Anda di halaman 1dari 19

Anamira Cesaria Nur

4111181104
PETUNJUK UNTUK MAHASISWA

BLOK 18 KEDARURATAN MEDIK


DISKUSI KELOMPOK KE-12

Hari/tanggal : Jumat, 30 Juli 2021


Waktu : 08.00-10.50 WIB
Pokok Bahasan : Kaduratan Kardiologi
Level Kompetensi :2
Penanggung jawab : dr. Sherly Yosephina Ferriani, SpJP
Kontributor : 1. dr. Sherly Yosephina Ferriani, SpJP
2. Dr. Wendra, dr., M.Kes
3. Daswara, dr., Sp.S, M.Kes
4. Ilma Fiddiyanti, dr., Sp.Rad., M.Kes
5. Nurul Aida F, dr, Sp.FM, M.Sc

CAPAIAN PEMBELAJARAN BLOK


CPB 1 Merumuskan diagnosis berdasarkan data anamnesis, pemeriksaan fisik,
interpretasi pemeriksaan penunjang pada kasus dalam Kedaruratan Medik
(CPL: STN 12; PP2, 3,4,5,9; KU1, 3)
(Sesuai area Kompetensi 1, 2,3,4,6)
CPB 2 Mengaplikasikan ilmu kedokteran dasar yang berkaitan dengan patogenesis dan
patofisiologi serta kemungkinan komplikasi pada kasus dalam Kedaruratan Medik
(CPL: STN 12; PP1,2,3,4,5,9; KU 1, 3; KK 1,2)
(Sesuai area kompetensi 1,2,3,4,5)
CPB 3 Merencanakan penatalaksanaan sesuai konsep patofisiologi dan evidencebased
medicine pada kasus Kedaruratan Medik
(CPL: STN 12; PP 6; KU 1,3; KK 7, 8, 8)
(Sesuai Area Kompetensi 1,2,3,4,7)
CPB 4 Mengaplikasikan konsep profesionalisme, komunikasi efektif dalam pengelolaan
kasus terkait Kedaruratan Medik
(CPL: STN 1,2,4,5,6,7,8,9,10;11,12; PP 7,8, 9,10; KK 10)
(Sesuai Area kompetensi 1,2,3)

CAPAIAN PEMBELAJARAN:
Setelah mengikuti diskusi kelompok ini mahasiswa mampu:
1. Merumuskan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang dan menyusun resume kasus dengan keluhan utama sesak nafas. (C4-5)
2. Mampu menganalisis faktor risiko dan etiopatofisiologi kasus dengan mengaplikasikan
ilmu kedokteran dasar. (C5-6)
3. Merencanakan penatalaksanaan sesuai dengan patofisiologi dan kompetensi dokter
umum. (C4-5)
4. Menganalisis komplikasi yang mungkin terjadi pada kasus sesuai dengan konsep
patogenesis dan patofisiologinya. (C3-4)
5. Mengaplikasikan pondasi kompetensi dokter (profesionalisme, bioetik humaniora,
komunikasi efektif dan epidemiologi) pada kasus. (C3-4)
Anamira Cesaria Nur
4111181104

SKENARIO
Seorang wanita berusia 43 tahun dibawa ke IGD datang dengan keluhan utama
sesak nafas yang dirasakan semakin memberat sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit.
Menurut keterangan keluarga, keluhan sesak dirasakan terus menerus, sehingga penderita
merasa lebih nyaman tidur dengan posisi setengah duduk. Keluhan sesak tidak dirasakan
membaik dengan perubahan posisi miring kiri atau kanan. Keluhan sesak nafas awalnya
dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, dirasakan saat beraktivitas ringan. Keluhan sesak
disertai dengan rasa berdebar-debar dan lemas. Tidak terdapat keluhan nyeri dada.
Terdapat riwayat penyakit kanker payudara kanan yang sudah diderita sejak 2 tahun yang
lalu, namun penderita menolak tindakan pengangkatan payudara dan kemoterapi.
Penderita bekerja sebagai pedagang. Riwayat hipertensi (-), DM (-) Dislipidemia (-),
merokok (-). Riwayat penyakit pada keluarga: hipertensi (-), DM (-), stroke (-), penyakit
jantung (-), keganasan (+) ibu penderita juga menderita kanker payudara.

Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum: kesadaran komposmentis, kesan sakit berat. Tekanan darah 80/60
mmHg, nadi 140 x/menit, respirasi 36 x/menit, cepat dan dangkal, suhu 36.8ºC. Pulsus
Paradoksus (+) dengan perbedaan ukuran tekanan sistolik inspirasi dan ekspirasi 15
mmHg
Kepala : Konjungtiva anemis. Sklera tidak ikterik.
Leher : Jugular Venous Pressure 5+4 cmH2O. Hepato Jugular Refluks (+). Kelenjar
getah bening tak teraba, trakea di tengah.
Toraks : Terdapat benjolan pada payudara kanan, kulit tampak kemerahan, peau de
orange (+), retraksi puting (+)
Batas paru-hepar intercostal space V kanan, peranjakan 2 cm.
Cor Ictus cordis tidak tampak, teraba di InterCostal Space VI 1 cm lateral Linea
Mid Clavicularis Sinistra, tidak kuat angkat, thrill (-), batas kanan 1 cm lateral
Linea Sternalis Dextra, batas atas InterCostal Space III, batas kiri ICS VI 1 cm
lateral Linea Mid Clavicularis Sinistra. Bunyi jantung muffled heart sound (+),
S1, S2 normal reguler, S3 sulit dinilai, S4 sulit dinilai , murmur sulit dinilai.
Pulmo sonor, ronkhi -/-, wheezing -/-.
Abdomen : datar, lembut, hepar dan lien tidak teraba, ruang Traube kosong, bising usus (+)
normal. PP/PS -/-.
Ektremitas : Clubbing -/-, sianosis -/-, akral dingin +/+, edema pretibial -/-

PENUGASAN UNTUK MAHASISWA


1. Berdasarkan data anamnesis dan pemeriksaan fisik pada skenario, sebutkan
pemeriksaan penunjang (yang dapat segera dilakukan di IGD) yang dibutuhkan,
jelaskan alasan dan kemungkinan hasilnya!

- EKG (Elektrokardiografi) ! untuk mengukur irama dan aktivitas elektrik jantung


Kemungkinan hasil:
• Sinus takikardi
• Gelombang QRS rendah
• Depresi segmen PR
Anamira Cesaria Nur
4111181104
• Electrical alternans ! suatu artefak elektrik yang dihasilkan oleh
goyangan jantung di dalam cairan efusi terhadap dinding dada dan
elektroda

- Foto thorax
Kemungkinan hasil: Menunjukkan pembesaran bayangan jantung globular (water
bottle heart)

- Pemeriksaan darah rutin


Kemungkinan hasil:
• Hemoglobin, hematokrit: Menurun karena pada pasien terdapat tanda
anemia yaitu konjungtiva anemis
• Leukosit: Dapat meningkat jika terdapat pericarditis

2. Jelaskan rumusan diagnosis dan diagnosis banding berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, dengan menyusun resume kasus! Dan
jelaskan aspek kedaruratannya!

skenario keterangan
Seorang wanita berusia 43 tahun dibawa Identitas pasien
ke IGD datang
dengan keluhan utama sesak nafas yang DD keluhan sesak :
dirasakan semakin memberat sejak 1 jam • Cardiac : pericarditis, IMA, Decom
sebelum masuk rumah sakit. cordis
• Non cardiac : efusi pleura, asma,
Edema paru akut, Pneumonia
Menurut keterangan keluarga, keluhan Khas pada pericarditis : nyeri dada dan
sesak dirasakan terus menerus, sehingga dispnea dengan gejala yang membaik saat
penderita merasa lebih nyaman tidur duduk tegak dan memburuk saat berbaring
dengan posisi setengah duduk. datar karena pericardium yang meradang
berkontak dengan struktur yang berdekatan
Anamira Cesaria Nur
4111181104
Keluhan sesak tidak dirasakan membaik Menyingkirkan DD efusi pleura
dengan perubahan posisi miring kiri atau
kanan.
Keluhan sesak nafas awalnya dirasakan
sejak 1 minggu yang lalu, dirasakan saat
beraktivitas ringan.
Keluhan sesak disertai dengan rasa Tanda dan gejala efusi perikardial
berdebar-debar dan lemas.

Tidak terdapat keluhan nyeri dada.


Terdapat riwayat penyakit kanker Neoplasma ! faktor risko yang dapat
payudara kanan yang sudah diderita sejak mengiritasi langsung pericardium !
2 tahun yang lalu, namun penderita pericarditis
menolak tindakan pengangkatan
payudara dan kemoterapi.

Penderita bekerja sebagai pedagang.

Riwayat hipertensi (-), DM (-) DBN


Dislipidemia (-), merokok (-).

Riwayat penyakit pada keluarga: Faktor risiko genetik neoplasma


hipertensi (-), DM (-), stroke (-), penyakit
jantung (-), keganasan (+) ibu penderita
juga menderita kanker payudara.

Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum: kesadaran
komposmentis,
kesan sakit berat.
Tekanan darah 80/60 mmHg, Hipotensi (trias beck)
nadi 140 x/menit, Takikardi
respirasi 36 x/menit, cepat dan dangkal, Takipneu, pernapasan kussmaul
suhu 36.8ºC.
Pulsus Paradoksus (+) dengan perbedaan Denyut nadi yang menjadi semakin lemah
ukuran tekanan sistolik inspirasi dan selama inspirasi bahkan menghilang sama
ekspirasi 15 mmHg sekali pada bagian akhir inspirasi untuk
timbul kembali pada saat ekspirasi.
Kepala: Konjungtiva anemis. Sklera tidak Tanda anemia
ikterik.
Anamira Cesaria Nur
4111181104
Leher: Jugular Venous Pressure 5+4 Meningkat ! obtruksi aliran darah balik
cmH2O. vena ke jantung dari vena cava inferior dan
Hepato Jugular Refluks (+). superior sehingga menyebabkan
Kelenjar getah bening tak teraba, trakea peningkatan JVP dan hepatomegali
di tengah. (trias Beck)
Toraks: Terdapat benjolan pada payudara Tanda-tanda CA Mammae
kanan, kulit tampak kemerahan, peau de - aliran limfatik dari kulit ke kelenjar
orange (+), retraksi puting (+) getah bening lokal terhambat,
terjadi edema lokal yang ditandai
oleh tampilan kulit jeruk (peau
d’orange).
- pertumbuhan kanker dan invasi
kanker ke jaringan sekitar !
pemendekan ligamentum
suspensorium Cooper ! terjadi
gambaran retraksi kulit payudara
Batas paru-hepar intercostal space V DBN
kanan, peranjakan 2 cm.

Cor : Ictus cordis tidak tampak, teraba di Ictus cordis terletak di ICS V-VI linea
InterCostal Space VI 1 cm lateral Linea midclavilatis sinistra ! bergeser 1 cm ke
Mid Clavicularis Sinistra, tidak kuat lateral
angkat, thrill (-),
batas kanan 1 cm lateral Linea Sternalis batas kanan jantung pada linea
Dextra, parasternalis dekstra
batas atas InterCostal Space III, Batas atas jantung umumnya terdapat
pada ICS 2 kanan linea parasternalis
dekstra
batas kiri ICS VI 1 cm lateral Linea Mid Batas jantung kiri umumnya terdapat pada
Clavicularis Sinistra. intercostal space (ICS) 4-6 linea
midklavikularis kiri

!pelebaran batas jatung dikarenakan


terdapatnya akumulasi cairan di rongga
pericardial
Bunyi jantung muffled heart sound (+), Trias beck
S1, S2 normal reguler, S3 sulit dinilai, S4
sulit dinilai , murmur sulit dinilai.
Pulmo sonor, ronkhi -/-, wheezing -/-. DBN
Abdomen: datar, lembut, hepar dan lien DBN
tidak teraba, ruang Traube kosong, bising
usus (+) normal. PP/PS -/-.
Ektremitas : Clubbing -/-, sianosis -/-, Akral dingin diakibatkan karena danya
akral dingin +/+, edema pretibial -/- gangguan pefusi sebagai akibat dari
penurunan cardiac output ! syok
kardiogenik
Anamira Cesaria Nur
4111181104
DK : syok kardiogenik ec cardiac tamponade e.c. malignancy + anemia + ca mammae

Tamponade jantung adalah sindrom klinik dimana terjadi penekanan yang cepat atau
lambat terhadap jantung akibat akumulasi cairan, nanah, darah, bekuan darah, atau gas di
perikardium, sebagai akibat adanya efusi, trauma, atau ruptur jantung.
Tamponade jantung selalu merupakan life threatening dan hampir selalu membutuhkan
intervensi terapi yang tepat dan cepat.
• Diagnosis tamponade jantung dapat ditegakkan dengan Beck’s triad dan temuan klinis
lainnya. Beck’s triad meliputi :
- hipotensi,
- muffled heart sound
- peningkatan JVP
• Temuan klinis lain meliputi
- tanda Kussmaul
- takikardi,
- takipneu,
- pulsus paradoxus,
- kompleks EKG yang low-voltage, dan ECG electrical alternans.
- Pada rontgen dada, tampak bayangan jantung yang membesar dengan gambaran
paru yang bersih

3. Analisislah etiologi dan patofisiologi pada penyakit tersebut! Jelaskan berdasarkan ilmu
kedokteran dasar terkait!

• Etiologi

infeksi • Viral (echovirus dan coxsackievirus, influenza, EBV, CMV,


adenovirus, Varicella, Rubella, Mumps, HBV, HCV, HIV,
Parvovirus B19, dan Human Herpes Virus 6)
• Bakteri (Tuberkulosis, Coxiella burnetii)
• Jamur (jarang)
• Parasit (sangat jarang)
Non infeksi • Autoimun dan inflamasi
• Sindrom cedera pericardial
• Autoreaktif
• Kanker
• Tumor primer
• Tumor metastasis sekunder (paru-paru, kanker payudara,
limfoma, dan melanoma)
• Metabolic (uremia, myxedema)
• Trauma
• Cedera langsung (menembus cedera toraks, perforasi
Anamira Cesaria Nur
4111181104
esofagus, dan iatrogenic)
• Cedera tidak langsung (cedera toraks non tembus dan cedera
radiasi)
• Radiasi mediastinum (baru atau tersembunyi)
Obat-obatan dan racun (jarang)
Hemodinamik (gagal jantung, HT pulmonal, dan
hypoalbuminemia)

• IKD

Anatomi Pericardium
Pericardium merupakan kantung elastis membran yang dilapisi oleh membran serosa
skuamosa sederhana dan diisi dengan cairan serosa yang membungkus jantung dan
aorta serta pembuluh darah besar lainnya dan menjadi jangkar jantung di
mediastinum; kantung sendiri terdiri dari lapisan fibrosa (dengan lampiran ke
diafragma, sternum, dan kartilago kosta) dan lapisan parietalis dalam serosa
sedangkan lapisan serosa viseral meluas ke permukaan eksternal dari miokardium, itu
berfungsi sebagai penghalang pelindung dari penyebaran infeksi atau peradangan dari
struktur yang berdekatan ke dalam ruang perikardial dan berfungsi untuk
mengandung jantung dan batas overfilling dari ruang; lapisan membran serosa
mengeluarkan cairan perikardial yang melumasi permukaan jantung seperti cekungan
dan tonjolan dalam ruang perikardial. Dibagi menjadi dua lapisan yaitu :
1) Pericardium visceral (epicardium) Lapisan yang mengelilingi jantung, dan
melekat padanya, adalah perikardium visceral, atau epikardium. Jantung dapat
meluncur dengan mudah pada perikardium viseral, sehingga memungkinkan
untuk berkontraksi dengan bebas. Perikardium viseral memiliki lapisan luar dari
sel mesothelial datar, yang terletak di stroma jaringan penunjang
fibrocollagenous. Jaringan penunjang ini mengandung serat elastis, serta arteri
besar yang memasok darah ke dinding jantung, dan cabang vena besar yang
membawa darah dari dinding jantung
2) Pericardium parietalis Lapisan luar dari pericardium, yang disebut perikardium
parietalis, terdiri dari lapisan luar yang kuat, jaringan ikat tebal (disebut
perikardium fibrosa) dan lapisan serosa dalam (pericardium serosa). Lapisan
fibrosa perikardium parietalis melekat pada diafragma dan berdifusi dengan
dinding luar dari pembuluh darah besar yang memasuki dan meninggalkan
jantung. Dengan demikian, perikardium parietalis membentuk kantung pelindung
yang kuat untuk jantung dan berfungsi juga untuk jangkar dalam mediastinum.
Lapisan serosa dari perikardium parietalis, sebagian besar terdiri dari
mesothelium bersama-sama dengan jaringan ikat kecil, membentuk epitel
skuamosa sederhana dan mengeluarkan sejumlah kecil cairan (biasanya sekitar 25
sampai 35 ml), yang membuat dua lapisan perikardium dari bergesekan sama lain
dan menyebabkan gesekan selama kontraksi otot jantung
Anamira Cesaria Nur
4111181104

• Patofisiologi

Pericardium normal memungkinkan ekspansi ventrikel tanpa hambatan selama


diastole. Efusi besar dapat ditemukan secara tidak terduga tanpa peningkatan tekanan
intra- pericardial yang signifikan dan biasanya asimptomatik. Sedangkan efusi kecil
yang terakumulasi dengan cepat dapat menghasilkan fisiologi komprehensif dan
terjadinya tamponade, yaitu suatu kondisi yang melibatkan peningkatan tekanan
intra-perikardial Bersama dengan peningkatan tekanan intra-jantung dan progresif
pengisian ventrikel selama diastole terbatas dan penurunan curah jantung. CO
jantung awalnya dipertahankan oleh peningkatan adrenergic drive yang
mengakibatkan sinus takikardia dan vasokonstriksi perifer. Dalam kasus yang berat,
mekanisme kompensasi gagal, mengakibatkan penurunan curah jantung, mengurangi
perfusi coroner, dan akhirnya pemerataan tekanan pengisian antara ruang jantung dan
peregangan pericardium disekitarnya.
Peningkatan aliran balik vena ke ventrikel kanan Bersama dengan ekspansi ventrikel
terbatas memaksa septuminterventrikular membengkak ke dalam ventrikel kiri.
Tamponade jantung akut dapat terjadi dalam beberapa menit karen trauma, pecahnya
jantung atau pembuluh darah besar, atau sebagai komplikasi dari prosedur invasive,
menyerupai syok kardiogenik yang membutuhkan drainase yang mendesak.
Tamponade jantung regional terjadi Ketika efusi eksentrik atau hematoma local
menghasilkan kompromi jantung regional di mana hanya runag yang dipilih
terpengaruh, terutama pada setelah infark, pada dasarnya RV atau periode pemulihan
setelah bedah jantung.
Tamponade jantung didefinisikan sebagai kompresi signifikan jantung akibat
akumulasi isi perikardial, “Kompresi signifikan” tergantung apakah tamponade dari
sudut pandang murni fisiologis atau klinis. Karena tamponade adalah patofisiologis
Anamira Cesaria Nur
4111181104
yang kontinum, tamponade jantung dapat ringan dan terus berkembang, yang terakhir
menjadi keadaan darurat yang mengancam nyawa dan tahap yang dapat berkembang
ke arah itu. Pengurangan cardiac output dapat terjadi dari sedikit misalnya 150 mL
darah perikardium setelah luka jantung hingga lebih dari 1 L cairan di efusi
perikardial yang perlahan berkumpul. kompresi jantung dengan Klinis yang
signifikan oleh cairan perikardial tergantung pada tiga kondisi yang saling terkait. Isi
perikardial harus melakukan hal berikut: (1) mengisi volume cadangan perikardial
kecil relatif, volume yang ditambahkan ke yang normal 15 sampai 35 mL cairan
perikardial, hanya akan menggembungkan perikardium parietalis dengan mengisi
berbagai relung dan sinus; (2) meningkat melebihi peregangan dari perikardium
parietalis; dan (3) melebihi volume darah vena yang mendukung gradien tekanan
normal kecil untuk pengisian jantung kanan. Perikardium bersifat relatif inextensible,
jantung dan isi perikardial bersaing terus-menerus untuk mempertahankan volume
tetap intrapericardial relatif
Pericardium merupakan membran yang mengelilingi jantung, terdiri dari 2 lapisan.
Pericardium parietal yang lebih tebal adalah lapisan fibrosa luar; pericardium visceral
yang lebih tipis adalah lapisan serosa bagian dalam. Ruang pericardial biasanya berisi
20-50mL cairan.
3 fase hemodinamik pada tamponade, sebagai berikut:
1) Fase I: akumulasi cairan pericardial mengganggu relaksasi dan pengisian
ventrikel, membutuhkan tekanan pengisian yang lebih tinggi; selama fase ini,
tekanan pengisian ventrikel kiri dan kanan lebih tinggi daripada tekanan
intrapericardial.
2) Fase II: dengan akumulasi cairan lebih lanjut, tekanan pericardial meningkat di
atas tekanan pengisian ventrikel, mengakibatkan penurunan curah jantung
3) Fase III: Terjadi penurunan curah jantung lebih lanjut, disebabkan oleh
keseimbangan tekanan pengisian pericardial dan LV
Anamira Cesaria Nur
4111181104
Anamira Cesaria Nur
4111181104
Anamira Cesaria Nur
4111181104

4. Rumuskan penanganan kedaruratan yang dapat dilakukan di IGD oleh dokter umum?

1. Menggunakan APD
Anamira Cesaria Nur
4111181104
2. Primary Survey
Airway & C spine control

Penilaian:

• Perhatikan patensi airway (look, listen, feel)


• Penilaian akan adanya obstruksi

Management:

• Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan control servikal in-line
immobilisasi
• Bersihkan airway dari benda asing

Breathing dan ventilasi


Penilaian

• Buka leher dan dada penderita, dengan tetap memperhatikan control


servikal in-line immobilisasi.
• Tentukan laju dan dalamnya pernapasan
• Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan
terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris atau tidak, pemakaian
otot-otot tambahan dan tanda-tanda cedera lainnya.
• Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor
• Auskultasi thoraks bilateral

Management

• Pemasangan pulse oxymeter


• Oksigenasi
• Ventilasi mekanik tekanan positif sebaiknya dihindari karena dapat
menurunkan venous return dan memperberat gejala tamponade.

Circulation

• Memasang 2 jalur IV line dengan infus set dan berikan kristaloid (RL,
Ringer Asetat, NaCl 0,9%) 2-3 L
• Memantau status hidrasi dan respon pemasangan IV dengan melihat tanda
vital dan turgor
• Periksa nadi: kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus. Tidak
ditemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda diperlukannya
resusitasi massif segera.
• Obat-obatan Inotropic (misalnya : dobutamine) : ini bermanfaat karena
meningkatkan cardiac output tanpa meningkatkan resistensi vascular
Anamira Cesaria Nur
4111181104

sistemik.
• Memasang kateter untuk memantau output resusitasi cairan
• Perikardiosintesis
- Merupakan tindakan aspirasi efusi perikard atau pungsi perikard.
- Monitoring EKG untuk menunjukkan tertusuk nyamiokard (↑ voltase
gelombang T atau terjadi disritmia).
- Lokasi : seringnya di subxyphoid
- Teknik:
1) Pasien disandarkan pada sandaran dengan sudut 45° sehingga
memungkinkan jantung ke posterior menjauhi dinding thorax.
2) Lakukan tindakan aseptic dan anestesi lokal dengan prokain 2%
atau xilokain 2%.
3) Jarum nomer 18-16 dihubungkan dengan spuit 20-50 ml
dihubungkan dengan pemantau EKG melalui alligator atau
hemostat.
0
4) Arahkan jarum ke postero sepalad, membentuk sudut 45
dengan permukaan dinding dada.
5) Tusukan jarum 2-4 cm sampai terasa tahanan lapisan perikard
6) Bila jarum pungsi menembus perikard dan kontak dengan otot
jantung, akan timbul elevasi segmen ST (injury) dan ekstra
sistol ventrikel dengan amplitude tinggi. Bila hal ini terjadi,
maka jarum pungsi harus ditarik sedikit dan di arahkan ke
tempat lain.
7) Apabila cairan perikard kental, dapat di pakai trokar yang lebih
besar.
8) Apabila tidak diperoleh cairan yang mengalir, jarum ditarik
perlahan-lahan dan ditusuk kembali kearah lain atau lebih
dalam sedikit.
9) Hindarkan tusukan yang tiba-tiba, kasar atau pemindahan arah
tusukan secara kasar. Perubahan arah tusukan harus dilakukan
secara perlahan tepi konstan sambil diisap secara kontinyu.
10) Kateter vena sentral dapat dipasangkan melalui jarum tersebut
dan dibiarkan di tempat yang memungkinkan tindakan aspirasi
periodic untuk mencegah pengumpulan cairan kembali.
11) Setelah selesai, cabut jarum dan pasang perban di atas tempat
pungsi

Disabilitiy
Anamira Cesaria Nur
4111181104
• Pasien dalam keadaan sadar

5. Pemeriksaan penunjang lanjutan apa yang dibutuhkan untuk mendukung diagnosis pada
kasus tersebut?

- Temuan radiografi dada dapat menunjukkan kardiomegali, jantung berbentuk botol


air, kalsifikasi perikardial, atau bukti trauma dinding dada.
- Gold et al melaporkan kompresi sinus koroner seperti yang diamati melalui CT scan
sebagai penanda awal untuk tamponade jantung pada 46% pasien.
- oksimetri nadi dapat membantu dalam mendeteksi adanya pulsus paradoksus
- histologis: biopsi perikardial dilakukan ketika etiologi efusi perikardial yang
menyebabkan tamponade tidak jelas, berguna dalam kasus efusi perikardial
tuberkulosis, karena kultur cairan perikardial dalam kasus ini jarang menghasilkan
hasil positif untuk mikobakteri
- lab: cairan pericardium. yang normal bersifat jernih dan berwarna kuning
kepucatan. Efusi perikardium patologis dapat mengandung cairan transudatif,
exudatif, sanguineous ataupun chylous (menyerupai susu). Biasanya efusi yang
transudatif disebabkan oleh suatu proses reaktif seperti uremia atau inflamasi.
Sedangkan pada eksudatif lebih disebabkan oleh keganasan, infeksi
pyopericardium, atau hemopericardium yang biasanya karena trauma. Efusi
hemoragik sering disebabkan oleh tumor, tuberkulosis, ruptur kardiak ataupun
trauma. Kriteria Light dapat digunakan dengan sensitivitas 98% dan spesivisitas
72%, dimana dikatakan sebagai eksudatif jika memenuhi setidaknya salah satu
kriteria berikut, yaitu:
1) Rasio protein cairan / protein serum > 0.5
2) Rasio LDH cairan / LDH serum > 0.6
Anamira Cesaria Nur
4111181104
3) Fluid LDH activity>200 U/L, atau 2/3 batas atas serum LDH

Studi berikut membantu dalam penilaian pasien dengan tamponade jantung:


• Kreatin kinase dan isoenzim - kadarnya meningkat pada pasien dengan infark
miokard dan trauma jantung
• Profil ginjal dan hitung darah lengkap (CBC) dengan diferensial - Tes ini berguna
dalam diagnosis uremia dan penyakit menular tertentu yang terkait dengan
perikarditis
• Panel koagulasi - Waktu protrombin dan waktu tromboplastin parsial teraktivasi
berguna untuk menentukan risiko perdarahan selama intervensi, seperti drainase
perikardial dan/atau penempatan jendela perikardial
• Uji antibodi antinuklear, laju sedimentasi eritrosit, dan faktor rheumatoid - Meskipun
tidak spesifik, hasil dari tes ini dapat memberikan petunjuk adanya penyakit jaringan
ikat yang menjadi predisposisi perkembangan efusi perikardial.
• Tes HIV - Sekitar 24% dari semua efusi perikardial dilaporkan terkait dengan infeksi
HIV
• Pengujian turunan protein yang dimurnikan - Ini digunakan untuk mendiagnosis
tuberkulosis, yang merupakan penyebab penting dan tidak jarang dari efusi
perikardial dan tamponade.

6. Jelaskan penatalaksanaan lebih lanjut pada penyakit tersebut?

Pericardiocentesis adalah prosedur yang menggunakan jarum untuk memindahkan cairan


dari kantong perikardial.
Anamira Cesaria Nur
4111181104
• Evakuasi cepat darah dari perikardium merupakan indikasi bila dengan syok
hemoragik tidak memberikan respon pada resusitasi cairan dan kemungkinan
tamponade jantung.
• Perikardiosentesis merupakan tindakan aspirasi efusi perikard atau pungsi perikard.
• Monitoring EKG untuk menunjukkan tertusuknya miokard (↑ voltase gelombang T
atau terjadi disritmia).
• Lokasi : seringnya di subxyphoid

Teknik:
• Pasien disandarkan pada sandaran dengan sudut 45° sehingga memungkinkan
jantung ke posterior menjauhi dinding thorax.
• Lakukan tindakan aseptic dan anestesi lokal dengan prokain 2% atau xilokain 2%.
• Jarum nomer 18-16 dihubungkan dengan spuit 20-50 ml dihubungkan dengan
pemantau EKG melalui alligator atau hemostat.
• Arahkan jarum ke postero sepalad, membentuk sudut 45° dengan permukaan
dinding dada.
• Tusukan jarum 2-4 cm sampai terasa tahanan lapisan perikardium
• Bila jarum pungsi menembus perikardium dan kontak dengan otot jantung, akan
timbul elevasi segmen ST (injury) dan ekstra sistol ventrikel dengan amplitude
tinggi. Bila hal ini terjadi, maka jarum pungsi harus ditarik sedikit dan di arahkan ke
tempat lain.
• Apabila cairan perikard kental, dapat di pakai trokar yang lebih besar.
• Apabila tidak diperoleh cairan yang mengalir, jarum ditarik perlahan-lahan dan
ditusuk kembali kearah lain atau lebih dalam sedikit.
• Hindarkan tusukan yang tiba-tiba, kasar atau pemindahan arah tusukan secara kasar.
Perubahan arah tusukan harus dilakukan secara perlahan tepi konstan sambil diisap
secara kontinyu.
• Kateter vena sentral dapat dipasangkan melalui jarum tersebut dan dibiarkan di
tempat yang memungkinkan tindakan aspirasi periodic untuk mencegah
pengumpulan cairan kembali.
• Setelah selesai, cabut jarum dan pasang perban di atas tempat pungsi.

7. Bagaimanakah epidemiologi serta prognosis pada kasus tersebut?


Anamira Cesaria Nur
4111181104
- Lebih sering pada anak laki-laki (7 : 3)
- Pada dewasa tidak ada perbedaan bermakna (laki-laki : perempuan – 1,25 : 1)
- tamponade yang disebabkan keganasan dan atau gagal ginjal lebih sering terjadi pada
individu yang lebih tua
- Sebuah studi retrospektif pusat tunggal dari 136 pasien yang dirawat dengan
diagnosis tamponade jantung, penyebab utama adalah keganasan (32%), infeksi
(24%), idiopatik (16%), iatrogenik (15%), infark pascamiokard (7% ), uremik (4%),
dan penyebab lainnya (2%)
- Dalam satu studi prospektif dari 15 pasien dengan tamponade jantung, pulsus
paradoxus hadir pada 10 dari 15 pasien (66,6%).

Prognosis
Tamponade jantung adalah keadaan darurat medis. Prognosis tergantung pada
pengenalan yang cepat dan pengelolaan kondisi dan penyebab yang mendasari
tamponade. Tidak diobati, tamponade jantung cepat dan fatal secara universal. Pasien
dengan tamponade yang disebabkan oleh penyakit ganas memiliki tingkat kematian
melebihi 75% dalam waktu 12 bulan.
QAV: dubia ad malam
QAF: dubia ad malam

8. Aplikasikan prinsip bioetik humaniora dan profesionalisme pada penanganan kasus


tersebut?

1) Medical indication(beneficence dan non maleficence): golden rule principle, keadaan


gawat darurat, do not further harm
!tindakan awal: penanganan ceoat, mencegah komplikasi atau perburukan keadaan
pasien
2) Patient preference (autonomy)
!pasien masih sadar, informed consent dapat disampaikan pada pasien dan keluarga
3) Quality of life (beneficence dan non maleficence)
!prognosis :
QAV: dubia ad malam
QAF: dubia ad malam
Penangan yang cepat tepat untuk menyelamtkan jiwa dan tidak memburu keadaan
agar kualitas hidup pasien lebih baik

4) Contextual features(justice)
!menjelaskan segala tindakan yang akan dilakukan pada pasien


DAFTAR PUSTAKA:
1. LeWinter MM. Pericardial diseases. Dalam: Zipes, Libby, Bonow, Braunwald, editors.
Braunwald’s heart disease a textbook of cardiovascular medicine. Edisi ke-11.
Anamira Cesaria Nur
4111181104
Philadelphia: Elsevier saunders; 2019. h. 1829-51.
2. Hoit BD. Pericardial diseases. Dalam: Fuster, Walsh, O’Rourke, editors. Hurst’s: The
Heart. Edisi ke-12. Mc Graw Hill; 2019. h.487.
3. CasaresAP, Cesar S, Brunet-Garcia L, Sanchez-de-Toledo J. Echocardiographic
Evaluation of Pericardial Effusion and Cardiac Tamponade. 2017. Front. Pediatr. 5:79.
4. Lily SL, Ramos Y. Diseases of the pericardium. Dalam: Lily SL, editor. Patophysiology
of heart disease. Edisi ke-4. Lippincott Williams & Wilkins; 2007. h. 334-48.
5. Maisch B, Seferovic PM, Ristic AD, Erbel R, Rienmuller R, Adler Y, et al. Guidelines
on the diagnosis and management of pericardial diseases. Eur Heart J. 2004 (diunduh
15 September 2010). Tersedia dari:
http://eurheartj.oxfordjournals.org/content/25/7/587.full
6. Kwon HD. Pericardial disease. Dalam: Brian PG, Eric JT, editors. Manual of
cardiovascular medicine. Edisi ke-3. Lippincot williams & wilkins; 2009. h. 393-414
7. Stashko E, Meer JM. Cardiac Tamponade. NCBI. 2019 (diunduh 20 Juli 2021).
Tersedia dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov › books › NBK431090
8. Adi O, Fong CP, Ahmad AH, Azil A, Ranga R, Panebianco N. 2021. Am J Emerg Med.
2021 Jul;45:688.e3-688.e7
9. Dhababneh E, Siddique MS. Pericarditis. NCBI 2020 (diunduh 21 Juli 2021). Tersedia
dari: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28613741/
10. Van DamMN, Fitzgerald BM. Pulsus Paradoxus. NCBI. 2021. Tersedia dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482292/
11. Willner DA, Goyal A, Grigorova Y, Kiel J. Pericardial Effusion. NCBI 2020 (diunduh 21
Juli 2021). Tersedia dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov › books › NBK431080
12. Yarlagadda C. Cardiac Tamponade. Medscape. 2018 (diunduh 21 Juli 2021). Tersedia
dari: https://emedicine.medscape.com/article/152083-overview#a4
13. Zurwida, Gani A. Diagnosis dan Manajemen Kegawatdaruratan Efusi Perikardium
dengan Tamponade Jantung Akut. Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika. J. Ked. N.
Med 2019; 2(3):17-27
14. Calgary Guide

Anda mungkin juga menyukai