Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS WACANA PUISI KANGEN

KARYA W.S. RENDRA

KARYA TULIS ILMIIAH

Diajukan untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah


Studi Wacana Bahasa Indonesia

Dosen Pembimbing :
H. R. Herdiana, Drs., M.M

Oleh :

Lina Maolina Humaeroh

2108180063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmatnya kepada kita semua sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Pembuatan karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi Ujian
Akhir Semester Studi Wacana Bahasa Indonesia. Penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada Allah SWT atas pertolongan-Nya dalam penyelesaaian tugas
ini kepada Bapak H.R. Herdiana. Drs., M.M., selaku dosen pengampu. Penulis
sangat menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih memerlukan
penyempurnaan. Oleh Karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
kesempurnaannya. Akhir kata semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan
manfaat dan pengetahan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para
pembaca. Terima kasih.

Ciamis, Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Masalah...................................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI..........................................................................................3
2.1 Kohesi Gramatikal.................................................................................................3
2.1.1 Pengacuan....................................................................................................3
2.1.2 Penyulihan....................................................................................................4
2.1.3 Pelesapan......................................................................................................4
2.1.4 Perangkaian.................................................................................................4
2.2 Kohesi Leksikal......................................................................................................4
2.2.1 Repetisi.........................................................................................................4
2.2.2 Sinonim.........................................................................................................4
2.2.3 Antonim........................................................................................................5
2.2.4 Hiponim........................................................................................................5
2.2.5 Kolokasi........................................................................................................5
2.2.6 Ekuivalensi...................................................................................................5
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................................6
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................................7
BAB V PENUTUP............................................................................................................8
5.1 Simpulan.................................................................................................................8
5.2 Saran.......................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................9

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan
untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa
rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis dan dapat
bersifat transaksional atau interaksional. Dalam peristiwa komunikasi secara lisan,
dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi antarpenyapa dan pesapa,
sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari
pengungkapan ide/gagasan penyapa.
Puisi diartikan ‘membuat’ atau ‘perbuatan’ karena melalui puisi pada
dasarnya seseorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi
pean atau gambaran suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah (Aminuddin,
2001:34). Sebagai sebuah karya sastra dan seni, puisi dapat dikaji dari berbagai
aspek, seperti dari struktur dan unsur, jenis-jenisnya, perspektif sejarah, bahkan
dari berbagai teori termasuk teori analisis wacana.
Analisis wacana pertama kali digunakan oleh Zellig Harris. Ia berpendapat
bahwa analisis wacana merupakan cara yang tepat untuk mengupas bentuk-bentuk
rangkaian bahasa ataupun pendukungnya (Tallei, 1988:33). Salah satu jenis
wacana yang didasarkan pada tujuan pembuatan wacana adalah wacana puisi.
Tarigan (1987:57) mengatakan bahwa wacana puisi adalah wacana yang
disampaikan dalam bentuk puisi, baik secara tertulis maupun lisan. Apabila
dilakukan secara tertulis, penyampaian puisi berkaitan dengan wacana tulis,
sedangkan apabila secara lisan, penyampaian puisi akan berkaitan dengan wacana
lisan.
Puisi yang menjadi objek kajian dalam analisis wacana ini adalah puisi
dalam bentuk wacana tulis, yakni Kangen karya W.S. Rendra. Pemilihan puisi ini
didasarkan alasan bahwa puisi tersebut memposisikan penyairnya sendiri sebagai
tokoh dalam puisi tersebut. Penulis pun membacanya sampai terbawa perasaaan.
Maka dari itu, penulis tertarik membuat suatu kajian wacana puisi dari kohesi
gramatikal dan leksikal.

1
1.2 Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penelitian tentang wacana puisi
dapat dirumuskan, yaitu bagaimana kohesi gramatikal dan leksikal yang terdapat
dalam wacana puisi Kangen karya W.S. Rendra.

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini dimaksud untuk mengetahui kohesi gramatikal
dan leksikal yang terdapat dalam wacana puisi Kangen karya W.S. Rendra.

1.4 Manfaat Penelitian


Peneletian ini dapat memberikan manfaat untuk memahami tentang kohesi
gramatikal dan leksikal dan wacana puisi Kangen karya W.S. Rendra.

2
BAB II LANDASAN TEORI

Menurut Widdowson (1978:28), kajian wacana merupakan kajian terhadap


teks yang mempunyai kohesi atau pertautan yang terlihat pada permukaan (lahir)
dan mempunyai koherensi yang menjadi dasar telaah wacana secara batin. Oleh
karena itu, pembicaraan tentang wacana tidak akan terlepas dari pembicaraan
tentang kohesi dan koherensi.

Kohesi mengacu pada cara merangkai kalimat untuk menjalin pengembangan


preposisi dalam membentuk sebuah teks. Rangkaian kalimat itu tersusun karena
digunakannya alat-alat kebahasaan. Sementara menurut Baryadi dalam Sumarlan
(Ed.) (2004:21), tujuan análisis wacana pada intinya adalah memerikan
penggunaan bahasa.

Menurut Tarigan (1987:96) mengatakan bahwa kohesi adalah organisasi


sintaktik yang merupakan wadah kalimat-kalimat yang disusun secara padu dan
padat untuk menghasilkan tuturan. Halliday dan Hasan (1976) menemukan
beberapa pemarkah kohesi dalam bahasa Inggris dan mengelompokkan pemarkah
tersebut menjadi dua bagian, yaitu (1) kohesi gramatikal (grammatical cohesion)
dan (2) kohesi leksikal (lexical cohesion).

2.1 Kohesi Gramatikal


Kohesi gramatikal adalah perpaduan bentuk antara kalimat-kalimat yang
diwujudkan dalam sistem gramatikal, yang dinyatakan melalui tata bahasa,
meliputi pengacuan (reference), penyulihan (subtitution), pelesapan (ellips), dan
perangkaian (conjungtion).

2.1.1 Pengacuan (Reference)


Pengacuan adalah hakikat informasi khusus yang ditandai untuk diperoleh
kembali, yaitu berupa makna referensial yang merupakan identitas benda yang
diacu. Pengacuan ditandai oleh adanya kata penunjuk kata dan frasa atau satuan
gramatikal lainnya yang telah disebut sebelumnya (Ramlan, 1984:9–12).

3
2.1.1.1.2 Penyulihan (Substitution)
Penyulihan adalah penempatan kembali sesuatu dengan unsur yang lain.
Menurut Baryadi (1990:41), substitusi adalah kohesi gramatikal yang berupa
unsur bahasa tertentu yang mengganti unsur bahasa yang mendahului atau
mengikutinya.

2.1.1.3 Pelesapan (Elipsis)


Pelesapan adalah penghilangan atau penghapusan suatu unsur. Pelesapan
terjadi jika sebagian unsur struktural yang penting dilesapkan dan hanya dapat
ditemukan kembali dengan mengacu pada suatu unsur di dalam teks yang
mendahuluinya. Menurut Ramlan (1984:18), pelesapan adalah kohesi yang berupa
penghilangan konstituen tertentu yang telah disebutkan sebelumnya.

2.1.1.4 Perangkaian (Conjungtion)


Perangkaian terletak antara kohesi gramatikal dengan kohesi leksikal. Unsur
konjungtor bukan kohesi itu sendiri, melainkan secara tidak langsung
berhubungan dengan sekelompok makna khususnya. Unsur konjungtor tersebut
menyatakan makna tertentu yang menunjukkan prasyarat kehadiran komponen
lainnya dalam wacana.

2.2 Kohesi Leksikal


Kohesi leksikal adalah kohesi yang dinyatakan melalui kosa kata, yang dalam
wacana dapat dibedakan menjadi enam macam, yaitu repetisi (pengulangan),
sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atasbawah),
antonimi (lawan kata), dan ekuivalensi (kesepadanan).

2.1.1 Repetisi
Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau
bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah
konteks yang sesuai.

.2.2 Sinonim
Kridalaksana (2008:222) menyatakan bahwa sinonim adalah bentuk bahasa
yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk yang lain; kesamaan itu berlaku
bagi kata, kelompok kata, atau kalimat.

4
.2.3 Antonim
Antonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang lain
atau satuan lingual yang maknanya berlawanan/beroposisi dengan satuan lingual
yang lain atau oposisi makna.

.2.4 Hiponim
Hiponim adalah hubungan dalam semantik antara makna spesifik dan
makna generik atau antara anggota taksonomi dan nama taksonomi. Adapun
menurut Ramlan (1993:37), hiponim mempunyai makna yang mencakupi makna
unsur terulang atau sebaliknya, yaitu makna unsur terulang yang mencakupi
makna unsur pengulangan.

.2.5 Kolokasi
Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan
pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan. Kata-kata yang
berkolokasi adalah kata-kata yang cenderung dipakai dalam satu domain atau
jaringan tertentu (Sumarlam et al., 2003:44).

.2.6 Ekuivalensi
Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu
dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma. Dalam hal ini sejumlah
kata hasil proses afiksasi dari morfem asal yang sama menunjukkan adanya
hubungan kesepadanan, misalnya hubungan kata antara kata membeli, dibeli, dan
dibelikan, semuanya dibentuk dari bentuk asal yang sama, yaitu beli (Sumarlam,
et al., 2003:46).

5
BAB III METODE PENELITIAN

Untuk mengetahui aspek gramatikal dan aspek leksikal apa saja yang
digunakan oleh penulis dalam menulis puisi Do’a, penelitian ini menggunakan
metode deskriptif. Data yang sudah terkumpul diamati tuturan demi tuturan untuk
mengklasifikasikan data berdasarkan aspek gramatikal dan aspek leksikal yang
akan dianalisis secara deskriptif. Data penelitian ini bersumber dari bahan tulis
yang terdapat dalam Kumpulan Puisi Karya W.S. Rendra.

6
BAB IV PEMBAHASAN

Dalam puisi Kangen, penulis menggunakan aspek kohesi gramatikal dan


aspek kohesi leksikal sehingga puisi yang ditulisnya menjadi wacana puisi yang
kohesif. Untuk kepentingan analisis, berikut ini disajikan puisi Kangen secara
utuh.

Kangen

Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku (1)


menghadapi kemerdekaan tanpa cinta (2)
Kau tak akan mengerti segala lukaku (3)
karna cinta telah sembunyikan pisaunya. (4)

Membayangkan wajahmu adalah siksa. (5)


Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan. (6)
Engkau telah menjadi racun bagi darahku. (7)

Apabila aku dalam kangen dan sepi (8)


Itulah berarti (9)
aku tungku tanpa api. (10)

a. Kohesi
Antara kalimat (1) dengan kalimat (3); (5); (7); (8); (9); (10) ditandai dengan
pemerkah kohesi pronomia person I-II (kau; engkau; ku); selain itu juga
terdapat pronomia penunjuk (itulah). Pemerkah kohesi lainnya adalah
konjungsi (karena) pada kalimat (4) dan pemerkah kohesi leeksikal (repetisi;
kesepian) pada kalimat (6). Jika dicermati pemerkah kohesi yang terdapat
dalam wacana puisi Kangen dapat dikategorikan wacana yang bertipe
pronomina.
b. Konteks-Ko-teks
Konteks wacana puisi Kangen tersebut, dari segi medan wacana mencerminkan
suatu “kegalauan suasana hati seseorang” yang secara eksplisit ditunjukkan
oleh kaalimat (1); (5); (8); (9); dan (10). Selain itu, dari aspek perilaku
linguistik yang dituturkan adalah secara makro wacana puisi ini “perjuangan

7
cinta” dan secara mikro adalah wacana puisi ini “mengisahkan seseorang yang
rindu pada kekasihya”. Kedua aspek ini merupakan ko-teks dari wacana puisi
Kangen.

8
BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan
W.S. Rendra adalah seorang penyair dan sastrawan Indonesia yang dijuluki
“Si Burung Merak”. Bakat sastra Rendra sudah mulai terlihat ketika ia duduk di
bangku SMP. Saat itu ia sudah mulai menunjukkan kemampuannya dengan
menulis puisi, cerita pendek, dan drama untuk berbagai kegiatan sekolahnya. Ia
pertama kali mempublikasikan puisinya di media massa pada tahun 1952 melalui
majalah Siasat.

Salah satu puisi yang dijadikan bahan analisis yaitu Kangen. Setelah
menganalisis puisi Kangen, ada beberapa hal yang menjadi intisari tulisan ini,
yaitu sebagai berikut.

Antara kalimat (1) dengan kalimat (3); (5); (7); (8); (9); (10) ditandai dengan
pemerkah kohesi pronomia person I-II (kau; engkau; ku); selain itu juga terdapat
pronomia penunjuk (itulah). Pemerkah kohesi lainnya adalah konjungsi (karena)
pada kalimat (4) dan pemerkah kohesi leeksikal (repetisi; kesepian) pada kalimat
(6). Jika dicermati pemerkah kohesi yang terdapat dalam wacana puisi Kangen
dapat dikategorikan wacana yang bertipe pronomina.

Konteks wacaana puisi Kangen tersebut, dari segi medan wacana


mencerminkan suatu “kegalauan suasana hati seseorang”. Dan ko-teks dari
wacana puisi Kangen ini “mengisahkan seseorang yang rindu pada kekasihya”.

5.2 Saran

Penelitian ini belum mengungkapkan secara keseluruhan analisis wacana


terhadap puisi karya W.S. Rendr karena hanya satu puisi yang dianalisis dari
beberapa karyanya sehingga penelitian lanjutan dapat dilakukan.

Penulis menyarankan kepada peneliti-peneliti selanjutnya untuk melakukan


penelitian lebih dalam lagi tentang wacana puisi dengan objek yang berbeda dan
dalam kajian yang berbeda juga.

9
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2001. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Jakarta: Sinar Baru


Algesindo.

Baryadi, I. Pratama. 1990. “Teori M.A.K Haliday dan Rugaiya Hasan dan
Penerapannya untuk Analisis Wacana Bahasa Indonesia.” Dalam Gatra
Tahun IX Edisi Khusus. Yogyakarta: JBSI, FPBS, IKIP Sanata Dharma.

Tallei. 1988. “Keterpaduan, Keruntutan dan Keterbacaan Wacana Buku Pelajaran


Bahasa Indonesia Sekolah Dasar: Suatu Kajian Analisis Wacana”. Disertasi
Pascasarjana IKIP Bandung.

Tarigan, H.G. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.

Pradopo, Rachmad Djoko. 1999. Pengkajian Puisi: Analisis Strata Norma dan
Analisis Struktural dan Semiotik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
https://normantis.com/2016/10/23/kangen-puisi-ws-rendra/

10

Anda mungkin juga menyukai