Anda di halaman 1dari 27

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK PUTRI MALU (Mimosa

pudica L.) TERHADAP KADAR SGOT DAN SGPT DARAH PADA


TIKUS DIABETES YANG DIINDUKSI STREPTOZOSIN

PROPOSAL SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas ujian tengah semester dan memenuhi
salah satu syarat mata kuliah metodologi penelitian

Disusun oleh:
Finas Rahmayanti
172210101049

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................4
1. 1. Latar Belakang............................................................................................4
1. 2. Rumusan Masalah.......................................................................................4
1. 3. Tujuan..........................................................................................................5
1. 4. Manfaat Penelitian.......................................................................................5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................6
2.1. Diabetes.......................................................................................................6
2.2. Insulin..........................................................................................................7
2.3. SGOT dan SGPT.........................................................................................8
2.4. Putri Malu (Mimosa pudica L.)...................................................................9
2.3.1. Klasifikasi Putri Malu (Mimosa pudica L.).........................................9
2.3.2. Morfologi Putri Malu (Mimosa pudica L.)........................................10
2.3.3. Kandungan Senyawa..........................................................................10
2.5. Ekstraksi Infusidasi...................................................................................11
2.6. Strptozosin.................................................................................................12
2.7. Glibenklamid.............................................................................................12
2.8. Penentuan Kadar SGOT dan SGPT..........................................................13
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN............................................................14
3.1. Rancangan Penelitian................................................................................14
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................14
3.3. Variabel Penelitian....................................................................................14
3.3.1. Variabel Bebas...................................................................................14

ii
3.3.2. Variabel Terikat.................................................................................15
3.3.3. Variabel Terkendali...........................................................................15
3.4. Bahan dan Alat Penelitian.........................................................................15
3.4.1. Bahan Penelitian................................................................................15
3.4.2. Alat Penelitian....................................................................................15
3.5. Pengelompokan Hewan Coba...................................................................16
3.6. Perlakuan Hewan Coba.............................................................................16
3.7. Pengambilan Sampel Darah......................................................................16
3.8. Pengukuran Kadar SGOT dan SGPT Darah Tikus...................................17
3.9. Perhitungan Persen Penurunan Kadar SGOT, SGPT, dan Hepatoprotekif...
...................................................................................................................18
3.10. Analisis Statistik....................................................................................18
BAB IV. PREDIKSI HASIL................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................20
LAMPIRAN................................................................................................................23

iii
4

BAB I. PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Menurut WHO (2016) setiap tahunnya terjadi peningkatan penderita


diabetes didunia sebesar 422 miliar orang dengan angka kematian 1,5 miliar jiwa.
Jumlah penderita diabetes diprediksi akan meningkat sebersar 51% di dunia
hingga tahun 2045 dimana Negara Indonesia termasuk kedalam rentang
peningkatan 31% pada tahun 2045 (IDF, 2019).

Diabetes merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan


pancreas untuk memproduksi hormone insulin atau ketika tubuh tidak dapat
menggunakan hormone insulin yang sudah terbentuk secara efektif (WHO,
2016). Insulin merupakan hormone alami yang disekresikan oleh pankreas untuk
merubah glukosa menjadi glikogen dan membantu dalam proses memasukkan
glukosa dalam sel. Diabetes dalam jangka waktu yang panjang dapat
menyebabkan berbagai macam komplikasi sehingga ketika seseorang sudah
terdiagnosis memiliki penyakit diabetes sebaiknya penyakit tersebut tidak
diabaikan dan mengatur pola hidup. Pemberian hormone insulin secara langsung
efektif dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah. Rute pemberian insulin
adalah dalam bentuk injeksi yang injeksikan pada bagian yang berlemak
(subkutan) dimana rute tersebut melukai bagian yang akan disuntikkan. Selain itu
sediaan insulin sangat perlu diperhatikan stabilitasnya.

1. 2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut:


1. Apakah pemberian ekstrak putri malu dapat berpengaruh pada kadar SGOT
dan SGPT tikus putih jantan galur Wistar diabetes karena induksi
streptozotosin?
2. Bagaimana pengaruh perbedaan dosis dari ekstrak putri malu yang diberikan
terhadap kadar SGOT dan SGPT tikus putih jantan galur Wistar diabetes karena
induksi streptozotosin?

1. 3. Tujuan

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah:

1. Untuk menentukan pengaruh ekstrak putri malu terhadap kadar SGOT dan
SGPT tikus putih jantan galur Wistar diabetes yang diinduksi streptozosin.
2. Untuk menentukan dosis dari ekstrak putri malu yang efektif untuk
menurunkan kadar SGOT dan SGPT tikus jantan galur Wistar diabetes yang
diinduksi streptozosin.

1. 4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi tentang pengaruh pemberian ekstrak putri malu terhadap


kadar SGOT dan SGPT tikus jantan galur Wistar yang diinduksi streptozosin.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pemanfaatan putri malu
sebagai tanaman obat untuk terapi alternatif dalam menurunkan kadar SGOT
dan SGPT pada penyakit diabetes.

5
6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes

Diabetes dibagi menjadi dua yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2.
Diabetes tipe1 terjadi dikarenakan pancreas tidak dapat memproduksi hormone
insulin dimana terkadang merupakan penyakit turunan sedangkan diabetes tipe 2
terjadi dikarenakan insulin yang diproduksi tidak bisa digunakan dengan baik
oleh tubuh (ADA, 2019).

Menurut Rismayanthi (2010) diabetes tipe 1 disebut juga dengan diabetes


yang tergantung dengan insulin dimana diabetes tipe 1 ini disebabkan karena
kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena adanya kerusakan dari sel
beta pancreas. Gejala yang dapat dialami oleh pasien diabetes tipe 1 ini
diantaranya adalah sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering
haus, sebagian besar berat badannya normal atau kurus. Diabetes tipe 1 dapat
terjadi akibat adanya keturunan genetik. Apabila penderita diabetes tipe 1 ini
berusia muda maka pasien tersebut akan memerlukan insulin seumur hidup.
Sedangkan diabetes tipe 2 atau yang disebut dengan diabetes tidak tergantung
insulin menurut Rismayanthi (2010) merupakan diabetes yang disebabkan akibat
insulin yang diproduksi oleh pankreas tidak dapat bekerja dengan baik dimana
kadar insulin dalam darah dapat dalam keadaan normal, rendah atau bahkan
meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolism glukosa tidak ada atau kurang,
akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi (hiperglikemi) dimana 75% penderita
diabetes tipe 2 mengalami obesitas dan terdeteksi setelah usia 30 tahun.

Peningkatan glukosa dalam darah dalam jangka waktu yang lama dapat
mengakibatkan terjadinya penyakit kompikasi lainnya diantaranya seperti
kebutaan, stroke, penyakit jantung, neuropati dan amputasi (WHO, 2016).
Penumpukan glukosa dalam darah dapat menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
dengan adanya enzim oksidator dalam tubuh. Glukosa yang teroksidasi dapat
menyebabkan terjadinya radikal bebas dimana radikal bebas tersebut dapat
berikatan dengan reseptor-reseptor yang ada didalam tubuh dan menyebabkan
terjadinya kerusakan jaringan akibat tidak dapat menjalankan fungsi secara
normal (Robertson et al, 2003).

Obesitas merupakan variable yang dapat mempengaruhi perkembangan


penyakit diabetes. ADA (2019) menetapkan standar pengobatan diabetes melalui
pengurangan berat badan secara non-farmakologi, farmakologi dan pembedahan
metabolik. Obat-obatan yang dapat digunakan untuk mengatasi hiperglikemia
diantaranya adalah metformin, thiazolidindion, sulfonylurea, Glyburid, inhibitor
dipeptidil peptidase 4 (DPP-4), agonis reseptor glukagonlike peptida 1 (GLP-1),
inhibitor glukosa-natrium kotransporter 2, dan terpi insulin (ADA, 2019). Namun
obat-obatan tersebut memiliki efek samping yang menyebabkan penggunaannya
harus dalam pengawasan terutama untuk pasien yang berusia lanjut karena dapat
menyebabkan timbulnya penyakit lainnya sehingga terjadi komplikasi.

2.2. Insulin

Insulin merupakan hormone alami yang diproduksi oleh pankreas dan


dibutuh kan oleh tubuh untuk mengubah dan menggunakan glukosa darah (gula
darah), untuk menjadi energy bagi sel untuk menjalankan fungsinya
(Rismayanthi, 2010). Pemberian insulin bagi pasien diabetes sangat penting
dikarenakan dapat mengkontrol keseimbangan glukosa dalam darah. Dengan
peningkatan pengambilan glukosa oleh sel dan menurunnya kadar gula darah,
akan mencegah dan mengurangi komplikasi lebih lanjut dari diabetes, seperti
kerusakan pembuluh darah, mata, ginjal, dan syaraf. Insulin diberikan dengan
cara disuntikan di bawah kulit (subkutan). Jaringan subkutan perut adalah yang
terbaik karena penyerapan insulin lebih konsisten dibanding tempat lainnya.

7
Menurut Rismayanthi (2010) jenis insulin diklasifikasikan menjadi 5 tipe
yaitu, aksi cepat (rapid acting), aksi pendek (short acting), aksi menengah
(intermediate acting), aksi lama (long-acting), dan campuran (pre-mixed).
Sedangkan pemilihan penggunaannya tergantunng dari beberapa faktor, yaitu:

1. Respon tubuh individu terhadap insulin (berapa lama menyerap insulin ke


dalam tubuh dan tetap aktif di dalam mbuh sangat bervariasi dari setiap
individu).
2. Pilihan gaya hidup, seperti: jenis makanan, berapa banyak konsumsi alkohol,
berapa sering berolahraga, yang semuanya mempengaruhi tubuh untuk
merespon insulin.
3. Berapa banyak suntikan per hari yang ingin dilakukan.
4. Berapa sering melakukan pengecekan kadar gula darah.
5. Usia
6. Target pengaturan gula darah.

2.3. SGOT dan SGPT

Enzim SGOT dan SGPT berhubungan dengan parenkim sel hati,


perbedaannya, SGPT ditemukan lebih banyak di hati dan merupakan indikator
yang lebih spesifik pada peradangan hati daripada SGOT. SGOT dapat
meningkat pada penyakit yang dapat mempengaruhi organ-organ lain, seperti
infark miokard, pankreatitis akut, anemia hemolitik akut, luka bakar parah,
penyakit ginjal akut, penyakit muskuloskeletal, dan trauma. Pemeriksaan tes
fungsi hati diperlukan guna membantu dalam diagnosis dokter terhadap
pasien, terutama pasien diabetes dengan gangguan fungsi hati. Berdasarkan
penelitian yang sudah ada kadar SGOT dan SGPT mempengaruhi ada tidaknya
seseorang menderita penyakit diabetes (Reza, 2017).

8
SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase) atau AT (aspartat
aminotranferase) merupakan enzim yang terdapat dihati, otot jantung, otak, ginjal
dan otot-otot rangka (Rahayu, 2019). Aspartat aminotransferase atau glutamate
oksalo-asetat transferase (SGOT). Reaksi antara asam aspartat dan asam
alfaketoglutamat membentuk AT. Enzim ini banyak digunakan di jantung, hati,
otot rangka, ginjal dan otak. Apabila terjadi kerusakan pada hati, enzim ini akan
masuk ke sirkulasi darah sehingga bahan pemeriksaan dapat berupa serum.
(Rahayu, 2019).

SGPT adalah singkatan dari Serum Glutamik Piruvat Transaminase, SGPT


atau juga dinamakan ALT (Alanin Aminotransferase) merupakan enzim yang
banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi
hepatoselular. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung,
ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada
SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut. Pada penyakit kronis nilai
SGOT lebih tinggi dari pada nilai SGPT. Nilai SGPT normal pada hewan uji
tikus adalah 17,5-35 U/L (Rahayu, 2019).

2.4. Putri Malu (Mimosa pudica L.)

2.3.1. Klasifikasi Putri Malu (Mimosa pudica L.)


Klasifikasi tanaman ini dapat dijelaskan sebagai berikut (Itis.gov, 2011) :

Kingdom : Plantae ( tumbuhan)

Subkingdom: Viridiplantae

Superdivisio : Embriophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

9
Family : Fabaceae

Genus : Mimosa L.

Species : Mimosa pudica L.

2.3.2. Morfologi Putri Malu (Mimosa pudica L.)


Putri malu merupakan tumbuhan liar yang banyak dijumpai pada lahan-lahan
kosong. Tumbuhan putri malu memiliki ciri khas daunnya akan menutup ketika
disentuh dan seluruh tubuhnya ditumbuhi dengan duri. Daun putri malu berjenis
majemuk menyirip, dengan tepi rata dengan letak berhadapan dan termasuk ke
dalam jenis tanaman dikotil berbiji tertutup atau angiospermae (Jenova, 2009).
Jenis batang putri malu adalah berkayu dnegan akar tunggang dan untuk
bunganya berwarna merah muda dengan bentuk bunga bulat seperti bola, warna
merah muda, bertangkai. Bijinya bulat dan pipih (Jenova, 2009).

Gambar 1. Morfologi Tanaman Putri Malu (Mimosa pudica L.)

2.3.3. Kandungan Senyawa


Putri malu merupakan golongan tanaman herbal dan memiliki kandungan
kimia yang baik bagi kesehatan. Seluruh bagian tumbuhan Putri Malu dapat
dimanfaatkan sebagai obat, yakni dari akar, batang daun hingga keseluruhan
bagian tumbuhan, baik dalam keadaan segar atau kering (Faridah, 2007). Ekstrak

10
herba putri malu mempunyai khasiat sebagai transquilizer (penenang),
ekspektoran (peluruh dahak), diuretik (peluruh air seni), antitusif (antibatuk),
antipiretik (penurun panas), dan antiradang (Wandra, 2015).

Hasil penapisan fitokimia simplisia dan ekstrak putri malu menunjukkan


adanya golongan senyawa flavonoid, tanin, polifenol, monoterpenoid,
seskuiterpenoid, steroid, saponin dan kuinon. Menurut Faridah (2007), flavonoid
adalah golongan senyawa yang diketahui mempunyai berbagai khasiat, seperti
anti radang, memperlancar pengeluaran air seni, anti virus, anti jamur, anti
bakteri, antihipertensi, serta mampu menjaga dan meningkatkan kerja pembuluh
darah kapiler. Flavonoid dapat mencegah komplikasi atau progresifitas diabetes
dengan cara membersihkan radikal bebas yang berlebihan, memutuskan rantai
reaksi radikal bebas, mengikat ion logam (chelating) dan memblokade jalur
poliol dengan menghambat enzim aldose reduktase (Taufiqurrohman, 2015).
Menurut Wandra (2015), kandungan flavonoid pada ekstrak Mimosa pudica, L
terdiri atas lima monomer, yaitu flavone, isorientin, orientin, isovitexin, dan
vitexin.

2.5. Ekstraksi Infusidasi

Ekstraksi merupakan proses penarikan metabolit sekunder yang ada dalam


suatu simplisia menggunakan pelarut yang sesuai. Ekstraksi infusdasi merupakan
metode ekstraksi dengan pelarut air. Pada waktu proses infusdasi berlangsung,
temperatur pelarut air harus mencapai suhu 90ºC selama 15 menit sambil sekali-
sekali diaduk. Setelah dipanaskan disaring dengan kain flanel, tambahkan air
panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume yang diinginkan
(Atun, 2014). Ekstraksi infusidasi memiliki keuntungan pelarut yang digukakan
aman dikonsumsi, pelaksanaannya sangat sederhana, mudah dan cepat.

11
2.6. Strptozosin

Streptozotocin (STZ) merupakan salah satu analog nitrosurea yang termasuk


bagian dari N-methyl-N-nitrousurea (Lenzen, 2008).

Gambar 2. Struktur streptozotocin (Lenzen, 2008)

Streptozotosin bekerja dengan cara membentuk radikal bebas sangat reaktif


yang dapat menimbulkan kerusakan pada membran sel, protein, dan
deoxyribonucleic acid (DNA), sehingga menyebabkan gangguan produksi insulin
oleh sel beta Langerhans pankreas (Erwin, dkk., 2013). Menurut Adji (2008)
kerja streptozosin berkaitan dengan reaksi peroksidasi lipida yang meningkatkan
malondialdehid (MDA). Menurut Hannci, dkk. (2009) radikal bebas merupakan
senyawa yang sangat reaktif dan dihasilkan dari reaksi redoks biokimiawi,
apabila diproduksi berlebihan atau kurangnya antioksidan tubuh dapat
menyebabkan oksidasi sel lemak, protein dan asam nukleat sehingga
menyebabkan fragmentasi atau cross-linking yang menyebabkan terjadinya
kematian sel. Stres oksidatif dapat menyebabkan hiperglikemia.

2.7. Glibenklamid
Glibenklamid dapat menurunkan kadar SGOT dan SGPT pada tikus diabetes
yang mengalami kerusakan hati (Sundaram dkk., 2009). Sokolovska (2012)
membuktikan bahwa glibenklamid dapat mencegah kerusakan hati yang terjadi

12
pada hiperglikemia yang parah pada tikus diabetes yang diinduksi streptozotocin.
Pada tikus dengan diabetes yang parah terjadi kerusakan pada sel hati yang
disertai dengan meningkatnya kadar GLUT1 (Glucose Transporter).

Pemberian glibenklamid dapat menurunkan keparahan kerusakan pada hati


yang ditandai dengan penurunan kadar GLUT1 (Sokolovska dkk., 2012). GLUT1
merupakan protein yang berperan dalam mentransfer gula ke dalam jaringan atau
sel (Mueckler dkk., 2013). Glibenklamid dapat melindungi kerusakan sel hati
dengan meningkatkan regulasi reactive oxygen species (ROS). Glibenklamid
dapat secara spesifik memblok kanal KATP yang menyebabkan peningkatan
regulasi ROS. Peningkatan regulasi ROS akan menstimulasi jalur Akt-NF-kB
yang dapat melindungi sel hati dari kerusakan yang diakibatkan oleh ROS (Liu
dkk., 2017).

2.8. Penentuan Kadar SGOT dan SGPT

Aktivitas enzim SGOT dan SGPT dapat ditentukan menggunakan metode


kinetik reaksi enzimatik. Reaksi kinetik enzimatik selain untuk menilai aktivitas
enzlm dapat pula digunakan untuk mengukur kadar substrat. Metode reaksi
kinetik enzimatik yang digunakan sesuai dengan IFCC terdiri dari 2 macam.
Pertama disebut juga metode IFCC dengan penambahan reagen pirydoxal
phosphat yang biasa disebut metoda "IFCC with PP" atau "substrat start", yang
kedua adalah metode IFCC tanpa penambahan reagen pirydoxal phosphate yang
biasa disebut metode "IFCC without PP" atau "sample start" (Andriani, 2008)

13
14

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2019 yang bertempat di Laboratorium


Biologi Fakultas Farmasi Universitas Jember untuk ekstraksi putri malu dan di
Laboratorium Farmakologi untuk perlakukan hewan coba dan penentuan kadar
SGOT dan SGPT.
15

3.3. Variabel Penelitian

3.3.1. Variabel Bebas


Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dosis ekstrak putri malu dengan
dosis 50mg/kgBB, 100mg/kgBB, dan 400mg/kgBB.
3.3.2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nilai SGOT dan SGPT dari
serum darah tikus sebelum dan setelah pemberian ekstrak putri malu selama 14
hari.

3.3.3. Variabel Terkendali


Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah jenis tikus, usia tikus, jenis
kelamin tikus, berat badan tikus, cara ekstraksi putri malu dan pemeliharaan tikus
serta rute pemberian ekstrak putri malu.

3.4. Bahan dan Alat Penelitian

3.4.1. Bahan Penelitian


Penelitian ini membutuhkan ekstrak putri malu, akuades, streptozotosin
(STZ), CMC Na 1%, alkohol, glibenklamid, larutan reagen pemeriksaan SGOT
berupa reagen 1 (Tris, Laspartate, LDH) dan reagen 2 (2-oxoglutarate, NADH)
serta larutan reagen pemeriksaan SGPT berupa reagen 1 (Tris, L-alanine, LDH)
dan reagen 2 (2oxoglutarate, NADH).

3.4.2. Alat Penelitian


Alat-alat yang diperlukan diantaranya adalah gunting bedah, alat gelas,
kertas saring, maserator, mikrotube, mikropipet, stamper, mortir, neraca analitik,
pinset, penangas air, rotary evaporator, pipa kapiler, sonde, timbangan hewan,
vortex, spuit injeksi, alat sentrifugasi. Analisis kadar SGOT dan SGPT
menggunakan alat fotometer (Biolyzer 100).

16
3.5. Pengelompokan Hewan Coba

Pengelompokan hewan coba berdasarkan metode simple random sampling


menjadi 6 kelompok. Besarnya sampel tiap kelompok ditentukan menggunakan
rumus Federer:

( n−1 )( t−1 ) ≥15

Keterangan: n = besarnya sampel tiap kelompok

t = banyaknya kelompok

Hasil perhitungan adalah menggunakan sampel sebanyak 4 ekor tikus pada


setiap kelompok dan jumlah kelompok yang digunakan adalah 6 kelompok yaitu
kelompok normal, kelompok kontrol positif, kelompok control negatif, kelompok
uji 50mg/kgBB, kelompok uji 100mg/kgBB, dan kelompok uji 400mg/kgBB.
Sehingga dibutuhkan 24 ekor tikus.

3.6. Perlakuan Hewan Coba

Semua kelompok hewan uji kecuali kelompok normal diinduksi diabetes


menggunakan streptozosin yang dilarutkan dalam pelarut CMC-Na 1% dengan
dosis 35 mg/kgBB melalui jalur intraperitoneal. Status diabetes dicek 3 hari
setelah pemberian streptozosin dengan mengukur kadar glukosa darah puasanya
>200 mg/dl (Jayasri, 2008).

3.7. Pengambilan Sampel Darah

Sampel darah yang diperlukan berupa sampel darah pre test dan sampel
darah post test. Sampel darah pre test dilakukan sebelum tikus diberikan
perlakukan pemberian ekstrak dan setelah tikus dinyatakan diabetes akibat
induksi streptozosin. Pengambilan sampel darah pre test dilakukan melalui

17
bagian mata (sinus orbital) sebanyak 50µl. Sedangkan sampel darah post test
merupakan sampel darah yang diambil setelah pemberian ekstrak selama 14 hari
melalui bagian mata (sinus orbital).

3.8. Pengukuran Kadar SGOT dan SGPT Darah Tikus

Darah yang diambil dimasukkan ke dalam mikrotube dan didiamkan selama


30 menit. Kemudian darah dalam mikrotube disentrifugasi dengan kecepatan
3000 rpm selama 10 menit. Pengukuran SGOT dilakukan dengan mencampur
sampel darah dengan buffer tris, laktat dehydrogenase, L-aspartat, α-ketoglutarat,
malat dehydrogenase, dan NADH. Pengukuran SGOT berdasarkan rekasi
enzimatis dimana gugus asam amino dari L-aspartat dan , α-ketoglutarat dikatalis
dengan SGOT untuk membentuk oksaloasetat dan L-glutamat. Selanjutnya
oksaloasetat direduksi oleh NADH membentuk NAD dengan bantuan enzim
malat dehydrogenase (Obelis, 2010). Sedangkan pada pengukuran kadar SGPT
dilakukan dnegan mencampur sampel darah dengan buffer tris, L-alanin, laktat
dehydrogenase, L-alanin, laktat dehydrogenase, α-ketoglutarat, dan NADH.
Enzim SGPT akan mengkatalisis gugus amino dari L-alanin dan α-ketoglutarat
untuk membentuk glutamate dan piruvat. Piruvat direduksi dengan enzim laktat
dehydrogenase membentuk L-laktat dan NADH yang teroksidasi akan
membentuk NAD (Obelis, 2009).

Sampel darah yang sudah dihomogenkan dengan semua reagen selanjutnya


diukur kadar SGOT dan SGPT melalui alat fotometer.

18
3.9. Perhitungan Persen Penurunan Kadar SGOT, SGPT, dan
Hepatoprotekif

Perhitungan persen penurunan kadar SGOT dan SGPT perlu dihitung untuk
mengetahui seberapa besar persen penurunannya. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:

kadar pre test −kadar post test


%Penurunan= × 100 %
kadar pre test

Sedangkan perhitungan persen hepatoprotektif adalah untuk mengetahui


kemampuan senyawa uji sebagai hepatoprotektor. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:

Rerata kadar pre test kelompok kontrol positif −Rerarta kadar post test kelo
%Hepatoprotektif =
Rerata kadar pre test kelompok kontrol negatif

3.10. Analisis Statistik

Analisis data menggunakan one way ANOVA untuk mengetahui perbedaan


rata-rata nilai SGOT dan SGPT yang didapatkan terhadap konsentrasi ekstrak
yang digunakan. Apabila didapatkan hasil bahwa H0 diterima maka dilanjutkan
dengan analisis menggunakan uji least signifficant difference (LSD). Analisis ini
bertujuan untuk mengetahui kelompok konsentrasi ekstrak mana yang berbeda
signifikan dengan kelompok kontrol dan normal.

19
20

BAB IV. PREDIKSI HASIL


Ekstrak putri malu berpotensi sebagai obat tradisional yang optimum
mengatasi penyakit diabetes militus.

Perbedaan konsentrasi ekstrak akan mempengaruhi nilai SGOT dan SGPT


dari serum darah. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak, nilai SGOT dan SGPT
semakin turun. Sehingga konsentrasi ekstrak yang paling baik akan didapatkan
dari konsentrasi ekstrak paling tinggi.
21

DAFTAR PUSTAKA
Adji, Dhirgo. 2008. Hubungan Konsentrasi Malondialdehida, Glukosa, dan Total
Kolesterol Pada Tikus Putih yang Diinjeksi Dengan Streptozocin. J. Sain
Vet. 26(2):73-77.
American Diabetes Association. 2019. Standards of Medical Care in Diabetes-2019.
USA: American Diabetes Association
Andriani Y. 2008. Toksisitas Fraksi Aktif Steroid Ekstrak Daun Jati Belanda
(Guazuma Ulmifolia Lamk.) Terhadap Aktivitas Serum Glutamat Oksalat
Transaminase (SGOT) Dan Serum Glutamat Piruvat Transaminase (SGPT)
Pada Tikus Putih. Jurnal Gradien. 4(2): 365-371.
Atun, Sri. 2014. Metode Isolasi dan Identifikasi Struktur Senyawa Organik Bahan
Alam. Jurnal konservasi cagar budaya borobudur. 53-61
Erwin, Etriwati, Muttaqien, T.W. Pangestiningsih, dan S. Widyarini. 2013. Ekspresi
Insulin Pada Pankreas Mencit (Mus musculus) Yang Diinduksi Dengan
Streptozotocin Berulang. Jurnal Kedokteran Hewan. 7(2):97-100.
Hanachi, P., Moghadam, R.H. Latiffah, A.L. 2009. Investigation of Lipid profiles and
lipid peroxidation in patients with Type-2 Diabetes. European J. of sci. res.
28(1): 6-13.
International Diabetes Federation. 2019. IDF Diabetes Atlas. Ninth edition.
International Diabetes Federation.
Itis. Mimosa pudica L. https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?
search_topic=TSN&search_value=26790#null [Diakses pada 9 November
2019]
Jayani, Yulia,. 2007. Morfologi, Anatoni dan Fisiologi Mimosa pudica, Tanaman
Obat Indonesia, http://toiusd.bmultiply.com/journal/item/279/Morfologi
Anatomi dan Fisiologi Mimosa pudica Linn [Diakses pada 25 November
2015]
Jayasri, M.A., S. Gunasekaran, A. Radha dan T.L. Mathew. 2008. Anti-diabetic effect
of Costus pictus leaves in normal and streptozotocin-induced diabetic rats.
Int J Diabetes & Metabolism. 16: 117-122.
Jenova, Rika. 2009. Uji Toksisitas Akut Yang Diukur Dengan Penentuan Ld50
Ekstrak Herba Putri Malu ( Mimosa pudica L.) Terhadap Mencit BALB/C.
Karya Tulis Ilmiah. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Semarang.
Lenzen, S. 2008. The mechanisms of alloxan- and streptozotocin-induced diabetes.
Diabetologia, 216-266.
Lestari K, A Muhtadi. 1997. Uji aktivitas antihiperlipidemia daun jati belanda
(Guazuma ulmifolia Lamk.) pada tikus. Laporan Penelitian. Bandung:
Universitas Padjajaran.
Liu, H., S. Wang, Z. Wu, Z. Huang, dan W. Chen. 2017. Glibenclamide , a diabetic
drug, prevents acute radiation- induced liver injury of mice via up-regulating
intracellular ros and subsequently activating akt – nf-κb pathway.
Oncotarget. 8(25):40568–40582.
Mueckler, M. dan B. Thorens. 2013. Molecular aspects of medicine the slc2 ( glut
) family of membrane transporters q. Molecular Aspects of Medicine. 34(2–
3):121–138.
Obelis. 2009. Liquid ALT (SGPT) Reagent Set. Dalam Pointe Scientific: Brussels:
Pointe Scientific.
Obelis. 2010. Liquid ALT (SGOT) Reagent Set. Dalam Pointe Scientific: Brussels:
Pointe Scientific.
Rahayu, T.P. 2019. Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Mangga Kweni (Mangifera
odorata Griff) Sebagai Agen Pengkelat Besi Dan Gambaran Histopatologi
Hati Tikus Yang Diinduksi Ferro Sulfat. Tesis thesis. Surakarta: Universitas
Setia Budi Surakarta.
Reza, A., B. Rachmawati. 2017. Pemeriksaan tes fungsi hati diperlukan guna
membantu dalam diagnosis dokter terhadap

22
pasien, terutama pasien DM dengan gangguan fungsi hati. Jurnal
Kedokteran Diponegoro. 6(2): 158-166.
Robertson, R.P., J. Harmon, P.O. Tran, Y. Tanaka dan H. Takahashi. 2003. Glucose
toxicity in beta-cells: type 2 diabetes, good radicals gone bad, and the
glutathione connection. Diabetes. 52: 581-587
Sardini, Sri. 2007. Penentuan Aktivitas Enzim SGOT Dan SGPT dalam Serum
Dengan Metode Reaksi Kinetik Enzimatik Sesuai IFCC (Interna Tional
Federation Of Clinical Chemistry And Laboratory Medicine). Prosiding
Perlemuan dan Presenlasi I1miah Fungsional Pengembangan Teknologi
Nuklir I. 91-106.
Sokolovska, J., S. Isajevs, O. Sugoka, J. Sharipova, dan N. Paramonova. 2012.
Comparison of the effects of glibenclamide on metabolic parameters , glut1
expression , and liver injury in rats with severe and mild
streptozotocininduced diabetes mellitus. Medicina (Kaunas). 48(10):532–
543.
Sundaram, E. N., P. U. M. A. M. Reddy, dan K. P. Singh. 2009. Effect of alcoholic
extracts of indian medicinal plants on the altered enzymatic activities of
diabetic rats. Indian Journal of Pharmaceutical Sciences. 71(4):594–598.
Taufiqurrohman. (2015). Indonesian bay leaves as antidiabetic for type 2 diabetes
mellitus. Jurnal Majority, 4(3), 101-107.
Wandra. 2015. Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Etanolik Putri Malu (Mimosa pudica
Linn) Terhadap Candida albicans Secara In Vitro. Skripsi. Yogyakarta:
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
World Health Organization. 2016. Global Report on diabetes.
https://www.who.int/diabetes/global-report/en/ [Diakses pada 25 September
2019]

23
LAMPIRAN

Anggaran Biaya

No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)

Perlengkapan Yang 1.365.000


1.
Diperlukan

2. Bahan habis pakai 3.781.000

3. Perjalanan 560.000

4. Lain-lain 56.000

Jumlah 5.762.000

Jadwal Kegiatan

Bulan
No. Jenis Kegiatan 1 2 3 4

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Sampling dan identifikasi


1 tumbuhan putri malu
(Mimosa pudica L.)

Preparasi simplisa tumbuhan


2 putri malu (Mimosa pudica
L.)

3 Ekstraksi

4 Persiapan Hewan Uji

5 Induksi Hewan

6 Pengecekan kadar glukosa

7 Pemberian senyawa

8 Pengukuran sampel

24
9 Penulisan Laporan

10 Publikasi

25
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan

1. Perlengkapan Yang Diperlukan

Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Total (Rp)


Pemakaian (Rp)
Tikus wistar Uji aktivitas 30 50.000 450.000
jantan
Sonde Uji aktivitas 5 75.000 375.000
Injeksi Uji aktivitas 4 10.000 40.000
Vial Uji aktivitas 20 5.000 100.000
Gelas ekstrak Ekstraksi 3 50.000 400.000
SUB TOTAL 1.365.000

2. Bahan Habis Pakai

Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Total (Rp)


Pemakaian (Rp)
streptozotosin Uji aktivitas 1 gram 2.450.000 2.450.000
(STZ)
Akuades Uji aktivitas 5 L 10.000 50.000
dan ekstraksi
CMC Na Uji aktivitas 25 gram 275.000 275.000
Alkohol Sterilisasi 1L 36.000 36.000
Glibenklamid Uji aktivitas 1 Blister 12.000 12.000
Reagen SGOT Uji aktivitas 300.000 300.000
Reagen SGPT Uji aktivitas 300.000 300.000
Glove Uji aktivitas 2 pack 55.000 110.000
Masker Uji aktivitas 1 pack 25.000 25.000
Tisu Uji aktivitas 3 pack 250 20.000 60.000
dan ekstraksi lembar
Label Ekstraksi dan 1 wadah 6.000 6.000
Uji aktivitas
Sekam Hewan Uji 5 kg 5.000 25.000
Pakan Tikus Hewan Uji 5 kg 13.000 65.000
SUB TOTAL 3.781.000

26
3. Perjalanan

Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuann Total (Rp)


Pemakaian (Rp)
Ongkos kirim Pembuatan 14 40.000 560.000
JNT pembelian ekstrak dan
bahan-bahan formulasi
(online)
SUB TOTAL 560.000

4. Lain-lain

Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuann Total (Rp)


Pemakaian (Rp)
Proposal dan Laporan 1 Rim 56.000 56.000
catatan
SUB TOTAL 56.000
TOTAL (Keseluruhan) 5.762.000

27

Anda mungkin juga menyukai