Pasien duduk terlentang lalu flexikan bersama-sama, tangan
kita dibawah lumbal lalu 1 hip difleksikan dan 1 lagi ekstensi
→ lihat bisa full ekstensi gak?
● Ely test → cek rectus femoris spasticity u/ melihat spasme
quadriceps (knee extensor)
Pasien tengkurap, lutut fleksi → lihat hipnya naik atau
pemendekan gak?
● Popliteal angle → u. liat otot hamstring, pasien terlentang →
lutut fleksi lalu ekstensikan lututnya ada hambatan gak?
● Modified Ashwart Scale:
0: tidak ada peningkatan tonus
1: resistensi minimal pada akhir ROM
2: Resistensi minimal pada <½ akhir ROM
3: tahanan dirasakan hampir seluruh ROM, tapi mudah
digerakan
4: pergerakan sulit
5: rigid
● MMT pada anak:
Functional, weak, non

15
3. Pemeriksaan penunjang
a. CT scan dan MRI
b. EEG
c. Visual → konsul mata
d. BERA (THT)
i. Diagnosis kerja

j. Tatalaksana/ Program
1. Promotive
a. Edukasi orang tua mengenai: pentingnya stimulasi, latihan
pengenalan kosakata dirumah, latihan kontrol kepala dan trunk,
posisi duduk, edukasi makanan dengan gizi seimbang, pencegahan
trauma kepala, pentingnya ANC, pola asuh
2. Preventive
● Sitting position
● latihan kontrol kepala dengan bola
● Ajak bicara dan bergerak
● Latihan ROM dan trunk control
● Nutrisi: nasi diblender, sayur telur rebus
3. Curative

16
● meningkatkan nafsu makan, muscle relaxant (u/ menurunkan nyeri)
● U/ spastisitas bisa diberikan benzodiazepin, baclofen (lioseral),
dantrolene, haloperidol, dan injeksi battolinium(Deformitas equinus
dinamik, usia kurang dari 4 tahun dimana koreksi dengan orthosis
gagal atau Menolak operasi tendon lengthening) ATAU bisa
diberikan alat bantu jalan atau orthosis
● Tindakan bedah:
Indikasi → memperbaiki fungsi dan penampilan, mencegah atau
koreksi deformitas
Tindakan: tendon lightening, tenotomy, soft tissue release,
arthrodesis
4. Rehabilitative → u/ meningkatkan skills anak mencapai fungsi optimalnya
dan meningkatkan kemandirian
● Physical therapy: Latihan otot besar, stretching, penguatan otot,
Latihan gerak sendi

● Occupational therapy: Latihan makan, berpakaian, menulis,


membaca (fine motor)
● Speech therapy: terapi artikulasi, terapi blowing, tongue dan jaw
exercise

17
● Prognosis
1. Ad vitam: ad bonam
2. Ad functionam: dubia ad bonam
3. Ad sanationam: dubia ad bonam
● Impairement, disability, handicap

18
STROKE
1. Anatomi otak
a. Lapisan luar:
● Scalp dan cranium
● Meninges:
a. Duramater → External periosteal layer dan internal meningeal layer
(membentuk dural infoldings yg membagi rongga cranium menjadi
beberapa kompartemen)
b. Arachnoid mater
c. Piamater → dipisahkan dg arachnoid oleh subarachnoid space yg
terisi oleh CSF
b. Otak
1) Forebrain
3. Diencephalon → terdiri dari 3rd ventrikel dan struktur spt thalamus,
subthalamus, epithalamus dan hipotalamus
4. Cerebrum telencephalon → bagian terbesar otak yg menempati fossa krania
anterior dan middle. Terdiri dari:
c) Cerebral hemisphere → ada 2 (kanan dan kiri) yg dipisahkan oleh
longitudinal cerebral fissure. Dipermukaannya terdapat banyak gyrus
dan sulcus yang membagi hemisphere mjd beberapa lobus, yaitu:
● Frontal: fungsi motorik (primary motor area-brodmann 4),
speech motorik (broca) dan mengatur personalitas (prefrontal
cortex)
● Parietal: fungsi sensorik (primary someshetic area, brodmann
1,2,3)
● Temporal: fungsi auditori, olfaktori, dan komprehensif
speech (wernicke area)
● Occipital: fungsi visual
d) Basal ganglia → kumpulan massa substansi kelabu yg terdapat dalam
hemisfer, berperan dalam koordinasi gerakan. Terdiri dari: corpus
striatum (caudate dan lentiform nucleus), amygdaloid nucleus,
claustrum
2) Midbrain → berfungsi menghubungkan pons dan cerebellum dg forebrain
3) Hindbrain → terdiri dari pons, medulla oblongata, dan cerebellum

19
2. Cerebral Vascularization
a. Arteri
Suplainya oleh 2 pasang arteri:
● Arteri karotid interna (dari arteri carotid komunis)
● Arteri vertebralis (dari arteri subklavia, masuk ke tengkorak melalui foramen
magnum setinggi perbatasan pons dan medulla oblongata
Anastomosis kedua arteri tersebut membentuk circulus willis
b. Vena
● Vena anastomica magna ke sinus longitudinal superior
● Vena anstomica parva ke sinus transversus transversus

3. Fisiologi otak
● Sangat aktif metabolismenya, beratnya hanya 2% BB, menerima 18% curah jantung
dan 20% kebutuhan oksigen tubuh
● setiap menit membutuhkan 500mL O2 dan 75-100 mg glukosa u/ membentuk ATP
dan mempertahankan integritas neuron
● Aliran CBF normalnya 53mL/100 gr/menit (pada stroke iskemik biasanya menurun
sesuai dengan daerah fokusnya)
4. Stroke
a. Definisi → suatu tanda klinis yang ditandai dengan defisit neurologis, baik fokal
maupun global, yg mendadak akibat kelainan pembuluh darah otak dg gejala >24 jam
atau mengakibatkan kematian
b. Epidemiologi
● penyebab kematian ke-2 dan penyebab disabilitas ke-3 di dunia
● 2018 di Indonesia 19%
● 87% stroke ischemic
c. Faktor risiko

20
1. Non-modifiable:
● Usia (>50 thn)
● Gender (laki >>)
● Ras dan etnik (infark hitam>putih>asia; hemorrhagic
hitam>asia>putih)
● Fam history
2. Modifiable
a. Major
● HTN
● Heart disease
● DM
● atrial fibrilasi
b. Minor
● Merokok
● Dislipidemia
● hypercholesterolemia
● heavy alcohol intake
● aktivitas fisik rendah
● hiperkoagulasi
d. Klasifikasi
1. Hemorrhagic Stroke → 20-30% kasus
Etiologi: pembuluh darah otak/ intracranial pecah → membentuk massa
(hematom) @ otak → peningkatan vol. otak → tekanan intracranial
meningkat → jaringan sekitar tertekan dan terganggu
Tanda: sakit kepala, GCS menurun, muntah, BP naik
Tipe:
● Intracerebral Hemorrhage:
➔ paling sering
➔ pecahnya pembuluh darah di otak
➔ paling sering di putamen, thalamus, cerebellum dan pons
➔ etiologi: utamanya HTN, bisa juga karena obat iatrogenic
antikoagulan, trauma, malformasi pemb. darah, vaskulopati
● Subarachnoid hemorrhage
➔ Pecahnya pembuluh darah permukaan otak (bag.
subarachnoid) dan menyebar → meningkatkan tekanan
intrakranial
➔ Etiologi: aneurisma, trauma, malformasi arteri vena, tumor
● Subdural & epidural hemorrhage
➔ Etio: trauma
➔ Subdural luka pada vena antara duramater dan arachnoid
membrane (progresnya lambat)
➔ Epidural arteri meningeal robek (progres cepat) → darah
terkumpul di antara kranial dan durameter
● Arteriovenous malformation → bersifat genetik, arteri dan vena
langsung terhubung tanpa kapiler
2. Ischemic stroke → lebih sering, 70-80% kasus

21
Karena turun atau hilangnya aliran darah ke otak → perfusi ke otak kurang
atau hilang → suplai oksigen dan glukosa yg diperlukan terganggu
Klasifikasi berdasarkan penyebarannya:
● Ischemic global: berkurangnya perfusi otak secara keseluruhan
seperti pada syok, cardiac arrest, severe hypotension
● Ischemic local: penurunan atau hilangnya perfusi pada daerah yang
terlokalisasi di otak. Spt: embolic/thrombotic arterial occlusion
Klasifikasi berdasarkan etiologi:
● Stroke infarct atherothrombosis → akibat atherosclerosis
(occlusive plaque/thrombus) pada lumen major intracerebral vessel
Gejala memberat bertahap (karena tidak langsung tersumbat
seluruhnya)
Pembentukan aterosklerosis:
● Gangguan endotel
● Akumulasi lipid di tunika intima
● Penempelan leukosit dan otot halus ke dinding pembuluh
● Pembentukan foam cell
● Deposisi matriks
● Stroke infarct embolism → obstruksi lumen pembuluh darah oleh
emboli dari trombus/yang lainnya (lemak/tumor) yang terbentuk selain
dari pembuluh darah yang terlibat di otak. Lalu emboli ini biasanya
menyumbat pembuluh darah middle cerebral artery atau
percabangannya
● Infark kardioemboli → terbentuk di jantung. Paling sering
pada arteri serebri medialis. Misalkan karena lesi cardiac atau
gangguan ritme jantung (darah stasis → clotting)
● Infark tromboemboli → thrombus berasal dari arteri yang
lebih distal (selain jantung)
● Stroke infarct lacunar → terjadi akibat mikroinfark dengan
diameter sangat kecil (<1 cm) dan melibatkan perforasi arteri-
arteri kecil, terutama di ganglia basalis, kapsula interna dan
pons. Disebabkan lupohyalinosis, foam cell atau material
fibrinoid yang mempertebal dinding arteri. Memiliki
kecenderungan terjadi di area subkortikal dibanding kortikal
Penyebab tersering: mikro ateroma (materi fibrinoid yang
menyebabkan dinding menjadi tebal atau lipohialinosis)

Klasifikasi Berdasarkan Manifestasi:


● Improving stroke (RIND: reversible neurological ischemic deficit)
Sembuh sempurna dalam waktu 24 jam - 3 minggu
● Worsening stroke (SIE: stroke in evolution) → bertambah berat
secara kualitatif dan kuantitatif dimana pada sistem karotis bisa
terjadi sampai 48 jam dan pada sistem vertebrobasiler sampai 72 jam
dari awal serangan
● Stable stroke (completed stroke) → tidak berubah sama sekali atau
sedikit sekali

22
e. Komplikasi
1. Komplikasi neurologis
● Brain edema
● Bleeding infarction
● Vasospasme (penyempitan pembuluh arteri di otak)
● Hidrosefalus (peningkatan CSF di rongga otak/ventrikel)
● Hygroma (peningkatan cairan dalam subdural space)
● Seizure
2. Komplikasi non neurologis
a. Karena proses intrakranial
● Reactive hypertension
● Reactive hyperglycemia
● Lung edema
● Heart disorder
● Syndrome inappropriate antidiuretic hormone (SIADH) → sekresi
ADH berlebih menyebabkan retensi air (hiperosmolaritas) dan
penurunan natrium pada darah (hyponatremia)
b. Karena imobilisasi
● Thrombophlebitis
● Bronchopneumonia (supinasi terlalu lama) → atelectasis /
pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru dan menurunkan
kemampuan membersihkan paru-paru
● UTI
● Decubitus
● Contracture limb → pemendekan otot atau sendi, kelenturan
berkurang, tidak dapat meregang
● DVT
3. Komplikasi psychosocial → depresi, aktivitas seksual menurun, disabilitas
fungsional
f. Diagnosis
1. Anamnesis
● Identitas
● CC (anggota gerak lemah satu sisi → tanya OPQRS
● Gejala penyerta:
➢ Stroke pendarahan (peningkatan tekanan intrakranial) →
penurunan kesadaran, nyeri kepala hebat, mual, muntah,
kejang
➢ Vertebrobasilar: gg. pendengaran, diplopia, vertigo, baal
sekitar mulut, tersedak
➢ Gg. saraf kranial → mulut mencong, gg. menelan
➢ Gg. bicara: bicara rero
➢ BAB dan BAK terganggu
● Past history:
➢ R. stroke dahulu
➢ R. stroke di keluarga
➢ R. pengobatan

23
➢ R. HTN, DM, kolesterol
➢ R. merokok
● Functional history
➢ Mobilisasi: bed mobility, transfer, ambulasi, wheelchair
mobility, driving
➢ ADL dan IADL
➢ Kognisi
➢ Komunikasi
➢ Vokasional dan avokasional
● Social history
➢ Kondisi rumah: luasnya, berapa lantai, jarak kamar ke wc,
jenis toilet
➢ Roles in family
2. Pemeriksaan fisik
a. General exam
● Kesadaran, kesan sakit,
● BMI, TTV
● Postur, mobilitas, gait
● Komunikasi
● Keseimbangan
b. Head & neck
● Deformitas, tanda radang, masa
● ROM, MMT
● Meningeal sign
● Spastisitas
● Sensibilitas
● CN exam: terutama VII dan XI
➢ CN VII: parase sentral atau dextra → sensorik di ⅔
lidah dan motorik: grimace (sentral) dan ungkat dahi
(perifer)
➢ CN X/XI: disfagia, disatria
➢ CN XII: julurkan lidah → defiasi ke bagian yg lesi
lidah (atrophy) → ke kontralateralnya lesi di
hemisfer. Misal: atrophy di lidah kanan → stroke di
hemisfer kiri
➢ refleks fisiologis: bisep, tricep, radialis, patella/KPR
(ketuk di patella), achilles/ACR meningkat (UMN
lesi)
➢ Refleks patologis: babinski

c. Trunk, thorax, abdomen


d. Extremity
● Deformitas: ulkus dekubitus, atrofi
● Tanda radang
● Range of motion ↓

24
● MMT ↓ (ex atas : lengan atas, lengan bawah, tangan, jari ;
ext bawah : paha, betis, kaki, jari kaki) → jabarin nilainya
satu-satu
● Sensori
● Propriosepsi (pasien bisa menggerakan jarinya dan
menunjukan arah dengan benar)
● Clonus + (Involuntary muscle spasm)
Tangan atau kaki di dorsoflexikan → ditahan lalu dilepaskan
→ kl bergerak >5kali (clonus +) kl kembali ke posisi normal
(clonus -)
● Spastisitas → modified ashwort scale
● Koordinasi ↓
● Keseimbangan ↓ → gait test jalan di 1 garis lurus
● Synergic pattern (+)
Ext. Atas : flexor synergic pattern : bahu abduksi & ER , siku
flexi, forearm supinasi, wrist & finger flexi
Ext. bawah : extensor synergy pattern : hip ext/AD/IR, knee
ext., ankle PF, toe flexi
e. Manual Muscle Testing

3. Pemeriksaan penunjang
● Lab: kolesterol, guldar, profil lipid
● EKG
● X-ray
● Angiografi
● CT scan, MRI
g. Diagnosis kerja

h. Tatalaksana
1. Promotive
● edukasi RF, perubahan gaya hidup (tidak merokok, pola makan,
olahraga), control hipertensi, cek gula darah, tensi dan kolesterol
rutin
● Pencegahan serangan stroke sekunder

25
● Edukasi golden period stroke (6 jam)
● Compliance thd program → rujuk IKFR
2. Preventive
● Edukasi pasien ttg penyakit, komplikasi tirah baring (kontraktur,
dekubitus ulkus, hipotensi postural, proper bed positioning, pindah
posisi tiap 2 jam)
● Proper bed positioning:
● Baring supine: sudut 0-30o, 3 bantal menyokong kedua bahu
dan kepala, tangan sisi sakit pada bantal, kaki lurus dan
plantigrade
● Baring side lying: bantal antara tungkai, bantal antara lengan
(cegah subluksasi)
● Duduk: boleh setelah 5 hari, tegak disokong bantal, kedua
tangan di bantal
● Ganti posisi setiap 2 jam, untuk mencegah imobilisasi lama
● Latihan ROM (minimal 1x sehari)
● Edukasi agar sawar kulit u/ cegah ulkus dekubitus
3. Curative
● ABC, turunkan TTIK dengan manitol, NGT, Kateter
● Stroke infark: aspirin 1x81 mg, captopril 2x12.5 mg, operasi bila ada
indikasi
● Kondisi perdarahan akut:

● Citicholin 2x500 mg
● Obat HTN: amlodipin 1x10 mg
● untuk mengatasi spastisitas → benzodiazepin, baclofen, dantrolene,
haloperidol
● Nutrisi 30 kkal/kgBB
4. Rehabilitative
a. Active and Passive Range of Motion Exercise (dapat menggunakan
tangan yang normal untuk menggerakan bagian tubuh yang paralisis
secara pasif untuk mencegah deconditioning, excessive spasticity,
joint contractures)
b. Muscle stretching & strengthening
c. Occupational therapy (meningkatkan fine motor skills sehingga
aktivitas seperti makan, berpakaian, kebersihan diri, dan memasak
dapat dilakukan agar lebih independent
d. Speech therapy (meningkatkan kemampuan komunikasi)
dalam penanganan pasien stroke adalah membantu memaksimalkan
fungsi menelan (disfagia), bahasa (afasia), dan bicara (disartria)
pasien.
Prognosis pada pasien stroke dipengaruhi oleh seberapa berat
gangguan pada pasien, metode yang digunakan, dukungan dari

26
keluarga dan lingkungannya dan dari pasien itu sendiri.
Penanganan Disartria
Penanganan gangguan Pernapasan (latihan penghembusan nafas yang
teratur)
Penanganan gangguan Fonasi
Penanganan gangguan Resonansi (fonem eksplosif dan vokal
rendah /pa/)
Penanganan gangguan Artikulasi
Penanganan gangguan Prosodi (latihan membuat waktu istirahat dan
tekanan)
e. Gait training (melatih berjalan)
f. Latihan mobilisasi dapat dilakukan dengan lingkup gerak sendi
baik aktif maupun pasif yang sudah cukup kuat dan telah diberikan
latihan postur, gait, dan keseimbangan
Saat kondisi tersebut sudah membaik, terapi mobilisasi dapat
dilakukan dengan PBWST (Partial Body-Weight Supported
Treadmill Training) dan Muscle PowerTraining
Mobilisasi juga bisa dibantu dengan tongkat

i. Prognosis
Advitam adbonam
Ad functionam ad sanationam dubia ad bonam

27
OSTEOARTHRITIS

1. Anatomi sendi
Sendi → koneksi anatar 2 tulang atau lebih
a. Klasifikasi
1. Struktural (berdasarkan tipe jaringan pengikatnya)
a. Synovial → joint of locomotion (u/ pergerakan bebas antar tulang)
Tidak berhubungan secara langsung, tapi dihubungkan oleh kapsul
artikular (terbuat dari lapisan fibrosa dilapisi synovial membrane)
Terdiri dari → articular cartilage, subchondral bone, synovial
membrane, synovial fluid, joint capsule
b. Fibrous
Dilapisi oleh jaringan fibrosa yang kaya akan kolagen. Contohnya →
sutura cranium
Jumlah gerakan bergantung dg panjang panjang fiber yang
menyatukan tulang yg berartikulasi
c. Cartilaginous
Disatukan oleh kartilago hialin/ fibrous. Contoh: sinkondrosis dan
simfisis
2. Fungsional (berdasarkan tipe dan derajat pergerakan yang bisa terjadi)
a. Synarthrosis → tidak dapat digerakan (mostly sendi fibrous)
b. Amphiarthrosis → pergerakan sedikit (mostly sendi kartilago)
c. Diartrosis → pergerakan bebas (mostly sendi sinovial)
● Plane/luncur: untuk gliding/sliding (biasanya uniaxial).
Contohnya: acromioclavicular joint (antara acromion dan
clavicula)
● Pivot/putar: untuk Gerakan rotasi (uniaxial). Contohnya:
atlanto-axial joint
● Hinge/engsel: pergerakan uniaxial di plane sagittal, untuk
fleksi dan ekstensi. Contohnya: sendi lutut/siku
● Ball & Socket joint/peluru: ke segala arah (multiaxial).
Contohnya: hip joint, glenohumeral
● Saddle/pelana: Gerakan 2 arah, biaxial (anteroposterior dan
transverse). Contohnya: carpometacarpal joint (ibu jari)
● Condyloid/lonjong: biaxial untuk fleksi, ekstensi, abduksi,
adduksi dan circumduction joint. Contohnya:
metacarpophalangeal joint
2. Knee joint

28
● Knee joint → sendi terbesar dan paling kompleks pada tubuh
● Merupakan sendi sinovial dan hinge/engsel
● Artikulasi
a. Tibiofemoral (lateral) joint → diantara lateral condyle femur, lateral
meniscus dan lateral condyle tibia yg merupakan weight-bearing bone dari
leg
b. Tibiofemoral (media) → diantara medial condyle femur, medial meniscus,
dan medial condyle tibia
c. Patellofemoral joint (intermediate) → diantara patella dan patellar surface
femur
● Kapsul
a. Fibrous layer → lapisan eksternal, ada bagian yang menebal membentuk
ligamen intrinsik
b. Synovial membrane → melapisi permukaan internal dari ruang sendinya
● Features
1. Articular cartilage → Menghindari kontak langsung antar tulang, mengurangi
gesekan, shock absorption dan menyebarkan serta transmisi beban ke tulang
yg menopang. Terdiri dari extracellular matrix dan chondrocyte
2. Synovial fluid → merupakan cairan bening dan kental yang mengandung
proteoglycan → hyaluronan (hyaluronic acid) yang disekresikan oleh
fibroblas sinovial membrane. Memiliki fungsi untuk lubrikasi (mengurangi
gesekan), distribusi nutrisi untuk chondrocyte, shock absorption
● Ligament
● Extracapsular: meliputi patellar ligament, fibular dan tibial collateral ligament,
oblique dan arcuate popliteal ligament
● Intraarticular: meliputi anterior dan posterior cruciate ligament, meniscus (plate
crescentric di permukaan artikular tibia yang berperan dalam shock absorber)
● Muscles
● Knee extensor: quadriceps femoris: terdiri atas rectus femoris dan vastus
lateralis/medialis/intermedius
● Knee flexor: hamstring: meliputi semitendinosus, semimembranosus, biceps
femoris
3. Fisiologi dan kinesiologi
a. Tibiofemoral kinematic

29
1. Fleksi-ekstensi
● Fleksi rata-rata 135o, ekstensi bisa sampai 15o
● Prinsip pergerakannya roll and glide: open chain (concave on convex →
searah), closed chain (convex on concave → berlawanan arah)
2. Axial rotation
● Hanya dapat terjadi saat fleksi karena saat itu ligamennya kendur
● Terdapat screw home mechanism yang merupakan pergerakan
berpasangan antara ekstensi dan terminal rotation (femur medial rot atau
tibial lateral rot) untuk fungsi knee-locking → gerakannya roll, glide, spin
b. Femoropatellar kinematic
1. Open chain: patella berderak di permukaan femur
2. Closed chain: femoral condyle gliding di permukaan patella

● Joint force: semakin lutut fleksi → semakin panjang vector gaya yang bekerja sehingga
resultan beban yang diterima lutut akan semakin besar → sebaliknya dengan lutut
ekstensi akan semakin kecil resultan bebannya
Misal pada fleksi 90o , lutut menerima beban 2,6 x BB

4. Osteoarthritis
a. Definisi → penyakit sendi degeneratif kronis yang ditandai dengan perubahan
articular cartilage secara patologis, bisa terjadi pada bagian tangan, pinggang dan
lutut
OA ini merupakan arthritis yg paling sering, joint disease tersering, paling sering di
ujung jari2, jempol, leher, low back knees and hips

30
b. Epidemiologi
● 69%
● penyakit sendi degeneratif, usia tua wanita >>
● lutut pinggang tulang belakang leher

c. Etiologi

d. Faktor risiko
1. Joint vulnerability (lemah/rentan)
A. Sistemik
Peningkatan usia (>60 tahun) → older cartilage kurang responsif thd stimulus
sintesis matrix cartilage oleh chondrocyte, otot menjadi lemah, ligament meregang
Wanita (terutama setelah menopause)
Genetic (berkaitan dengan mutasi gen prokolagen II) → mutasi gen growth
differentiation factor 5 (GDF) 5→ efek anabolic pada sintesis tulang

B. Lokal
Perubahan anatomi sendi (menyebabkan joint load yang tidak merata)
Kerusakan sebelumnya
Malalignment

31
2. Joint loading
Obesitas
Penggunaan sendi berulang (over physical activities) misal petani, atlet, kuli
bangunan, tukang pahat,dll.
Injury

e. Gejala
Gejala terasa pada satu atau dua sendi weight-bearing, sendi interphalangeal atau
sendi yg sebelumnya sudah terkena
● Nyeri lokal → tiba-tiba, meningkat
● stiffness
● pembengkakan sendi
● kaku di pagi hari
● deformitas
● kehilangan fungsi
● gerakan terbatas
● penurunan ADL

f. Grading

g. Kriteria Diagnosis

32
h. DIagnosis
1. Anamnesis
a. Identitas: ditekankan pada usia dan pekerjaan
b. Cc: nyeri lutut
c. Gejala penyerta:
● Kaku di pagi hari (<30 menit)
● Bunyi saat sendi digerakkan
● Pembengkakan sendi
● Jalan pincang
● Kesemutan/baal/kelemahan di tungkai
d. Past & fam history
● Riwayat jatuh/trauma/operasi
● Riwayat keluhan serupa sebelumnya dan pada keluarga
● Riwayat asam urat/DM
● Riwayat pengobatan
● Nyeri di tempat lain
e. Functional history
● Mobilitas: transfer dan ambulasi
● ADL dan IADL
● Pekerjaan
● Hobi
f. Social History→ kondisi rumah: jumlah lantai, toilet jongkok, jarak
ke jalan
2. Pemeriksaaan fisik
a. General appearance
● Kesadaran
● BB, TB, BMI

33
● TTV
● Postur (varus dan valgus)
● Mobilisasi: datang sendiri tanpa alat bantu atau tidak?
● Komunikasi: reseptif & ekspresif
● Gait: antalgic (stance phase relative memendek dibanding swing
phase, mengindikasikan nyeri dengan penumpuan beban
● Keseimbangan

b. Internal status
● Head, neck: deformitas, tanda radang, ROM, MMT
● Trunk: alignment, shoulder height, arm distance, scapular
prominence, pelvic obliquity, spasticity paravertebral
● Thorax & abdomen
● Upper & lower extremity: a/r genu (deformitas, tanda radang,
nyeri gerak dan tekan, ROM, MMT, krepitasi, ballotemen (u/
mengetahui adanya cairan di dalam lutut)

3. Specific testing
a. Femoral grinding test/ clark’s sign
● Pemeriksa menempatkan web space jempol di batas atas
patella, lalu pasien mengontraksikan quadriceps dan
pemeriksa menekan patella ke arah bawah dan inferior
● Positif: nyeri dengan pergerakan patella (membentur femoral
condyle) → nyeri menandakan terkikisnya kartilago dan
mengekspos free nerve ending di subchondral bone

34
b. Drawer’s syndrome
● Posisi hip fleksi 45o, lutut fleksi 90o dan kaki rata pada bed,
lalu pegang tibia dengan 2 tangan dan coba Tarik (anterior)
dan dorong (posterior)
● Untuk cek rupture cruciate ligament
● Positif bila terdapat displacement

c. Ligament laxity
● Posisi lutut fleksi 45o, pegang tibia dan area femur (diatas
patella) masing-masing dengan satu tangan, lalu Gerakan
dengan arah berlawanan
● Bila ada kerusakan: middle collateral ligament (valgus),
lateral collateral ligament (varus)
d. Pes Anserinus tenderness → nyeri tekan
e. Apley test
● Pasien tengkurap, posisi lutut fleksi 90o lalu lakukan:
compression (tekan di telapak, rotasi eks dan internal),
distraction (ditarik, lalu rotasikan)
● Untuk provokasi nyeri
4. Pemeriksaan penunjang
a. Lab: asam urat, LED, CRP,RF
b. Knee X-ray AP/Lateral → beberapa gambaran menyokong
diantaranya
i. Diagnosis kerja
1. Medical: osteoarthritis genu dextra sinistra grade ….
2. Fungsional
● Impairment: nyeri sendi lutut, kaku sendi, deformitas, valgus bilateral
● Disability: gangguan mobilitas, ADL

35
● Handicap: gangguan vokasional dan avokasional
j. Komplikasi
● Hernia kapsular
● disfungsi rotator cuff
● stenosis spinal
● spondylolisthesis
k. Tatalaksana
1. Promotive
edukasi (berat badan, kepatuhan program), rujuk (pada kasus dengan
inflamasi hebat, imobilisasi, dan inaktivitas), monitor compliance tentang
program yang telah diberikan

2. Preventive
● Meminimalkan beban lutut (ex: jongkok)
● Meminimalkan aktivitas yang menopang tubuh dalam waktu lama
(ex: jalan, berdiri)
● Mobilisasi dengan alat bantu (tongkat)
● Shalat dengan posisi duduk
● Hindari membawa beban berat
● Menghindari modifiable risk factor → mengurangi berat badan, diet
● Jika ada kaku, kontraktur → rujuk ke IKFR
3. Curative
● Analgesic: (pada NRS >6) acetaminophen, NSAID, injeksi steroid
intra articular (setelah operasi sendi)
● Chondroprotective agent: DMOAD yaitu agen yang merangsang
perbaikan tulang rawan sendi pada OA
● Muscle relaxant: bila ada spasme otot
● Bedah: bila farmakoterapi gagal mengurangi nyeri sekaligus untuk
koreksi deformitas yang mengganggu aktivitas
● Rujuk ke IKFR untuk program valgus knee deformity,
strengthening exercise
4. Rehabilitative
● Latihan isometric: pada fase akut, otot kontraksi tanpa
gerakan/perubahan pada sendi (panjang otot konstan), Latihan
biasanya dilakukan terhadap permukaan yang tidak bergerak seperti
menekankan lutut pada lantai

36
● Isotonic: terdapat gerakan sendi selama kontraksi otot (fleksi dan
ekstensi) lutut dengan beban berat tubuh
● Quadriceps strengthening exercise: straight leg rises, knee flexion
& extension, squat, front step ups
● Stretching: untuk relaksasi
● TENS: menurunkan ambang nyeri
● Phonophoresis
● Kompres: stimulasi therma akan menutup jalur nyeri
● Rujuk ke IKFR untuk program valgus knee deformity,
strengthening exercise, Latihan isometric, isotonic

Prognosis
● Ad vitam: ad bonam
● Ad functionam: dubia ad bonam
● Ad sanationam: dubia ad malam

37

Anda mungkin juga menyukai