“OSTEOGENESIS IMPERFECTA”
Disusun Oleh:
Diajukan Kepada:
Pembimbing
dr. Tundjungsari Ratna Utami, M.Sc., Sp. A
Dalam kesempatan ini puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT karena atas rahmat dan nikmat-Nya sehingga laporan kunjungan Patient
Aftercare yang berjudul “Osteogenesis Imperfecta” dapat terselesaikan dengan
baik.
Penulis ucapkan terima kasih kepada dr. Tundjungsari R. U., M.Sc, Sp.A
selaku pembimbing selama penulis menjalani kepaniteraan klinik anak di RSUD
Ambarawa serta teman-teman seperbimbingan yang saling membantu dan
mendukung.
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan laporan
kunjungan Patient After Care ini, oleh karena itu penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Semoga laporan kasus yang disusun penulis ini dapat
bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan di masa yang akan datang.
Penulis
PENGESAHAN
Pembimbing
Ditetapkan di : Ambarawa
Tanggal : November 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1
gangguan pendengaran yang semakin progresif setelah masa pubertas. Analisis
mutasi DNA dan biopsi kolagen kulit dapat mengidentifikasi mutasi pada gen
pengkode prokolagen tipe I pada 90% kasus. Tata laksana OI memerlukan
kerjasama multidisiplin dan ditujukan untuk menurunkan frekuensi fraktur,
meminimalkan nyeri kronis, mencegah deformitas tulang panjang dan skoliosis,
meningkatkan densitas tulang, memaksimalkan mobilitas dan kemandirian, serta
mengatasi masalah lain yaitu penanganan fraktur berulang dan gangguan
pendengaran. Modalitas terapi yang lain termasuk operasi, serta non-operasi
termasuk fisioterapi. Gangguan tumbuh kembang dan masalah psikososial dapat
terjadi pada anak dengan penyakit kronik seperti halnya OI, yaitu rendahnya
kemandirian pasien, kurangnya rasa percaya diri, gangguan prestasi belajar serta
masalah psikososial lain yang perlu mendapat perhatian tersendiri, sehingga
pemahaman pasien dan keluarga mengenai penyakit serta kepatuhan berobat
penting untuk tata laksana yang optimal (Situmorang, 2016).
Dipilihnya kasus ini memiliki beberapa alasan yaitu pasien dengan OI
memerlukan pemantauan jangka panjang berkaitan dengan pengobatan yang
diterima, evaluasi pengobatan, trauma yang dialami serta penanganan komplikasi
yang muncul akibat penyakit maupun efek samping obat. Pengobatan OI yang
jangka panjang berisiko terjadinya putus obat atau pengobatan yang tidak adekuat
menjadi lebih besar. Dengan penanganan yang menyeluruh dan
berkesinambungan diharapkan dapat mencegah perburukan penyakit dan
tercapainya kesembuhan serta kualitas hidup yang lebih baik dari pasien.
2
BAB II
STATUS PASIEN
1
benturan yang pelan seperti terjatuh/terkena bola saat bermain dengan teman-
teman sebayanya. Ibu pasien juga mengatakan kaki, tangan, dan punggung pasien
bentuk tulangnya tidak lurus sehingga menyulitkan pasien untuk berjalan. Tangan
kanan pasien juga tidak dapat diluruskan sehingga terdapat keterbatasan gerakan
pada tangan kanan pasien, sementara tangan kiri masih bisa diluruskan.
Sebelumnya An. J memiliki riwayat tuberculosis paru dan mendapatkan
pengobatan sampai 1,5 tahun. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan adanya warna
sklera yang agak biru, perawakan pendek, skoliosis pada tulang belakang,
deformitas pada tulang-tulang di lengan dan tungkai, dan bentuk dada pectus
carinatus. Hasil pemeriksaan lab menunjukkan hasil yang masih dalam batas
normal. Hasil foto rontgen An. J ditemukan adanya struktur tulang yang porotik,
bentuk bowing dan terompet pada femur dan tibia dextra-sinistra, penipisan
cortex, deformitas os femur sinistra dan fraktur lama. Hal ini mendukung
gambaran osteogenesis imperfecta.
An. J dirujuk ke dokter Subspesialis Endokrin Anak di RSUP Dr. Kariadi
Semarang dengan diagnosis Osteogenesis Imperfecta. Di RSUP Kariadi pasien
mendapatkan terapi berupa injeksi obat untuk mengurangi frekuensi patah tulang.
Selain itu, pasien juga diberikan Vitamin C tab. 50 mg dan suplementasi kalsitriol
1 x 0,25 mcg. Pasien diperiksa laboratorium darah rutin, kimia klinik (kalsium,
magnesium, alkali fosfatase, dan fosfat anorganik), tes pendengaran, dan
pemeriksaan BMD (Bone Mineral Density). Hasilnya didapatkan pada
pemeriksaan laboratorium, alkali Phosphatase An. J tinggi yaitu 227 U/L.
Pemeriksaan BMD An. J menunjukkan hasil “Low bone mineral density”, hal ini
mendukung diagnosis osteogenesis imperfecta. Hasil tes pendengaran
menunjukkan hasil dalam batas normal pada pemeriksaan telinga kanan dan kiri.
Saat ini pasien rutin kontrol setiap 6 bulan sekali ke RSUP Kariadi untuk
mendapatkan terapi rutin ulangan (injeksi). Terakhir pasien kontrol ke RSUP
Kariadi tanggal 24 Oktober 2019.
2
Nadi : 90 x/menit
Respirasi : 23 x/menit
SpO2 : 98%
Suhu : 36,7ºC
Berat Badan : 16,5 kg
Tinggi Badan : 101 cm
3
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing
(-/-)
- Jantung :
Inspeksi : Tidak tampak iktus cordis
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : redup, batas jantung sulit dinilai.
Auskultasi : SI-II reguler, murmur (-), gallop (-)
j. Abdomen :
Inspeksi : Datar, tidak ada distensi abdomen
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, tidak terdapat nyeri
tekan, turgor kulit tidak menurun
Perkusi : Timpani di seluruh regio abdomen
k. Vertebrae :
Skoliosis (+)
l. Ekstremitas :
Petekie (-), purpura (-). Akral hangat, CRT <2 detik, tidak udem, sianosis
(-)
m. Genital
Tidak dapat diperiksa (pasien menolak)
4
BAB III
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
III.1.2 Genogram
68 tahun
Keterangan:
5
Osteogenesis Imperfecta Meninggal karena penyakit jantung
6
untuk 4 orang dalam keluarganya, namun untuk kebutuhan lainnya orang
tua pasien cukup kesulitan dalam mengumpulkan biaya contohnya untuk
modal tani. Biaya kesehatan An. J dan keluarga ditanggung oleh BPJS
dalam kurun waktu ± 5 tahun terakhir.
7
terbuat dari tembok bata dan semen, beralaskan lantai. Rumahnya
memiliki cukup ventilasi dan jendela. Jarak rumah dengan jalan raya
cukup jauh. Akses jalan menuju rumah pasien masih dapat ditempuh oleh
kendaraan roda 2 maupun roda 4.
Tempat Parkir
Motor
Kamar Mandi
Tempat
penyimpanan
Dapur gabah
Kandang Sapi
Gudang
R. Penyimpanan
Kamar Tidur
R. Tamu/R. Keluarga
Kamar Tidur
8
e. Terdiri atas 1 ruang tamu yang bergabung dengan ruang keluarga, 2
kamar tidur, 2 kamar mandi, 1 dapur yang bergabung dengan tempat
penyimpanan hasil tani dan gudang
f. Ruang ramu, ruang keluarga, kamar tidur, dan ruang penyimpanan
beralaskan kayu, namun bagian dapur masih beralaskan tanah
g. Kamar mandi terbuat dari tembok bata dan semen, beralaskan lantai ubin.
h. Pergerakan udara didalam rumah kurang bebas dikarenakan ventilasi
rumah hanya berupa jendela yang berjumlah 2 yaitu di ruang tamu dan
ruang keluarga dan 1 pintu, yaitu pintu masuk utama.
i. Cahaya masuk ke dalam rumah melalui jendela, pintu, dan sela-sela
tembok kayu. Selain itu, penerangan di dalam rumah menggunakan
lampu LED yang tidak terlalu terang.
j. Sumber air berasal dari air tanah.
9
BAB IV
10
LAMPIRAN FOTO KUNJUNGAN
11
Kamar Mandi Kamar Mandi
12
Atap Rumah Tanpa Plavon Gudang
13