4111181104
PETUNJUK UNTUK MAHASISWA
CAPAIAN PEMBELAJARAN:
Setelah mengikuti diskusi kelompok ini mahasiswa mampu:
1. Merumuskan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang dan menyusun resume kasus dengan keluhan utama sesak nafas. (C4-5)
2. Mampu menganalisis faktor risiko dan etiopatofisiologi kasus dengan mengaplikasikan
ilmu kedokteran dasar. (C5-6)
3. Merencanakan penatalaksanaan sesuai dengan patofisiologi dan kompetensi dokter
umum. (C4-5)
4. Menganalisis komplikasi yang mungkin terjadi pada kasus sesuai dengan konsep
patogenesis dan patofisiologinya. (C3-4)
5. Mengaplikasikan pondasi kompetensi dokter (profesionalisme, bioetik humaniora,
komunikasi efektif dan epidemiologi) pada kasus. (C3-4)
Anamira Cesaria Nur
4111181104
SKENARIO
Seorang wanita berusia 43 tahun dibawa ke IGD datang dengan keluhan utama
sesak nafas yang dirasakan semakin memberat sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit.
Menurut keterangan keluarga, keluhan sesak dirasakan terus menerus, sehingga penderita
merasa lebih nyaman tidur dengan posisi setengah duduk. Keluhan sesak tidak dirasakan
membaik dengan perubahan posisi miring kiri atau kanan. Keluhan sesak nafas awalnya
dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, dirasakan saat beraktivitas ringan. Keluhan sesak
disertai dengan rasa berdebar-debar dan lemas. Tidak terdapat keluhan nyeri dada.
Terdapat riwayat penyakit kanker payudara kanan yang sudah diderita sejak 2 tahun yang
lalu, namun penderita menolak tindakan pengangkatan payudara dan kemoterapi.
Penderita bekerja sebagai pedagang. Riwayat hipertensi (-), DM (-) Dislipidemia (-),
merokok (-). Riwayat penyakit pada keluarga: hipertensi (-), DM (-), stroke (-), penyakit
jantung (-), keganasan (+) ibu penderita juga menderita kanker payudara.
Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum: kesadaran komposmentis, kesan sakit berat. Tekanan darah 80/60
mmHg, nadi 140 x/menit, respirasi 36 x/menit, cepat dan dangkal, suhu 36.8ºC. Pulsus
Paradoksus (+) dengan perbedaan ukuran tekanan sistolik inspirasi dan ekspirasi 15
mmHg
Kepala : Konjungtiva anemis. Sklera tidak ikterik.
Leher : Jugular Venous Pressure 5+4 cmH2O. Hepato Jugular Refluks (+). Kelenjar
getah bening tak teraba, trakea di tengah.
Toraks : Terdapat benjolan pada payudara kanan, kulit tampak kemerahan, peau de
orange (+), retraksi puting (+)
Batas paru-hepar intercostal space V kanan, peranjakan 2 cm.
Cor Ictus cordis tidak tampak, teraba di InterCostal Space VI 1 cm lateral Linea
Mid Clavicularis Sinistra, tidak kuat angkat, thrill (-), batas kanan 1 cm lateral
Linea Sternalis Dextra, batas atas InterCostal Space III, batas kiri ICS VI 1 cm
lateral Linea Mid Clavicularis Sinistra. Bunyi jantung muffled heart sound (+),
S1, S2 normal reguler, S3 sulit dinilai, S4 sulit dinilai , murmur sulit dinilai.
Pulmo sonor, ronkhi -/-, wheezing -/-.
Abdomen : datar, lembut, hepar dan lien tidak teraba, ruang Traube kosong, bising usus (+)
normal. PP/PS -/-.
Ektremitas : Clubbing -/-, sianosis -/-, akral dingin +/+, edema pretibial -/-
- Foto thorax
Kemungkinan hasil: Menunjukkan pembesaran bayangan jantung globular (water
bottle heart)
skenario keterangan
Seorang wanita berusia 43 tahun dibawa Identitas pasien
ke IGD datang
dengan keluhan utama sesak nafas yang DD keluhan sesak :
dirasakan semakin memberat sejak 1 jam • Cardiac : pericarditis, IMA, Decom
sebelum masuk rumah sakit. cordis
• Non cardiac : efusi pleura, asma,
Edema paru akut, Pneumonia
Menurut keterangan keluarga, keluhan Khas pada pericarditis : nyeri dada dan
sesak dirasakan terus menerus, sehingga dispnea dengan gejala yang membaik saat
penderita merasa lebih nyaman tidur duduk tegak dan memburuk saat berbaring
dengan posisi setengah duduk. datar karena pericardium yang meradang
berkontak dengan struktur yang berdekatan
Anamira Cesaria Nur
4111181104
Keluhan sesak tidak dirasakan membaik Menyingkirkan DD efusi pleura
dengan perubahan posisi miring kiri atau
kanan.
Keluhan sesak nafas awalnya dirasakan
sejak 1 minggu yang lalu, dirasakan saat
beraktivitas ringan.
Keluhan sesak disertai dengan rasa Tanda dan gejala efusi perikardial
berdebar-debar dan lemas.
Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum: kesadaran
komposmentis,
kesan sakit berat.
Tekanan darah 80/60 mmHg, Hipotensi (trias beck)
nadi 140 x/menit, Takikardi
respirasi 36 x/menit, cepat dan dangkal, Takipneu, pernapasan kussmaul
suhu 36.8ºC.
Pulsus Paradoksus (+) dengan perbedaan Denyut nadi yang menjadi semakin lemah
ukuran tekanan sistolik inspirasi dan selama inspirasi bahkan menghilang sama
ekspirasi 15 mmHg sekali pada bagian akhir inspirasi untuk
timbul kembali pada saat ekspirasi.
Kepala: Konjungtiva anemis. Sklera tidak Tanda anemia
ikterik.
Anamira Cesaria Nur
4111181104
Leher: Jugular Venous Pressure 5+4 Meningkat ! obtruksi aliran darah balik
cmH2O. vena ke jantung dari vena cava inferior dan
Hepato Jugular Refluks (+). superior sehingga menyebabkan
Kelenjar getah bening tak teraba, trakea peningkatan JVP dan hepatomegali
di tengah. (trias Beck)
Toraks: Terdapat benjolan pada payudara Tanda-tanda CA Mammae
kanan, kulit tampak kemerahan, peau de - aliran limfatik dari kulit ke kelenjar
orange (+), retraksi puting (+) getah bening lokal terhambat,
terjadi edema lokal yang ditandai
oleh tampilan kulit jeruk (peau
d’orange).
- pertumbuhan kanker dan invasi
kanker ke jaringan sekitar !
pemendekan ligamentum
suspensorium Cooper ! terjadi
gambaran retraksi kulit payudara
Batas paru-hepar intercostal space V DBN
kanan, peranjakan 2 cm.
Cor : Ictus cordis tidak tampak, teraba di Ictus cordis terletak di ICS V-VI linea
InterCostal Space VI 1 cm lateral Linea midclavilatis sinistra ! bergeser 1 cm ke
Mid Clavicularis Sinistra, tidak kuat lateral
angkat, thrill (-),
batas kanan 1 cm lateral Linea Sternalis batas kanan jantung pada linea
Dextra, parasternalis dekstra
batas atas InterCostal Space III, Batas atas jantung umumnya terdapat
pada ICS 2 kanan linea parasternalis
dekstra
batas kiri ICS VI 1 cm lateral Linea Mid Batas jantung kiri umumnya terdapat pada
Clavicularis Sinistra. intercostal space (ICS) 4-6 linea
midklavikularis kiri
Tamponade jantung adalah sindrom klinik dimana terjadi penekanan yang cepat atau
lambat terhadap jantung akibat akumulasi cairan, nanah, darah, bekuan darah, atau gas di
perikardium, sebagai akibat adanya efusi, trauma, atau ruptur jantung.
Tamponade jantung selalu merupakan life threatening dan hampir selalu membutuhkan
intervensi terapi yang tepat dan cepat.
• Diagnosis tamponade jantung dapat ditegakkan dengan Beck’s triad dan temuan klinis
lainnya. Beck’s triad meliputi :
- hipotensi,
- muffled heart sound
- peningkatan JVP
• Temuan klinis lain meliputi
- tanda Kussmaul
- takikardi,
- takipneu,
- pulsus paradoxus,
- kompleks EKG yang low-voltage, dan ECG electrical alternans.
- Pada rontgen dada, tampak bayangan jantung yang membesar dengan gambaran
paru yang bersih
3. Analisislah etiologi dan patofisiologi pada penyakit tersebut! Jelaskan berdasarkan ilmu
kedokteran dasar terkait!
• Etiologi
• IKD
Anatomi Pericardium
Pericardium merupakan kantung elastis membran yang dilapisi oleh membran serosa
skuamosa sederhana dan diisi dengan cairan serosa yang membungkus jantung dan
aorta serta pembuluh darah besar lainnya dan menjadi jangkar jantung di
mediastinum; kantung sendiri terdiri dari lapisan fibrosa (dengan lampiran ke
diafragma, sternum, dan kartilago kosta) dan lapisan parietalis dalam serosa
sedangkan lapisan serosa viseral meluas ke permukaan eksternal dari miokardium, itu
berfungsi sebagai penghalang pelindung dari penyebaran infeksi atau peradangan dari
struktur yang berdekatan ke dalam ruang perikardial dan berfungsi untuk
mengandung jantung dan batas overfilling dari ruang; lapisan membran serosa
mengeluarkan cairan perikardial yang melumasi permukaan jantung seperti cekungan
dan tonjolan dalam ruang perikardial. Dibagi menjadi dua lapisan yaitu :
1) Pericardium visceral (epicardium) Lapisan yang mengelilingi jantung, dan
melekat padanya, adalah perikardium visceral, atau epikardium. Jantung dapat
meluncur dengan mudah pada perikardium viseral, sehingga memungkinkan
untuk berkontraksi dengan bebas. Perikardium viseral memiliki lapisan luar dari
sel mesothelial datar, yang terletak di stroma jaringan penunjang
fibrocollagenous. Jaringan penunjang ini mengandung serat elastis, serta arteri
besar yang memasok darah ke dinding jantung, dan cabang vena besar yang
membawa darah dari dinding jantung
2) Pericardium parietalis Lapisan luar dari pericardium, yang disebut perikardium
parietalis, terdiri dari lapisan luar yang kuat, jaringan ikat tebal (disebut
perikardium fibrosa) dan lapisan serosa dalam (pericardium serosa). Lapisan
fibrosa perikardium parietalis melekat pada diafragma dan berdifusi dengan
dinding luar dari pembuluh darah besar yang memasuki dan meninggalkan
jantung. Dengan demikian, perikardium parietalis membentuk kantung pelindung
yang kuat untuk jantung dan berfungsi juga untuk jangkar dalam mediastinum.
Lapisan serosa dari perikardium parietalis, sebagian besar terdiri dari
mesothelium bersama-sama dengan jaringan ikat kecil, membentuk epitel
skuamosa sederhana dan mengeluarkan sejumlah kecil cairan (biasanya sekitar 25
sampai 35 ml), yang membuat dua lapisan perikardium dari bergesekan sama lain
dan menyebabkan gesekan selama kontraksi otot jantung
Anamira Cesaria Nur
4111181104
• Patofisiologi
4. Rumuskan penanganan kedaruratan yang dapat dilakukan di IGD oleh dokter umum?
1. Menggunakan APD
Anamira Cesaria Nur
4111181104
2. Primary Survey
Airway & C spine control
Penilaian:
Management:
• Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan control servikal in-line
immobilisasi
• Bersihkan airway dari benda asing
Management
Circulation
• Memasang 2 jalur IV line dengan infus set dan berikan kristaloid (RL,
Ringer Asetat, NaCl 0,9%) 2-3 L
• Memantau status hidrasi dan respon pemasangan IV dengan melihat tanda
vital dan turgor
• Periksa nadi: kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus. Tidak
ditemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda diperlukannya
resusitasi massif segera.
• Obat-obatan Inotropic (misalnya : dobutamine) : ini bermanfaat karena
meningkatkan cardiac output tanpa meningkatkan resistensi vascular
Anamira Cesaria Nur
4111181104
sistemik.
• Memasang kateter untuk memantau output resusitasi cairan
• Perikardiosintesis
- Merupakan tindakan aspirasi efusi perikard atau pungsi perikard.
- Monitoring EKG untuk menunjukkan tertusuk nyamiokard (↑ voltase
gelombang T atau terjadi disritmia).
- Lokasi : seringnya di subxyphoid
- Teknik:
1) Pasien disandarkan pada sandaran dengan sudut 45° sehingga
memungkinkan jantung ke posterior menjauhi dinding thorax.
2) Lakukan tindakan aseptic dan anestesi lokal dengan prokain 2%
atau xilokain 2%.
3) Jarum nomer 18-16 dihubungkan dengan spuit 20-50 ml
dihubungkan dengan pemantau EKG melalui alligator atau
hemostat.
0
4) Arahkan jarum ke postero sepalad, membentuk sudut 45
dengan permukaan dinding dada.
5) Tusukan jarum 2-4 cm sampai terasa tahanan lapisan perikard
6) Bila jarum pungsi menembus perikard dan kontak dengan otot
jantung, akan timbul elevasi segmen ST (injury) dan ekstra
sistol ventrikel dengan amplitude tinggi. Bila hal ini terjadi,
maka jarum pungsi harus ditarik sedikit dan di arahkan ke
tempat lain.
7) Apabila cairan perikard kental, dapat di pakai trokar yang lebih
besar.
8) Apabila tidak diperoleh cairan yang mengalir, jarum ditarik
perlahan-lahan dan ditusuk kembali kearah lain atau lebih
dalam sedikit.
9) Hindarkan tusukan yang tiba-tiba, kasar atau pemindahan arah
tusukan secara kasar. Perubahan arah tusukan harus dilakukan
secara perlahan tepi konstan sambil diisap secara kontinyu.
10) Kateter vena sentral dapat dipasangkan melalui jarum tersebut
dan dibiarkan di tempat yang memungkinkan tindakan aspirasi
periodic untuk mencegah pengumpulan cairan kembali.
11) Setelah selesai, cabut jarum dan pasang perban di atas tempat
pungsi
Disabilitiy
Anamira Cesaria Nur
4111181104
• Pasien dalam keadaan sadar
5. Pemeriksaan penunjang lanjutan apa yang dibutuhkan untuk mendukung diagnosis pada
kasus tersebut?
Teknik:
• Pasien disandarkan pada sandaran dengan sudut 45° sehingga memungkinkan
jantung ke posterior menjauhi dinding thorax.
• Lakukan tindakan aseptic dan anestesi lokal dengan prokain 2% atau xilokain 2%.
• Jarum nomer 18-16 dihubungkan dengan spuit 20-50 ml dihubungkan dengan
pemantau EKG melalui alligator atau hemostat.
• Arahkan jarum ke postero sepalad, membentuk sudut 45° dengan permukaan
dinding dada.
• Tusukan jarum 2-4 cm sampai terasa tahanan lapisan perikardium
• Bila jarum pungsi menembus perikardium dan kontak dengan otot jantung, akan
timbul elevasi segmen ST (injury) dan ekstra sistol ventrikel dengan amplitude
tinggi. Bila hal ini terjadi, maka jarum pungsi harus ditarik sedikit dan di arahkan ke
tempat lain.
• Apabila cairan perikard kental, dapat di pakai trokar yang lebih besar.
• Apabila tidak diperoleh cairan yang mengalir, jarum ditarik perlahan-lahan dan
ditusuk kembali kearah lain atau lebih dalam sedikit.
• Hindarkan tusukan yang tiba-tiba, kasar atau pemindahan arah tusukan secara kasar.
Perubahan arah tusukan harus dilakukan secara perlahan tepi konstan sambil diisap
secara kontinyu.
• Kateter vena sentral dapat dipasangkan melalui jarum tersebut dan dibiarkan di
tempat yang memungkinkan tindakan aspirasi periodic untuk mencegah
pengumpulan cairan kembali.
• Setelah selesai, cabut jarum dan pasang perban di atas tempat pungsi.
Prognosis
Tamponade jantung adalah keadaan darurat medis. Prognosis tergantung pada
pengenalan yang cepat dan pengelolaan kondisi dan penyebab yang mendasari
tamponade. Tidak diobati, tamponade jantung cepat dan fatal secara universal. Pasien
dengan tamponade yang disebabkan oleh penyakit ganas memiliki tingkat kematian
melebihi 75% dalam waktu 12 bulan.
QAV: dubia ad malam
QAF: dubia ad malam
4) Contextual features(justice)
!menjelaskan segala tindakan yang akan dilakukan pada pasien
DAFTAR PUSTAKA:
1. LeWinter MM. Pericardial diseases. Dalam: Zipes, Libby, Bonow, Braunwald, editors.
Braunwald’s heart disease a textbook of cardiovascular medicine. Edisi ke-11.
Anamira Cesaria Nur
4111181104
Philadelphia: Elsevier saunders; 2019. h. 1829-51.
2. Hoit BD. Pericardial diseases. Dalam: Fuster, Walsh, O’Rourke, editors. Hurst’s: The
Heart. Edisi ke-12. Mc Graw Hill; 2019. h.487.
3. CasaresAP, Cesar S, Brunet-Garcia L, Sanchez-de-Toledo J. Echocardiographic
Evaluation of Pericardial Effusion and Cardiac Tamponade. 2017. Front. Pediatr. 5:79.
4. Lily SL, Ramos Y. Diseases of the pericardium. Dalam: Lily SL, editor. Patophysiology
of heart disease. Edisi ke-4. Lippincott Williams & Wilkins; 2007. h. 334-48.
5. Maisch B, Seferovic PM, Ristic AD, Erbel R, Rienmuller R, Adler Y, et al. Guidelines
on the diagnosis and management of pericardial diseases. Eur Heart J. 2004 (diunduh
15 September 2010). Tersedia dari:
http://eurheartj.oxfordjournals.org/content/25/7/587.full
6. Kwon HD. Pericardial disease. Dalam: Brian PG, Eric JT, editors. Manual of
cardiovascular medicine. Edisi ke-3. Lippincot williams & wilkins; 2009. h. 393-414
7. Stashko E, Meer JM. Cardiac Tamponade. NCBI. 2019 (diunduh 20 Juli 2021).
Tersedia dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov › books › NBK431090
8. Adi O, Fong CP, Ahmad AH, Azil A, Ranga R, Panebianco N. 2021. Am J Emerg Med.
2021 Jul;45:688.e3-688.e7
9. Dhababneh E, Siddique MS. Pericarditis. NCBI 2020 (diunduh 21 Juli 2021). Tersedia
dari: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28613741/
10. Van DamMN, Fitzgerald BM. Pulsus Paradoxus. NCBI. 2021. Tersedia dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482292/
11. Willner DA, Goyal A, Grigorova Y, Kiel J. Pericardial Effusion. NCBI 2020 (diunduh 21
Juli 2021). Tersedia dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov › books › NBK431080
12. Yarlagadda C. Cardiac Tamponade. Medscape. 2018 (diunduh 21 Juli 2021). Tersedia
dari: https://emedicine.medscape.com/article/152083-overview#a4
13. Zurwida, Gani A. Diagnosis dan Manajemen Kegawatdaruratan Efusi Perikardium
dengan Tamponade Jantung Akut. Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika. J. Ked. N.
Med 2019; 2(3):17-27
14. Calgary Guide