Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

POLITIK DAN CINTA TANAH AIR DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Dosen Pengampu: Laily Maziyah, S.Pd., M.Pd


Disusun Oleh:
Aulia Winan Yanuariska
NIM (200721639643) / OFFERING G17

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2021
Lembar Kerja Mahasiswa

A. Soal Dan Latihan


Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan ringkas dan jelas!
1. Sebutkan pengertian politik dan politik Islam!
 Politik
Politik berasal dari bahasa Yunani “polis” yang berarti kota. Secara sederhana,
politik merupakan istilah yang merujuk pada kegiatan mengatur pemerintahan
suatu negara. Politik sebagai kata benda mencakup 3 pemahaman, yaitu:
pengetahuan mengenai kenegaraan, segala urusan dan tindakan mengenai
pemerintahan, dan kebijakan atau cara bertindak dalam menangani suatu masalah.
Politik adalah segala aktivitas atau sikap yang bermaksud mengatur kehidupan
masyarakat. Di dalamnya terkandung unsur kekuasaan untuk membuat hukum dan
menegakkannya dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan.
 Politik Islam
Politik Islam dikenal juga dengan istilah siyasah syar’iyah.
Definisi siyasah syar’iyah menurut Abdul Wahhab Khallaf adalah pengaturan
urusan pemerintahan kaum muslimin secara menyeluruh dengan cara mewujudkan
kemaslahatan, mencegah terjadinya kerusakan melalui aturan-aturan yang
ditetapkan Islam dan prinsip-prinsip umum syariat, kendati hal itu tidak ada dalam
ketetapan nash (al-Qur‟an dan hadis) dan hanya merujuk pada pendapat para imam
Mujtahid.
2. Apakah tujuan politik Islam?
 Politik dalam Islam bertujuan untuk iqamatud din wa siyasatud dunya, yaitu
menegakkan agama dan mengatur urusan dunia yang menjadi ladang bagi
kehidupan akhirat. Islam mengajarkan sejumlah prinsip dalam berpolitik agar
politik membawa kemaslahatan bagi umat manusia, diantaranya syurâ
(musyawarah), adil, amanah, musâwah (persamaan), dan ijma’.
3. Apakah yang dimaksud cinta tanah air?
 Cinta tanah air merupakan tabiat alami manusia (fitrah). Karena di tanah air itulah
manusia dilahirkan dan dibesarkan, dididik dan disayang. Perasaan rindu terhadap
tanah air menunjukkan adanya cinta dan hubungan batin antara manusia dengan
tanah tumpah darahnya. Cinta tanah air menimbulkan nasionalisme, yaitu
kesadaran dan semangat cinta tanah air; memiliki kebanggaan sebagai bangsa, atau
memelihara kehormatan bangsa; memiliki rasa solidaritas terhadap musibah dan
kekurangberuntungan saudara setanah air; serta menjunjung persatuan dan
kesatuan.
4. Bagaimanakah Islam mengajarkan cinta tanah air?
 Islam memandang bahwa mencintai tanah air adalah suatu tindakan yang baik. Di
antara bukti ajaran Islam tentang cinta tanah air adalah sikap Rasulullah SAW
terhadap tanah kelahirannya. Ketika akan berhijrah ke Madinah dan meninggalkan
kota kelahirannya, Makkah. Sesampainya di Madinah, beliau berdoa agar diberikan
rasa cinta pula terhadap Madinah. Pernyataan ini merupakan sebuah perwujudan
dari rasa cinta Rasulullah SAW terhadap tanah airnya. Negeri bagaikan rumah yang
telah memberikan yang terbaik kepada penghuninya. Karena itu, sudah selayaknya
bila manusia memakmurkan bumi. Bukti lain bahwa cinta tanah air merupakan
sunnah Rasulullah yang layak diikuti adalah ketika Rasulullah SAW berhijrah ke
Madinah. Sesampainya di Madinah, Beliau shalat menghadap ke Baitul Maqdis,
tetapi setelah enam belas bulan, beliau rindu kepada Makkah dan Ka‟bah. Beliau
sering melihat ke langit berdoa dan menunggu-nunggu turunnya wahyu yang
memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah hingga akhirnya terkabul. Wujud
cinta tanah air dapat dilakukan dengan cara menghindari korupsi, jujur (amanah),
taat pada peraturan (Q.S. An-Nisa‟:59), cinta damai, anti minum-minuman keras,
anti narkoba, dan anti judi (QS. Al-Maidah:90), berfikir kebangsaan dan
menghargai perbedaan (QS. Al-Hujurat:13), menghindari pergaulan bebas (QS. Al-
Isra:32), peduli lingkungan, berbuat adil, disiplin, dan berperikemanusiaan. Islam
mengajarkan umatnya untuk mencintai tanah air. Ajaran ini merupakan salah satu
wujud penerapan 4 pilar kebangsaan. Sikap cinta tanah air perlu dipupuk dan
ditanamkan dalam hati dengan harapan tanah air Indonesia akan terus menjadi
negeri yang aman dan damai. Tanah air bukanlah milik pribadi, golongan atau
agama tertentu. Tanah air adalah milik setiap warga negaranya.
5. Sebutkan perilaku yang menunjukkan cinta tanah air!
 Menghindari korupsi, jujur (amanah),
 Taat pada peraturan cinta damai,
 Anti minum-minuman keras,
 Anti narkoba,
 Anti judi
 Berfikir kebangsaan
 Menghargai perbedaan
 Menghindari pergaulan bebas
 Peduli lingkungan,
 Berbuat adil, disiplin, dan berperikemanusiaan.
6. Sebutkan 4 pilar kebangsaan Indonesia dan nilai-nilai yang dimilikinya serta hubungkan
dengan nilai-nilai ajaran agama Islam!
1) Pancasila
2) UUD 1945
3) NKRI
4) Bhineka Tunggal Ika
Empat pilar kebangsaan tersebut selaras dengan prinsip-prinsip dasar politik Islam.
Prinsip-prinsip dasar dalam politik Islam meliputi (1) prinsip amanah, (2) prinsip keadilan,
(3) prinsip ketaatan, dan (4) prinsip musyawarah
7. Bagaimanakah mewujudkan cinta tanah air berdasarkan 4 pilar kebangsaan?
 Negara Indonesia adalah negara kesatuan. Kesatuan kepulauan nusantara yang
ingin diwujudkan adalah kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
keamanan. Empat kesatuan inilah yang disebut dengan wawasan nusantara yang
kemudian dijadikan tujuan pembangunan bangsa. Pancasila berfungsi sebagai pilar
utama dan bahkan sebagai dasarnya yang menjadi sandaran bagi 3 pilar yang lain.
4 pilar ini perlu ditanamkan kembali terkait dengan perkembangan jaman di mana
nilai-nilai yang menjadi dasar sikap dan menjadi karakter bangsa ini perlahan mulai
memudar.
Cara mewujudkan cinta tanah air berdasarkan 4 pilar kebangsaan
 Menghindari korupsi, jujur (amanah),
 Taat pada peraturan cinta damai,
 Anti minum-minuman keras,
 Anti narkoba,
 Anti judi
 Berfikir kebangsaan
 Menghargai perbedaan
 Menghindari pergaulan bebas
 Peduli lingkungan,
 Berbuat adil, disiplin, dan berperikemanusiaan.
8. Analisislah berbagai pandangan umat Islam dalam melihat relasi Islam dan Negara
1. Tipologi Relasi Agama dan Negara Berdasarkan pemikiran politik Islam modern,
terdapat 3 tipologi relasi agama dan negara, yaitu bentuk pemerintahan teodemokrasi,
sekuler, dan moderat.
a. Tipologi teo-demokrasi
Tipologi teo-demokrasi menganggap bahwa agama sekaligus negara, keduanya
merupakan entitas yang menyatu. Kelompok ini disebut juga Islam Politik (al-Islam
as-Siyasiy) karena menganggap politik sebagai bagian integral dari Islam. Mereka
memandang Islam sebagai suatu agama yang serba lengkap, termasuk
ketatanegaraan atau politik. Tipologi ini disebut juga dengan kelompok
fundamental (menginginkan syariat Islam menjadi dasar negara dan semua
peraturan serta keputusan yang ada di dalamnya). Di Indonesia, terdapat jelmaan
pandangan tersebut dalam gerakan Negara Islam Indonesia (NII) dalam berbagai
variannya. Kelompok ini mempunyai tauhid mulkiyyah di samping rububiyyah dan
ilahiyyah. Tauhid mulkiyyah adalah pengakuan bahwa hanya Allah satu-satunya
Malik (Raja) yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Tauhid mulkiyyah mereka
ini antara lain didasarkan pada QS.Al-Isra‟:111 dan al-Maidah:120.
b. Tipologi Sekuler
Tipologi sekuler berpendapat bahwa agama bukanlah negara. Negara adalah urusan
dunia yang pertimbangannya menggunakan akal dan kemaslahatan kemanusiaan
yang bersifat duniawi saja. Agama adalah urusan pribadi dan keluarga. Agama
tidak harus diatur negara dan begitu sebaliknya. Penganut tipologi ini menyatakan,
tidak ada dalil eksplisit dalam Al Quran maupun hadis yang menunjukkan
kewajiban mendirikan sebuah negara. Kelompok sekuler ini disebut juga Kiri Islam
(Al-Yasar Al-Islamiy). Pemikir yang masuk dalam kategori ini adalah Ali Abdur
Raziq, A.Luthfi Sayyid, Muhammad Ahmad Khalafullah, Muhammad Sa‟id Al-
Asymawi, Faraj Faudah, Abdurrahman Wahid, dan mantan presiden Sukarno. Jika
tipologi neo-teokrasi terbelenggu oleh pemikiran dan praktik politik Islam klasik,
maka tipologi sekuler ini terbelenggu oleh pemikiran Barat, seolah-olah apa yang
berkembang di Barat sudah final Menurut kelompok ini, persoalan politik
merupakan persoalan historis, bukan teologis yang harus diyakini dan diikuti oleh
setiap individu muslim. Islam hendaknya tidak dipolitisasi dan tidak menjadi
kepentingan kelompok atau golongan tertentu. Jadi, agama dan negara harus
dipisahkan. Praktek politik bukan suatu kewajiban agama, melainkan praktek
kehidupan manusia yang bisa salah dan bisa benar. Tindakan politik yang salah dan
di atas namakan agama justru akan membuat hakekat agama itu menjadi dangkal
dan hina. Islam bersifat universal dan praktek politik bersifat particular. Kelompok
sekuler banyak ditemukan di negara-negara sekuler seperti Perancis, Amerika,
Australia. Inilah sikap kiri Islam yang sekaligus kritikannya terhadap kelompok
Islam Politik.
c. Tipologi Moderat
Tipologi ketiga adalah tipologi moderat (al-mutawassith), mereka berparadigma
substantivistik. Aliran ini berpendirian bahwa Islam tidak mengatur sistem
ketatanegaraan, tetapi terdapat seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan
bernegara. Menurut kelompok ini, tidak satu nash pun dalam al-Qur‟an yang
memerintahkan didirikannnya sebuah negara Islam. Mereka menolak klaim ekstrim
bahwa agama telah mengatur semua urusan, termasuk politik, dan menolak klaim
ekstrim bahwa Islam tidak ada kaitannya dengan negara atau politik. Jadi, relasi
agama dan negara adalah relasi etik dan moral. Negara menjadi instrumen politik
untuk menegakkan nilai dan akhlak Islam yang bersifat universal. Bagi kelompok
ini, konsep negara dan pemerintahan merupakan bagian dari ijtihad kaum
muslimin, karena tata negara dan sistem pemerintahan tidak tertera secara jelas
dalam al-Qur‟an. Jadi, untuk pelaksanaannya, umat Islam bebas memilih sistem
manapun yang terbaik dan tidak menentang prinsip-prinsip dalam agama Islam.
Menurut kaum moderat, prinsip-prinsip politik Islam mencakup pluralisme,
toleransi, pengakuan terhadap persamaan semua penduduk, dan keadilan. Tokoh-
tokoh kelompok ini adalah Ahmad Amin, Muhammad Husain Haikal, Muhammad
Imarah, Fazlur Rahman, Robert N. Bellah, Amin Rais, dan Jalaludin Rahmad.
9. Ceritakanlah bagaimana institusi khilafah dalam tradisi politik Islam, sejak masa khulafaur
rasyidin sampai masa Abbasiyah!
 Nabi Muhammad SAW tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan
menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat.
Beliau menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk
menentukannya. Kemudian kaum Muhajirin dan Anshar bermusyawarah hingga
akhirnya terpilihlah Abu Bakar As-Shidiq sebagai penggati Rasulullah. Dari segi
proses, pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah berdasarkan system baiat atau
system demokrasi dengan berdasar pada al-amru syuro bainahum. Penyelenggaraan
pemerintahan pada masa Abu Bakar bersifat sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif,
dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Pidato politik Abu Bakar yang
menyatakan bahwa ia bersedia dibetulkan jika ada kesalahan dalam memimpin
menunjukkan bahwa beliau bersikap demokratis. Kebijakan politik Abu Bakar
menunjuk Umar sebagai penggantinya dengan meminta pendapat para sahabat
menunjukkan bahwa asas musyawarah tetap menjadi prinsip utama dalam suksesi
pergantian khalifah. Selanjutnya, khalifah Umar bin Khattab dipilih oleh sejumlah
sahabat atas inisiatif Abu Bakar. Pada masa Umar, berlaku system baiat (sistem
demokrasi) dalam hal memilih kepala negara dengan tetap berpegang pada prinsip
al-amru syura bainahum (musyawarah). Sedangkan pemilihan Utsman bin Affan
dilakukan dengan sistem formatur. Pemegang kekuasaan tertinggi pada masa
Utsman berada di tangan khalifah; pemegang dan pelaksana kekuasaan eksekutif.
Adapun kekuasaan legislatif dipegang oleh Dewan Penasehat atau Majelis Syura.
Majelis Syura ini diketuai oleh Ustman sendiri. Setelah Utsman terbunuh, kaum
Muhajirin dan kaum Anshar menginginkan Ali sebagai khalifah, tetapi Ali menolak
dan mengi nginkan pengangkatannya sebagai khalifah dimusyawarahkan oleh para
sahabat, akhirnya hasil musyawarah menyatakan Ali sebagai khalifah.
 Selanjutnya, pada masa dinasti Umayyah, lembaga khilafah menjadi sistem
kerajaan yang otoriter. Ketika kekuasaan ada pada tangan dinasti Abbasiyah
konsepsi seputar khalifah bergeser menjadi wakil Tuhan di muka bumi. Kekuasaan
Khalifah dengan konsepsi yang baru ini menjadi tak terbatas. Klaim khalifah
sebagai mandataris Allah di muka bumi ini dapat dilihat dengan gelar yang dipakai
para penguasa Abbasiyah, yaitu Khalifatullah. Selanjutnya, muncullah gerakan anti
khalifah Abbasiyah dengan mendirikan kekuasaan di tingkat daerah. Mereka
menggunakan istilah baru, yaitu amir. Kata amir pertama kali digunakan untuk
merujuk pada pemimpin yang memiliki kapasites militer yang tangguh, seperti
yang ditunjukkan oleh Umar bin Khattab dengan gelarnya yang terkenal, Amirul
Mukminin. Pada periode terkemudian, sebutan amir ini kemudian bergeser menjadi
gelar bagi pemimpin negara Islam.
10. Bagaimanakah tuntunan agama Islam dalam penerapan system pemerintahan?
1) Kedaulatan di tangan Syara’
Seorang individu tidak boleh memelihara urusan umat atau individu-individu lain
dengan sesuka hatinya. Segala perbuatan individu dan umat terikat dengan perintah
dan larangan Allah SWT. Dengan kata lain, menurut pandangan Islam, tak satu pun
manusia mempunyai hak legislasi (membuat hukum). Dengan demikian, tidak ada
lembaga legislatif di dalam struktur pemerintahan Islam karena kedaulatan
berada di tangan hukum syara, yaitu al Qur’an dan as Sunnah. Bukan berada di
tangan umat. Firman Allah SWT: “Menetapkan hukum itu hanya milik Allah.”
(TQS. Al An’am: 57). “Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (TQS. Al
Maidah: 44)
2) Kekuasaan di tangan umat
Kaum muslimin memiliki kewajiban melaksanakan hukum-hukum syariat. Akan
tetapi, kaum muslimin secara keseluruhan tidak mungkin dapat menerapkan syariat
Islam terhadap mereka sendiri tanpa adanya penguasa (hakim). Oleh karena itu,
syariat memberikan hak untuk mengangkat penguasa (Khalifah) kepada umat.
Dengan kata lain, umatlah yang memilih Khalifah dan
memberikan bai’at kepadanya. Khalifahlah yang mewakili umat dalam
menjalankan aktivitas kekuasaan (pemerintahan). Imam Muslim meriwayatkan
bahwa Ubadah bin Shamit berkata: “Kami telah membai’at Rasulullah saw untuk
setia mendengarkan dan menaati perintahnya., baik dalam keadaan susah maupun
mudah, baik dalam keadaan yang kami senangi ataupun tidak kami senangi.”
3) Mengangkat seorang Khalifah adalah kewajiban bagi seluruh kaum muslimin
Syariat telah mewajibkan setiap muslim untuk membai’at seorang Khalifah.
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang mati dan di atas pundaknya tidak ada
bai’at maka matinya adalah mati jahiliyah.” (HR. Muslim) Selain itu, kaum
muslimin di seluruh dunia tidak boleh memiliki lebih dari satu pemimpin dan lebih
dari satu negara. Sistem pemerintahan Islam merupakan sistem kesatuan. Negara
yang satu, sistem yang satu, dan Khalifah yang satu. Berikut hadits yang yang
berkaitan dengan perkara ini: “Apabila ada dua orang Khalifah, maka bunuhlah
yang terakhir dari keduanya.” (HR. Muslim)
4) Khalifah satu-satunya pihak yang berhak melakukan tabanni (adopsi) terhadap
hukum-hukum syara serta menegakkan konstitusi dan perundang-undangan.
Khalifah sebagai kepala negara memiliki kewajiban untuk mengatur urusan kaum
muslim. Syariat Islam memberikan kepadanya amanah untuk melindungi dan
memelihara urusan umat. Inilah latar belakang mengapa umat memberikan
kekuasaan kepada kepala negara untuk memerintah berdasarkan hukum-hukum
Allah SWT. Oleh karena itu, Khalifah akan berusaha keras menegakkan Islam di
tengah-tengah masyarakat dan menyerukan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia.
Khalifah pun memiliki kewenangan untuk menetapkan salah satu pendapat
(menjadi hukum) di antara pendapat-pendapat yang ada di tengah-tengah
masyarakat. Dalam hal ini terdapat kaidah syara yang berbunyi: “Perintah Imam
(Khalifah) akan menghilangkan perselisihan”. Kaum muslimin wajib terikat
dengan hukum yang nantinya dipilih oleh Khalifah karena ketaatan kepada
pemimpin merupakan bagian dari ketaatan kepada Allah SWT dan Rasulullah saw.
Firman Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul, serta ulil amri di antara kamu.” (TQS. An Nisa:59)
5 Struktur pemerintahan Islam tegak atas tujuh pilar, yaitu:
1) Kepala negara, yaitu Khalifah
2) Pembantu kepala negara (Muawin), yaitu Muawin Tafwidl dan Muawin
Tanfidz
3) Gubernur (Wali)
4) Panglima perang (Amirul Jihad) dan Angkatan Bersenjata
5) Lembaga peradilan (Qadli)
6) Aparat administrasi (Jihazul Idari)
7) Majelis Umat (Beranggotakan muslim dan non muslim, baik laki-laki maupun
perempuan. Fungsinya melakukan koreksi kepada penguasa, tidak membuat
hukum/undang-undang karena membuat hukum hanyalah hak Allah SWT)

B. Tugas Kontekstual
Lakukan aktivitas-aktivitas berikut dan catatlah hasilnya!
1. Identifikasi perilaku politik yang menyimpang di Indonesia, lakukan analisis terhadap
penyebab yang melatarinya dan kemukakan usulan perbaikannya
 Perilapku politik yang menyimpang ini adalah KKN (Kolusi Korupsi Nepotisme)
dimana hal ini disebabkan oleh perilaku atau akhlak yang buruk. Mereka tidak
berperilaku jujur, haus akan kekuasaan, tamak sehingga mereka rela untuk
melakukan hal ini. Untuk memperbaiki perilaku ini harus mengadakan perbaikan
akhlak kepada seluruh masyarakat sehingga mereka memiliki akhlak yang naik dan
tidak berperilaku buruk.
2. Identifikasi perilaku yang merusak cinta tanah air, lakukan analisis terhadap penyebab
yang melatarinya dan kemukakan pendapat saudara yang dapat memupuk rasa cinta tanah
air
 Perilaku yang dapat merusak cinta tanah air yaitu adanya perilaku membeda-
bedakan masayarakat dengan SARA. Hal ini dapat merusak persatuan bangsa
karena Bangsa Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak keragaman,
baik Bahasa, budaya, suku, adat, agama dan lain-lain. Tentunya apabila perilaku ini
terus berkembang akan sangat berpengaruh dengan persatuan dan kesatuan
Indonesia.
 Perilaku yang dapat memupuk rasa cinta tanah air yaitu perilaku saling
menghormati antar masyarakat tanpa membadakan SARA. Sehingga dengan
adanya perilaku ini persatuan dan kesatuan akan terpupuk dengan baik dan
mengukuhkan pondasi persatuan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai