Anda di halaman 1dari 51

Asuhan keperawatan

pada pasien dengan


anemia
ISS 7
outline
1. Pengertian Anemia
2. Tanda Dan Gejala
3. Kriteria Anemia
4. Derajat Anemia
5. Prefeverensi Anemia
2018
6. Patofisiologi Anemia
7. Klasifikasi Anemia
8. Asuhan Keperawatan
9. Telaah Jurnal
PENGERTIAN ANEMIA
Anemia adalah suatu
keadaan dimana terjadi
penurunan jumlah sel darah Istilah anemia mendeskripsikan keadaan
merah yang mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah atau
penurunan jumlah hemoglobin konsentrasi hemoglobin dibawah nilai
dan hematokrit di bawah 12 normal. Sebagai akibat dari penurunan
2018
g/dL. (Festy Trisnia Ndun, ini, kemampuan darah untuk membawa
2018) oksigen menjadi berkurang sehingga
ketersediaan oksigen untuk jaringan
mengalami penurunan.
TANDA DAN GEJALA
• Tanda dan gejala pada umumnya
ANEMIA
1. Pasien yang biasanya aktif lebih berat mengalami gejala dibandingkan dgn orang
yang tenang
2. Pasien dengan hipotiroidisme dengan kebutuhan oksigen yang rendah bisa tidak
bergejala sama sekali, tidak takikardia pada kadar hemoglobin di bawah 10 g/dl.
3. Pada penderita anemia sel sabit, akan mengalami krisis nyeri.
4. Pada orang yang mengalami anemia cukup lama dengan kadar Hb antara 9 dan 11
mg/dl, hanya mengalami sedikit gejala bahkan bisa tidak sama sekali selain
takikardia saat latihan.
5. Jika mengalami penurunan Hb secara cepat sebanyak 30%, maka akan mengalami
kolaps vaskuler. (Sweltzer. Suzanne C., 2001)
Sambungan…

Terdapat 5 L ( Lemah< Letih, Lesu, Lelah dan Lalai ). Selain


itu sering juga didapat keluhan seperti mata berkunang-kunang
dan pusing, pucat pada mukosa kelopak mata, bibir, lidah, kulit,
dan telapak tangan.

(Prasetya, dkk. 2019)


KRITERIA ANEMIA
Laki-laki : Hb <13 g/dL
Kadar Hemoglobin Dan
Kriteria Anemia Wanita dewasa: Hb <12 g/dL

Wanita hamil : Hb <11 g/dL

Ringan sekali: Hb 10 g/dL sd batas normal


Anak umur 6-14 th: Hb <12 g/dL

Ringan: Hb 8 g/dL sd 9,9 g/dL Anak umur 6 bulan-6th: Hb <11 g/dL

Sedang: Hb 6 g/dL sd 7,9 g/dL

Berat: Hb <6 g/dL


DERAJAT ANEMIA
MENURUT WHO 2017 MENURUT WHO 2017 MENURUT WHO 2017

Derajat 0 (nilai normal) Derajat 1 (ringan) dengan Derajat 2 (sedang) dgn


dengan kadar kadar hemoglobin 9,5 - kadar hemoglobin 8,0 -
hemoglobin > 11.0 g/dl 10,9 g/dl 9,4 g/dl

MENURUT WHO 2017

Derajat 3 (berat) dengan kadar


hemoglobin 6,5 - 7,9 g/dl dan
Derajat 4 (mengancam jiwa) dengan
kadar hemoglobin < 6,5 g/dl
PREVELENSI ANEMIA
World : 24,8 %

Preschool Children : 293 million

Pregnant Woman : 56 million

Non- Pregnant : 468 million


Sumber: Journal Prevalence of
Anemia and its Associated Risk
Bayi dengan asi ekslusif : 17% Factors Among 6-Months-old
Bayi dengan makanan Campuran : 4,4-6,1% Infants in Beijing, (2019)
Departement of Pediatrics.
PATOFISIOLOGI
KLASIFIKASI ANEMIA
1. Anemia Defisiensi besi

Yaitu anemia yang disebabkan oleh


kekurangan zat besi (Fe) dalam darah. • Manisfestasi klinis
• Etiologi  perubahan kulit dan mukosa yang progresif
 Umumnya disebabkan karena pendarahan seperti tidak halus,keilosis,dan malnutrisi.
kronik.  palpitasi, cepat lelah, pucat, sakit kepala.
 Infeksi cacing tambang
 diet yang tidak mencukupi • Pemeriksaan penunjang
 absorpsi yang menurun untuk mendiagnosis ankilostomiasis perlu
 kebutuhan yang meninggkat pada laktasi melakukan pemeriksaan tinda,untuk mengetahui
 pendarahan pada saluran cerna,mentruasi, berat indeksi perlu dihitung jumlah telur per
donor darah gram tinja
 hemoglobinuria • Penatalaksanaan
 Mengatasi penyebab pendarahan kronik.
 pemberian preparat Fe.
2. Anemia Pada penyakit Kronik

yaitu disebabkan karena sekuestrasi zat besi


dalam sel mengalami peradangan.
• Etiologi
 penyakit ini banyak berhubungan dengan
infeksi; ginjal, paru
 inflamasi kronik
 neoplasma •Pemeriksaan penunjang
• Manifestasi klinis  pemeriksaan sumsung tulang
 kadar feritin dalam serum birmal atau Penatalaksanaan
meningkat.  terapi pada penyakit dasar.
 kadang-kadang ditemukan hipoplasia  transfusi darah merah pada
eritropoesis dan defek dalam hemoglobinisasi. anemia yang mengancam jiwa.
 berkuranganya sideroblas dalam sumsun tulang.  Pemberian kobalt dan
artiropoeitin.
3. Anemia pernisiosa

Yaitu Anemia yang disebabkan akibat


kekurangan vitamin B12 karena gangguan
absorpsi vitamin dan peradangan lambung.
• Etiologi Manifestasi klinis
 Memiliki kondisi autoimun atau penyakit  adanya anoraksia, diare,dispepsia,lidah
usus tertentu. licin,pucat, dan terjadinya gangguan
 Pernah mengalami pengangkatan lambung neurologis. 
atau usus. • Pemeriksaan penunjang
 Vegetarian yang ketat dan tidak  gambaran sumsum tulang megaloblastik.
mengonsumsi vitamin B12. • Penatalaksanaan
 Pemberian vitamin B12 1.000 mg/hari ini
selama 4-7 hari, 1 kali tiap bulan.
4. Anemia Defiensi Asam Folat

Yaitu anemia yang umumnya berhungan dengan malnutrisi,juga


berhubungan dengan sirosis hepatis.
• Etiologi
 alkoholisme, jarang makan sayur, malnutrisi.
• Manifestasi klinis
 Sariawan dan keolisis
• Pemeriksaan penunjang
 pemeriksaan kadar folat sel darah merah kurang dari 130 mg/hari.
• Penatalaksanaan
pemberian/ suplemenasi asam folat oral 1 mg/hari.
5. Anemia karena perdarahan

Yaitu pengeluaran darah yang terjadi baik


sedikit-sedikit atau cukup banyak, sehingga
terjadinya penurunan kadar Hb beberapa hari
kemudian.
• Etiologi
 Perdarahan massif kecelakaan, operasi,
Pemeriksaan penunjang
persalinan, perdarahan saluran cerna (kronik).
 Perdarahan pada saluran cerna akan
• Manifestasi klinis
memberi hasil + pada tes benzidin dari
 Muka pucat, eritrosit dan Hb menurun, mata
tinja.
berkunang-kunang, telinga berdenging, jantung
• Penatalaksanaan
berdebar.
 mengatasi perdarahan.
 transfusi darah.
 pemberian cairan infus.
 pemberian preparat Fe.
6. Anemia Hemolitik
Yaitu terjadinya penurunan usia sel
darah merah, sehingga akan terjadi anemia
apabila sumsum tulang tidak mampu
mengatasinya.
• Etiologi Manifestasi klinis
a. Faktor intrinsik -Tanda-tanda hemolisis seperti ikterus dan
- kelainan membran, kelainan glikolisis, splenomegaly.
kelainan enzim. • Pemeriksaan penunjang
-hemoglobinopati. -Penurunn kadar Ht, retikulositosis, peninggian
bilirubin indirek dalam darah.
b. Faktor ekstrinsik Penatalaksanaan
Gangguan sistem imun, mikroangiopati, - Bila karena reaksi toksikimunologik, dapat
infeksi, hiperplenisme, luka bakar. diberikan kortikosteroid atau jika perlu dilakukan
splenektomi.
- Atau berikan obat-obat sitostatik, seperti
klorambusil dan siklofosfamid.
7. Anemia Hemolitik Auotoimun

Yaitu kelainan darah dimana autoantibodi


Ig G yang dibentuk terikat pada membran sel
darah merah.
• Etiologi
-Peningkatan kerusakan SDM, pasca infeksi Pemeriksaan penunjang
virus, tumor, lupus. - Ditemukan ikterus dan splenomegaly pada
• Manifestasi klinis pemeriksaan fisik.
- Fatigue disertai angina atau gagal jantung - Retikulositosis dan sferositosis dapat terlihat
kongestif. pada pemeriksaan hapusan darah tepi.
• Penatalaksanaan
- Splenektomi.
- Terapi jenis obat imunosupresif.
- Pemberian imunoglobulin dosis tinggi IV
untuk mengontrol hemolisis.
8. Anemia Aplastik

Yaitu terjadi penurunan sel prekursor dalam


sumsum tulang dan pergantian sumsum tulang
dengan lemak.

• Etiologi
 Ketidaksanggupan pembuatan sel darah oleh Pemeriksaan penunjang
sumsum tulang (kerusakan pada sumsum tulang).  Pemeriksan darah lengkap, hitung
 Penggunaan obat-obatan, bahan kimia, atau deferensial dan hapusan darah tepi.
kerusakan radiasi.  Melakukan tes faal ginjal dan faal hati.
Manifestasi klinis • Penatalaksanaan
 Lemah, pucat, mungkin timbul purpura.  Transplantasi sumsum tulang.
 Pemberian terapi imunosupresif dengan
globulin antitimosit (ATG).
ASUHAN KEPERAWATAN

Ny.A 32 tahun datang ke RS dengan keluhan sakit kepala, sesak nafas, lemas, dan
cepat lelah saat beraktivitas. Pasien mengatakan merasa mual dan nafsu makan
berkurang serta berat badannya sebelum sakit adalah 51kg. Pasien tampak menahan
rasa sakit, wajah pucat, mukosa bibir kering dan tangan tampak pucat, konjungtiva
tampak pucat dan di bagian sudutnya tampak bercak berwarna pucat keputihan.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, diperoleh data TD: 90/60, T: 36C, HR:
89x/menit, RR: 27x/menit, (Hb; 9 g/dL, Zat Besi; 3mg) Tb; 161cm, BB: 48kg
Pengkajian
A. Biodata

Nama : Ny. A
No. RM : 65329
Umur : 32th
Penanggung Jawab
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Semarang
Nama : Tn. B
Agama : Islam
Telepon : 09876543211
Suku : Jawa
Hubungan dengan
Pendidikan : SLTA
pasien : Suami
Pekerjaan : Jurnalis
70%
Golongan Darah : O
Keluhan Utama
Saat masuk RS
Ds: Sakit kepala, sesak nafas, lemas, cepat lelah saat beraktivitas.
Nafsu makan berkurang, dan BB menurun, mual, lemah.

Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien tidak ada menderita penyakit sebelumnya

Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga pasien tidak memilii riwayat penyakit
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum
Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
TD : 90/60 mmHG (Hipotensi)
T : 36C
N : 89x/menit
RR : 27x/menit (abnormal)

•Inspeksi :
• Sistem penglihatan posisi mata : simetris, konjungtiva pucat, pada bagian
sudutnya tampak bercak putih pucat
• Sistem Pencernaan : Keadaan mulut mukosa bibir tampak pucat, mual,
nafsu makan kurang.
• Sistem integumen : Turgor kulit lambat, kulit pucat
• Thoraks/ Dada : pergerakan dada cepat , pernafasan ronchi
Pemeriksaan Fisik
•Perkusi:
Sistem pencernaan abdomen : Hipertimpani
Thoraks : sonor

•Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : Hitung darah lengkap, Jumlah Hb, kadar zat
besi
Klasifikasi Data
Data Objektif
01 1. Pasien tampak menahan rasa sakit, wajah pucat, mukosa
bibir kering dan tangan tampak pucat, konjungtiva tampak
pucat, pada sudut tampak bercak warna keputihan.
Content Here
2. Tanda-tanda vital:
TD : 90/60 mmHG SH : 36C
HR : 89x/i RR : 27x/i
3. Pemeriksaan fisik:
TB : 161 cm
BB : 48 kg
4. Hasil lab penunjang
HB : 9 g/dl
Kadar zat besi : 19 mcg/L
Klasifikasi Data
Data Objektif
02 1. Pasien tampak menahan rasa sakit, wajah pucat, mukosa bibir
kering dan tangan tampak pucat, konjungtiva tampak pucat, pada
sudut tampak bercak warna
Contentkeputihan.
Here
2. Tanda-tanda vital:
TD : 90/60 mmHG SH : 36C
HR : 89x/i RR : 27x/i
3. Pemeriksaan fisik:
TB : 161 cm
BB : 48 kg
4. Hasil lab penunjang
HB : 9 g/dl
Kadar zat besi : 19 mcg/L
Analisa Data
Data subjektif/ objektif Masalah Etiologi
1. DS: Perubahan perfusi Penurunan suplai O2 ke
• pasien mengatakan sakit jaringan organ
kepala , sesak nafas, lemas
lemah dan cepat lelah
DO:
• pasien terlihat menahan rasa
sakit
• Konjungtiva pucat, wajah
pucat
• Mukosa bibir kering
• TD : 110/70 mmhg
• HB : 9 g/dl
Data subjektif/ objektif Masalah Etiologi

2. DS: Intoleransi aktivitas Ketidak seimbangan antara


• Pasien mengatakan lemas, cepat suplai oksigen (pengiriman)
lelah saat beraktifitas dan kebutuhan ke jaringan
DO :
• Pasien tampak menahan rasa askit,
lemas dan lemah
Data subjektif/ objektif Masalah Etiologi
3. DS: Nutrisi kurang dari Ketidakmampuan
• Pasien mengatakan kebutuhan tubuh mencerna makanan
nafsu makan berkurang
dan mual.
• Pasien mengatakan
berat badan sebelum
sakit 50kg.

DO:
• Mukosa bibir kering
• hipertimpani abdomen
• TB : 161 cm
• Bb : 48kg
Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan suplai o2 ke organ.

2. Intoleransi Aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai O2 dan


kebutuhan

3. Perubahan nutrisi b.d ketidak mampuan mencerna makanan


INTERVENSI 1
Tgl Diagnosa Tujuan dan kriteria Rencana Rasional
keperawatan hasil tindakan
09 1. Perubahan Setelah dilakukan 1. Awasi TTV 1. Memberikan
Septe perfusi intervensi 3x24 jam, dan kaji informasi tentang
mber jaringan b.d pasien menunjukkan pengisian derajat atau
2019 penurunan kebutuhan o2 mulai kapiler, warna keadekuatan perfusi
suplai o2 ke tercukupi. Yang kulit dan jaringan
organ. ditandai dengan : konjungtiva 2. Untuk menunjukkan
• Sakit kepala hilang 2. Kaji frekuensi dispnea karena
• Sesak nafas berkurang pernafasan regangan jantung
• Wajah dan 3. Kaji lama atau
Konjungtiva tidak pemeriksaan peningkatan
pucat lab kompetisi curahan
• TTV stabil jantung
• Pengisian kapiler baik
INTERVENSI sambungan…
Tgl Diagnosa Tujuan dan kriteria Rencana Rasional
keperawatan hasil tindakan
09 1. Perubahan Setelah dilakukan 4. Kolaborasi 4. Untuk pemenuhan
Septe perfusi intervensi 3x24 jam, pemberian sel kebutuhan SDM
mber jaringan b.d pasien menunjukkan darah merah 5. Untuk pemenuhan
2019 penurunan kebutuhan o2 mulai lengkap kebutuhan O2 pada
suplai o2 ke tercukupi. Yang 5. Kolaborasi sel organ
organ. ditandai dengan : pemberian O2 6. Untuk
• Sakit kepala hilang sesuai indikasi mengidentifikasi
• Sesak nafas berkurang kebutuhan
• Wajah dan pengobatan atau
Konjungtiva tidak respon terhadap
pucat terapi
• TTV stabil
• Pengisian kapiler baik
INTERVENSI 2 (lanjutan)

Tgl Diagnosa Tujuan dan kriteria Tindakan Rasional


keperawatan hasil
09 2. Intoleransi Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan 1. Untuk
septem Aktivitas b.d intervensi 3x24 jam, aktivitas pasien mengidentifikasi
ber ketidakseimba Pasien diharapkan 2. Kaji TTV saat kemampuan aktivitas
2019 ngan antara dapat beraktivitas melakukan pasien
suplai O2 dan secara normal dengan aktivitas 2. Untuk menganalisa
kebutuhan KH: 3. Bantu kebutuhan perubahan TTV
-Pasien tidak lemas saat aktivitas pasien sebelum, saat dan
berakivitas jika diperlukan setelah aktivitas
-Pasien tidak mudah 4. Anjurkan pasien 3. Untuk membantu
lelah untuk kebtuhan pasien
-Frekuensi pernafasan menghentikan 4. Agar tidak terjadi
saat beraktivitas normal aktivitas jika peningkatan beban
terjadi palpitasi kerja jantung
INTERVENSI 3 (lanjutan)
Tanggal Diagnosa Tujuan dan kriteria Rencana Rasional
keperawatan hasil tindakan
09 3. Perubahan Setelah dilakukan 1. Kaji riwayat 1. Untuk
September nutrisi b.d intervensi 3x24 jam, nutrisi mengidentifikasi
2019 ketidak pasien diharapkan termasuk riwayat nutrisi pasien
mampuan mampu mencerna makanan yang 2. Untuk mengawasi
mencerna makanan yang disukai pasien masukan kalori atau
makanan diperlukan untuk 2. Observasi dan kualitas kekurangan
membentuk SDM catat masukan konsumsi makanan
normal. Dengan KH: makan pasien 3. Untuk memantau
-Adanya peningkatan 3. Timbang BB kenaikan BB pada
BB tiap hari pasien
-Tidak adanya
malnutrisi
INTERVENSI sambungan…
Tangga Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Tindakan
l keperawatan
09 3. Perubahan Setelah dilakukan 4. Beri makanan dalam porsi
Septem nutrisi b.d intervensi 3x24 jam, pasien kecil tapi sering
ber ketidak diharapkan mampu 5. Observasi mual muntah
2019 mampuan mencerna makanan yang 6. Kolaborasi memberikan
mencerna diperlukan untuk obat dan suplemen nutrisi
makanan membentuk SDM normal. serta zat besi sesuai indikasi
Dengan KH:
-Adanya peningkatan BB
-Tidak adanya malnutrisi
EVALUASI
NO TGL WAKTU EVALUASI PARAF
1. 12 09:00 S : “sakit kepala saya sudah hilang, saya sudah tidak
septe sesak nafas lagi, tidak lemas dan merasa sudah segar”
mber “nafsu makan saya masih kurang, dan kadang-kadang
2019 merasa mual”
O:
ttv : TD :110/80
t: 36,5c
RR: 21x/ menit
N : 78x/ menit
BB : 49kg
Zat besi : 33 mcg/L
Hb: 12, 8 g/dL
Wajah dan kulit tampak segar, konjungtiva berwarna
merah muda
NO TGL WAKTU EVALUASI PARAF
12 09:00 A: masalah perubahan jaringan perifer teratasi
septe kebutuhan nutrisi sesuai kebutuhan tubuh belum
mber teratasi
2019 P: Intervensi di lanjutkan
I :- Memberikan suplemen zat besi sesuai
indikasi
memberikan makanan hangat dengan porsi kecil
tetapi sering
pantau berat badan setiap hari
E : - TTV sudah normal
HB normal
pengisian kapiler baik
mual tidak ada
nafsu makan meningkat
BB 50,5kg
R: Intervensi dihentikan
TELAAH
JURNAL i

JUDUL

Impact of Nursing Instructions


Protocol on Health Promotion
Lifestyle for Patients with Sickle
Cell Anemia at The New Valley
JURNAL 1

Latar belakang:
Anemia sel sabit adalah keadaan genetik darah kronis herediter yang ditandai
dengan bentuk sel darah merah tidak normal, sehingga dapat dengan mudah terjadi
kehancuran dan menyebabkan anemia. Pasien yang mengalami anemia sel sabit akan
mengalami krisis nyeri utama pada tahapan awal dan diikuti perkembangannya sejalan
dengan usia.
Tujuan:
Untuk mengevaluasi dampak instruksi keperawatan terhadap gaya hidup yang lebih
baik, sekaligus mempromosikan pendidikan kesehatan untuk pasien anemia sel sabit.
JURNAL 1

Metode penelitian :
Desain penelitian kuasi eksperimental digunakan dalam penelitian ini.
Sebanyak tiga puluh (16 laki-laki dan 14 perempuan) pasien dewasa
didiagnosis dengan anemia sel sabit, usia rata-rata mereka adalah 27,96 ±
8,84 tahun untuk pasien penelitian, usia berkisar antara (18-65) tahun dan
mampu berpartisipasi dalam penelitian dan tidak memiliki penyakit kronis.
Hasil : JURNAL 1

Mengenai penilaian nyeri, penelitian yang ada mengungkapkan bahwa; tingkat nyeri menurun
setelah penerapan protokol instruksi keperawatan, dengan perbedaan yang signifikan secara
statistik antara sebelum aplikasi dan setelah 6 bulan. Gaya hidup promosi kesehatan sebelum dan
sesudah, penelitian ini menunjukkan bahwa; Ada perbedaan yang signifikan antara aplikasi
protokol instruksi keperawatan sebelum dan sesudah 6 bulan. Selain itu, penelitian menunjukkan
bahwa domain gaya hidup mengalami peningkatan setelah 6 bulan. Gaya hidup sehat seperti
nutrisi yang tepat merupakan cara yang efektif untuk mengontrol dan menghindari rasa sakit di
masa depan yang terkait dengan penyakit sel sabit. Selain mengatasi rasa sakit, pola makan yang
sehat juga mendukung peningkatan kesehatan dan kesejahteraan
Kesimpulan :
Protokol instruksi keperawatan memiliki efek statistik yang signifikan dalam meminimalkan
rasa sakit dan meningkatkan gaya hidup promosi kesehatan.
TELAAH
JURNAL II

JUDUL

Perception of Young Adults with


Sickle Cell Disease or Sickle
Cell Trait about Participation in
the CHOICES Randomized
Controlled Trial
Latar Belakang:
Di Amerika Serikat, tidak ada pendidikan yang memadai untuk memastikan bahwa semua
orang dewasa muda dengan penyakit sel sabit atau sifat sel sabit memahami risiko warisan
genetik dan pilihan reproduksi untuk membuat keputusan reproduksi yang terinformasi.
Untuk memenuhi kebutuhan pendidikan ini, kami mengembangkan program multimedia
berbasis komputer dan memformat ulang perawatan biasa menjadi program berbasis
komputer, kemudian melakukan uji coba terkontrol secara acak selama dua tahun yang
mencakup komponen kualitatif yang akan memperdalam pemahaman tentang persepsi orang
dewasa muda tentang menjadi orang tua dan penggunaan program pendidikan berbasis
komputer.

JURNAL 2
Tujuan:
Untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang persepsi orang
dewasa muda dengan penyakit sel sabit dan sifat sel sabit tentang menjadi orang
tua dan berpartisipasi dalam uji coba terkontrol secara acak yang menggunakan
program pendidikan berbasis komputer.
Metode :
Sampel peserta dilakukan pendekatan deskriptif melalui teknik wawancara
tatap muka dalam melakukan pengumpulan data, yang selanjutnya direkam secara
digital. Kemudian mereka diberi serangkaian pertanyaan dan penyelidikan secara
terbuka.

JURNAL 2
Hasil
1. Meningkatkan pengetahuan dan cara baeu berpikir dan berperilaku-Dimana
banyaknya partisipan yang menggali sumber baru untuk menambah
pengetahuan mereka tentang sel sabit serta mempelajari perawatan yang
mendukung.
2. Partisipan kembali melakukan revisi rencana pengasuhan individu mereka-
yairu dengan mencari tau tentang sel sabit bersama pasangannya,
mengevaluasi kembali pilihan reproduksi, adopsi, dan pwngasuhan.
3. 3. Menilai cara penyampaian-mereka akan menunjukkan kefokysannya yang
haeus dipilih dalam menentukan perawatan yang tepat.

JURNAL 2
Kesimpulan
Dewasa muda usia subur dalam penelitian ini benar-benar tertarik untuk
mempelajari tentang SCD dan SCT serta pilihan reproduksinya.Pengembang
program pendidikan harus mempertimbangkan untuk menambahkan pendidikan
khusus dan penguat memori seperti kenang-kenangan fisik atau elektronik.
Sebagian besar dewasa muda menunjukkan bahwa mereka menggunakan
Internet dibandingkan dengan profesional perawatan kesehatan untuk
menambah atau mengkonfirmasi informasi yang dibahas dalam program
komputer. Penelitian yang ditujukan kepada individu yang kesulitan melek
komputer atau kesehatan adalah fokus penting untuk penelitian di masa depan

JURNAL 2
TELAAH JURNAL III

JUDUL

The Important Role for


Intravenous Iron in Perioperative
Patient Blood Management in
Major Abdominal Surgery
JURNAL 3

Latar belakang:
Anemia defisiensi besi sebelum operasi sering terjadi, namun hal ini jika
tidak segera diobati dapat meningkatkan resiko terjadinya transfusi darah
alogenik.
Tujuan:
Untuk menentukan apakah besi intravena pra operasi dapat dilakukan
secara membaik pada pasien yang melakukan operasi perut, serta
melakukan uji coba kontrol salam menentukan apakah besi intravena
perioperatif dalam mengurangi kebutuhan akan transfusi darah alogenik.
JURNAL 3

Metode:
Dilakukan uji coba teekontrol secara acak, dimana akan dilakukan tahapan
untuk pemberian zat besi intravena perioperatif atau perawatan biasa.
Kemudian setelah sampel melakukan persetujuan tertulus, dilakukan
pendekatan standae untuk menilai kejadian transfusi pada periode pra operasi.
Perawatan juga dilakukan dengan teknik memanajemen anemia, perawatan
pengobatan, dan rekomensasi zat besi oral.
JURNAL 3

Hasil
Analisis data sementara awal diminta menyusul kekhawatiran yang
dikemukakan oleh tim peneliti klinis setelah tingginya tingkat transfusi sel
darah merah, yang dianggap sebagai faktor risiko independen untuk hasil klinis
yang merugikan, dicatat setelah tindak lanjut 4 minggu pada subset pasien. Ini
dilakukan oleh seorang ahli statistik independen pada komite pemantau data
sementara dengan data tidak terlihat (kelompok intervensi n ¼ 32, kelompok
perawatan biasa n ¼ 26). Hasil analisis sementara diteruskan ke 2 ahli
independen di lapangan untuk menilai masalah keselamatan. Pendaftaran
dilanjutkan sambil menunggu jawaban. Ada ketidaksepakatan di antara penilai,
dan pendapat ahli independen ketiga dicari. Berdasarkan saran dari 2 dari 3 ahli
independen, penelitian dihentikan lebih awal karena tingkat hasil yang buruk
lebih tinggi dari yang diharapkan pada kelompok perawatan biasa.
JURNAL 3

Kesimpulan :
pemberian IV iron dalam pengaturan perioperatif menghasilkan
pengurangan yang signifikan dari transfusi sel darah merah, peningkatan
Hb yang signifikan dari waktu pengacakan hingga masuk, rawat inap
yang lebih pendek, dan peningkatan pemulihan simpanan zat besi dan Hb
pada 4 minggu setelah operasi. Perawatan biasa gagal pada sebagian
besar pasien yang berpartisipasi, membuat mereka tidak diobati dengan
kondisi yang dapat diobati.
REFERENSI
 Istiroha, Roihatul Zahroh. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Kasus Hematologi.
Surabaya: CV. Jakad Publishing.

 NANDA Internasional.(2018). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020.


Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

 Prasetya, Ketut ayu Hartarani, Wihandani, Desak Made, dan Sutadarma, I Wayan Gede.
(2019). Hubungan antara anemia dengan prestasi belajar pada siswi kelas XI di SMA I
Abiansemal Bandung. E-Jurnal Medika. Vol 8. No 1. 2303-1395.

Sweltzer. Suzanne C., (2001). Keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC).

Waterburry, Larry. (2001). Buku Saku Hematologi Edisi 3. Jakarta: EGC.


Thank you

Anda mungkin juga menyukai