Anda di halaman 1dari 19

NAMA : AMELIA PAKAYA

NIM : C01418010

KELAS : KEPERAWATAN B

Resume

1.  Konsep Dasar Muamalah Duniawiyah

Secara Etiomologi Muamalah berasal dari kata (‫ )العمل‬yang


merupakan istilah yang digunakan untuk mengungkapkan
semua perbuatan yang dikehendaki mukallaf. Muamalah
mengikuti pola (‫ ) ُمفَا َعلَة‬yang bermakna bergaul (‫)التَّ َعا ُمل‬.

Secara Terminologi Muamalah adalah istilah yang digunakan


untuk permasalahan selain ibadah. Menurut fiqih, muamalah
ialah tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi
manfaat dengan cara yang ditentukan. Yang termasuk dalam
hal muamalah adalah jual beli, sewa menyewa, upah
mengupah, pinjam meminjam, urusan bercocok tanam,
berserikat dan lain-lain.

Menurut Louis Ma’luf, pengertian muamalah adalah hukum-


hukum syara yang berkaitan dengan urusan dunia, dan
kehidupan manusia, seperti jual beli, perdagangan, dan lain
sebagainya. Sedangkan menurut Ahmad Ibrahim Bek,
menyatakan muamalah adalah peraturan-peraturan
mengenai tiap yang berhubungan dengan urusan dunia,
seperti perdagangan dan semua mengenai kebendaan,

1
perkawinan, thalak, sanksi-sanksi, peradilan dan yang
berhubungan dengan manajemen perkantoran, baik umum
ataupun khusus, yang telah ditetapkan dasar-dasarnya secara
umum atau global dan terperinci untuk dijadikan petunjuk
bagi manusia dalam bertukar manfaat di antara mereka.

Ibadah wajib berpedoman pada sumber ajaran Al-Qur’an dan


Al-Sunnah, yaitu harus ada contoh (tatacara dan praktek) dari
Nabi Muhammad SAW. Konsep ibadah ini berdasarkan
kepada mamnu’ (dilarang atas haram). Ibadah ini antara lain
meliputi shalat, zakat, puasa, dan haji. Sedangkan masalah
mu’amalah (hubungan kita dengan sesame manusia dan
lingkungan), masalah-masalah dunia, seperti makan dan
minum, pendidikan, organisasi, dan ilmu pengetahuan dan
teknologi, berlandaskan pada prinsip “boleh” (jaiz) selama
tidak ada larangan yang tegas dari Allah dan Rasul-Nya.
Berkaitan dengan hal di atas (mu’amalah), Nabi Muhammad
SAW mengatakan:“Bila dalam urusan agama (aqidah dan
ibadah) Anda contohlah saya. Tapi, dalam urusan dunia
Anda, (teknis mu’amalah), Anda lebih tahu tentang dunia
Anda.”

Dalam ibadah, sangat penting untuk diketahui apakah ada


suruhan atau contoh tatacara, atau aturan yang pernah
diajarkan oleh Rasulullah SAW. Apabila hal itu tidak ada,
maka tindakan yang kita lakukan dalam ibadah itu akan jatuh

2
kepada bid’ah, dan setiap
perbuatan bid’ah adalah dhalalah (sesat). Sebaliknya
dalam mu’amalah yang harus dan penting untuk diketahui
adalah apakah ada larangan tegas dari Allah dan Rasul-Nya,
karena apabila tidak ada, hal tersebut boleh saja dilakukan.

Dalam hal ini, Dr. Kaelany juga menjelaskan adanya dua


prinsip yang perlu kita perhatikan, yaitu:

Pertama: Manusia dilarang “menciptakan agama, termasuk


system ibadah dan tata caranya, karena masalah agama dan
ibadah adalah hak mutlak Allah dan para Rasul-Nya yang
ditugasi menyampaikan agama itu kepada masyarakat. Maka
menciptakan agama dan ibadah adalah bid’ah. Sedang setiap
bid’ah adalah sesat.

Kedua: Adanya kebebasan dasar dalam menempuh hidup ini,


yaitu hal-hal yang berkaitan dengan masalah mu’amalah,
seperti pergaulan hidup dan kehidupan dalam masyarakat
dan lingkungan, yang dikaruniakan Allah kepada umat
manusia (Bani Adam) dengan batasan atau larangan tertentu
yang harus dijaga. Sebaliknya melarang sesuatu yang tidak
dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya adalah bid’ah.

Dalam menjalankan keseharian, penting bagi kita untuk


mengingat dua prinsip di atas. Ibadah tidak dapat dilakukan
dengan sekehendak hati kita karena semua ketentuan dan
aturan telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah, serta
contoh dan tatacaranya telah diajarkan oleh Rasulullah SAW

3
semasa hidupnya. Melakukan sesuatu dalam ibadah, yang
tidak ada disebutkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah berarti
melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan oleh Allah SWT,
dan ini sungguh merupakan perbuatan yang sesat. Namun
dalam beberapa hal, tentu ada hal yang harus diperhatikan
sesuai dengan perkembangan zaman. Di sini lah implikasi
dari mu’amaah itu sendiri. Selama tidak ada larangan secara
tegas di dalam Al-Qur’an dan Sunnah, hal yang
dipertimbangkan itu boleh dilakukan. Hal ini telah
diterangkan oleh Rasul dalam sabdanya yang sudah ditulis di
atas. Sebagai contoh adalah dalam kehidupan sehari-hari,
pada zaman hidupnya Rasulullah, masyarakat yang
mengadakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain
menggunakan binatang Unta sebagai kendaraan. Akan tetapi
hal itu tidak mungkin sama dalam kehidupan zaman modern
ini. Dan karenanya, menggunakan kendaraan bermotor
diperbolehkan karena tidak ada larangan dari Allah dan
Rasul-Nya (tidak tertera larangan yang tegas dalam Al-Qur’an
dan Sunnah). Syariat Islam adalah ajaran islam yang
membicarakanamal manusia baik sebagai mahluk ciptaan
Allah maupun hamba Allah.

Terkait dengan susunan tertib Syari’at, Al Quran Surat Al


Ahzab ayat 36 mengajarkan bahwa sekiranya Allah dan
RasulNya sudah memutuskan suatu perkara, maka umat
Islam tidak diperkenankan mengambil ketentuan lain. Oleh
sebab itu secara implisit dapat dipahami bahwa jika terdapat
suatu perkara yang Allah dan RasulNya belum menetapkan

4
ketentuannya maka umat Islam dapat menentukan sendiri
ketetapannya itu. Pemahaman makna ini didukung oleh ayat
dalam Surat Al Maidah QS 5:101 yang menyatakan bahwa
hal-hal yang tidak dijelaskan ketentuannya sudah
dimaafkanAllah.

Dalam Islam, transaksi utama dalam kegiatan usaha adalah


transaksi riil yang menyangkut suatu obyek tertentu, baik
obyek berupa barang ataupun jasa. kegiatan usaha jasa yang
timbul karena manusia menginginkan sesuatu yang tidak bisa
atau tidak mau dilakukannya sesuai dengan fitrahnya
manusia harus berusaha mengadakan kerjasama di antara
mereka.

Bekerja sama dalam kegiatan usaha, dalam hal ini salah satu
pihak dapat menjadi pemberi pembiayaan dimana atas
manfaat yang diperoleh yang timbul dari pembiayaan
tersebut dapat dilakukan bagi hasil. Kerjasama ini dapat
berupa pembiayaan usaha 100% melalui akad mudharaba
maupun pembiayaan usaha bersama melalui akad
musyaraka. Kerjasama dalam perdagangan, di mana untuk
meningkatkan perdagangan dapat diberikan fasilitas-fasilitas
tertentu dalam pembayaran maupun penyerahan obyek.
Karena pihak yang mendapat fasilitas akan memperoleh
manfaat, maka pihak pemberi fasilitas berhak untuk
mendapatjan bagi hasil (keuntungan) yang dapat berbentuk
harga yang berbeda dengan harga tunai. Kerja sama dalam

5
penyewaan asset dimana obyek transaksi adalah manfaat
dari penggunaan asset. Kegiatan hubungan manusia dengan
manusia (muamalah) dalam bidang ekonomi menurut
Syariah harus memenuhi rukun dan syarat tertentu. Rukun
adalah sesuatu yang wajib ada dan menjadi dasar terjadinya
sesuatu, yang secara bersama-sama akan mengakibatkan
keabsahan. Rukun transaksi ekonomi Syariah adalah:

1.    Adanya pihak-pihak yang melakukan transaksi, misalnya


penjual dan pembeli, penyewa dan pemberi sewa, pemberi
jasa dan penerima jasa..

2.    Adanya barang (maal) atau jasa (amal) yang menjadi


obyek transaksi.

3.    Adanya kesepakatan bersama dalam bentuk kesepakatan


menyerahkan (ijab) bersama dengan kesepakatan menerima
(kabul).

Disamping itu harus pula dipenuhi syarat atau segala sesuatu


yang keberadaannya menjadi pelengkap dari rukun yang
bersangkutan. Contohnya syarat pihak yang melakukan
transaksi adalah cakap hukum, syarat obyek transaksi adalah
spesifik atau tertentu, jelas sifat-sifatnya, jelas ukurannya,
bermanfaat dan jelas nilainya.

6
Obyek transaksi menurut Syariah dapat meliputi barang
(maal) atau jasa, bahkan jasa dapat juga termasuk jasa dari
pemanfaatan binatang. Pada prinsipnya objek transaksi
dapat dibedakan kedalam:

1.    obyek yang sudah pasti (ayn), yaitu obyek yang sudah


jelas keberadaannya atau segera dapat diperoleh
manfaatnya.

2.    obyek yang masih merupakan kewajiban (dayn), yaitu


obyek yang timbul akibat suatu transaksi yang tidak tunai.

  

Secara garis besar aqad dalam fiqih muamalah adalah


sebagai berikut :

a.    Aqad Mudharaba

Ikatan atau aqad Mudharaba pada hakekatnya adalah ikatan


penggabungan atau pencampuran berupa hubungan
kerjasama antara Pemilik usaha dengan pemilik harta.

b.    Aqad Musyarakah

Ikatan atau aqad Musyaraka pada hakekatnya adalah ikatan


penggabungan atau pencampuran antara para pihak yang
bersama-sama menjadi pemilik usaha.

c.    Aqad Perdagangan

7
Aqad Fasilitas Perdagangan, perjanjian pertukaran yang
bersifat keuangan atas suatu transaksi jual-beli dimana salah
satu pihak memberikan fasilitas penundaan pembayaran
atau penyerahan obyek sehingga pembayaran atau
penyerahan tersebut tidak dilakukan secara tunai atau
seketika pada saat transaksi.

d.   Aqad Ijarah

Aqad Ijara, adalah aqad pemberian hak untuk memanfaatkan


Obyek melalui penguasaan sementara atau peminjaman
Obyek dgn Manfaat tertentu dengan membayar imbalan
kepada pemilik Obyek. Ijara mirip dengan leasing namun
tidak sepenuhnya sama dengan leasing, karena Ijarah
dilandasi adanya perpindahan manfaat tetapi tidak terjadi
perpindahan kepemilikan

2.   Ruang Lingkup Muamalah

Ruang Lingkup Muamalah untuk memudahkan memahami


secara spesifik, maka terlebih dahulu akan dibahas dua jenis
muamalah:

a)    Al-Muamalah Al-Adabiyah

Yaitu muamalah yang ditinjau dari segi cara tukar-menukar


benda yang bersumber dari panca indera manusia, yang

8
unsur penegaknya adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban.
seperti jujur, hasud, dengki, dendam, dan lain sebagainya.

b)   Al-Muamalah Al-Madiyah

Yaitu muamalah yang mengkaji bagaimana cara tukar


menukar benda. Dengan kata lain, Al-Muamalah Al-Adabiyah
adalah aturan-aturan syara’ yang berkaitan dengan aktivitas
manusia dalam hidup bermasyarakat, ditinjau dari segi
subjeknya, yaitu mukallaf/manusia. Hal ini mengacu kepada
bagaimana seseorang dalam melakukan akad atau ijab qabul.
Apakah dengan rela sama rela (‘an taradlin minkum) atau
terpaksa, ada unsur dusta dan sebagainya. Pembagian atau
pembedaan tersebut ada pada dataran teoritis saja, karena
dalam prakteknya antara keduanya tidak dapat dipisahkan.

Abdul Wahab Khalaf merinci Fiqih muamalah ini sesuai


dengan aspek dan tujuan masing-masing sebagai berikut :

1.    Hukum Kekeluargaan (ahwal Al-Syakhsiyah) yaitu hokum


yang berkaitan dengan urusan keluarga dan
pembentukannya yang bertujuan mengatur hubungan suami
isteri dan keluarga satu dengan lainnya. Ayat Al-Qur’an yang
membahas tentang hal ini terdapat 70 ayat.

2.    Hukum Sipil (civic/Al-Ahkam Al-Madaniyah) yang


mengatur hubungan individu-individu serta bentuk-bentuk

9
hubungannya seperti : jual beli, sewa-menyewa, utang
piutang, dan lain-lain, agar tercipta hubungan yang harmonis
didalam masyarakat. Ayat Al-Qur’an mengaturnya dalam 70
ayat.

3.    Hukum Pidana (Al-Ahkam Al-Jinaiyah) yaitu hukum yang


mengatur tentang bentuk kejahatan atau pelanggaran dan
ketentuan sanksi hukumannya. Tujuannya untuk memelihara
kehidupan manusia, harta, kehormatan, hak serta membatasi
hubungan pelaku perbuatan pidana dan masyarakat.
Ketentuan ini diatur dalam 30 ayat Al-Qur’an.

4.    Hukum Acara (Al-Ahkam Al-Murafaat) yaitu hukum yang


mengatur tata cara mempertahankan hak, dan atau
memutuskan siapa yang terbukti bersalah sesuai dengan
ketentuan hukum. Hukum ini mengatur cara beracara
dilembaga peradilan, tujuannya untuk mewujudkan keadilan
dalam masyarakat. Ayat Al-Qur’an yang mengatur masalah
ini ada 13 ayat.

5.    Hukum Ketatanegaraan (Al-Ahkam Al-Dusturiyah)


berkenaan dengan sistem hukum yang bertujuan mengatur
hubungan antara penguasa (pemerintah) dengan yang
dikuasai atau rakyatnya, hak-hak dan kewajiban individu dan
masyarakat yang diatur dalam 10 ayat Al-Qur’an.

6.    Hukum Internasional (Al-Ahkam Al-Duwaliyah) mengatur


hubungan antar negara Islam dengan negara lainnya dan
hubungan warga muslim dengan nonmuslim, baik dalam

10
masa damai, atau dalam masa perang. Al-Qur’an
mengaturnya dalam 25 ayat.

7.    Hukum Ekonomi (Al-Ahkam Al-Iqtisadiyah wa Al-


Maliyah). Hukum ini mengatur hak-hak seorang pekerja dan
orang yang mempekerjakannya, dan mengatur sumber
keuangan negara dan pendistribusiannya bagi kepentingan
kesejahteraan rakyatnya. Diatur dalam Al-Qur’an sebanyak
10 ayat. 

Sedangkan beberapa hal yang termasuk ke dalam ruang


lingkup muamalah yang bersifat Al-Madiyah adalah sebagai
berikut :

1.    Jual-beli ( Al-Bai’ Al-Tijarah )

Jual-beli merupakan tindakan atau transaksi yang telah di


syari’atkan dalam arti telah ada hukumnya yang jelas dalam
Islam.

2.    Gadai ( Al-Rahn )

Definisi Al-rahn menurut istilah yaitu menjadikan suatu


benda yang mempunyai nilai harta dalam pandangan syar’a
untuk kepercayaan suatu utang, sehingga memungkinkan
mengambil seluruh atau sebagian utang dari benda itu.

3.    Jaminan dan tanggungan ( Kafalan dan Dhaman )

11
Dalam fiqh, kafalah diartikan menanggung atau
penanggungan terhadap sesuatu, yaitu akad yang
mengandung perjanjian dari seseorang di mana padanya ada
hak yang wajib dipenuhi terhadap orang lain, dan berserikat
bersama orang lain itu dalam hal tanggung jawab terhadap
hak tersebut dalam menghadapi penagih (utang).

4.    Pemindahan hutang ( Hiwalah )

Hiwalah (‫ )ﺍﻟﺤﻭﻟﻪ‬berarti pengalihan, pemindahan, berubah


kulit dan memikul sesuatu diatas pundah.Pemindahan hak
atau kewajiban yang dilakukan seseorang (pihak pertama)
kepada pihak kedua untuk menuntut pembayaran hutang
dari atau membayar hutang kepada pihak ketiga. Karena
pihak ketiga berhutang kepada pihak pertama. Baik
pemindahan (pengalihan) itu dimaksudkan sebagai ganti
pembayaran maupun tidak.

5.    Jatuh bangkrut ( At Taflis )

At Taflis adalah seseorang yang mempunyai hutang, seluruh


kekayaannya habis hingga tidak tersisa untuk membayar
hutang.

6.    Perseroan atau perkongsian ( al-Syirkah )

Syirkah (Perseroan) dibangun atas prinsip perwakilan


(wakalah) dan kepercayaan (amanah), karena masing-masing
pihak yang telah menanamkan modalnya dalam bentuk

12
saham kepada perseroan, berarti telah memberikan
kepercayaan kepada perseroan untuk mengelola saham
tersebut.

7.    Masalah-masalah seperti bunga bank, asuransi, kredit,


dan masalah-masalah baru lainnya.

3.   Prinsip-Prinsip Muamalah  dalam Mewujudkan


Kualitas Keimanan

Secara  etimologi  (tata  bahasa)  prinsip  adalah  dasar,


permulaan,  aturan
pokok.  Juhaya S. Praja memberikan pengertian prinsip
sebagai berikut:
permulaan, tempat pemberangkatan, titik tolak, atau al-
mabda. 
Dalam mewujudkan kualitas keimanan ada beberapa prinsip
untuk mewujudkannya, yaitu :

1.    Prinsip Tauhid

Ibnu Al-Utsaimin Rahimahullah memaparkan bahwa kata


“tauhid”, secara bahasa, adalah kata benda (nomina) yang
berasal dari perubahan kata kerja wahhada–yuwahhidu, yang
bermakna ‘menunggalkan sesuatu’. Sedangkan berdasarkan
pengertian syariat, “tauhid” bermakna mengesakan Allah
dalam hal-hal yang menjadi kekhususan diri-Nya. Kekhususan
itu meliputi perkara rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa
shifat. Tauhid terbagi menjadi tiga macam:

13
 Tauhid rububiyah.

Artinya, mengesakan Allah SWT dalam hal perbuatan-Nya,


seperti: mencipta, memberi rezeki, menghidupkan dan
mematikan, mendatangkan bahaya, memberi manfaat, dan
perbuatan lain yang merupakan perbuatan-perbuatan khusus
Allah subhanahu wa ta’ala.

 Tauhid uluhiyah.

Artinya, mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala dalam jenis-


jenis peribadahan yang telah disyariatkan, seperti: salat,
puasa, zakat, haji, doa, nazar, menyembelih, rasa harap,
cemas, dan takut.

 Tauhid asma’ wa shifat

Yaitu, menetapkan nama-nama dan sifat-sifat untuk Allah


SWT, sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Allah untuk
diri-Nya maupun yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW,
serta meniadakan kekurangan-kekurangan dan aib-aib yang
ditiadakan oleh Allah terhadap diri-Nya, dan segala yang
ditiadakan oleh Rasulullah SAW.

2.    Prinsip keadilan

Adil adalah salah satu prinsip dalam muamalah Islam. Prinsip


keadilan menjadi dasar dari muamalah dalam Islam karena
Islam adalah rahmatan lil’alamin bagi seluruh makhluk.
Dalam kenyataan, prinsip keadilan yang tidak diterapkan
dalam bermuamalah menyebabkan kesenjangan yang luar

14
biasa bagi pemilik modal dengan pekerjanya, kaum kaya
dengan kaum miskin dan penguasa dengan rakyatnya. 
Ketidak adilan menyebabkan rahmat Allah SWT tidak lagi bisa
terbagi secara merata di muka bumi. Rahmat Allah SWT
menjadi terkotak-kotak. Ada sebagian menikmatinya dengan
penuh kelimpahan tetapi di lain sisi ada yang tidak
mendapatkannya.

3.     Prinsip Persamaan

Dalam Al-qur’an surat ke 49 al-Hujurat ayat 13 :“Hai manusia,


sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara
kamu.  Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”.

4.    Prinsip Kemerdekaan dan Kebebasan

Dalam prinsip kebebasan ini menghendaki adanya agar


dalam melaksanakan muamalat tidak berdasarkan paksaan.
Contoh : dalam penikahan tidak adanya paksaan akan tetapi
setiap orang berhak dan bebas memilih calon untuk
pasangan hidupnya.

5.    Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Prinsip Amar Ma’ruf berarti hukum Islam digerakan untuk,


dan merekayasa umat manusia untuk menuju tujuan yang

15
baik dan benar yang di kehendaki dan diridhai Allah.
Sedangkan nahi munkar berarti fungsi sosial controlnya.
Salah satu contoh dari Amar Ma’ruf adalah menjalankan
sholat lima waktu. Sholat lima waktu adalah kewajiban umat
manusia yang harus selalu dijalankan setiap hari. Contoh dari
Nahi Mungkar adalah minum–minuman keras. hukuman dari
orang yang minum-minuman keras adalah apabila orang itu
sholat tidak akan diterima selama 40 hari.

6.     Prinsip Tolong Menolong

Prinsip tolong menolong dalam muamalat berarti bantu-


membantu antar sesama anggota masyarakat. Seperti
adanya jual-beli, pinjam-meminjam ataupun yang lainnya.

7.    Prinsip Toleransi

Toleransi yang dikehendaki oleh Islam ialah toleransi yang


menjamin tidak terlanggarnya hak-hak Islam dan umatnya.
Hukum Islam mengharuskan umatnya hidup rukun dan damai
di muka bumi ini tanpa memandang ras, dan warna kulit.

8.     Prinsip Musyawarah

Musyawarah (syûrâ) adalah sebuah perkara krusial yang


menjadi salah satu pondasi bagi para rabbâniyyûn hingga hari
ini, sebagaimana dulu musyawarah juga menjadi salah satu
prinsip yang selalu dijaga para "pewaris bumi".

Di dalam Al-Qur`an, musyawarah menjadi indikator


terpenting yang menunjukkan kualitas keimanan pada suatu

16
masyarakat serta menjadi karakter utama yang melekat pada
semua komunitas yang mempersembahkan hidup mereka
demi kejayaan agama Islam.

Sedangkan di dalam buku Muamalah Duniawiyah, prinsip


muamalah dalam mewujudkan kualitas keimanan yaitu :

a.    Setiap tindakan muamalah harus dilaksanakan atas dasar


prinsip tauhidullah, yaitu nilai-nilai ilahiyah/nilai-nilai
ketuhanan. prinsip tauhidullah ini juga berarti keseimbangan
lahir dan batin, serta dunia dan akhirat. Seluruh persoalan
duniawiyah yang dilakukan harus mempertimbangkan soal
ukhrowiyah.

b.     Harus berdasarkan akhlakul karimah. Yaitu melakukan


muamalah harus mengedapankan nilai-nilai moral luhur,
seperti yang dicontohakan Rasullullah SAW yaitu shidiq,
tabligh, amanah, fathanah, ridha, rahma, dan ukhuwah.

c.    Harus bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan bagi


manusia untuk agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.

d.   Harus halal dan thayyib. 

17
4.  Implementasi Muamalah dalam Kehidupan Sehari-
hari

Ibadah yang telah ditetapkan oleh Allah kepada manusia


tidak hanya mengenai ibadah kepada-Nya dengan selalu
beramal kepada Allah SWT, menaati perintah dan menjauhi
larangan-Nya, tetapi juga beribadah dengan jalan beramal
baik kepada sesama manusia. Hal inilah yang selanjutnya kita
kenal sebagai muamalat atau muamalah. Istilah muamalah
mengacu kepada suatu ibadah dengan cara berbuat dan
beramal baik sesama manusia lewat berbagai macam cara.
Istilah ini sangat berkaitan erat dengan hablum minannaas,
yaitu menjaga hubungan baik dengan sesama manusia.   

Manusia ditetapkan oleh Allah SWT sebagai makhluk paling


mulia dan diutus ke muka Bumi sebagai pemimpin atau
khalifah dan menjadi rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi alam
semesta. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak
dapat hidup tanpa adanya manusia lainnya. Untuk itu, Allah
telah menetapkan amal-amal yang harus dikerjakan manusia
untuk manusia lainnya, dan memang sudah menjadi kodrat
manusia untuk selalu berbuat dan berakhlak baik kepada
dirinya sendiri maupun manusia lainnya. Contoh muamalah
sangat lekat dalam kehidupan sehari-hari, bahkan pada saat
kita menunaikan ibadah yang bersifat hablum minallah,
seperti shalat. Pada saat kita memulai ibadah shalat,
melakukan takbiratul ihram, kita melafadzkan takbir “Allahu
Akbar”, Allah Maha Besar, suatu ucapan yang mengagungkan

18
dan membesarkan nama Allah SWT, sehingga hal ini
termasuk ibadah hablum minallah. Sedangkan ketika
mengakhiri shalat kita mengucapkan salam
“Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”, semoga
kamu selamat, rahmat, serta berkah Allah selalu
menyertaimu. Ucapan ini dapat diklasifikasikan sebagai
ucapan ibadah kepada sesama manusia karena salam
tersebut ditujukan kepada sesama muslim.

Dalam rukun Islam juga terdapat ibadah zakat yang harus


ditunaikan oleh seluruh umat Muslim yang mampu. Ibadah
ini Allah tetapkan sebagai wujud keharusan kepada manusia
agar memiliki kepedulian sosial terhadap manusia lainnya.
Selain itu, Islam juga mengenal sistem ekonomi yang
berlandaskan syariat Islam yang mengharamkan riba’
sehingga tidak membebani orang-orang yang kurang mampu,
sistem ekonomi ini dikenal dengan sebutan sistem ekonomi
syariah atau sistem ekonomi muamalah. Contoh-contoh
memperlihatkan bahwa ibadah muamalah tak dapat
dilepaskan dan dipisahkan dari keseharian umat manusia.
Secara sosial, manusia-manusia sebagai anggota masyarakat
akan memiliki peranan, tugas, dan kewajibannya masing-
masing bergantung kepada kapasitas anggota masyarakat
tersebut. Peranan perseorangan dalam mewujudkan
kewajibannya di dalam masyarakat merupakan cerminan
amal ibadah seseorang terhadap masyarakat atau manusia
lainnya. Dengan kata lain, dengan menunaikan kewajibannya
di masyarakat, seseorang telah beribadahmuamalah.

19

Anda mungkin juga menyukai