• Etiologi
Ketidaksanggupan pembuatan sel darah oleh Pemeriksaan penunjang
sumsum tulang (kerusakan pada sumsum tulang). Pemeriksan darah lengkap, hitung
Penggunaan obat-obatan, bahan kimia, atau deferensial dan hapusan darah tepi.
kerusakan radiasi. Melakukan tes faal ginjal dan faal hati.
Manifestasi klinis • Penatalaksanaan
Lemah, pucat, mungkin timbul purpura. Transplantasi sumsum tulang.
Pemberian terapi imunosupresif dengan
globulin antitimosit (ATG).
ASUHAN KEPERAWATAN
Ny.A 32 tahun datang ke RS dengan keluhan sakit kepala, sesak nafas, lemas, dan
cepat lelah saat beraktivitas. Pasien mengatakan merasa mual dan nafsu makan
berkurang serta berat badannya sebelum sakit adalah 51kg. Pasien tampak menahan
rasa sakit, wajah pucat, mukosa bibir kering dan tangan tampak pucat, konjungtiva
tampak pucat dan di bagian sudutnya tampak bercak berwarna pucat keputihan.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, diperoleh data TD: 90/60, T: 36C, HR:
89x/menit, RR: 27x/menit, (Hb; 9 g/dL, Zat Besi; 3mg) Tb; 161cm, BB: 48kg
Pengkajian
A. Biodata
Nama : Ny. A
No. RM : 65329
Umur : 32th
Penanggung Jawab
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Semarang
Nama : Tn. B
Agama : Islam
Telepon : 09876543211
Suku : Jawa
Hubungan dengan
Pendidikan : SLTA
pasien : Suami
Pekerjaan : Jurnalis
70%
Golongan Darah : O
Keluhan Utama
Saat masuk RS
Ds: Sakit kepala, sesak nafas, lemas, cepat lelah saat beraktivitas.
Nafsu makan berkurang, dan BB menurun, mual, lemah.
Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien tidak ada menderita penyakit sebelumnya
•Inspeksi :
• Sistem penglihatan posisi mata : simetris, konjungtiva pucat, pada bagian
sudutnya tampak bercak putih pucat
• Sistem Pencernaan : Keadaan mulut mukosa bibir tampak pucat, mual,
nafsu makan kurang.
• Sistem integumen : Turgor kulit lambat, kulit pucat
• Thoraks/ Dada : pergerakan dada cepat , pernafasan ronchi
Pemeriksaan Fisik
•Perkusi:
Sistem pencernaan abdomen : Hipertimpani
Thoraks : sonor
•Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : Hitung darah lengkap, Jumlah Hb, kadar zat
besi
Klasifikasi Data
Data Objektif
01 1. Pasien tampak menahan rasa sakit, wajah pucat, mukosa
bibir kering dan tangan tampak pucat, konjungtiva tampak
pucat, pada sudut tampak bercak warna keputihan.
Content Here
2. Tanda-tanda vital:
TD : 90/60 mmHG SH : 36C
HR : 89x/i RR : 27x/i
3. Pemeriksaan fisik:
TB : 161 cm
BB : 48 kg
4. Hasil lab penunjang
HB : 9 g/dl
Kadar zat besi : 19 mcg/L
Klasifikasi Data
Data Objektif
02 1. Pasien tampak menahan rasa sakit, wajah pucat, mukosa bibir
kering dan tangan tampak pucat, konjungtiva tampak pucat, pada
sudut tampak bercak warna
Contentkeputihan.
Here
2. Tanda-tanda vital:
TD : 90/60 mmHG SH : 36C
HR : 89x/i RR : 27x/i
3. Pemeriksaan fisik:
TB : 161 cm
BB : 48 kg
4. Hasil lab penunjang
HB : 9 g/dl
Kadar zat besi : 19 mcg/L
Analisa Data
Data subjektif/ objektif Masalah Etiologi
1. DS: Perubahan perfusi Penurunan suplai O2 ke
• pasien mengatakan sakit jaringan organ
kepala , sesak nafas, lemas
lemah dan cepat lelah
DO:
• pasien terlihat menahan rasa
sakit
• Konjungtiva pucat, wajah
pucat
• Mukosa bibir kering
• TD : 110/70 mmhg
• HB : 9 g/dl
Data subjektif/ objektif Masalah Etiologi
DO:
• Mukosa bibir kering
• hipertimpani abdomen
• TB : 161 cm
• Bb : 48kg
Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
JUDUL
Latar belakang:
Anemia sel sabit adalah keadaan genetik darah kronis herediter yang ditandai
dengan bentuk sel darah merah tidak normal, sehingga dapat dengan mudah terjadi
kehancuran dan menyebabkan anemia. Pasien yang mengalami anemia sel sabit akan
mengalami krisis nyeri utama pada tahapan awal dan diikuti perkembangannya sejalan
dengan usia.
Tujuan:
Untuk mengevaluasi dampak instruksi keperawatan terhadap gaya hidup yang lebih
baik, sekaligus mempromosikan pendidikan kesehatan untuk pasien anemia sel sabit.
JURNAL 1
Metode penelitian :
Desain penelitian kuasi eksperimental digunakan dalam penelitian ini.
Sebanyak tiga puluh (16 laki-laki dan 14 perempuan) pasien dewasa
didiagnosis dengan anemia sel sabit, usia rata-rata mereka adalah 27,96 ±
8,84 tahun untuk pasien penelitian, usia berkisar antara (18-65) tahun dan
mampu berpartisipasi dalam penelitian dan tidak memiliki penyakit kronis.
Hasil : JURNAL 1
Mengenai penilaian nyeri, penelitian yang ada mengungkapkan bahwa; tingkat nyeri menurun
setelah penerapan protokol instruksi keperawatan, dengan perbedaan yang signifikan secara
statistik antara sebelum aplikasi dan setelah 6 bulan. Gaya hidup promosi kesehatan sebelum dan
sesudah, penelitian ini menunjukkan bahwa; Ada perbedaan yang signifikan antara aplikasi
protokol instruksi keperawatan sebelum dan sesudah 6 bulan. Selain itu, penelitian menunjukkan
bahwa domain gaya hidup mengalami peningkatan setelah 6 bulan. Gaya hidup sehat seperti
nutrisi yang tepat merupakan cara yang efektif untuk mengontrol dan menghindari rasa sakit di
masa depan yang terkait dengan penyakit sel sabit. Selain mengatasi rasa sakit, pola makan yang
sehat juga mendukung peningkatan kesehatan dan kesejahteraan
Kesimpulan :
Protokol instruksi keperawatan memiliki efek statistik yang signifikan dalam meminimalkan
rasa sakit dan meningkatkan gaya hidup promosi kesehatan.
TELAAH
JURNAL II
JUDUL
JURNAL 2
Tujuan:
Untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang persepsi orang
dewasa muda dengan penyakit sel sabit dan sifat sel sabit tentang menjadi orang
tua dan berpartisipasi dalam uji coba terkontrol secara acak yang menggunakan
program pendidikan berbasis komputer.
Metode :
Sampel peserta dilakukan pendekatan deskriptif melalui teknik wawancara
tatap muka dalam melakukan pengumpulan data, yang selanjutnya direkam secara
digital. Kemudian mereka diberi serangkaian pertanyaan dan penyelidikan secara
terbuka.
JURNAL 2
Hasil
1. Meningkatkan pengetahuan dan cara baeu berpikir dan berperilaku-Dimana
banyaknya partisipan yang menggali sumber baru untuk menambah
pengetahuan mereka tentang sel sabit serta mempelajari perawatan yang
mendukung.
2. Partisipan kembali melakukan revisi rencana pengasuhan individu mereka-
yairu dengan mencari tau tentang sel sabit bersama pasangannya,
mengevaluasi kembali pilihan reproduksi, adopsi, dan pwngasuhan.
3. 3. Menilai cara penyampaian-mereka akan menunjukkan kefokysannya yang
haeus dipilih dalam menentukan perawatan yang tepat.
JURNAL 2
Kesimpulan
Dewasa muda usia subur dalam penelitian ini benar-benar tertarik untuk
mempelajari tentang SCD dan SCT serta pilihan reproduksinya.Pengembang
program pendidikan harus mempertimbangkan untuk menambahkan pendidikan
khusus dan penguat memori seperti kenang-kenangan fisik atau elektronik.
Sebagian besar dewasa muda menunjukkan bahwa mereka menggunakan
Internet dibandingkan dengan profesional perawatan kesehatan untuk
menambah atau mengkonfirmasi informasi yang dibahas dalam program
komputer. Penelitian yang ditujukan kepada individu yang kesulitan melek
komputer atau kesehatan adalah fokus penting untuk penelitian di masa depan
JURNAL 2
TELAAH JURNAL III
JUDUL
Latar belakang:
Anemia defisiensi besi sebelum operasi sering terjadi, namun hal ini jika
tidak segera diobati dapat meningkatkan resiko terjadinya transfusi darah
alogenik.
Tujuan:
Untuk menentukan apakah besi intravena pra operasi dapat dilakukan
secara membaik pada pasien yang melakukan operasi perut, serta
melakukan uji coba kontrol salam menentukan apakah besi intravena
perioperatif dalam mengurangi kebutuhan akan transfusi darah alogenik.
JURNAL 3
Metode:
Dilakukan uji coba teekontrol secara acak, dimana akan dilakukan tahapan
untuk pemberian zat besi intravena perioperatif atau perawatan biasa.
Kemudian setelah sampel melakukan persetujuan tertulus, dilakukan
pendekatan standae untuk menilai kejadian transfusi pada periode pra operasi.
Perawatan juga dilakukan dengan teknik memanajemen anemia, perawatan
pengobatan, dan rekomensasi zat besi oral.
JURNAL 3
Hasil
Analisis data sementara awal diminta menyusul kekhawatiran yang
dikemukakan oleh tim peneliti klinis setelah tingginya tingkat transfusi sel
darah merah, yang dianggap sebagai faktor risiko independen untuk hasil klinis
yang merugikan, dicatat setelah tindak lanjut 4 minggu pada subset pasien. Ini
dilakukan oleh seorang ahli statistik independen pada komite pemantau data
sementara dengan data tidak terlihat (kelompok intervensi n ¼ 32, kelompok
perawatan biasa n ¼ 26). Hasil analisis sementara diteruskan ke 2 ahli
independen di lapangan untuk menilai masalah keselamatan. Pendaftaran
dilanjutkan sambil menunggu jawaban. Ada ketidaksepakatan di antara penilai,
dan pendapat ahli independen ketiga dicari. Berdasarkan saran dari 2 dari 3 ahli
independen, penelitian dihentikan lebih awal karena tingkat hasil yang buruk
lebih tinggi dari yang diharapkan pada kelompok perawatan biasa.
JURNAL 3
Kesimpulan :
pemberian IV iron dalam pengaturan perioperatif menghasilkan
pengurangan yang signifikan dari transfusi sel darah merah, peningkatan
Hb yang signifikan dari waktu pengacakan hingga masuk, rawat inap
yang lebih pendek, dan peningkatan pemulihan simpanan zat besi dan Hb
pada 4 minggu setelah operasi. Perawatan biasa gagal pada sebagian
besar pasien yang berpartisipasi, membuat mereka tidak diobati dengan
kondisi yang dapat diobati.
REFERENSI
Istiroha, Roihatul Zahroh. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Kasus Hematologi.
Surabaya: CV. Jakad Publishing.
Prasetya, Ketut ayu Hartarani, Wihandani, Desak Made, dan Sutadarma, I Wayan Gede.
(2019). Hubungan antara anemia dengan prestasi belajar pada siswi kelas XI di SMA I
Abiansemal Bandung. E-Jurnal Medika. Vol 8. No 1. 2303-1395.