Anda di halaman 1dari 9

1

MAKALAH KESEHATAN MASYARAKAT

DEMAM BERDARAH DENGUE

DISUSUN OLEH :

ANNISA SALSABILA

(C011201047)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

APRIL, 2021

________________________________________________________________________________________________
_____________________________________NAMA : NIM :
2

DEMAM BERDARAH DENGUE

ABSTRAK

…………………………………………………………………………………..................
...................................................................................(200 KATA maksimal)

Kata kunci (max : 5)

1. Latar belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) sudah menjadi masalah kesehatan


dunia. Di 50 tahun terakhir, DBD mengalami peningkatan dan dilaporkan
bahwa sekitar 50 juta orang yang terinfeksi demam berdarah dengue,
meskipun beberapa peneliti memperkirakan bahwa jumlah ini bisa setinggi
100 juta. Biasanya, demam berdarah menyebabkan sakit seperti demam,
sakit kepala, dan berat badan menurun dan nyeri sendi meskipun
kebanyakan dari pasien DBD mengalami kesembuhan.

World Health Oganisation (WHO) menyatakan bahwa penyakit Demam


Berdarah Dengue (DBD) adalah penyebab utama kesakitan dan kematian
anak di Asia Tenggara. Setiap tahun, diperkirakan terdapat sekitar 50 –
100 juta kasus DBD dan 1% di antaranya memerlukan perawatan di
rumah sakit. Pada tahun 2008, untuk seluruh wilayah Asia Tenggara,
dilaporkan ada peningkatan kasus sekitar 18% dan dilaporkan ada
peningkatan kematian akibat dengue sekitar 15% pada periode yang
sama dibandingkan tahun sebelumnya terutama di Thailand, Indonesia,
dan Myanmar. Data sampai dengan akhir tahun 2006, jumlah kasus DBD
di Indonesia sebanyak 57% dari total kasus di Asia Tenggara, diikuti oleh
Thailand 23%, kemudian Srilangka, Myanmar, dan India masingmasing
6%.

________________________________________________________________________________________________
_____________________________________NAMA : NIM :
3

Dalam peta DBD, Indonesia berada dalam posisi yang memprihatinkan.


Hampir setiap tahun, angka kesakitan dan sebaran wilayah yang terjangkit
kasus DBD cenderung meningkat. Tahun 2014, DBD berjangkit di 433
kabupaten/ kota dengan angka kesakitan 39,83 per 100.000 penduduk,
namun angka kematian dapat ditekan di bawah 1 persen yaitu 0,9 persen.
Demam Berdarah Dengue (DBD) diperkirakan enderung meningkat dan
meluas sebarannya (Kemenkes, 2015).

Kasus penyakit ini di Indonesia cenderung meningkat sejak pertama kali


ditemukan. Pada tahun 1994, kasus DBD menyebar di seluruh Provinsi di
Indonesia. Di Indonesia, lebih dari 35% penduduk tinggal di perkotaan,
dan diantaranya terdapat 150.000 kasus yang dilaporkan pada tahun
2007, yang dimana 25 000 kasus berasal dari jakarat dan jawa barat
dengan tingkat kefatalan 1%.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan harkasus endemik yang


menyebar di seluruh wilayah Indonesia dan sekarang endemik hampir di
300 kabupaten yang ada. Aedes aegypti adalah vector utama dari
penyakit DBD seluruh wilayah Indonesia memiliki risiko untuk terjangkit
penyakit DBD kecuali daerah dengan ketinggian di atas 1000m di atas
permukaan laut.

Virus dengue ditularkan melalui gigitan Nyamuk Aedes yang terinfeksi,


yang menggigit manusia dan hanya menyebabkan ruam kecil, namun,
beberapa gigitan dapat menyebabkan infeksi serius. Demam berdarah
biasanya ditemukan di lingkungan tropis atau subtropis. Paparan infeksi
dapat mengakibatkan demam berdarah ringan. Seseorang menjadi
terinfeksi ketika nyamuk yang terinfeksi menggigit mereka dan ada
pertukaran darah. Juga, orang dapat terinfeksi jika ada pertukaran darah
dengan seseorang yang sudah memiliki virus. Patofisiologi demam
berdarah dengue termasuk demam mendadak, sakit kepala parah,

________________________________________________________________________________________________
_____________________________________NAMA : NIM :
4

mialgia, artralgia ini, leukopenia, trombositopenia dan manifestasi


perdarahan. (Anderson K et al. 2007

Nyamuk Aedes spp yang sudah terinfesi virus dengue, akan tetap infektif
sepanjang hidupnya dan terus menularkan kepada individu yang rentan
pada saat menggigit dan menghisap darah. Setelah masuk ke dalam
tubuh manusia, virus de-ngue akan menuju organ sasaran yaitu sel kuffer
hepar, endotel pembuluh darah, nodus limpaticus, sumsum tulang serta
paru-paru. Beberapa penelitian menunjukkan, sel monosit dan makrofag
mempunyai peran pada infeksi ini, dimulai dengan menempel dan
masuknya genom virus ke dalam sel dengan bantuan organel sel dan
membentuk komponen perantara dan komponen struktur virus. Setelah
komponen struktur dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel. Infeksi ini
menimbulkan reaksi immunitas protektif terhadap serotipe virus tersebut
tetapi tidak ada cross protective terhadap serotipe virus lainnya.

Secara invitro, antobodi terhadap virus dengue mempunyai 4 fungsi


biologis yaitu netralisasi virus, sitolisis komplemen, antibody dependent
cell-mediated cytotoxity (ADCC) dan ADE. Berdasarkan perannya, terdiri
dari antobodi netralisasi atau neutralizing antibody yang memiliki serotipe
spesifik yang dapat mencegah infeksi virus, dan antibody non netralising
serotype yang mempunyai peran reaktif silang dan dapat meningkatkan
infeksi yang berperan dalam pathogenesis DBD dan DSS
………………………………………………………………………………………………

2. Program- program yang dilaksanakan

Secara umum, pemberantasan penyakit menular di Indonesia dilakukan


melalui berbagai upaya-upaya, yakni kewaspadaan dini, penemuan
penderita, penanganan penderita, pemberantasan sumber penyakit,
upaya kekebalan (imunisasi), dan penyuluhan masyarakat. Upaya-upaya
tersebut dilakukan dengan pencanangan gerakan naspember

________________________________________________________________________________________________
_____________________________________NAMA : NIM :
5

pemberantasan penyakit dan kesepakatan-kesepakatan regional dan


international.

Dalam upaya pengendalian wabah DBD, dibandingkan negara lainnya di


Asia, Indonesia termasuk salah satu negara yang masih mengalami
masalah. Indonesia memang sangat jauh tertinggal bila dibandingkan
Singapura, yang Sejak awal dekade 1980an telah berhasil memberantas
wabah penyakit demam berdarah Dengue fever (Bang & Tonn 1993),
(Ooi 2001).

Penanganan secara cepat wabah penyakit DBD di Indonesia selalu


menjadi masalah setiap tahunnya karena menurut masyarakat,
pemerintah dinilai lamban dalam menanganinya, sehingga dari tahun ke
tahun, pemberantasannya belum berhasil secara keseluruhan (Ditjen
PPM&PL 2004), (Nadesul 2004) (Soedarmo 1990), (Febia 2005).

Daerah yang terjangkit demam berdarah dengue pada umumnya


merupakan kota/wilayah yang padat penduduk, dikarenakan rumah-rumah
yang saling berdekatan yang memudahkan penularan penyakit ini,
mengingat bahwa nyamuk Aedes aegypti jarak terbangnya maksimal 100
meter. Hubungan transportasi yang baik antar daerah memudahkan
penyebaran penyakit ini ke daerah lain (Suroso 1983). Mengingat bahwa
di Indonesia daerah yang padat penduduknya makin bertambah dan
transportasi semakin baik serta perilaku masyarakat dalam penampungan
air sangat rawan berkembangnya jentik nyamuk Aedes aegypti dan virus
dengue, maka masalah penyakit demam berdarah dengue akan semakin
besar bila tidak dilakukan upaya pemberantasan secara intensif.
Pencegahan berkembangnya nyamuk Aedes aegypti sebagai penular
demam berdarah dengue menjadi mutlak dilakukan (Bang & Tonn 1993),
(Nadesul 2004), (Soedarmo 1990), (Suroso 1983).

________________________________________________________________________________________________
_____________________________________NAMA : NIM :
6

Obat dan vaksin demam berdarah dengue sampai saat ini belum tersedia.
Pengobatan yang dilakukan hanya untuk mengurangi gejala sakit dan
mengurangi risiko kematian (Nadesul 2004), (Suroso & Umar 1999).
Penanggulangan demam berdarah dengue secara umum ditujukan pada
pemberantasan rantai penularan dengan memusnahkan pembawa
virusnya (vektornya) yaitu nyamuk Aedes aegypti dengan memberantas
sarang perkembangbiakannya yang umumnya ada di air bersih yang
tergenang di permukaan tanah maupun di tempat tempat penampungan
air (Bang & Tonn 1993), (Ditjen PPM & PLP 1987), (Nadesul 2004),
(Suroso & Umar 1999), (WHO 2004).

Upaya penanggulangan KLB DBD meliputi: (1) pengobatan dan


perawatan penderita, (2) penyelidikan epidemiologi dan sarang nyamuk
penular DBD, (3) pemberantasan vector (yaitu nyamuk penularnya), (4)
penyuluhan kepada masyarakat, (5) evaluasi penanggulangan KLB (Ditjen
PPM & PLP 1987).

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/Menkes/SK/VII/1992 tentang


Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue menyebutkan bahwa
”upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilakukan
melalui kegiatan pencegahan, penemuan, pelaporan, penderita,
pengamatan penyakit dan penyelidikan epidiomologi, penanggulangan
seperlunya, penanggulangan lain dan penyuluhan kepada masyarakat.”

Dalam Bab Pengertian dijelaskan bahwa, ”Penyelidikan epidemiologi


adalah kegiatan pelacakan penderita/tersangka lainnya dan pemeriksaan
jentik nyamuk penular penyakit demam berdarah dengue di rumah
penderita/tersangka dan rumah-rumah sekitarnya dalam radius sekurang-
kurangnya 100 meter, serta tempat umum yang diperkirakan menjadi
sumber penyebaran penyakit lebih lanjut.” Sedangkan penanggulangan
seperlunya adalah ”penyemprotan insektisida dan/atau pemberantasan

________________________________________________________________________________________________
_____________________________________NAMA : NIM :
7

sarang nyamuk yang dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan


epidemiologi”.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/Menkes/SK/VII/1992 juga


menetapkan bahwa pelaksanaan kegiatan pemberantasan penyakit
demam berdarah dengue dilakukan oleh Pemerintah dan masyarakat di
bawah koordinasi Kepala Wilayah/Daerah. Dengan perkembangan
kebijakan desentralisasi kesehatan, pelaksanaan pemberantasan penyakit
demam berdarah dengue saat ini di Daerah Tingkat II menjadi tugas dan
wewenang Pemerintah Daerah, sebagaimana diatur dalam Undang-
undang No. 22 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun
2000 Pasal 2 ayat 10.

Pemberantasan vektor merupakan upaya yang mutlak untuk memutuskan


rantai penularan (WHO 2004), (Suroso 1983), (Suroso & Umar 1999),
(Nadesul 2004), (Bang & Tonn 1993). Strategi yang dilakukan di
Indonesia adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengasapan
(fogging), dan larvasiding, yaitu memusnahkan jentik nyamuk dengan
menaburkan bubuk abate ke air yang tergenang di dalam tampungan-
tampungan air.

Program yang dilakukan adalah gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk


(PSN) secara massal dan nasional. PSN dilakukan dengan menerapkan
3M (Menutup wadah-wadah tampungan air, Mengubur atau membakar
barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk, dan Menguras
atau mengganti air di tempat tampungan air). Kegiatan 3M dihimbau untuk
dilakukan oleh masyarakat satu minggu sekali. Gerakan ini dicanangkan
oleh Pemerintah setiap tahunnya pada saat musim penghujan di mana
wabah demam berdarah dengue biasa terjadi. Pada program
pembangunan 2004-2005, pencanangan Gerakan PSN dimulai sejak

________________________________________________________________________________________________
_____________________________________NAMA : NIM :
8

November 2004 dan ditegaskan kembali oleh Presiden Susilo Bambang


Yudhoyono pada tanggal 11 Februari 2005.

Dalam program Indonesia Sehat 2010, salah satu indikator kesehatan


masyarakat adalah terbebasnya masyarakat dari kejadian luar biasa
demam berdarah dengue. Untuk itu ditetapkan target bahwa pada tahun
2010, diharapkan angka kematian karena demam berdarah dengue, tidak
lebih dari 1% dari jumlah penderita demam berdarah. Data pada tahun
2000 menunjukkan angka kematian demam berdarah dengue masih
sebesar 22,1% (Depkes 2002).

3. Diskusi dan Saran

………………………………………………………………………………………………

4. Kesimpulan

………………………………………………………………………………………………

Daftar Pustaka (HARVARD STYLE)

Abstrak

Abstract. Dengue hemorrhagic fever is an infectious disease resulting spectrum of clinical


manifestations that vary from the lightest, dengue fever, hemorrhagic fever and dengue
fever are accompanied by shock or dengue shock syndrome. Its caused by dengue virus,
transmitted by Aedes mosquitoes. The case is spread in the tropics, especially in
Southeast Asia, Central America, America and the Caribbean, many causes of death in
children 90% of them attacking children under 15 years old. Until now pathogenesis is
unclear. There are two theories or hypotheses immunopatogenesis DHF and DSS is still
controversial which secondary infections (secondary heterologus infection) and antibody-
dependent enhancement. Risk factors for dengue transmission are rapid urban population
growth, mobilization of the population because of improved transportation facilities and

________________________________________________________________________________________________
_____________________________________NAMA : NIM :
9

disrupted or weakened so that population control. Another risk factor is poverty which
result in people not has the ability to provide a decent home and healthy, drinking water
supply and proper waste disposal Keywords: dengue hemorrhagic fever (DHF),
epidemiology of DHF, pathogenesis of DHF, transmission risk factors of DHF

Referensi :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015. Profi l
Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta.

________________________________________________________________________________________________
_____________________________________NAMA : NIM :

Anda mungkin juga menyukai