Subkultur Usia
Di bagi menjadi dua kategori yaitu Babyboomers, dan Elderly.
Babyboomers atau Yuppies/Young Upwardly Mobile Professionals berusia 25-45
tahun, konsumsinya sangat tinggi, mereka banyak membeli untuk keperluan
pribadi. Kelompok ini dibagi menjadi dua kategori lagi, yaitu young babyboomers
(25-29 tahun), yang biasnya masih tinggal dengan orang tua dan older
babyboomers (30-45 tahun), yang biasanya sudah menikah dan hidup mandiri.
Yuppies sejauh ini adalah yang paling dicari dalam subgrup baby bloomers.
Meskipun hanya 5% dari populasi, namun mereka memiliki penghasilan yang baik,
berpendidikan tinggi, dan berada dalam jenjang karir yang menjanjikan. Kalau
membahas pada pembelanjaan mereka, maka mereka suka berbelanja produk
dari brand-brand ternama.
Lain lagi dengan elderly. Orangtua biasanya memiliki persepsi yang berbeda soal
umur . Ada empat persepsi berbeda mengenai umur
a. Feel age : mereka merasa setua apa
b. Look age : bagaimana mereka terlihat
c. Do-age : seberapa terlibat mereka pada kelompok berusia tertentu
d. Interest age : seberapa sama ketertarikan mereka dengan kelompok berusia
tertentu
Bagi marketer, ini menggarisbawahi bahwa lebih baik memiliki persepsi berbeda
soal umur ketika berhadapan dengan konsumen yang dewasa
Biasanya marketer menghindari kelompok berusia tua, tapi sekarang mereka
menjadi ingin tahu lebih jauh tentang kelompok yang satu ini. Mereka biasanya
tertarik pada orang tua yang memiliki kelebihan dibanding orang tua yang lainnya
(misalnya yang aktif atau lulusan sarjana)
Kelompok orang tua ternyata tidak homogen. Mereka lebih terdiversifikasi dalam
ketertarikan, opini, dan perbuatan. Karenanya, mereka masih terbagi lagi menjadi
beberapa grup, misalnya young old (65-74 tahun), the old (75-84 tahun), dan old
old (85 ke atas). Dengan membuat target market yang spesifik, maka marketer
akan mendapat insight konsumen yang relevan.
Perilaku belanja orangtua antara lain : suka membayar dengan uang cash,
memakai kupon, menghindari kartu kredit, menyiapkan shopping list, dan
membandingkan toko yang satu dengan toko yang lain
Dalam berkomunikasi dengan orangtua, marketer seharusnya berhati-hati agar
tidak mempermalukan konsumennya. Selain itu, mereka juga harus-harus berhati-
hati dalam beriklan, karena orangtua menganggap diri mereka dipotret negatif
dalam iklan. Orangtua biasanya menghabiskan waktu mereka dengan menonton
TV dan membaca koran.
• Wanita Bekerja
Wanita yang bekerja telah menarik perhatian marketer, terutama wanita bekerja
yang telah menikah. Mereka beranggapan bahwa istri yang bekerja adalah target
market berjumlah besar dan terus berkembang, dan mereka perlu dibedakan
dengan wanita yang hanya menjadi ibu rumah tangga. Wanita muda yang bekerja
dan punya anak adalah segmen yang berkembang paling cepat.
Secara umum, perempuan telah dibedakan menjadi beberapa segmen :
a. Stay at home wives (28%)
b. Plan to work housewives (13%)
c. Just a job working women (37%)
d. Carier oriented working woman (22%)
Dalam perilaku konsumennya, wanita bekerja lebih sedikit shopping, namun
seorang yang loyal terhadap brand dan toko. Mereka suka berbelanja saat malam
atau weekend. Mereka juga sering mengeluh tentang role overload.
Salah satu penelitian menunjukkan bahwa homemaker advertisement lebih
menarik pada kelompok little-desire-to-work, sementara career ads lebih menarik
bagi kelompok high-desire-to-work. Karenanya, marketer kini menarget lebih
spesifik pada wanita yang berorientasi pada karir.
Subkultur gender
Masyarakat telah menentukan peran dan ciri tertentu bagi laki-laki dan
perempuan. Meskipun belakangan peran dan ciri tersebut tidak lagi diasosiasikan
secara kuat pada masing-masing gender, namun banyak iklan masih terpengaruh
oleh peran yang berhubungan dengan identitas seksual dan selera konsumen
masih dipengaruhi oleh faktor-faktor peran gendernya.
Dalam masyarakat, masih sering dijumpai produk yang diasosiasikan dengan
gender tertentu. Meskipun produk male only atau female only telah kabur,
namun laki-laki dan perempuan masih sering mengasosiasikan produk dengan
gender. Karena itu, marketer bukan hanya mempertimbangan jenis kelamin
target market, melainkan juga persepsi jenis kelamin tersebut dalam iklan-iklan
mereka
Akulturasi
Sebuah proses akulturasi dimulai ketika seseorang dari satu bergerak budaya
dengan budaya ent berbeda- atau subkultur untuk hidup dan bekerja. akulturasi
mengacu pada bagaimana orang-orang dalam satu budaya atau subkultur
memahami untuk hidup dan bekerja. akulturasi mengacu pada bagaimana orang-
orang dalam satu budaya atau subkultur memahami untuk hidup dan bekerja.
akulturasi mengacu pada bagaimana orang-orang dalam satu budaya atau
subkultur memahami dan beradaptasi dengan makna (nilai-nilai, keyakinan, iors
prilaku, ritual, gaya hidup) budaya atau subkultur yang lain. 38 akulturasi dan
beradaptasi dengan makna (nilai-nilai, keyakinan, iors prilaku, ritual, gaya hidup)
budaya atau subkultur yang lain. 38 akulturasi dan beradaptasi dengan makna
(nilai-nilai, keyakinan, iors prilaku, ritual, gaya hidup) budaya atau subkultur yang
lain. 38 akulturasi konsumen mengacu pada bagaimana orang memperoleh
kemampuan dan pengetahuan budaya menjadi ers consum- terampil dalam
budaya atau subkultur yang berbeda. proses akulturasi yang penting dalam dunia
modern. Banyak masyarakat menghadapi masalah asimilasi sejumlah besar
imigran dari latar belakang budaya yang dianut agak berbeda ke dalam budaya
tuan rumah. Misalnya, di Amerika Serikat, his panik dan subkultur Asia tumbuh
pesat dari tahun 1990.