Modul 8
Oleh
DWITIA PUTRI
20100707360804070
ANGGILIA IRJUANTI
20100707360804071
REFLY SAGO
20100707360804072
Dosen Pembimbing :
NIDN: 1003108601
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2021
MODUL 8
DENTAL PUBLIC HEALTH
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah Disetujui Makalah Case Scientific Session Dengan Judul “Prosedur Perawatan
Dibidang Kedokteran Gigi Selama Pandemi Covid-19” Guna Melengkapi Persyaratan
Kepaniteraan Klinik pada Bagian Modul 8
Puji syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Case Scientific Session dengan judul
“Prosedur Perawatan Dibidang Kedokteran Gigi Selama Pandemi Covid-19” sebagai salah
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ibu drg. intan batura endo mahata, MM selaku
Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
beberapa kasus pneumonia dengan etiologi tidak diketahui Negara China pada Provinsi
Hubei pada 31 Desember 2019. Kasus dilaporkan sejak 8 Desember 2019, dan banyak
pasien yang bekerja atau tinggal disekitar pasar seafood yang merupakan kasus awal
terjangkitnya virus ini. Pada 7 januari, suatu coronavirus baru yang diberi nama oleh WHO
sebagai 2019-nCoV(Harapan et al., 2020). Per 16 Juni 2020, terdapat 7.941.791 kasus dan
434.796 kematian diseluruh dunia (WHO, 2020). Di Indonesia pada 16 Juni 2020 terdapat
40.400 kasus dan 2.231 kasus meninggal. Sementara di Sumatera Barat pada 16 Juni 2020
terdapat 687 kasus, dan di Kota Padang terdapat 489 (Kemenkes RI, 2020).
seperti spike pada permukaan luar virus; kemudian, diberi nama coronavirus. Coronavirus
sebagai materi inti, ukuran panjang berkisar 26 sampai 32 kbs. Sub-kelompok family
coronavirus yaitu alfa (α), beta (β), gamma (γ), dan delta (δ) coronavirus (Shereen et al.,
2020).
Dokter gigi berperan pada penyebaran infeksi karena mereka bekerja terutama
melibatkan rongga mulut dan berkontak dengan saliva pada pasien yang berbeda-beda
(Sana Ali et al., 2020). Penyebaran langsung melalui droplet dan kontak merupakan jalur
utama penyebaran COVID-19 di praktik dokter gigi. Dokter gigi sangat sering terpapar
dengan bioaerosol yang dihasilkan selama prosedur perawatan gigi. Bioaerosol berupa
partikel dengan ukuran kecil yang meningkatkan risiko infeksi pada dokter gigi (Mathur et
al., 2020).
Beberapa dokter gigi tidak menggunakan alat pelindung diri yang sesuai (sarung
tangan, gaun, kacamata, masker, penutup rambut dan kaki) selama prosedur rutin, yang
merupakan salah satu cara penularan infeksi virus dan bakteri. Selain itu, aerosol dan
percikan yang dihasilkan selama prosedur seperti scalling, polishing, preparasi kavitas dan
gigi. Aerosol dan percikan bercampur dengan cairan rongga mulut (seperti saliva) pada
pasien, yang akan keluar saat menggunakan rotary handpiece dan demikian dapat
Prosedur kontrol infeksi standar harus sudah ada, salah satunya yang terpenting adalah
alat pelindung diri yang digunakan pada masing-masing tenaga kesehatan harus sesuai
dengan jalur infeksi yang akan didapat. Alat pelindung diri mencegah droplet efektif
terhadap percikan aerosol dalam dua meter. Kacamata pelindung digunakan berdasarkan
tingkat risiko. Alat pelindung diri untuk mencegah aerosol direkomendasikan hanya pada
prosedur yang menghasilkan aerosol dan seteleh prosedur tersebut sampai perubahan udara
aerosol seperti departemen periodonti, metode pembuangan dental plak dan kalkulus baik
dengan hand instrument maupun menggunakan ultrasonic scaler tidak ada perbedaan yang
signifikan, namun pada kondisi pandemi Covid-19 disarankan menggunakan instrument
secara manual. Departemen radiografi, radiografi ekstraoral seperti cone beam computed
tomography (CBT) dan radiografi panorami disarankan pada masa pandemi Covid-19
Langkah-langkah standar precaution dalam praktik dokter gigi berupa, higiene tangan
(sesuai prosedur poin B dan 6 langkah mencuci tangan), higiene respiratori (etiket), dokter
gigi, perawat, staff harus memakai APD yang sesuai, pasien diminta berkumur dengan
menggunakan rubber dam untuk mengurangi risiko penularan melalui droplet saliva akibat
tekanan udara tinggi saat penggunaan handpiece ataupun alat ultrasonic scale, keterampilan
dalam kontrol infeksi, pembuangan alat tajam dan pencegahan injuri akibat benda tajam,
desinfeksi, pembersihan dan penanganan alat yang telah digunakan, Pembersihan bahan
linen pakaian dan kontrol pembuangan limbah (World Health Organization (WHO), 2020).
Berdasarkan latar belakang tersebut dikarenakan dokter gigi termasuk salah satu profesi
yang sangat rentan terjadi infeksi silang masa pandemi Covid-19, penulis ingin
19?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui prosedur perawatan dibidang kedokteran gigi selama pandemi
Covid-19?
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 COVID-19
Coronavirus merupakan familia virus yang memiliki fenotip dan genotip yang
beragam. Coronavirus adalah virus yang enveloped yang mengandung RNA rantai tunggal
seperti yang terlihat pada Gambar 1, termasuk dalam keluarga Coronaviridae dari subfamili
manusia. Genom virus sekitar 27-32 kb, yang mengkode protein struktural dan non-
struktural. Protein struktural seperti membran (M), protein amplop (E), protein
nukleokapsid (N) dan protein spike (S) memainkan peran utama dalam replikasi virus pada
pertama kali berasal dari Wuhan, China dan menyebabkan wabah pneumonia pada seluruh
dunia (Khader et al., 2020). Infeksi virus ini berawal adanya dugaan bahwa pasar seafood
yang ada pada kota tersebut menjadi tempat penyebaran yang berasal dari hewan kepada
manusia, sehingga juga terjadi penularan sesama manusia. Patogen penyebab wabah
tersebut diidentifikasi dan diberi nama 2019 novel coronavirus (Covid-19), yang
menunjukkan tingkat infeksi yang lebih tinggi, karena luasnya penyebaran dan rekombinasi
genom pada virus ini (Peng et al., 2020). Terlihat bahwa cepatnya penyebaran virus yang
lebih berjangkit dibandingkan severe acute respiratory syndrome coronavirus dan Middle
East respiratory syndrome coronavirus (Khader et al., 2020). Diagnosis dini pada
coronavirus dan pencegahan transmisi yang efektif merupakan tugas utama dalam
kering, sesak napas, sakit kepala, mual, muntah, diare, hidung tersumbat, sakit
tenggorokan, nyeri otot, mudah lelah, penurunan jumlah leukosit, dan gambaran radiografi
menunjukkan pneumonia, yang merupakan gejala mirip dengan infeksi SARS-CoV dan
pasti, namun mekanisme sama dengan SARS-CoV dan MERS-CoV untuk memberikan
informasi terkait hal tersebut (Li et al., 2020). Peningkatan AST, LDH, D-dimer, dan waktu
protrombin yang lama mendukung diagnosis infeksi virus. Temuan pneumonia melalui
sinar-X atau CT scan akan terlihat pada semua pasien Covid-19 (Mathur et al., 2020).
Siklus hidup virus didalam hos memiliki 5 tahap, yaitu perlekatan, penetrasi,
biosintesis, maturase dan pengeluaran. Coronavirus memiliki 4 struktur protein; Spike (S),
membrane (M), envelop (E) dan nukleokapsid (N). Angiotensin converting enzyme 2
(ACE2) diidentifikasi sebagai reseptor fungsional pada SARS-CoV. Analisis struktur dan
fungsi menunjukkan bahwa spike pada SARS-CoV2 juga mengikat ACE2. ACE2 memiliki
ekspresi tinggi pada paru, hati, ileum, ginjal, dan kandung kemih (Yuki, Fujiogi dan
Koutsogiannaki, 2020).
Perjalanan penyakit dimulai dengan masa inkubasi yang lamanya sekitar 3-14 hari
(median 5 hari). Pada masa ini leukosit dan limfosit masih normal atau sedikit menurun dan
pasien tidak bergejala. Pada fase berikutnya (gejala awal), virus menyebar melalui aliran
darah, diduga terutama pada jaringan yang mengekspresi ACE2 seperti paru-paru, saluran
cerna dan jantung. Gejala pada fase ini umumnya ringan. Serangan kedua terjadi empat
hingga tujuh hari setelah timbul gejala awal. Pada saat ini pasien masih demam dan mulai
sesak, lesi di paru memburuk, limfosit menurun. Penanda inflamasi mulai meningkat dan
mulai terjadi hiperkoagulasi. Jika tidak teratasi, fase selanjutnya inflamasi makin tak
terkontrol, terjadi badai sitokin yang mengakibatkan ARDS, sepsis, dan komplikasi lainnya
Saat ini, penyebaran Covid-19 dari manusia ke manusia menjadi sumber transmisi
utama sehingga penyebaran menjadi lebih agresif. Transmisi Covid-19 dari pasien
simptomatik terjadi melalui droplet yang keluar saat batuk atau bersin. Selain itu, telah
diteliti bahwa Covid-19 dapat viabel pada aerosol (dihasilkan melalui nebulizer) selama
setidaknya 3 jam. WHO memperkirakan reproductive number (R) Covid-19 sebesar 1,4
hingga 2,5. Namun, studi lain memperkirakan R0 sebesar 3,28 (Susilo et al., 2020).
Covid-19 diyakini ditularkan terutama melalui sekresi pernapasan dan juga dari kontak
orang ke orang. Virus ini terlihat dalam saliva pasien yang terinfeksi yang berarti dapat
ditularkan melalui cairan oral orang yang terinfeksi kepada orang lain, melalui bersin,
batuk, atau berbicara. Partikel-partikel udara ketika dihirup memiliki risiko tinggi penularan
dari satu orang ke orang lain. Jadi, transmisi kontak, transmisi tetesan, dan transmisi orang
ke orang adalah mode transmisi yang berbeda dari 2019-nCoV. Sumber untuk kontaminasi
udara dalam kedokteran gigi adalah instrumen gigi, saliva, sumber pernapasan dan tempat
Dokter gigi merupakan profesi yang sering terpapar dengan mikroorganisme pathogen,
termasuk virus dan bakteri yang menginfeksi rongga mulut dan saluran pernapasan. Praktik
dokter gigi sangat berisiko terhadap infeksi Covid-19 karena secara prosedur, melibatkan
komunikasi face to face dengan pasien dan sering terpapar dengan saliva, darah, dan cairan
tubuh lainnya, serta terpapar instrument yang tajam. Mikroorganisme pathogen dapat
menyebar pada praktik dokter gigi melalui inhalasi mikroorganisme melalui udara, dimana
mikroorganisme dapat bertahan di udara dalam jangka waktu yang lama, kontak langsung
dengan darah, cairan rongga mulut, atau cairan lain dari tubuh pasien, kontak pada
konjungtiva, hidung, atau mukosa rongga mulut dengan droplet dan aerosol yang
mengandung mukroorganisme dari individu yang terinfeksi dan cipratan dari pasien batuk
tanpa menggunakan masker. Untuk kontak tidak langsung dapat melalui kontaminasi
Orofaring merupakan tempat pertama pada kolonisasi pathogen pernapasan dan biofilm
oral sebagai reservoir terhadap pathogen ini. Berbagai laporan menunjukkan bahwa
ultrasonic scaler merupakan penghasil aerosol dan percikan terbanyak. Beberapa penelitian
juga menunjukkan bahwa efek prosedur preparasi kavitas juga menghasilkan aerosol dalam
Pasien gigi yang batuk, bersin, atau menerima perawatan gigi termasuk penggunaan alat
genggam berkecepatan tinggi atau instrumen ultrasonik membuat sekresi, saliva, atau darah
terkontaminasi. Setelah itu, infeksi dapat terjadi melalui tusukan instrumen tajam atau
kontak langsung antara selaput lendir dan tangan yang terkontaminasi. Karena karakteristik
unik dari prosedur gigi di mana sejumlah besar droplet dan aerosol dapat dihasilkan,
langkah-langkah pelindung standar dalam pekerjaan klinis sehari-hari tidak cukup efektif
untuk mencegah penyebaran Covid-19, terutama ketika pasien berada dalam masa inkubasi,
tidak menyadari mereka terinfeksi, atau memilih untuk menyembunyikan infeksi mereka
Penyebaran infeksi melalui percikan dan aerosol merupakan factor risiko utama pada
dokter gigi karena penyebaran infeksi dari pasien terhadap tenaga medis. Berbagai
peralatan dental seperti handpiece, air-water syringe, ultrasonic scalers, dan air polishing
unit yang diketahui menghasilkan aerosol selama prosedur dan meningkatnya
mikroorganisme ketika dibandingkan sebelum dan setelah prosedur (James dan Mani,
2015).
batuk selama pemeriksaan dan prosedur gigi. Refleks muntah atau batuk dapat distimulasi
dengan prosedur tertentu, seperti radiografi posterior intraoral dan gigitan sayap dan
untuk radiografi intraoral untuk pemeriksaan. Karena mukosa oral sangat sensitif di daerah
posterior, oleh karena itu anestesi lokal harus diberikan untuk mengurangi sensitivitas,
sehingga mengurangi refleks muntah atau batuk saat mengambil tayangan. Sedasi juga
Obat kumur antimikroba pra prosedural (dengan 0,12 hingga 0,2 persen
Rubber dam meminimalkan produksi aerosol atau percikan saliva dan darah yang
terkontaminasi. Sebuah studi melaporkan penurunan hingga 70 persen dalam partikel udara
di sekitar diameter 3 kaki dari bidang operasional ketika rubber dam digunakan. Dengan
demikian direkomendasikan untuk menggunakan four handed instruments (Mathur et al.,
2020).
Dalam hal perawatan endodontik darurat, penghilangan karies dan paparan pulpa
pengisapan volume tinggi setelah anestesi local. Pengalaman klinis menunjukkan bahwa
menempatkan agen devitalisasi pulp harus dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan
kemudian bahan pengisi dapat diganti dengan tanpa agen devitalisasi nanti sesuai dengan
penunjukan terakhir hari itu. Setelah perawatan, prosedur pembersihan dan disinfeksi
lingkungan harus diikuti. Secara alternatif, pasien dapat dirawat di ruang yang terisolasi dan
berventilasi baik atau ruang yang tertekan negatif jika tersedia untuk kasus yang diduga
Jika gigi perlu dicabut, jahitan yang dapat diserap (absorbable suture) harus
disarankan. Disarankan untuk membilas luka ekstraksi secara perlahan dan menggunakan
segera dirawat di rumah sakit, dan CT dada harus diresepkan jika tersedia untuk
mengecualikan infeksi yang dicurigai karena tes RT-PCR, selain memakan waktu,
mereka yang dapat menjadi sumber infeksi silang yang potensial. Mainan lunak lebih
mungkin terkontaminasi, sulit untuk didesinfeksi dan dapat mengkontaminasi ulang dengan
cepat dibandingkan mainan dengan permukaan yang keras. Selain itu, alat penahan yang
digunakan selama perawatan, juga dapat terkontaminasi dan harus didesinfeksi sesuai hal
Udara buangan harus dibuang ke luar untuk mencegah sirkulasi ulang udara yang
klinik gigi dan/ atau dengan mendisinfeksi udara. Pola aliran udara yang ideal
dikombinasikan dengan perubahan udara minimal 3 per jam telah direkomendasikan untuk
pengaturan gigi. Selain itu, meskipun penggunaannya di klinik gigi belum dikonfirmasi,
iradiasi kuman ultraviolet dapat dipasang dan efektif terhadap jamur, virus, dan bakteri,
Langkah-langkah standar precaution dalam praktik dokter gigi (World Health Organization
(WHO), 2020):
Etiket hygiene respiratori yang baik atau etiket batuk dapat menurunkan penyebaran
3. Dokter gigi dan atau perawat dana tau staff harus memakai APD yang sesuai
peroksida maksimal 3% (Wolff dkk, 1982). Dalam laporan Peng dkk (2020),
b. Povidon iodine obat kumur (1%) selama 15 detik – 1 menit, yang terbukti
efektif terhadap SARS dan MERS. Namun Peng dkk (2020), menyarankan
penggunaan povidon iodine 0.2% walaupun belum didukung oleh bukti ilmiah
lebih lanjut.
risiko penularan melalui droplet saliva akibat tekanan udara tinggi saat penggunaan
6. Keterampilan dalam kontrol infeksi, pembuangan alat tajam dan pencegahan injuri
Desinfektan permukaan dengan campuran air dan detergen serta sodium hipoklorit
menit. Untuk benda dengan permukaan yang kecil, dapat dibersihkan menggunakan
etanol 70%.
pasien, gagang pintu, meja, kursi, dental unit. Lantai dapat dibersihkan
Aerosol
2.3.1 Endodonti
Aplikasi rubber dam pada seluruh perawatan endodonti sangat disarankan, serta
menggunakan instrumen pada sistem rotary. Kasus nyeri pada pasien pulpitis irreversible
simtomatik, terbukanya pulpa dan devitalisasi dapat dilakukan dengan pembuangan karies
kemomekanik dan HVE setelah dilakukan anastesi lokal disertai isolasi menggunakan
hand instrument untuk preparasi kavitas disarankan pada masa pandemic ini. Meskipun
menggunakan instrumen rotary, isolasi menggunakan rubber dam tetap harus dilakukan
2.3.3 Periodonti
Metode pembuangan dental plak dan kalkulus baik dengan hand instrument maupun
menggunakan ultrasonic scaler tidak ada perbedaan yang signifikan, namun pada kondisi
2020).
2.3.4 Prostodonti
Mencegah gagging pada pasien, penyedotan pada saliva harus dilakukan, jika
melakukan pencetakan pada pasien, hasil cetakan harus diberi desinfektan sebelum dikirim
ke laboratorium. Selanjutnya, penggunaan rubber dam selalu dilakukan saat preparasi pada
radiografi panorami disarankan pada masa pandemi Covid-19 (Passarelli et al., 2020).
dilakukan penyedotan saliva dan penggunaan HVE. Ketika terdapat perdarahan dilakukan
masyarakat. Sebuah survei di Amerika Serikat mengatakan bahwa sekitar 20.000 dokter
gigi di Amerika Serikat memiliki pendapatan yang menurun drastis dikarenakan oleh
adanya pandemic ini. Penurunan penghasilan serta jumlah pasien yang dilakukan perawatan
berdampak terhadap pembayaran gaji karyawan mereka. Kondisi ini kemungkinan jelas
bahwa dokter gigi memiliki risiko yang tinggi terhadap penularan dan transmisi infeksi
virus yang dapat mengancam jiwa manusia lain. Virus yang dapat menyebabkan Covid-19
tetap berada diudara melalui aerosol yang terbentuk selama prosedur perawatan gigi secara
kebutuhan terhadap ketersediaan alat pelindung diri sesuai yang direkomendasikan oleh
WHO. Peningkatan pemakaian alat pelindung diri tersebut berdampak terhadap beberapa
kegiatan yang tidak dapat dilakukan oleh dokter gigi seperti kondisi sebelumnya. Selain
alat pelindung diri, lingkungan dan desain ruangan juga mempengaruhi dalam pengendalian
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
dan bersifat serius yang dapat mengancam kesehatan, kehidupan, dan kehidupan manusia.
Karakteristik tindakan perawatan gigi dan produksi aerosol selama perawatan menjadikan
dokter gigi sebagai salah satu pekerjaan yang berisiko tinggi di dunia. Maka dari itu
pedoman yang di rancang sedemekian rupa dalam pelaksanaan perawatan gigi di masa
pandemi sangat membantu dokter gigi dalam mencegah kontaminasi infeksi virus covid 19.
DAFTAR PUSTAKA