Anda di halaman 1dari 52

PENDEKATAN DIAGNOSIS

PADA ANEMIA - II
dr. Yvonne Marthina, SpA
1
April 20, 2019
II
ANEMIA AKIBAT DESTRUKSI
ERITROSIT BERLEBIHAN
Thalassemia, Anemia Hemolitik
2
April 20, 2019
• Prinsip dasar suatu anemia hemolitik adalah penurunan RBC
survival <120 hari, baik melalui mekanisme intacorpuscular
(kelainan membran, enzim atau Hb), atau secara
extracorpuscular (melalui mekanisme imunologis maupun non
imunologis).

• Pendekatan diagnostik terhadap anemia hemolitik meliputi:


1. Evaluasi terhadap manifestasi klinis yang sugestif proses
hemolitik
2. Pemeriksaan laboratorium sugestif proses hemolitik
3. Pemeriksaan hematologi khusus untuk memastikan penyebab
terjadinya hemolisis secara tepat

Pendekatan Diagnostik pada


Anemia Hemolitik 3
April 20, 2019
• Etnis tertentu:
• Etnis afrika-amerika ≈ karier gen sickle sel anemia
• Etnis mediteranian ≈ thalassemia
• Etnis Yahudi ≈ defisiensi G6PD
• Usia: ikterus pada neonatus memiliki diferensial diagnosis yang
berbeda dengan ikterus pada anak
• Riwayat anemia, ikterus dan batu empedu pada keluarga
• Riwayat anemia dan hemoglobinuria setelah eksposur terhadap
obat tertentu
• Anemia yang persisten atau berulang disertai retikulositosis
• Anemia yang tidak responsif terhadap zat besi
• Persisten hiperbilirubinemia indirek
• Multiple gallstone
• Splenomegali

1. Manifestasi Klinis Sugestif


Proses Hemolitik 4
April 20, 2019
• Bukti percepatan katabolisme Hb akibat RBC survival
memendek:
1. Bilirubin indirek ↑
2. LDH serum ↑
3. Hemoglobinuria
4. Plasma haptoglobin ↓ (normal 128 ±25 mg/dL)
5. Hemosiderinuria
6. Urobilinogen feses dan urin ↑

• Bukti peningkatan eritropoiesis:

2. Pemeriksaan Laboratorium
sugestif Proses Hemolitik 5
April 20, 2019
• Bukti peningkatan eritropoiesis:
1. Retikulositosis
2. Normoblast di darah tepi ↑  MCV ↑ dan RDW ↑
3. MDT seri erytroid yang abnormal: sickle cell, target sel,
basofilic stippling, akantosit, sferosit, eliptosit, fragmented cell.
4. Hiperplasia eritroid di sumsum tulang
5. Ekspansi sumsum tulang akibat hemolisis kronik:
• Os frontale prominent
• Tulang pipi melebar
• Ruang intratrabekular melebar
• Os vertebrae bikonkaf

2. Pemeriksaan Laboratorium
sugestif Proses Hemolitik 6
April 20, 2019
1. Corpuscular defects
A. Membrane defects:
• MDT: sferosit, ovalosit, pyknosit, stomatosit
• Osmotic fragility
• Autohemolysis
B. Hemoglobin defects:
• MDT: sickle cell, target cells
• Sickling test
• Hb elektroforesis
C. Enzyme defects:
• Screening test for enzyme deficiencies
• Specific enzyme assays
2. Extracorpuscular Defects
• Direct antiglobulin test: IgG, C3 complement, both IgG and C3
3. Serological testing for unusual imune defects
• IgA induced hemolysis
• Flow cytometric analysis of red cells monoclonal antibodies

3. Pemeriksaan Laboratorium spesifik


untuk menegakkan Etiologi An. Hemolitik 7
April 20, 2019
II. 1
ANEMIA HEMOLITIK EC
CORPUSCULAR DEFECTS
8
April 20, 2019
ANEMIA HEMOLITIK ec CORPUSCULAR DEFECTS

I. MEMBRAN DEFECTS II. ENZYME DEFECTS IV. CONGENITAL


1. Hereditary spherocytosis 1. G6PD Deficiencies DYSERYTHROPOIETIC
2. Hereditary elliptocytosis 2. 2,3-DPG mutase ANEMIA
3. Hereditary 3. Phospoglycerate kinase Tipe 1–4
stomatocytosis 4. Pyruvat kinase
5. ATP deficiencies

III. HEMOGLOBIN DEFECTS


A. Heme: Congenital erythropoietic porphyria
B. Globin:
1. Qualitative: Hemoglobinopathies, (eg.
Sickle cells anemia)
2. Quantitative: α- dan β- Thalassemia

Etiologi Anemia Hemotik ec


Corpuscular Defects 9
April 20, 2019
HEREDITARY SPHEROCYTOSIS
10
April 20, 2019
• 75% kasus diturunkan secara
autosomal dominan;
25% lainnya disebabkan oleh carrier
state dan de novo mutation

• Insidens tertinggi di
Kaukasian 1:5000
• Patofisiologi: kelainan genetik
membran protein eritrosit
(spectrin)

Hereditary Spherocytosis
• Temuan klinis + lab:
• Splenomegali
• Anemia hemolitik kronis
• Sferosit pada gambaran darah tepi
• Terapi:
• Splenektomi
• Suplementasi asam folat 1 mg/hari.

Hereditary Spherocytosis
G6PD DEFICIENCY
13
April 20, 2019
• G6PD berfungsi mereduksi NADP (glucose-6-
fosfat oksida) melalui proses detoksifikasi
radikal-radikal bebas dan peroksida

• Diturunkan melalui kromosom Sex


• Terjadi pada >200 juta jiwa

Defisiensi Glucose-6-Phosphate
Dehydrogenase (G6PD)
• Patofisiologi:
• Anemia hemolitik terjadi pada saat stress (infeksi
atau obat/makanan) yang meningkatkan respon
oksidasi dalam tubuh.
• Hb tereduksi membentuk Heinz bodies yang
menempel diluar eritrosit sehingga menyebabkan
hemolisis.

Defisiensi Glucose-6-Phosphate
Dehydrogenase (G6PD)
• Manifestasi klinis:
• Drug induced hemolitik: terutama dialami oleh
etnis Africa-American berupa acute self limiting
hemolytic anemia dengan Hb-uria. Diantara
episode serangan, Hb umumnya normal.

• Favasim: umumnya terjadi pada etnis


Mediteranian dan Cantonese; dapat menyebabkan
hemolisis akut yang life threatening dan
membutuhkan tranfusi segera.

Defisiensi Glucose-6-Phosphate
Dehydrogenase (G6PD)
• Manifestasi klinis:
• Neonatal jaundice: biasanya terjadi pada etnis
Mediteranian dan Cantonese. Bayi nampak pucat
dan ikterik, dark urine (+).
• Non-Spherocytosis Hemolytic Anemia (NSHA):
muncul sporadis, tingkat keparahan bervariasi,
retikulositosis, autohemolisis meningkat, sedikit
ikterik, splenomegali ringan

Defisiensi Glucose-6-Phosphate
Dehydrogenase (G6PD)
18
April 20, 2019
19
April 20, 2019
• Terapi:
• Pencegahan terhadap eksposur
• Edukasi terhadap keluarga, terutama mengenai diet anak dan
tanda klinis krisis hemolitik (dark urine, lethargy, fatigue,
jaundice).
• Tranfusi PRC pada Hb <7 g/dL atau persistent Hb-uria dengan Hb
<9 g/dL.
• Khusus untuk tipe NSHA:
• tranfusi PRC untuk mempertahankan Hb 8–10 g/dl + kelasi besi.
• Splenektomi diindikasikan jika terjadi hipersplenism atau anemia berat
yang kronis.
• Konseling genetis

Defisiensi Glucose-6-Phosphate
Dehydrogenase (G6PD) 20
April 20, 2019
THALASSEMIA
21
April 20, 2019
• Merupakan anemia herediter yang ditandai
oleh defisiensi pembentukan rantai globin
spesifik. Secara klinis ditandai oleh
hematopoiesis yang tidak efektif dan
peningkatan hemolisis.

• Tiap molekul Hb, merupakan suatu tetramer


yang terdiri atas 2 macam rantai globin.
Hb A tetramer
• Sintesis rantai globin α ditentukan oleh 4
gen (2 gen pada tiap kromosom 16).

• Thalassemia dibedakan menjadi:


• Thalassemia α (defisiensi rantai α)
• Thalassemia β (defisiensi rantai β)

Thalassemia 22
April 20, 2019
Sintesis rantai Globin
• Etiologi: delesi 1 gen atau lebih α- globin:
• Delesi 1 gen: silent carrier
• Delesi 2 gen: trait
• Delesi 3 gen: Hb H disease
• Delesi 4 gen: hydrops fetalis  tidak ada sintesis Hb A dan
Hb F  meninggal in utero atau segera setelah lahir

• Epidemiologi: Banyak diturunkan di etnis-etnis Asia


tenggara dan Afrika.

Thalassemia Alfa 24
April 20, 2019
• Tidak adanya 1-2 rantai α
• Sering X
a2 a1 a2 a1 X
a2 a1

• Asimptomatik – anemia ringan a2 a1 XX


a2 a1 X
a2 a1

• Tidak membutuhkan terapi

• Tidak adanya 3 rantai α (Hb H disease)


• Anemia mikrositik hipokrom (Hb 7-10) X
a2 a1

• Splenomegali XX
a2 a1

• Terdeteksi Hb H (β4) dan Hb Barts (δ4) 25%

• Tidak adanya 4 rantai α (Hydrops Fetalis)


• Tidak ada sintesis Hb A dan Hb F XX
a2 a1

• Non-viable XX
a2 a1

• Hb Barts (δ4) 80–100%

Thalassemia Alfa: Gejala Klinis


• Etiologi: mutasi titik pada 1-2 gen β-globin pada
kromosom 11

• Epidemiologi: banyak ditemukan di etnis-etnis


Mediteranian, Asia Tenggara dan Asia Timur.

• Secara genetis, β-Thalassemia dibedakan menjadi:


• βᵒ-thalassemia: sintesis rantai β tidak terdeteksi karena
mRNA-nya tidak terdeteksi
• β+-thalassemia: sintesis rantai β berkurang karena jumlah
mRNA-nya berkurang atau tidak berfungsi.

Thalassemia Beta 26
April 20, 2019
Defek sintesis rantai β  peningkatan eritropoiesis yang tidak
efektif  menyebabkan:
• Banyak eritoblast dihancurkan prematur
• Osteoporosis akibat ekspansi sumsum tulang
• Hepatomegali akibat hematopoiesis extramedular
• Rantai α diproduksi berlebihan  presipitasi intravaskular
• Dilated cardiomyopathy akibat anemia berat
• Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

Thalassemia Beta: Patofisiologi


• Anamnesis: pucat, gangguan pertumbuhan,
riwayat keluarga (+)
• PF:
• tampak anemis/pucat, ikterik
• Abnormal facies (prominence of malar
eminences, frontal bossing, depression of
nasal bridge, exposure to upper central teeth
• Hepatosplenomegali tanpa limfadenopati
• Gizi kurang/buruk
• Perawakan pendek
• Hiperpigmentasi kulit
• Pubertas terlambat, amenorea primer akibat
anemia kronis dan hemosiderosis

Thalassemia Beta: Klinis 28


April 20, 2019
• Lab:
• Anemia berat (Hb <4 g/dL) dengan gambaran mikrositik
hipokrom dan hemolisis (anisopoikilositosis, normoblast, sel
target, fragmentosit), RDW ↑, dapat terjadi lekopenia dan
trombositopenia akibat hipersplenism.
• Retic count ↑,
• Hb elektroforesis: Hb F atau HbA2 ↑
• Pungsi sumsum tulang: aktivitas eritropoiesis ↑ (eritroid
hiperplasia), mungkin megaloblastik akibat defisiensi folat.
• Fragilitas osmotik menurun
• Serum feritin meningkat

Thalassemia Beta: Laboratory Findings 29


April 20, 2019
• Lab Biokimia:
• Bilirubin indirek meningkat
• Disfungsi hati (lambat, terutama
saat terjadi sirosis hepatis)
• Disfungsi endokrin (GDS
meningkat, hipogonadism 
estrogen dan testosteron rendah,
hipotiroidism (TSH ↑)

• Cranial Xray: hair on end appearance

DD/: hemoglobinopati, anemia defisiensi besi, anemia


diseritropoietik kongenital

Thalassemia Beta: Laboratory Findings 30


April 20, 2019
1. Hiperplastik sumsum tulang (ekspansi sumsum tulang dengan
penipisan korteks tulang)  osteoporosis
2. Absorbsi Fe meningkat dan terjadi Iron Overload (terutama akibat
tranfusi berulang)  hemosiderosis
• Sirosis hepatis
• Gangguan endokrin (DM, hippotiroidism, hipogonadism,
hipoparatiroidism, hipopituitarism)
• Hiperpigmentasi kulit
• Hemokromatosis jantung  cardiomyopati  aritmia dan gagal jantung
3. Hipersplenism:
• Plasma volume expansion
• Shortened red cell life
• Leukopenia dan trombositopenia

Thalassemia Beta: Komplikasi 31


April 20, 2019
• Diit rendah besi dengan gizi seimbang

• Tranfusi PRC 10–15 mL/kgBB setiap 4 mggu untuk


mempertahankan kadar Hb >10 mg/dL
• Tranfusi pertama diberikan saat Hb <7 g/dL pada 2 kali
pemeriksaan berselang waktu 2 minggu atau Hb <7 g/dL
disertai gejala klinis
• Jika Hb <5 g/dL atau pernah ada kelainan jantung, tranfusi PRC
diberikan 5 mL/kgBB/kali disertai furosemid 1–2 mg/kgBB IV.

• Transplantasi sumsum tulang

Thalassemia Beta: Terapi 32


April 20, 2019
• Terapi kelasi besi diberikan jika feritin >1000 ng/mL dan
saturasi transferin > 50% atau sudah 10–20 kali tranfusi.

• Terapi kelasi besi:


• Desferioksamin 30–50 mg/kgBB/hari, 5–7 kali/minggu SK
selama 8–12 jam dengan syringe pump. KI: wanita hamil.
• Deferipron 75–100 mg/kg/hari dibagi 3 dosis pc
• Deferasiroks 20–30 mg/kg/hari dosis tunggal

• Terapi kombinasi desferioksamin dan deferipron


diberikan pada keadaan:
• Feritin >3000 ng/mKL yang bertahan selama 3 bulan
• Kardiomiopati akibat kelebihan besi

Thalassemia Beta: Terapi 33


April 20, 2019
34
April 20, 2019
• Terapi splenektomi: dilakukan jika terdapat
hipersplenisme atau jarak pemberian tranfusi semakin
pendek.

• Terapi suportif lain:


• Asam folat 1 x 1 mg/hari
• Vit E 2 x 200 IU/hari
• Vit C 2–3 mg/kg/hari (maksimal 200 mg/hari)
• Suplementasi Ca dan vit D daily
• Imunisasi EPI lengkap

Thalassemia Beta: Terapi 35


April 20, 2019
• Monitoring pasien (follow up):
• 1x/bulan: CBC; dan fungsi hati+ginjal jika mendapat deferasirox
• Setiap 3 bulan: pemeriksaan antropometri, periksa feritin, LFT
• Setiap 6 bulan: PF lengkap termasuk Tanner staging, monitor
tumbuh kembang, pemeriksaan gigi
• 1x/tahun: fungsi jantung, endokrin dan oftamologi, viral serologi,
uji densitas tulang, psikososial support

• Penyebab kematian:
1. Gagal jantung kongestif
2. Aritmia jantung
3. Sepsis akibat peningkatan risiko infeksi post splenektomi
4. Multiple organ failure akibat hemosiderosis

Thalassemia Beta: Prognosis 36


April 20, 2019
• Klinis:
• Hb terjaga 7–10 mg/dL, tidak memerlukan tranfusi
• Ekspansi medular (+)  hepatosplenomegali dan anomali wajah (+)
• Risiko hipertensi pulmonal dan trombosis meningkat

• Terapi:
• Asam folat 1 mg/hari po
• Diet rendah besi
• Kelasi besi jika saturasi transferin ≥70% atau feritin >1000 ng/nL
• Evaluasi jantung, endokrin, densitas tulang 1x/tahun
• Tranfusi PRC hanya pada keadaan aplastic crises/infeksi akut (Hb <7
g/dL)

Thalassemia Beta intermedia 37


April 20, 2019
• Klinis:
• Asimptomatik (PF normal)
• Anemia mikrositik ringan ditemukan pada pemeriksaan darah rutin,
RDW normal, basofilic stippling (+)
• Kasus terkonfirmasi dengan Hb elektroforesis

Thalassemia Beta Minor 38


April 20, 2019
SICKLE CELL ANEMIA
39
April 20, 2019
• Merupakan kelainan Hb
yang paling sering
ditemukan pada etnis
African-American
(insidens Hb S trait 8%
populasi).

• Mutasi rantai globin


beta-6 (6 Glu  Val)

• Diturunkan secara
autosomal resesif

Sickle Cell Anemia


• Genotip homozigot (2 gen abnormal, SS) tidak
mensintesa Hb A  setelah masa infant, 75% Hb adalah
Hb S.

• Genotip heterozigot (1 gen abnormal) = sickle sel trait,


mempunyai Hb S 20–45%.

• Secara polymorphism, sickle sel trait mempunyai


perlindungan selektif terhadap malaria P. falciparum.

• Dapat terjadi pada individu yang sama dengan α-


thalassemia  lebih anemic.

Sickle Sel Anemia 41


April 20, 2019
• Manifestasi Klinis:
• Anemia sedang-berat pada SS dan S-βᵒ thalassemia, anemia
ringan pada SC atau S-β+ thalassemia.
• MCV normal pada SS, menjadi mikrositik jika concomitant
dengan thalassemia
• Retikulositosis
• Umumnya neutropenia, thrombosit N/↑
• MDT setelah masa infant menunjukkan polikromasi, nRBC,
dan target sel. Howel-Jolly bodies mengindikasikan
hypersplenism.
• LED rendah
• Hb elektroforesa: Hb S bermigrasi lebih lambat dari HbA

Sickle Sel Anemia 42


April 20, 2019
• Komplikasi:
• Vaso-Occlusive pain Event (VOE): demam,
eritema, bengkak dan nyeri fokal pada
tulang
• Acute chest syndrome (demam, batuk, nyeri
dada, takipnea, hypoxemia, wheezing) 
penyebab kematian tersering; insidens 24%,
terutama pada SS.
Etiologi: infeksi (tersering Mycoplasma,
Chlamidia), infark, atau emboli lemak.
• Stroke infark
• Priapism. Insidens 30-45% kasus, terutama
pada SS.
• Splenic sequestration
• Transient pure red cell aplasia

Sickle Cell Anemia


• Terapi:
1. Pencegahan dengan konseling genetik
2. Profilaksis infeksi: penisilin p.o sejak usia 3-4 bulan
seumur hidup.
• Usia <3 tahun 2 x 125 mg,
• Usia >3 tahun, 2 x 250 mg
3. Imunisasi lengkap EPI (termasuk PCV dan Hib) hingga
booster.
4. Tranfusi PRC pada kondisi akut/kronis atas indikasi
5. Induksi fetal Hb (Hb F) >20% dengan pemberian
hydroxyurea

Sickle Cell Anemia 44


April 20, 2019
• Sickle Cell Trait (heterozygous form) AS: umumnya
asimptomatik; pada MDT ditemukan sedikit target sel,
Hb elektroforesa: AS pattern (Hb A 55-60%, Hb S 35-
45%)

• Jenis-jenis hemoglobinopati yang lain:


• Hb C
• Hb E (lysin  glu di kromosom 26)
• Hb H (β4)
• Hb Barts (δ4)

Sickle Cell Anemia 45


April 20, 2019
II. 2
ANEMIA HEMOLITIK EC EXTRA-
CORPUSCULAR DEFECTS
46
April 20, 2019
Anemia Hemolitik

Corpuscular Non-corpuscular

Sferositosis Autoimmune Hemolytic Anemia


Defisiensi G6PD Microangiopathic Hemolytic Anemia
Sickle Cell Anemia Infeksi
Thalassemia -
+
Coomb’s Test
Immune mediated
Autoimmune Hemolytic Anemia
hemolytic anemia
Non-Immune Microangiopathic Hemolytic Anemia
mediated Infection

ANEMIA HEMOLITIK
Uji antiglobulin direk
+
Anti-C3d
Patients RBCs Anti-IgG

Uji antiglobulin indirek

+ +
Patients serum RBCs Anti-IgG

Anti-Globulin (Coombs) Test


• Warm antibodies (Dimediasi IgG)
• Primer 45%
• Sekunder 40%
• Penyakit limfoproliferatif
• Connective tissue disease
• Penyakit infeksi
• Obat-obatan 15%

• Laboratory testing
• Anemia normositik / makrositik
• Sferositosis pada gambaran darah tepi

Autoimmune Hemolytic Anemia


• Terapi:
• Terapi penyakit primernya
• Prednison 1 mg/kg/day x 2 mggu  taper off
• Splenektomi
• Immunosuppressive agents (Rituximab)
• IVIG

• Tatalaksana menyerupai tatalaksana ITP

Autoimun Hemolitik Anemia


• Microangiopathic Hemolytic Anemia  DD/:
• Thrombotic thrombocytopenic purpura (TTP)
• Hemolytic uremic syndrome (HUS)
• Disseminated intravascular coagulation (DIC)
• Vasculitis
• Malignant hypertension
• Metastatic neoplasm with vascular invasion
• Preeclampsia/HELLP syndrome of pregnancy

• Infeksi

Non-immune-mediated Hemolytic Anemia


Selamat Belajar!

Anda mungkin juga menyukai