Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Reading

OVERWEIGHT AND OBESITY IN INDONESIA: PREVALENCE AND RISK


FACTORS-A LITERATURE REVIEW

Rachmi CN, Li M, Alison Baur L.

Dibacakan Oleh:
Hartini Fatima Galo
20014101018
Masa KKM: 14 Juni – 25 Juli 2021

Dokter Pembimbing:
dr. Henry M. F. Palandeng, MSc, Sp.KKLP

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2021

LEMBAR PENGESAHAN
Jurnal Reading

Jurnal dengan judul :


OVERWEIGHT AND OBESITY IN INDONESIA: PREVALENCE AND RISK
FACTORS-A LITERATURE REVIEW

Rachmi CN, Li M, Alison Baur L.

Dibacakan Oleh:
Hartini Fatima Galo
20014101018
Masa KKM: 14 Juni – 25 Juli 2021

Telah dikoreksi dan dibacakan pada tanggal 2021

Mengetahui,

Dokter Pembimbing

dr. Henry M. F. Palandeng, MSc, Sp.KKLP


Jurnal Reading

Abstrak
Tujuan: Kegemukan/obesitas merupakan masalah yang dihadapi oleh negara-negara
berpenghasilan tinggi, rendah,dan menengah. Tinjauan ini bertujuan untuk melaporkan data yang
dipublikasikan tentang prevalensi overweight dan obesitas pada anak-anak, remaja, dan orang
dewasa di Indonesia, bersama dengan faktor risiko yang terkait.
Desain Penelitian: Literatur Review
Metode: Kami melakukan pencarian literatur untuk artikel yang diterbitkan dalam bahasa Inggris
(melalui Medline via OvidSP, Scopus, Global Health via OvidSP dan database elektronik Web of
Science) dan bahasa Indonesia (beberapa website, kontak langsung dengan peneliti kesehatan
masyarakat Indonesia, praktisi dan staf Kementerian Kesehatan) dari awal 2016 hingga Maret
2016. Kami menyaring hasil dan memastikan kualitas penelitian yang disertakan dengan alat
Loney untuk menilai secara kritis studi prevalensi atau insiden.
Hasil: Kami memasukkan 17 makalah tentang topik yang tersedia dalam teks lengkap dan lulus
proses penilaian kritis. Prevalensi overweight/obesitas telah meningkat selama dua decade terakhir
pada anak-anak, remaja dan orang dewasa di Indonesia. Tingkat prevalensi lebih tinggi pada anak
laki-laki daripada anak perempuan diantara anak-anak, tetapi lebih tinggi pada wanita pada
kelompok usia remaja dan dewasa. Prevalensi overweight/obesitas juga lebih tinggi pada mereka
yang tinggal di perkotaan dan dengan pendapatan atau pendidikan yang lebih tinggi.
Kesimpulan: Kegemukan/obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di
Indonesia dengan prevalensi yang terus meningkat. Intervensi di tingkat rumah tangga dan
seterusnya diperlukan untuk berhasil menurunkan prevalensi overweight/obesitas di negara ini.
Kata kunci: Obesitas, Anak-anak, Remaja, Dewasa, Prevalensi Indonesia
Jurnal Reading

PENDAHULUAN
Prevalensi overweight/obesitas telah meningkat di banyak Negara Berkembang yang menghadapi
'transisi gizi'.1-3 Di negara-negara ini, beban ganda malnutrisi dimana baik kekurangan gizi dan
overweight hidup berdampingan dalam populasi adalah temuan umum.1,3-7

Asia Tenggara merupakan salah satu wilayah yang menghadapi beban ganda malnutrisi. Dengan
sejarah panjang kekurangan gizi di negara-negara tersebut, prevalensi overweight/obesitas kini
meningkat, mulai dari 8% hingga 30% pada pria dewasa dan 8-52% pada wanita dewasa di negara-
negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia Wilayah Asia Tenggara.7,8 Dibandingkan dengan
negara-negara Asia Tenggara lainnya, Indonesia saat ini memiliki tingkat prevalensi
overweight/obesitas tertinggi pada balita.9

Di Indonesia prevalensi stunting pada anak masih tinggi, sedangkan prevalensi


overweight/obesitas pada semua kelompok umur semakin meningkat.10,11 Bukti mengenai besaran
dan distribusi overweight/obesitas di Indonesia masih langka, tidak ada satu pun laporan yang
mendokumentasikan hasil dari berbagai penelitian di negara ini. Pemahaman
yang lebih baik tentang prevalensi overweight/obesitas, bersama dengan determinannya, akan
membantu pengambilan keputusan tentang cara terbaik untuk menerapkan dan/atau mengevaluasi
berbagai kebijakan dan strategi.

Artikel ini mengulas data yang dipublikasikan mengenai prevalensi overweight dan obesitas pada
orang dewasa Indonesia, dan anak-anak dan remaja, dan faktor risiko terkait yang dilaporkan.

METODE
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kami memasukkan penelitian yang: 1) melaporkan data untuk orang yang tinggal di Indonesia
(termasuk penelitian multi-negara dengan Indonesia sebagai salah satu negara); 2) menyelidiki
prevalensi, dan/atau faktor risiko, overweight/obesitas; 3) diterbitkan dalam jurnal peerreview; dan
4) tersedia dalam teks lengkap (bukan editorial, komentar, atau abstrak untuk konferensi).
Dokumen dikecualikan jika: tidak disajikan dalam bahasa Inggris atau Indonesia; studi kualitatif;
Jurnal Reading

atau berfokus pada gambaran klinis overweight/obesitas, intervensi, pengobatan


overweight/obesitas dan/atau prevalensi/pengobatan gangguan terkait obesitas.

Strategi Pencarian Literatur


Kami melakukan pencarian literatur di empat database elektronik untuk makalah yang diterbitkan
dalam bahasa Inggris: Medline via OvidSP, Scopus, Global Health via OvidSP dan Web of
Science, dari awal hingga Maret 2016. Pencarian di Medline menggunakan kata kunci/istilah
MESH berikut: 1) overweight dan obesitas (overweight ATAU obesitas*ATAU berat badan
ATAU berat badan ATAU lemak), 2) prevalensi (prevalensi ATAU jumlah* ATAU kasus*,
insiden ATAU survei), 3) faktor risiko (faktor risiko* ATAU penyebab ATAU etiologi), 4) dewasa
(dewasa* ATAU ibu ATAU ayah ATAU orang tua* ATAU pengasuh ATAU orang tua*), 5) anak-
anak dan remaja (anak* ATAU remaja* ATAU usia sekolah), 6) Indonesia (Indonesia ATAU Asia
Tenggara ATAU Asia ATAU LMIC* ATAU negara berkembang*). Kami menggabungkan hasil
dari 1) hingga 6) dengan DAN. Pencarian di database lain menggunakan strategi pencarian dan
kata kunci yang serupa.

Kami juga mengidentifikasi makalah yang ditulis dalam bahasa Indonesia melalui penelusuran di:
1) situs web Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (http://ejournal.litbang.
depkes.go.id/); 2) jurnal Indonesia; dan 3) website Kementerian Kesehatan RI
(www.depkes.go.id). Kami menghubungi beberapa peneliti dan praktisi kesehatan masyarakat
Indonesia, dan staf Kementerian Kesehatan, untuk mencari publikasi penuh dari abstrak
konferensi. Daftar lengkap sumber tersedia di Tabel Tambahan 1.

Penyaringan Dokumen
Publikasi berbahasa Inggris dan Indonesia yang kami identifikasi disaring untuk relevansi dan
kualitasnya. Dokumen berbahasa Indonesia biasanya menyediakan abstrak bahasa Inggris. Naskah
lengkap makalah berbahasa Indonesia dibacakan oleh CNR dan HJ, yang merupakan penutur asli
bahasa Indonesia. Tiga penulis menilai judul dan abstrak untuk memastikan topic relevan dengan
ulasan. Teks lengkap dari dokumen yang relevan kemudian dinilai kualitasnya untuk dimasukkan
dalam tinjauan.
Jurnal Reading

Proses Penilaian Kritis


Ada beberapa alat yang dievaluasi dengan baik untuk menilai secara kritis studi prevalensi atau
insiden. Kami menggunakan yang dibuat oleh Loney et al.,12 yang dikembangkan untuk tujuan
menilai studi prevalensi atau insiden. Kualitas dokumen dinilai berdasarkan tiga kriteria penilaian
kualitas: 1) validitas metode penelitian (6 poin); 2) interpretasi hasil (1 poin); dan 3) penerapan
hasil (1 poin; rincian tersedia di Tabel Tambahan 2).12 Untuk ulasan ini, kami menyertakan
makalah yang mencetak 5 atau lebih, dari total skor 8, dan mencakup setidaknya dua dari tiga
kriteria. Pedoman penilaian kritis tersedia di Tabel Tambahan 2.

Selanjutnya, data dikelompokkan ke dalam kategori dan subkategori sebagai berikut: 1) prevalensi,
(a) anak-anak dan remaja, (b) dewasa; dan 2) faktor risiko, (a) demografi dan sosial ekonomi (b)
lokasi, (c) gaya hidup, dan (d) faktor gizi.

Definisi Overweight/Obesitas
Ada banyak definisi oveweight/obesitas pada anak-anak dan orang dewasa. Kami telah
merangkum definisi yang berbeda dalam Tabel 1. Namun, beberapa penelitian yang termasuk
dalam tinjauan ini menggunakan kombinasi lebih dari satu definisi dan/atau titik potong.
Jurnal Reading

HASIL
Karakteristik Penelitian yang disertakan
Gambar 1 menunjukkan hasil pencarian literatur, penyaringan dan penilaian kelayakan.
Dari 17 makalah yang disertakan tentang prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas di
Indonesia, sepuluh mendapat nilai 7 dari 8 dengan kritis alat penilaian, enam mendapat nilai 6 dan
satu mendapat nilai 5. Tabel 2 merangkum analisis penilaian kritis.
Jurnal Reading

Di antara 17 studi, sembilan termasuk anak-anak dan remaja sebagai peserta, satu termasuk
anak-anak dan orang dewasa (2 tahun ke atas), dan tujuh hanya termasuk orang dewasa. Dua di
antaranya adalah studi beberapa negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia.13,14 Dua belas studi
adalah studi tingkat nasional4,11,14-23 dan lima adalah studi regional.13,24-27 Sepuluh penelitian juga
melaporkan faktor risiko terkait: lima dari penelitian ini pada anak-anak dan remaja dan lima pada
orang dewasa.

Prevalensi
Ringkasan penelitian yang disertakan tersedia di Tabel 3, dengan studi yang disajikan dalam
urutan tahun publikasi, dan kemudian menurut abjad untuk studi di tahun yang sama.

Prevalensi pada anak-anak dan remaja


Penelitian menggunakan berbagai definisi untuk overweight dan obesitas, sehingga tidak mungkin
untuk membandingkan hasil di seluruh peneltian. Analisis data sekunder4 menggunakan
Indonesian Family Life Survey (IFLS)28 gelombang 1 (1993), data menemukan prevalensi
overweight /obesitas pada anak usia 2-18 tahun adalah 5,1% (International Obesity TaskForce
criteria). Dalam penelitian lain yang dilakukan pada tahun 1999 di dua daerah di Provinsi Jawa
Tengah,26 anak-anak (laki-laki berusia 6.0-8,9 tahun dan anak perempuan berusia 6,0-7,9 tahun)
dibagi menjadi tiga kelompok: kelompok perkotaan tidak miskin, kelompok pedesaan dan
perkotaan miskin. Overweight (International Obesity TaskForce criteria kira-kira lima kali lebih
Jurnal Reading

tinggi pada anak-anak perkotaan yang tidak miskin (4,9%) dibandingkan dengan teman-teman
mereka di pedesaan (1,0%) dan tujuh kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak perkotaan
yang miskin (0,7%).26

Dengan menggunakan kriteria World Health Organization (WHO) 1995, survei tahun 2001 di dua
kota, Bogor dan Jakarta Barat, mengungkapkan prevalensi overweight /obesitas pada anak laki-
laki sekolah swasta berusia 8-10 tahun (32,7%) hampir tiga kali lebih tinggi daripada anak laki-
laki sekolah negeri (11,0%). Prevalensi kelebihan berat badan pada anak perempuan sekolah
swasta berusia 8-10 tahun (21,2%) hampir dua kali lipat dari teman-teman mereka di sekolah
negeri (12,5%).13

Satu penelitian tahun 2002 membandingkan tiga komunitas di Indonesia, Jakarta, Jogjakarta dan
Kuta. Prevalensi obesitas pada siswa berusia 13-15 tahun adalah 8,0% (Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit AS [CDC] kriteria 2000), dengan prevalensi yang secara signifikan lebih
tinggi dikaitkan dengan lingkungan perkotaan (Jakarta), sekolah swasta, keluarga berpenghasilan
tinggi dan anak-anak yang memiliki komputer atau permainan yang lebih canggih. penggunaan
elektronik (>3 jam).27

Analisis data sekunder dari Survei Status Gizi 2005,15 menemukan 6,0% anak-anak dan remaja
berusia 6-18 tahun di Jakarta overweight, dengan prevalensi lebih tinggi pada anak laki-laki
dibandingkan dengan anak perempuan (kriteria CDC 2000). Ada hubungan terbalik antara usia
dan prevalensi overweight, dan obesitas, di mana prevalensi obesitas tertinggi ditemukan pada
anak sekolah yang lebih muda berusia 6-9 tahun (10,9%), dengan tingkat prevalensi yang lebih
rendah pada kelompok usia yang lebih tua yaitu 9,1-12.0, 12.1-15.0 dan 15.1-18 tahun (masing-
masing 7,7%, 5,1% dan 3,7%,).15

Sebuah penelitian 2007 di antara 3108 siswa sekolah menengah (16-18 tahun) di Aceh24
menemukan bahwa 2,7% mengalami obesitas (Kriteria CDC 2000) dengan prevalensi lebih tinggi
pada anak perempuan (3,2%) dibandingkan dengan anak laki-laki (2,2%). Penelitian lain17
menganalisis sebagian data Riskesdas (Survei Kesehatan Nasional Dasar) 2010 untuk menentukan
Jurnal Reading

prevalensi overweight (kriteria WHO 2004) pada remaja usia 10-19 tahun. Prevalensi overweight
dan obesitas lebih tinggi pada anak perempuan (10,8%) dibandingkan anak laki-laki (8,7%).
Penelitian lain memberikan perbandingan tingkat prevalensi (Standar Pertumbuhan WHO 2006)
dalam empat tahun yang berbeda (1993,1997, 2000 dan 2007) menggunakan IFLS28 kumpulan
data pada anak-anak usia 2.0-4,9 tahun. Prevalensi mereka yang 'berisiko'' (>þ1 SD)/kelebihan
overweight/obesitas pada tahun-tahun tersebut masing-masing adalah 10,3%, 10,6%, 11,7% dan
16,5%, dengan signifikan (P < 0,05) perbedaan antara ana laki-laki (14,4% rata-rata prevalensi
secara keseluruhan) dan anak perempuan (10,9%).11

Sebuah penelitan 2011 yang dilakukan di seluruh Indonesia14 menemukan prevalensi


overweight/obesitas pada anak-anak berusia 0,512 tahun di daerah perkotaan lebih dari dua kali
lipat anak-anak di daerah pedesaan (masing-masing 10,7% dan 5,1%; Standar Pertumbuhan WHO
2006,Referensi Pertumbuhan WHO 2007). Dalam penelitian 2011 lainnya,16 prevalensi obesitas
pada anak usia 6-12 tahun di seluruh Indonesia adalah 11,5% (Referensi Pertumbuhan WHO
2007).

Singkatnya, di antara peserta anak, prevalensi overweight lebih tinggi pada anak laki-laki
dibandingkan dengan anak perempuan,11,13-15,24 di daerah perkotaan,26,27 pada mereka yang
bersekolah di sekolah swasta13,27 dan dalam beberapa tahun terakhir.11 Namun, pada remaja,
prevalensi kelebihan berat badan lebih tinggi pada anak perempuan daripada anak laki-laki.17,24

Prevalensi pada orang Dewasa


Empat penelitian melakukan analisis data sekunder dari IFLS.28 Yang pertama menggunakan data
dari tahun 1993, 2000 dan 2007,23 dan menunjukkan peningkatan substansial prevalensi
overweight/obesitas pada setiap periode pengukuran pada kedua jenis kelamin. Dalam tiga
gelombang, tingkat overweight (kriteria WHO 2004) dan obesitas (kriteria Gurrici 1998) lebih
tinggi pada wanita dibandingkan dengan pria. Penelitian kedua4 menggunakan data 1993 dan
menemukan prevalensi kelebihan berat badan/obesitas (kriteria WHO 2000) pada orang dewasa
adalah 14,6% (indeks massa tubuh [BMI] 25 kg/m2). Penelitian ketiga menggunakan data 1993
dan 200718 dan menemukan bahwa prevalensi overweight (kriteria WHO2000) pada wanita
berusia 19-49tahun hampir dua kali lipat selama 14 tahun. Penelitian keempat menggunakan data
Jurnal Reading

IFLS 200728 tetapi pada kelompok usia yang berbeda (>40 tahun).19 Status berat badan dihitung
berdasarkan kriteria WHO2000 dan WHO 2004. Terlepas dari titik potong yang digunakan,
prevalensi obesitas di Indonesia lebih tinggi pada wanita dibandingkan dengan pria.

Survei prevalensi di Purworejo tahun 2005 menemukan prevalensi overweight (kriteria WHO
2000) jauh lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria berusia 25-64 tahun (masing-masing 23,9%
dan 9,5%,).25

Salah satu analisis data sekunder Survei Kesehatan Nasional (Riskesdas) tahun 2007 dan 2010,21
menemukan prevalensi gabungan overweight/obesitas (BMI 25 kg/m2) pada orang dewasa berusia
19-55 tahun meningkat dari 19,8% di tahun 2007 menjadi 23,0% di 2010, dengan prevalensi yang
lebih tinggi pada wanita (masing-masing 24,6% dan 28,7%,) dibandingkan dengan pria (masing-
masing 14,8% dan 17,0%,) di kedua tahun.

Studi lain menggunakan kumpulan data Riskesdas 2010 dari wanita berusia 19-55 tahun
ditemukan prevalensi overweight/obesitas (kriteria WHO 2000) pada wanita sebesar 29,4%.20
Sebuah analisis 2012 yang berfokus pada peserta yang lebih tua (>60 tahun) dari Riskesdas 2010
menemukan bahwa prevalensi overweight (kriteria WHO 2000) lebih tinggi pada wanita (22,9%)
dibandingkan dengan pria (16,0%).22

Singkatnya, pada orang dewasa, prevalensi overweight telah meningkat sejak awal 1990-an,21,23
dengan tingkat prevalensi yang lebih tinggi pada wanita dibandingkan dengan pria.19,21-23,25

FAKTOR RISIKO

Ringkasan penelitian yang disertakan pada faktor risiko ditunjukkan pada Tabel 4.
Jurnal Reading

Faktor Demografi
Pada anak-anak dan remaja, kelompok usia termuda lebih cenderung mengalami
11,15,17
overweight/obesitas dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua. Anak laki-laki
memiliki prevalensi overweight yang secara signifikan lebih tinggi daripada anak
perempuan.11,15,27 Pada tahun 2010, anak perempuan berusia 10-19 tahun yang menikah memiliki
peluang 1,87 kali lipat lebih besar untuk overweight (95% CI: 1,48e2.36) dibandingkan dengan
mereka yang belum menikah atau bercerai.17 Prevalensi obesitas lebih tinggi ditemukan pada anak
dari ibu bekerja dibandingkan dengan ibu yang tinggal di rumah (5,4%), terutama ibu yang bekerja
di sektor swasta (26,9%). Faktor signifikan lainnya yang terkait dengan tingkat prevalensi
overweight /obesitas yang lebih tinggi pada anak-anak termasuk pendapatan keluarga yang lebih
tinggi,27 berada pada tinggkat ekonomi yang lebih tinggi17 memiliki ibu/ayah yang
overweight/obesitas,11 dan pendidikan orang tua yang lebih tinggi. 11,15

Untuk orang dewasa, wanita memiliki peluang lebih tinggi untuk mengalami overweight/kelebihan
berat badan dibandingkan dengan pria.21,22,25 Faktor lain yang terkait dengan kelebihan berat badan
termasuk menikah (untuk wanita),20,21,23 memiliki standar hidup/pengeluaran yang tinggi
(menunjukkan pendapatan yang lebih tinggi),20,23 atau berada di kelompok sosial ekonomi
tertinggi.21
Jurnal Reading

Lokasi: Pedesaan Vs Pekotaan


Satu penelitian menemukan bahwa remaja putri yang tinggal di daerah perkotaan memiliki peluang
1,26 kali lipat lebih besar untuk kelebihan berat badan (95% CI: 1.09-1,45) dibandingkan dengan
rekan-rekan mereka yang tinggal di daerah pedesaan.17 Dua penelitian lain mengidentifikasi bahwa
kemungkinan kelebihan berat badan / obesitas pada orang dewasa berusia 19-55 tahun secara
signifikan lebih tinggi pada mereka yang tinggal di daerah perkotaan.20,21

Faktor Gaya Hidup


Melakukan pekerjaan rumah tangga secara teratur (misalnya menyapu dan mengepel lantai rumah,
mencuci pakaian) dikaitkan dengan rendahnya risiko kelebihan berat badan pada anak-anak.15 Satu
penelitian cross-sectional menunjukkan hubungan yang kuat antara obesitas dan tingkat aktivitas
fisik. Siswa berusia 16-18 tahun yang tidak aktif, dinilai menggunakan International Physical
Activity Questionnaire, memiliki risiko 2,58 lebih tinggi (95% CI: 1,37-4,85) menjadi gemuk
dibandingkan dengan rekan-rekan aktif mereka.24

20,23
Dua penelitian mengungkapkan bahwa orang dewasa yang memiliki tingkat aktivitas fisik
harian yang lebih ringan, seperti memiliki pekerjaan menetap atau pekerjaan rumah tangga, juga
berisiko lebih besar mengalami kelebihan berat badan. Memiliki televisi di rumah (sebagai proxy
untuk memperkirakan bagaimana orang menghabiskan waktu luang mereka) secara positif terkait
dengan BMI.23 Pada orang dewasa yang lebih tua, memiliki pengasuh di rumah dikaitkan dengan
1,26 (95% CI: 1,14-1,40) kali lipat kemungkinan kelebihan berat badan.22

Faktor Nutrisi
Sebuah penelitian yang menyelidiki asupan makanan sayuran, makanan cepat saji, daging,
gorengan dan minuman ringan dengan kuesioner frekuensi makanan pada anak-anak dan remaja
menemukan bahwa prevalensi kelebihan berat badan lebih tinggi pada mereka yang makan
gorengan termasuk makanan ringan berminyak / goreng> 4 kali per minggu dibandingkan dengan
rekan-rekan mereka yang tidak (masing-masing 7,2%-4,7%,).15 Pada orang dewasa, kelebihan
berat badan dikaitkan dengan total pengeluaran makanan yang lebih besar serta peningkatan
asupan daging dan produk susu.23
Jurnal Reading

DISKUSI
Ini adalah tinjauan pertama yang menyatukan data publikasi berkualitas tinggi tentang prevalensi
kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa dan anak-anak Indonesia, dan melaporkan
faktor risiko terkait. Prevalensi kelebihan berat badan/obesitas telah meningkat selama dua dekade
terakhir di semua kelompok umur. Ada perbedaan jenis kelamin yang jelas, dengan tingkat
prevalensi lebih tinggi pada anak laki-laki daripada anak perempuan, meskipun prevalensi lebih
tinggi pada wanita pada kelompok usia remaja dan dewasa. Pada semua usia, tingkat lebih tinggi
pada mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Temuan juga menyoroti tantangan dengan
penggunaan definisi yang berbeda dan titik potong untuk kelebihan berat badan/obesitas dalam
studi yang disertakan; sehingga tidak mungkin untuk membandingkan tingkat prevalensi di antara
sebagian besar dari mereka.

Prevalensi kelebihan berat badan/obesitas pada orang dewasa Indonesia meningkat pesat selama
14 tahun dari 1993 hingga 2007, sekitar 11% poin (20,8%-31,2%) pada pria23 dan 13-16% (17,7%-
31,2% dan 32,0%-48,8%) pada wanita.18,23 Sebaliknya, prevalensi kelebihan berat badan/obesitas
secara global meningkat sekitar 8,1% pada pria dan 8,2% pada wanita selama 33 tahun dari tahun
1980 hingga 2013.2 Dengan demikian, dalam waktu kurang dari separuh jangka waktu, prevalensi
kelebihan berat badan/obesitas pada wanita Indonesia hampir dua kali lipat dibandingkan dengan
wanita secara global. Hasil kami menunjukkan bahwa prevalensi kelebihan berat badan/obesitas
pada anak-anak Indonesia lebih tinggi pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan,
sebanding dengan temuan pada anak-anak dari Asia Selatan29 dan di Vietnam, Cina dan
Thailand.30 Ini mungkin terkait dengan masalah budaya di negara-negara Asia di mana keluarga
mungkin masih menyukai anak laki-laki daripada anak perempuan.

Kami menemukan bahwa mereka yang tinggal di daerah perkotaan sangat terkait dengan kelebihan
berat badan/obesitas, pada usia berapa pun,17,20-22 mirip dengan apa yang telah dijelaskan di
beberapa negara Asia Selatan29 dan negara berkembang lainnya.31 Kami juga menunjukkan bahwa
status ekonomi yang lebih tinggi dikaitkan dengan kelebihan berat badan/obesitas, baik pada anak-
anak maupun orang dewasa,17,21,23,27 sebuah pola yang juga terlihat di Negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah lainnya.29,31-37 Lebih lanjut, hasil penelitian menunjukkan
bahwa kelebihan berat badan/obesitas dikaitkan dengan tingkat aktivitas fisik yang rendah (kurang
Jurnal Reading

aktif, jarang terlibat dalam pekerjaan rumah tangga).15,24 dan konsumsi gorengan yang lebih
tinggi.15 Temuan tersebut sesuai dengan faktor risiko yang terdokumentasi dengan baik untuk
obesitas secara global.

Menikah merupakan faktor risiko yang signifikan untuk kelebihan berat badan/obesitas, baik pada
orang dewasa maupun remaja.17,20,21,23 Ini adalah faktor risiko terkait budaya yang penting untuk
disoroti dalam tinjauan ini, karena pernikahan di usia muda masih merupakan praktik yang relatif
umum di Indonesia. Pada tahun 2016, 14% remaja Indonesia (kedua jenis kelamin) menikah pada
usia 18 tahun.39

Kekuatan dari tinjauan ini termasuk bahwa ini adalah laporan studi komprehensif pertama tentang
prevalensi obesitas kelebihan berat badan pada penduduk Indonesia yang diterbitkan dalam bahasa
Indonesia ataubahasa Inggris. Selanjutnya, kami menerapkan pendekatan sistematis untuk
pencarian literatur, termasuk situs jurnal lokal Indonesia. Penggunaan kriteria penilaian kualitas12
memungkinkan pendekatan standar untuk penilaian dan mengurangi risiko subjektivitas.
Keterbatasannya adalah bahwa ada sejumlah penelitian yang diidentifikasi tidak tersedia dalam
teks lengkap yang oleh karena itu tidak dapat dimasukkan dalam tinjauan.

Disarankan bahwa negara berkembang harus fokus melakukan surveilans gizi berkala untuk
memantau tingkat kelebihan berat badan/obesitas.9 Di Indonesia, berbagai survei telah dilakukan
dengan definisi yang berbeda dari kelebihan berat badan dan obesitas yang digunakan, sehingga
sulit untuk membandingkan tingkat prevalensi di Indonesia maupun di belahan dunia lain.

Tinjauan kami menyoroti perlunya keterlibatan berbagai pemangku kepentingan untuk


menurunkan prevalensi kelebihan berat badan/obesitas di negara ini. Berdasarkan hasil tinjauan
prevalensi ini, pemerintah Indonesia perlu mempromosikan metode surveilans standar dan cut-off
serta secara berkala memantau hasil survei terkait gizi dan mengembangkan kebijakan untuk
menangani kelebihan berat badan/obesitas. Berdasarkan tinjauan faktor risiko, pemerintah perlu
menerapkan sepenuhnya kebijakan mereka saat ini tentang promosi makan sehat, dukungan
transportasi umum dan penyediaan ruang hijau publik dan trotoar.40,41 Pemerintah mungkin juga
perlu mengembangkan kebijakan untuk mempromosikan aktivitas fisik42 dan lingkungan makan
Jurnal Reading

yang sehat di lingkungan sekolah.43 Strategi lain yang relevan termasuk regulasi pemasaran
makanan dan pertimbangan pajak khusus untuk minuman tidak sehat.44

Sumber: Rachmi CN, Li M, Alison Baur L. Overweight and obesity in Indonesia: prevalence and
risk factors—a literature review. Public Health. 2017.

Anda mungkin juga menyukai