Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM KLINIK MATA KULIAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. H G1P0A0


USIA KEHAMILAN 8 MINGGU DENGAN ABORTUS INKOMPLIT
DI PUSKESMAS BULU KABUPATEN SUKOHARJO

Disusun oleh :

Nama : Imanda Azizah

NIM : P27224020501

Kelas : 1A

PROGRAM STUDI DIPLOMA-IV KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA
2021
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. H G1P0A0 USIA KEHAMILAN

8 MINGGU DI PUSKESMAS BULU KABUPATEN SUKOHARJO

Disusun oleh :

Nama : Imanda Azizah

NIM : P27224020501

Kelas : 1A

Tanggal Pelaksanaan : 24 Mei – 19 Juni 2021

Disetujui tanggal 19 Juni 2021

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

……………………. ………………………

NIP. NIP.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender
Internasional (Sarwono, 2014: 213)
Secara umum, selama periode 2006-2013, sekitar 56 % dari ibu hamil
melakukan pemeriksaan antenatal minimal sebanyak empat kali berdasarkan
kebijakan WHO. Proporsi ibu hamil di Negara berkembang yang sedikitnya
empat kali melakukan kunjungan antenatal telah meningkat dari sekitar 37 %
pada tahun 1990 menjadi sekitar 52 % pada tahun 2012. Akan tetapi, di
Negara berpenghasilan rendah hanya 38 % dari ibu hamil yang datang
sebanyak empat kali atau lebih untuk melakukan kunjungan antenatal selama
tahun 2006- 2013 (Astuti, 2017).
Abortus inkomplit (keguguran tidak lengkap) adalah pengeluaran sebagian
janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal
dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, servikalis terbuka dan jaringan dapat
diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium
uteri eksternum. Pendarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin
dikeluarkan, dapat menyebabkan syok (Irianti, 2012: 43).
Berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan oleh Maliana Andesia tahun
2016 bahwa faktor resiko yang paling dominan sebagai penyebab abortus
inkomplit dari hasil uji statistik multivariat, variabel umur dengan nilai
tertinggi yaitu sebesar 1.985 (95% CI 1.218-3.236), ibu dengan umur berisiko
(35 tahun) 2 kali lebih tinggi terjadi abortus inkomplit dibandingkan ibu
dengan umur tidak berisiko (Maliana Andesia, 2016:20-35).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan kehamilan Patologis
yaitu Abortus Inkomplit dengan menggunakan manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengumpulkan data subyektif pada kehamilan
Patologis yaitu Abortus Inkomplit
b. Mahasiswa mampu mengumpulkan data obyektif pada kehamilan
Patologis yaitu Abortus Inkomplit
c. Mahasiswa mampu membuat assessment (diagnose atau masalah) pada
kehamilan Patologis yaitu Abortus Inkomplit
d. Mahasiswa mampu membuat penatalaksanaan pada kehamilan
Patologis yaitu Abortus Inkomplit

C. Manfaat
1. Manfaat Praktis
a. Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan edukasi bagi bidan dalam meningkatkan mutu
pelayanan dibidang Kesehatan ibu hamil
b. Bagi responden
Memberikan ilmu pengetahuan yang dapat digunakan sebagai salah satu

2. Manfaat Teoritis
Memberikan ilmu pengetahuan serta diharapkan bisa menjadi salah satu
tambahan referensi mengenai Asuhan Kebidanan Patologis dengan
Abortus Inkomplit di Puskesmas Bulu Sukoharjo.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender Internasional
(Sarwono, 2014: 213)

B. Standar Pelayanan Antenatal


Standar pelayanan antenatal merupakan bagian dari standar pelayanan
kebidanan. Standar pelayanan antenatal terdiri dari enam tindakan (IBI, 2005
dalam Astuti, 2017) yaitu :
a. secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami,
dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
b. Pemeriksaan dan pemantauan antenatal. Bidan memberikan sedikitnya 4
kali pelayanan antenatal. Pemeriksaannya meliputi anamnesis serta
pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah
perkembangan janin berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal
kehamilan resiko tinggi dengan kelainan, khususnya anemia, kurang
gizi,hipertensi, penyakit menular seksusal atau infeksi HIV, memberikan
pelayanan imunisasi, nasihat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait
lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Data harus dicatat dengan tepat
setiap kunjungan. Jika ditemukan kelainan, maka bidan harus mampu
mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan
selanjutnya.
c. Palpasi abdominal. Bidan melakukan peemeriksaan abdominal secara
seksama da melakukan palpasi untuk memperkirankan usia kehamilan, serta
jika usia kehamilan bertambah, maka bidan harus memeriksa posisi, bagian
terendah janin, dan masuknya kepala janin ke dlaam ronggal panggul untuk
mencari kelinan, serta melakukan rujukan tepat waktu.
d. Pengelolaan anemia pada kehamilan. Bidan melakukan pencegahan,
penemuan, penanganan, dan/ atau rujukan semua kasus anemia pada
kehamillan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e. Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan. Bidan menemukan secara dini
setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan, mengenal tanda dan gejala
pre-eklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
f. Persiapan persalinan. Bidan memebrikan saran yang tepat pada suami dan
keluarganya pada trimester ketiga untuk memastikan bahwa persiapan
persalinan yang bersih dan aman, serta suasana yang menyenangkan akan
direncanakan dengan baik selain persiapan transportasi dan biaya untuk
merujuk, jiks tiba- tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya
melakukan kunjungan rumah.
Secara umum, selama periode 2006-2013, sekitar 56 % dari ibu hamil
melakukan pemeriksaan antenatal minimal sebanyak empat kali berdasarkan
kebijakan WHO. Proporsi ibu hamil di Negara berkembang yang sedikitnya
empat kali melakukan kunjungan antenatal telah meningkat dari sekitar 37
% pada tahun 1990 menjadi sekitar 52 % pada tahun 2012. Akan tetapi, di
Negara berpenghasilan rendah hanya 38 % dari ibu hamil yang datang
sebanyak empat kali atau lebih untuk melakukan kunjungan antenatal
selama tahun 2006- 2013 (Astuti, 2017).

Tabel 2. 5 Jadwal Kunjungan dan Informasi Saat Kunjungan

Kunjungan Waktu Informasi/Tindakan


Trimester 1 Kali kunjungan yaitu Membangun hubungan saling
1 pada usia kehamilan 0-13 percaya antara petugas
minggu. kesehatan dan ibu hamil,
mendeteksi masalah dan
menanganinya, melakukan
pencegahan (misalnya anemia,
kekurangan zat besi, dn
tetanus neonatorum), serta
mendorong perilaku sehat
( gizi, istirahat, dan
kebersihan).
Trimester 1 kali kunjungan yaitu Membangun hubungan saling
2 pada usia kehamilan 14- percaya antara petugas
28 minggu. kesehtan dan ibu hamil,
mendeteksi masalah dan
menanganinya, melakukan
pencegahan (misalnya anemia,
kekurangan zat besi dan
tetanus neonatorum),
mendorong perilaku sehat
( gizi, istirahat, dan
kebersihan), serta
kewaspadaan khusus
mengenai preeklamsia.
Trimester 2 kali kunjungan yaitu Pada saat taksiran persalinan,
3 pada usia kehamilan 28- jika ibu belum melahirkan,
36 minggu dan 36-40 dianjurkan untuk mendeteksi
minggu janin secara dini, melakukan
rujukan atau tindakan secara
tepat dan mecegah terjadinya
kehamilan serotinus.
(Astuti, 2017)

Setiap kunjungan harus mencakup pelayanan yang sesuai dengan


kebutuhan komprehensif masing- masing ibu hamil dan tahap
kehamilan mereka. Jika terdeteksi adanya masalah, maka frekuensi dan
ruang lingkup pemeriksaan harus ditingkatkan. Sebagian besar masalah
kesehatan pada ibu hamil dapat dicegah, dideteksi dan diobati selama
kunjungan antenatal care oleh petugas kesehatan yang terlatih.
C. Perubahan yang terjadi pada wanita hamil Trimester I
a. Perubahan Fisik
1) Rahim
Rahim: perubahan yang amat jelas adalah pembesaran rahim untuk
menyimpan bayi yang ditumbuh. Peningkatan ukuran ini disebabkan
uterus membesar dan meregang yang disebabkan oleh rangsanagan
estrogenserta progesterondan terjadi akibat tekanan mekanik dari dalam
yaitu janin, plasenta serta cairan ketuban akan memerlukan lebih banyak
ruangan.
2) Vagina
Vagina sampai minggu ke-8, meningkatnya vaskularisasi dan
pengaruh hormone estrogen pada vagina menyebabkan tanda kehamilan
yang khas disebut tanda chadwigck’s, yang berwarna kebiru-biruan yang
dapat terlihat oleh pemeriksa. Respon lain pengaruh hormonal adalah
sekresi sel-sel vagina meningkat, sekresi tersebut berwarna putih yang
bersifat sangat asam, dikenal dengan istila “putih” atau leucorrhea.
3) Ovarium
Ovarium merupakan sumber hormone estrogen dan progesteron pada
wanita tidak hamil. Pada kehamilan ovulasi berhenti, corpuslutium terus
tumbuh sampai terbentuk plasenta yang mengambilalih pengeluaran
hormone estrogen dan progesteron. Plasenta juga membenruk hormon
yang lain: human chorionic gonadotropin (HCG), human plasenta
lactogen (HPL), juga disebut human chorionic somammotropin (hCS)
dan human chorionic thyrotropin (hCT).
4) Dinding perut
Dinding perut dengan pembesaran rahim menimbulkan peregangan
dan menyebabkan robeknya serabut elastis di bawah kulit, maka
timbullah strie grafidarum. Kulit perut pada linia alba (garis putih)
bertambah pigmentasinya disebut linia nigra.
5) Kulit
Kulit: akibat membesarnya rahi dan pertumbuhan janin, perut
menonjol keluar. Serabut-serabut elastis dari lapisan kulit terdalam
terpisah dan terputus karena regangan. Tanda regangan yang disebut strie
gravidarum terlihat pada abdomen dan bokong terjadi pada 50% wanita
hami dan menghilang menjadi bayangan lebih terang setelah
melahirkan.Perubahan deposit pigmeng dan hiperpigmentasi karena
pengaruh rangsangan hormone melanophore.
6) Payudara
Payudara terjadi perubahan secara bertahap mengalami pembesaran
karena peningkatan pertumbuhan jaringan alveoli dan suplay darah.
Puting susu menjadi menonjol dan keras, perubahan ini yang membawa
fungsi laktasi, disebabkan oleh peningkatan kadar hormon estrogen,
progesteron, laktogen dan prolactin.
7) System sirkulasi darah
Sistem sirkulasi darah sebagaimana kehamilan berlanjut, volume
darah meningkat bertahap sampai mencapai 30% sampai 50% diatas
tingkat pada keadaan tidak hamil.
8) System pernapasan
Wanita hamil kadang-kadang mengeluh sesak dan pendek nafas,
dikarenakan pada wanita hamil terjadi perubahan sistem respirasi untuk
dapat memenuhi kebutuhan oksigen. Disamping itu terjadi desakan
diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur kehamilan
32 minggu
9) Sistem Gastrointestinal
Sistem gastrointestinal dapat terpengaruh oleh karena kehamilan,
penyebabnya adalah faktor hormonal dan mekanis. Tingginya
kadarprogesteron mengganggu keseimbangan cairan tubuh,
meningkatkan kolesterol darah dan melambatkan kontraksi otot-otot
polos.
10) System urinaria
Sistem urinaria pada awal kehamilan suplai darah ke kandung kemih
meningkat dan pembesaran uterus menekan kandung kemih,
menyebabkan sering kemih. Terjadinya hemodilusi menyebabkan
metabolisme air makin lancar sehingga pembentukan air senipun
bertambah
11) Berat Badan
Berat badan pada wanita hamil peningkatan berat badan normalnya
sama dengan 25% dari berat badan sebelumnya, peningkatan yang utama
adalah pada trimester kedua kehamilan.
12) System muskuloskeltal
Selamah masa kehamilan wanita membutuhkan kira-kira
membutuhkan lebih banyak kalsium dan fosfor, dengan makan makanan
yang seimbang kebutuhan tersebut akan terpenuhi.Postur tubuh pada
wanita mengalami perubahan secara bertahap karena janin membesar
bertahap dalam rahim (Sunarti, 2013:43-49).

D. Perubahan psikologis pada wanita hamil


Perubahan psikologis pada wanita hamil merupakan salah satu dari tiga
perubahan dalam hidupnya, ialah pubertas, kehamilan dan menopaus.
Perubahan yang terjadi merupakan suatu respon terhadap kehamilannya, akibat
peningkatan hormon dapat mempengaruhi suasana hati dan karena yang
kadarnya yang naik turun maka demikian juga suasana hati wanita, biasanya
wanita menjadi labil, lebih emosional, mudah tersinggung, mudah adanya
depresi, marah, sedih, takut, kwatir, tingkah laku berubah tidak sama sebelum
hamil perubahan ini harus di hadapi sekalipun agak membingungkan sementara
waktu.
Perubahan selama kehamilan tidak dapat di hindari, sering dalam waktu
yang singkat, ada beberapa sosial dan ahli klinis menyatakan bahwa kehamilan
18 adalah salah satu tipe krisis, terdapat teori krisis yaitu pada awalnya
mengalami syok dan menyangkal, kebingungan dengan masalah yang
mengganggu.Pada periode ini, berbagai alternatif seperti aborsi, atau adopsi
yang menjadi pertimbangan, legal etik, moral dan ekonomi agar dapat
menerimah keadaaan ini membutuhkan waktu 1-6 minggu untuk mengatasinya
membutuhkan dukungan situasional yang mereka harapkan (Jannah, 2013: 54-
55).

E. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I (0-12 minggu)


a) Perdarahan Pada Kehamilan Muda
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya
Perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada
kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus, misscarriage,
early pregnancy loss. Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa
istilah sesuai dengan pertimbangan masing-masing, setiap terjadinya
perdarahan pada kehamilan maka harus selalu berfikir tentang akibat dari
perdarahan ini yang menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan
(Hadijanto, 2008).
b) Kehamilan ektopik
Suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur telah dibuahi tidak menempel
pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari 95% kehamilan ektopik
berada di saluran telur (tuba Fallopii). Kejadian kehamilan ektopik tidak
sama diantara senter pelayanan kesehatan. Hal ini bergantung pada kejadian
salpingitis seseorang. Di Indonesia kejadian sekitar 5-6 per seribu
kehamilan. Patofisiologi terjadinya kehamilan ektopik tersering karena sel
telur yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju endometrium
tersendat sehingga embrio sudah berkembang sebelum mencapai kavum
uteri dan akibatnya akan tumbuh di luar rongga rahim. Bila kemudian
tempat nidasi tersebut tidak dapat menyesuaikan diri dengan 18 besarnya
buah kehamilan, akan terjadi rupture dan menjadi kehamilan ektopik
terganggu (Hadijanto, 2008).
c) Mola hidatidosa
Suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan
janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa
degenerasi hidropik. Secara makroskopik, molahidatidosa mudah dikenal
yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan
jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa millimeter sampai 1 atau 2
cm
d) Muntah terus dan tidak bisa makan pada kehamilan
Mual dan muntah adalah gejala yang sering ditemukan pada kehamilan
trimester I. Mual biasa terjadi pada pagi hari, gejala ini biasa terjadi 6
minggu setelah HPHT dan berlangsung selama 10 minggu. Perasaan mual
ini karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. 20
Mual dan muntah yang sampai menggangguaktifitas seharihari dan keadaan
umum menjadi lebih buruk, dinamakan Hiperemesis Gravidarum
(Wiknjosastro, 2002, p.27
e) Selaput kelopak mata pucat
Merupakan salah satu tanda anemia. Anemia dalam kehamilan adalah
kondisi ibu dengan keadaan hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I.
Anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan
akut bahkan tak jarang keduanya saling berinteraksi. Anemia pada trimester
I bisa disebabkan karena mual muntah pada ibu hamil dan perdarahan pada
ibu hamil trimester I (Saifuddin, 2002, p.281).
f) Demam Tinggi
Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam kehamilan
merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya
infeksi dalam kehamilan. Menurut SDKI tahun 2007 penyebab kematian ibu
karena infeksi (11%). Penanganan demam antara lain dengan istirahat
baring, minum banyak dan mengompres untuk menurunkan suhu. Demam
dapat disebabkan oleh infeksi dalam kehamilan yaitu masuknya
mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh wanita hamil yang kemudian
menyebabkan timbulnya tanda atau gejala–gejala penyakit. Pada infeksi
berat dapat terjadi demam dan gangguan fungsi 21 organ vital. Infeksi dapat
terjadi selama kehamilan, persalinan dan masa nifas (Pusdiknakes, 2003).

F. Abortus
1) Pengertian abortus
Abortus adalah terancamnya atau keluarnya buah kehamilan baik
sebagian ataupun keseluruhan pada umur kehamilan lewat dari 20 minggu.
Kematian janin dalam rahim disebut Intra Uterine Fetal Death (IUFD),
yakni kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau
pada trimester kedua dan atau yang beratnya 500 gram. Jika terjadi pada
trimester pertama disebut keguguran atau abortus (Setiawati, 2013:189-
190).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan akibat faktor tertentu atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 20 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup diluar kandungan (Yulaikha Lily, 2015: 72).
2) Macam-macam Abortus
Abortus dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Abortus Spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran : merupakan±20 %
dari semua abortus.
Abortus spontan adalah setiap kehamilan yang berakhir secara
spontan sebelum janin dapat bertahan. WHO mendefinisikan sebagai
embrio atau janin seberat 500 gram atau kurang, yang biasanya sesuai
dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu atau
kurang. Abortus spontan terjadi pada sekitar 15%-20% dari seluruh
kehamilan yang diakui, dan biasanya terjadi sebelum usia kehamilan
memasuki minggu ke-13 (Fauziyah, 2012: 37).
Gejala abortus spontan adalah kram dan pengeluaran darah dari jalan
lahir adalah gejala yang paling umum terjadi pada abortus spontan.
Kram dan pendarahan vagina yang mungkin tejadi sangat ringan,
sedang, atau bahkan berat. Tidak ada pola tertentu untuk berapa lama
gejala akan berlangsung. Selain itu gejala lain yang menyertai abortus
spontan yaitu nyeri perut bagian bawah, nyeri pada punggung,
pembukaan leher rahim dan pengeluaran janin dari dalam rahim.
Berdasarkan gambaran klinisnya, abortus dibagi menjadi:
 Abortus Imminiens (keguguran mengancam). Abortus ini baru
mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya.
Pada 22 abortus ini terjadinya pendarahan uterus pada kehamilan
sebelum usia kehamilan 20 minggu, janin masih dalam uterus, tanpa
adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya terjadi pendarahan melalui
ostium uteri eksternum disertai mual, uterus membesar sebesar
tuanya kehamilan. Serviks belum membuka, dan tes kehamilan
positif.
 Abortus incipiens (keguguran berlangsung).
Abortus ini sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi. Pada
abortus ini peristiwa peradangan uterus pada kehamilan sebelum
usia kehamilan 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks.
Diagnosisnya rasa mulas menjadi lebih sering dan kuat, pendarahan
bertambah
 Abortus incompletes (keguguran tidak lengkap).
Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian
(biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal di dalam rahim. Pada
abortus ini pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada
pemeriksaan vaginal, servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba
dalam kavun uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium
uteri eksternum. Pendarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin
dikeluarkan, dapat menyebabkan syok.
 Abortus komplit (keguguran lengkap).
Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap. Pada
abortus ini, ditemukan pendarahan sedikit, ostium uteri telah
menutup, uterus sudah mengecil dan tidak 23 memerlukan
pengobatan khusus, apabila penderita anemia perlu diberi sulfat
ferrosus atau transfusi (Fauziyah, 2012: 42-45).
 Missed Abortion (keguguran tertunda)
ialah keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke-22. Pada
abortus ini, apabila buah kehamilan yang tertahan dalam rahim
selama 8 minggu atau lebih. Sekitar kematian janin kadang-kadang
ada perdarahan sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus
imminiens (Sulistyawati, 2013:123).
 Abortus habitualis (keguguran berulang-ulang)
ialah abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi:
sekurang-kurangnya 3X berturut-turut.
 Abortus infeksiosus, abortus septik
Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada alat
genetalia.Abortus septik ialah abortus yang disertai penyebaran
infeksi pada peredaran darah tubuh (Sarwono, 2014: 467-473).

b. Abortus Provocatus (disengaja, digugurkan): 80 % dari semua abortus


dibagi atas 2 yaitu:
 Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus.
Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus ialah
pengguguran kehamilan biasanya dengan alat-alat dengan alasan
bahwa kehamilan membahayakan membawa maut bagi ibu,
misalnya karena ibu berpenyakit beratmisalnya: penyakit jantung,
hypertensi essentialis, carcinoma dari serviks. 24
 Abortus Provocatus criminalis
Abortus buatan kriminal (abortus propocatus criminalis) adalah
pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang
yang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum (Feryanto,2014: 41).
Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa
alasan medis yang sah dan dilarang oleh hukum. Abortus provokatus
dapat dilakukan dengan pemberian prostaglanding atau curettage
dengan penyedotan (Vacum) atau dengan sendok kuret (Pudiastusi,
2012: 41-42).
3) Etiologi
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor sebagai berikut:
Ada beberapa faktor-faktor penyebab abortus adalah
a. Faktor pertumbuhan hasil konsespi. Kelainan pertumbuhan hasil
konsepsi dapat menyebabkan kematian janin dan cacat bawaan yang
menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan hasil
konsepsi dapat terjadi karena :
a) Faktor kromosom. Gangguan terjadi sejak semula pertemuan
kromosom termasuk kromosom seks.
b) Faktor lingkungan endometrium
 Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil
konsepsi.
 Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu
pendek. 25
c) Pengaruh luar.
 Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil
konsepsi.
 Hasil konsepsi berpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
d) Kelainan pada plasenta
 Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta
tidak dapat berfungsi. Gangguan pembuluh dara plasenta
diantaranya diabetes mellitus.
 Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran dara plasenta
sehingga menimbulkan keguguran.
e) Penyakit ibu.
Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan
janin dalam kandungan melalui plasenta.
 Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria
dan sifilis
 Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan gangguan peredaran
O2 menuju sirkulasi retroplasenter.
 Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal.
Penyakit hati, dan penyakit diabetes mellitus kelainan yang
terdapat dalam rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh
kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk
mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retroplefsia uteri,
serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks 26 (kolisasi,
amputasi, serviks), robekan serviks postpartum (Manuaba, Ida
Ayu Candranita dkk, 2013 :288-289).

G. Abortus Inkomplit
1) Pengertian
Abortus inkomplit (keguguran tidak lengkap) adalah pengeluaran
sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, servikalis terbuka dan
jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah
menonjol dari ostium uteri eksternum. Pendarahan tidak akan berhenti
sebelum sisa janin dikeluarkan, dapat menyebabkan syok (Irianti, 2012: 43).
2) . Tanda-tanda
a) Setelah tejadi abortus dengan pengeluaran jaringan, pendarahan
berlangsung terus.
b) Sering cervix tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim
yang dianggap corpus allieum, maka uterus akan berusaha
mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi. Tetapi kalau keadaan
ini dibiarkan lama cerviksakan menutup kembali (Pudiastuti, 2012: 45).
3) Diagnosis
a) Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis.
b) Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat.
c) Terjadi infeksi ditandai suhu tinggi.
d) Dapat terjadi degenerasi ganas.
e) Pada pemeriksaan dijumpai gambaran:
 Kanalis servikalis terbuka 32
 Dapat diraba jaringan dalam rahim.
 Lakukan pemeriksaan bimanual: ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan,
penipisan serviks, serta kondisi ketuban.
 Jika hasil pemeriksaan negatif, lakukan pemeriksaan denyut jantung
janin untuk menentukan kelangsungan hidup janin dan tenangkan
keadaan ibu.
 Jika perdarahan terus berlanjut, khususnya jika ditemui uterus lebih
besar dari yang harusnya mungkin menunjukkan kehamilan ganda
atau molahidatidosa.
 Jika perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal seperti biasa dan
lakukan penilaian jika terjadi perdarahan lagi.
 Konsultasi dan rujuk ke dokter spesialis jika terjadi perdarahan
hebat, kram meningkat atau hasil pemeriksaan menunjukkan hasil
abnormal (Yulaikhah, 2015:79-80)

4) Penanganan
Abortus Inkomplit harus segera dibersihkan dengan curettage atau secara
digital. Selama masih ada sisa-sisa plasenta akan terus terjadi pendarahan
(Pudiastuti,2012: 48)
a) penanganan
 Terapi abortus dengan curetase
 Perawatan pasca Tindakan
 Pemantauan pasca abortus
b) penanganan
 Lakukan kongseling.
 Jika perdarahan ringan atau sedang dan usia kehamilan kurang dari
16 minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang mencuap dari serviks. 34
 Jika perdarahan berat atau usia kehamilan kurang dari 16 minggu,
lakukan evaluasi isi uterus. Aspirasi vacuum manual (AVM) adalah
metode yang dianjurkan. Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan bila
AVM tidak tersedia. Jika evaluasi tidak dapat segerah dilakukan,
berikan ergometri 0,2 mg IM (dapat di ulang 15 menit kemudian bila
perlu).
 Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU
oksitosin dalam satu liter NaCl 0,9% atau ringer laktat dengan
kecepatan 40 tetes/menit untuk membantu pengeluaran hasil
konsepsi.
 Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama
2 jam. Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
 Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopis dan kirimkan
untuk pemeriksaan patologi kelaboratorium.
 Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa
kadar hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan
kadar hb>8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang (WHO, 2013: 87)

5) Komplikasi
a) Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabil pertolongan tidak diberikan pada
waktunya.
b) Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus pada
posisi hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadi
perforasi, laparatomi harus segerah di lakukan untuk menentukan
luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukaan alat-alat lain.
c) Infeksi
Infeksi dalam uterus dan sekitarnya dapat terjadi disetiap abortus, tetapi
biasanya ditemukan pada abortus inkomplit dan lebih sering pada
abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan
antisepsis.
d) Syok
Syok pada abortus biasa terjadi karena perdarahan dan karena infeksi
berat.
e) Kematian
Abortus berkontribusi terhadap kematian ibu sekitar 15%.Data tersebut
sering kali tersembunyi di balik data kematian ibu akibat perdarahan.
Data lapangan menunjukkan bahwa sekitar 60% -70% kematian ibu
disebabkan oleh perdarahan , dan sekitar 60% kematian akibat
perdarahan tersebut, atau sekitar 35-40% dari seluruh kematian ibu,
disebabkan oleh perdarahan postpartum. Sekitar 15-20% kematian
disebabkan oleh perdarahan (Irianti, 2014:77-78).

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


PADA NY. H USIA 22 TAHUN G1P0A0 USIA HAMIL 8 MG
DENGAN ABORTUS INKOMPLIT
DI PUSKESMAS BULU KABUPATEN SUKOHARJO

PENGKAJIAN
Tanggal : 29 Mei 2021 Jam : 09.10 WIB

IDENTITAS PASIEN
Identitas Pasien Penanggung Jawab
Status : Suami
1. Nama : Ny. H 1. Nama : Tn. M
2. Umur : 22 tahun 2. Umur : 25 tahun
3. Agama : Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMA 4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : Pegawai Swasta 5. Pekerjaan : Karyawan Swasta
6. Suku bangsa : Jawa Tengah 6. Suku Bangsa: Jawa Tengah
7. Alamat : Jarakan Bulu 2/6 7. Alamat : Jarakan Bulu 2/6

DATA SUBYEKTIF
1. ALASAN DATANG :
Pasien ingin memeriksakan kehamilannya.
KELUHAN UTAMA :
Pasien mengeluh keluar darah dari jalan lahir dan menggumpal.
URAIAN KELUHAN UTAMA
a. Ibu mengatakan keluar darah dari jalan lahir sejak tiga hari yang lalu
yakni dari tanggal 27 Mei 2021, awalnya sedikit kemudian bertambah
banyak sejak malam hari pada tanggal 29 Mei 2021.
b. Lokasi keluhan perut bagian bawah.
c. Tidak ada Riwayat hubungan seksual sebelum terjadi perdarahan.
RIWAYAT KESEHATAN:
Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita :
a. Tidak ada Riwayat penyakit menular dan menurun
b. Ibu tidak pernah menderita penyakit hepatitis, HIV, jantung, paru-paru,
diabetes melitus (DM), dan hipertensi
c. Tidak ada Riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan
d. Tidak ada Riwayat ketergantungan obat-obat terlarang, alcohol ataupun
rokok.
RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat Haid:
Menarche : 14 Tahun Nyeri Haid : Tidak ada
Siklus : 28-29 hari Lama : 4-6 hari
Warna darah : Merah Leukhorea : Tidak ada
Banyaknya : 2-3 ganti pembalut /hari

b. Riwayat Kehamilan sekarang :


1) G1P0A0 Ah 0
2) Ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama dan tidak pernah
keguguran
3) Ibu mengatakan tidak pernah kedukun
4) Ibu mengatakan sering bekerja berat
5) Usia kehamilan : 8 minggu
6) HPHT : 31 – 03 – 2021
7) HPL : 07 – 01 – 2022
8) Gerak janin
 Pertama kali : belum ada
 Frekuensi dalam 12 jam : belum ada
9) Keluhan
a) Trimester I : Sedikit mual
b) Trimester II :-
c) Trimester III :-
10) Riwayat terapi
a. Trimester I : Vitamin B6, Kalk, Tablet Fe
b. Trimester II :-
c. Trimester III :.-
rr
11) Riwayat Alergi: Tidak ada
12) Kekhawatiran khusus : Tidak ada
13) Imunisasi / TT : 4 kali
14) ANC : 1x
Suplement
AN
Tangga & Fe MASALA
C Tempat TINDAKAN/PENDKES
l (Jenis & H
Ke
Jml)
1 15-05- Puskesmas Vitamin Mual Tindakan : TTV,
2021 Bulu B6 (X) Antropometri, Pemfis dan
Kalk (X) Lepold (belum teraba)
Tablet Fe Pendkes :Hasil
(X) Pemeriksaan Normal,
Mengajurkan untuk
USG ,makan sedikit tapi
sering, perbanyak buah
yang mengandung air,
Kurangi makanan
berminyak, Memberitahu
perubahan fisik dan
psikologi pada ibu hamil
TM I, memberitahu ibu
tanda-tanda kehamilan
TM I, Memberitahu
kunjungan ulang.

c. Riwayat Kehamilan persalinan dan nifas yang lalu:


Kead
anak
Kehamilan Persalinan Nifas
sekara
ng
Tahun KELUH Tempat
Fre JK
AN persalia Asi
k U Jen Penolo / Peny IM Peny
/ nan eksklu
AN K is ng B ulit D ulit
PENYU sif
C B
LIT

Seka
rang

2. RIWAYAT KB :Pernah/ tidak pernah*)


a. Ibu mengatakan tidak ppernah menggunakan KB
b. Rencana Setelah Melahirkan : Belum terpikirkan

3. POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI:


Sebelum hamil :
Sebelum hamil Selama Hamil
A. Nutrisi
1) Makan
Frekuensi makan 3 X/hari 3 X/hari
pokok
Komposisi 3 x 1 piring (penuh) 3 x 1 piring (sedang)
Nasi
Lauk 3 x 1 potong (besar), 3 x 1 potong (sedang),
jenisnya ayam, ikan, jenisnya ayam, ikan,
dagingtahu, tempe. dagingtahu, tempe.
Sayuran 3 x 1 mangkuk sayur ; 3 x 1 mangkuk sayur ; jenis
jenis sayuran bayam, sayuran bayam, soup
soup
Buah 1 x sehari ; jenis apel, 2 x sehari ; jenis apel,
papaya, jeruk, melon alpukat, naga, jeruk.
Camilan 1 x sehari; jenis keripik 2 x sehari; jenis biscuit
Pantangan: Tidak ada Tidak ada
Keluhan: Tidak ada Mual
Perubahan selama Tidak ada Makan lebih sedikit dan
Hamil perbanyak makan buah
2) Minum
Jumlah total 5-7 gelas perhari; jenis 8-9 gelas perhari; jenis
mineral mineral
Susu Jarang 1 gelas perhari; jenis susu
prenagen
Jamu 1 x/minggu, Jenis kunyit 3x/minggu, jenis jahe
dan beras kencur
Keluhan: Tidak ada Tidak ada
Perubahan selama Tidak ada Minum lebih banyak
Hamil
b. Eliminasi
1) BAK
Frekuensi perhari 4-5 x/hari 6-8 x/hari
Warna Kuning Jernih Kuning Jernih
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Konsistensi Cair Cair
2) BAB
Frekuensi perhari 1 x/hari 1 x/hari
Warna Coklat Coklat
Konsistensi Lembek Lembek
Keluhan Tidak ada Tidak ada
C. Personal
Hygiene
Mandi 2 x sehari 2 x sehari
Keramas 4 x seminggu 4 x seminggu
Gosok Gigi 2 x sehari 2-3 x sehari
Ganti Pakaian 2 x sehari 2 x sehari
celana dalam 2 x sehari 3 x sehari
Kebiasaan memakai Sendal Sendal
alas kaki
Keluhan Tidak ada Tidak ada
d. Hubungan
sexsual
Frekuensi 4-5 x seminggu 1 x seminggu
Contact bleeding Tidak ada Tidak ada
Keluhan lain Tidak ada Tidak ada
Perubahan selama Tidak ada Lebih jarang berhubungan
hamil ini
e. Istirahat/Tidur
Tidur malam 8 jam 6 jam
Tidur siang 1 jam 30 menit
Keluhan/masalah Tidak ada Ibu tidak dapat
istirahat/tidur dengan baik
karena mengeluh nyeri pada
perut bagian bawah
Perubahan selama Tidak ada Tidak ada
hamil ini
f. Aktivitas fisik
dan olah raga
Aktivitas fisik Kerja dikantor, Memasak, membersihkan
(beban pekerjaan) memasak, membersihkan rumah, mengurus anak
rumah, mengurus anak
Olah raga Tidak pernah Tidak Pernah
Frekuensi Tidak ada Tidak ada
Perubahan selama Tidak ada Tidak ada
hamil ini
g. Kebiasaan yang
merugikan
kesehatan
Merokok aktif Tidak Tidak
Lingkungan perokok Tidak Tidak
Minuman Tidak Tidak
beralkohol
Obat-obatan Tidak Tidak
Napza Tidak Tidak
Aktifitas yang Tidak Tidak
merugikan

4. Riwayat Psikososial-spiritual
a. Ekspresi wajah tampak cemas
b. Klien menanyakan mengenai keadannya
c. Klien dan keluarga ingin cepat ditolong dan cepat sembuh
d. Riwayat perkawinan :
1) Status perkawinan : menikah , umur waktu menikah : 22 th
2) Pernikahan ini yang ke 1 sah lamanya 5 bln
3) Hubungan dengan suami : baik
e. Kehamilan ini diharapkan/tidak oleh ibu, suami, keluarga;
Respon & dukungan keluarga terhadap kehamilan ini : kehamilan ini
sangat diharapkan dan sangat didukung oleh suami dan keluarga
f. Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : Memutuskan masalah
dengan kepuutusan bersama antar istri dan suami
g. Ibu tinggal serumah dengan : Suami
h. Pengambil keputusan utama dalam keluarga : Suami
Dalam kondisi emergensi, ibu dapat mengambil keputusan sendiri.
i. Orang terdekat ibu : Suami dan Ibu kandung
Yang menemani ibu untuk kunjungan ANC : Suami
j. Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan kehamilan : Tidak ada
k. Rencana tempat dan penolong persalinan yang diinginkan : Dipuskesmas
dan ditolong oleh bidan
l. Penghasilan perbulan: Rp 3.000.000 Cukup
m. Praktek agama yang berhubungan dengan kehamilan :
1) Kebiasaan puasa /apakah ibu berpuasa selama hamil ini? Tidak
Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan :
 ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh nakes wanita maupun pria;
 tidak boleh menerima transfusi darah;
 tidak boleh diperiksa daerah genitalia,
 lainnya : ..................................................................................

n. Tingkat pengetahuan ibu :


Hal-hal yang sudah diketahui ibu : ibu sudah mengetahui tanda bahaya
kehamilan
Hal-hal yang ingin diketahui ibu : ibu ingin mengetahui persiapan
kuratase
o. Lingkungan:
Kebiasaan kontak dengan binatang : tidak
p. Paparann dengan polutan : tidak

DATA OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK:
a. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum : Baik Tensi : 90/60 mmHg
2) Kesadaran : Compos Mentis Nadi : 88 x/m
3) BB Sebelum/ Sekarang : 50 / 49,5 Suhu : 36,7 0C
4) TB : 154 cm RR : 22 x/m
5) LILA : 25,5 cm IMT : 21
b. Status present
Kepala : Bersih, tidak ada ketombe, warna rambut hitam, tidak ada
rontok dan tidak ada massa, benjolan, dan nyeri tekan
Muka : Tidak ada oedema dan kloasma
Mata : Simetris, tidak ikterik, konjungtiva merah muda
Hidung : Bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip
Mulut : Bibir pucat, tidak kering, tidak ada sariawan, mulu dan gigi
bersih, tidak ada caries pada gigi
Telinga : Tidak ada sekret, simetris
Leher : Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, tidak ada pembesaran kelenjar limfa
Ketiak : Tidak ada benjolan, dan tidak ada pemebesaran kelenjar
getah bening
Dada : simetris,bersih, tidak ada benjolan, puting menonjol,ASI
belum keluar, hiperpigmentasi pada aerol mammae.
Perut : memanjang, tidak ada bekas operasi, tampak linea nigra,
tinggi fundus uterus tidak teraba
Lipat paha : Tidak ada varises
Vulva : Tidak ada oedem, tidak ada perdarahan, terdapat sedikit
keputihan, tidak ada varises
Ekstremitas : simetris kiri dan kanan, tidak ada varices dan tidak ada
oedema
Refleks patella : +/+
Punggung : Postur tubuh normal
Anus : Tidak ada haemoroid

c. Status Obstetrik
1. Inspeksi
 Muka : Tidak oedem, Tidak ada Chosma Gravidarum, Tidak
anemis
 Mamae : Simetris, puting menonjol, hiperpigmentasi areola
 Abdomen : Terdapat linea nigra, Striae gravidarum, tidak ada beka
operasi
 Genetalia : tidak ada varices, tidak ada kelainan pada vulva, nampak
pengeluaran darah dari vagina. Pemeriksaan Vagina toucher (VT)
tanggal 29 mei 2021, pukul 09.10 WIB.
1. Keadaan vulva dan vagina : tidak ada kelainan
2. Potio : lunak, tebal
3. Ostium uteri eksterna/ostium uteri interna (OUE/OUI) :
terbuka 2 cm
4. Uterus : retrofleksi
5. Pelepasan : darah
2. Palpasi : memanjang, tidak ada bekas operasi, tampak linea nigra, tinggi
fundus uterus tidak teraba
3.TFU : tidak teraba
5. Auskultasi : belum terdengar
5. Pemeriksaan penunjang :
- Hb : 11.4 gr/dl
- HbsAg : Negatif
- HIV/IMS : Negatif
- VDRL : Negatif
- Pemeriksaan ultrasonografi (USG), Pukul 08.00 tanggal 28 Mei 2021,
Hasil USG : Kesan sisa jaringan

III. ANALISIS
Diagnosa Kebidanan :
Ny. H Usia 22 tahun G1P0A0 Hamil 8 minggu
Presentasi Kepala, Tunggal, Hidup, Intrauterine
Masalah :
Nyeri Perut bagian bawah

IV. PELAKSANAAN
Tanggal 29 Mei 2021 Jam 09.30 WIB
1. Sampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dan menjelaskan keadaan yang
dialaminya
Rasionalisasi : dengan menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu,ibu dapat
mengerti tentang keadaannya dan dapat mengurangi kecemasan ibu.
Hasil : ibu memahami informasi yang diberikan dan keadaan dirinya serta
bersedia mendapatkan terapi sesuai yang diberikan tenaga Kesehatan.
2. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : tanda-tanda vital merupakan indicator dari keadaan umum klien
dan menentukan intervensi selanjutnya.
Hasil : ibu bersedia
3. Beri informasi kepada klien tentang penyebab perdarahan.
Rasional : agar ibu mengerti tentang keadaannya sekarang.
Hasil : ibu sudah mengerti keadanya
4. Jelaskan pada klien/keluarga tentang pentingnya dilakukan kuret, jika klien
setuju maka akan dibuatkan surat rujukan dan akan dilakukan Tindakan
kuretase pada tanggal 31 mei 2021, pukul 11:00 WIB
Rasional : dengan penjelasan kepada klien/keluarganya diharapkan dapat
menyetujui rencana Tindakan kuret dan ibu dapat menyiapkan fisik dan
fsikis.
Hasil : pasien dan keluarga menyutujui
5. Informed consent untuk dilakukan rujukan dengan Tindakan kuretase
Rasional : sebagai pernyataan persetujuan dari ibu/keluarga untuk Tindakan
dan sebagai perlindungan hukum bagi tenaga Kesehatan dalam melakukan
Tindakan.
Hasil : pasien dan keluarga menyetujui
6. Anjurkan ibu untuk istirahat.
7. Anjurkan Teknik relaksasi jika timbul rasa nyeri
Rasional : Teknik relaksasi merupakan salah satu upaya untuk
menghilangkan perhatian klien terhadap nyeri yang dirasakan dan
meningkatkan supali oksigen yang masuk kedalam tubuh diteruskan keotak
yang akan menghambat / mengurangi rangsangan nyeri yang timbul.
Hasil : ibu dapat melakukannya dengan baik
8. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : dengan mengungkapkan perasaannya dan mendengarkan
keluhannya klien akan merasa diperhatikan sehingga ia akan lebih tenang
Hasil : ibu merasa lebih tenang dan menerimanya
9. Beri dorongan spiritual kepada ibu
Rasional : dengan dorongan spiritual memberikan ketenangan hati bahwa
segala tindakan yang diberikan untuk proses penyembuhan dan tetap
berdoa kepada yang maha kuasa
Hasil : ibu merasa lebih tenang
10. Libatkan orang terdekat klien selama perawatan
Rasional : klien akan merasa nyaman dan aman bila didampingi oleh orang
terdekatnya khususnya suami.
Hasil : pasien menerimanya
11. Anjurkan pada ibu untuk meningkatkan kebersihan diri dengan dengan
mengganti dalaman atau pembalut setiap kali basa.
Rasional: dengan menjaga kebersihan diri akan memberi rasa nyaman dan
mencegah berkembannya kuman pathogen penyebab infeksi.
Hasil : ibu mengerti
12. Memberitahu ibu tanda tanda bahaya kehamilan
Rasional : menurut Pusdiknakes 2013, tanda bahaya diantaranya
perdarahan pada kehamilan muda, kehamilan ektopik, mola hidatidosa,
muntah, tidak nafsu makan, selaput kelopak mata pucat, demam tinggi,
nyeri perut bagian bawah.
Hasil : ibu mengerti
13. Memberitahu perubahan fisik dan psikologis pada ibu hamil Trimester III
Rasionalisasi : Pada Trisemester tiga, persalinan ibu akan semakin dekat,
berat badan ibu meningkat 12-20kg dan keluhan semakin banyak yang
terlihat seperti perut ibu yang besar menyebabkan sesak nafas, payudara
membesar dikarenakan persiapan untuk menyusui, terjadi kram otot dan
kulit menjadi lebih gelap, sakit pinggang, frekuensi buang air kecil
meningkat, timbul perasaan panic, khawatir, antusias dan juga gelisah.
Hasil : ibu mengerti dan memahami yang sudah dijelaskan.
14. Memberi terapi Tablet Fe 1x1 XX dan Kalk 1x1 X
Rasionalisasi : Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah
darah setiap hari minimal selama 90 hari. Tablet tambah darah di minum
pada malam hari untuk mengurangi rasa mual.
Hasil : ibu mengerti dan mau mengkonsumsinya
15. Menganjurkan ibu mengonsumsi
a. Tablet Fe 1x1
Rasionalisasi : untuk meningkatkan Hb mencegah anemia
b. Vitamin B6 3x1
Rasionalisasi : agar ibu tidak merasa mual
c. Kalk 2x1
Rasionalisasi : kebutuhan ibu hamil akan kalsium di indonesia adalah
1500-2000 mg/hari dan dosis Kalk 500 mg sehingga 2x1 yang berfungsi
untuk mencegah kekurangan kalsium ibu serta untuk pembentukan tulang
dan gigi pada janin
Hasil : ibu menerima dan mau mengonsumsinya
16. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan laboratorium
Rasionalisasi : pemeriksaan awal di trimester I dilakukan untuk mengetahui
kondisi secara umum ibu sebagai Langkah awal dalam pemberian terapi
seperti Hb, Vct, HbsAg, Golongan darah. Karena terjadi hemodilusi dalam
tubuh ibu dan perlu adanya dasar dalam pemberian tambah darah.
Hasil : ibu bersidia melakukan pemeriksaan laboratorium di puskesmas.
17. Melakukan pendokumentasian
Rasionalisasi : pendokumentasian untuk melihat perkembangan kehamilan
dan mendeteksi adanya tanda bahaya sebelum persalinan.
Hasil : sudah di dokumentasikan.

Sukoharjo, 06 Juni 2021

Pembimbing Klinik Praktikan

(Supadmi, S.ST, M.Si) (Imanda Azizah)


NIP. NIM. P2.722.402.050.1

Mengetahui
Pembimbing Prodi
(Emy Suryani, M.Mid)
NIP. 197103031993032002

BAB IV

PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan pembahasan manajemen asuhan kebidanan yang


dilakukan di Puskesmas Bulu (Sukoharjo). Ny “H”, usia 22 tahun, G1P0A0,
datang kepuskesmas dengan keluhan ada pengeluaran darah sejak 3 hari yang lalu
yakni dari tanggal 27 juni 2021, awalnya sedikit kemudian bertambah banyak
sejak malam hari pada tanggal 29 juni 2021 , pukul 23:00 WIB yang disertai
dengan nyeri perut bagian bawah.

Dalam tinjauan pustaka dikemukakan gejala atau tanda abortus inkomplit


berupa adanya riwayat amenorhea, perdarahan dari jalan lahir yang bisa sedikit
atau banyak disertai gumpalan darah, serta terdapat nyeri perut bagian bawah.
Pada pemeriksaan dalam akan didapati pembukaan serviks dan kadang-kadang
dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis.

Berdasarkan studi kasus pada Ny”H” maka data yang diperoleh dari hasil
pengkajian atau anamnesa pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis,
keadaan umum lemah, tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 88x/menit, pernapasan
22x/menit, dan suhu 36,7°C. Ekspresi wajah tampak cemas, pucat dan meringis
menahan sakit serta tidak ada oedema, kedua konjungtiva mata tidak anemis, tidak
ada pembesaran pada kelenjar tiroid, limfe dan vena jugularis, payudara tampak
simetris, hiperpigmentasi pada areola mammae.

HPHT tanggal 31 Maret 2021 dengan usia kehamilan 8 minggu, perdarahan


mula-mula sedikit kemudian banyak, bergumpal dan berwarnah merah kehitaman,
nyeri perut bagian bawah pada pemeriksaan laboratorium didapatkanpemeriksaan
darah rutin yang normal yaitu hemoglobin 11,4 gr%, HbsAg, HIV, VDRL hasil
negative dan pada pemeriksaan obstetrik TFU tidak dapat diraba, serta pada
pemeriksaan dalam terdapat pembukaan 2 cm dan sisa-sisa jaringan dapat diraba
90 dalam kanalis servikalis atau kavum uteri dan pada pemeriksaan USG
didapatkan kesan sisa jaringan.

Pasien tidak pernah memeriksakan kehamilan selama hamil, pasien sudah


mengetahui bahwa dirinya hamil tetapi dengan sumber kebiasaannya yang
dijadikan sebagai acuan yang biasanya memeriksakan kehamilannya pada umur
kehamilan + 5 bulan, tetapi pasien yakin bahwa janinnya akan tumbuh dan lahir
dengan baik dan sehat. Pasien tidak pernah mengalami trauma selama hamil,
pasien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, asma jantung dan diabetes,
riwayat mengomsumsi obatobatan selama hamil.Selama hamil, nutrisi pasien
terpenuhi dengan baik, istirahat cukup, aktivitas pasien tetap melakukan pekerjaan
sebagai pegawai swasta yang kerja dipabrik sehingga tidak ada waktu untuk
istirahat, pasien tidak ada riwayat hubungan seksual sebelum terjadi perdarahan

Hasil pengkajian data subjektif dan objektif yang diperoleh menunjukkan


diagnosis abortus inkomplit. Pasien datang dengan keluhan keluar darah
mulamula sedikit kemudian banyak, bergumpal dan berwarnah merah kehitaman,
nyeri perut bagian bawah pada pemeriksaan laboratorium didapatkan plano test
positif dan pada pemeriksaan obstetrik TFU tidak dapat diraba, serta pada
pemeriksaan dalam terdapat pembukaan 2 cm dan sisa-sisa jaringan dapat diraba
dalam kanalis servikalis atau kavum uteri dan pada pemeriksaan USG didapatkan
kesan sisa jaringan.

Hal tersebut sesuai dengan teori kasus abortus inkomplit merupakan


perdarahan dari uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu disertai keluarnya
sebagian hasil konsepsi (sebagian tertinggal dalam uterus). Pada tinjauan pustaka,
diagnosa abortus inkomplit dapat ditegakkan apabila ditemukan ada riwayat
amenorhoae, terjadinya perdarahan melalui jalan lahir sampai keadaan anemis,
dapat terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi, perdarahan disertai nyeri perut
bagian bawah diikuti dengan pengeluarn hasil konsepsi dan pada pemeriksaan
plano test didapatkan hasil positif, kemudian pada pemeriksaan ginekologi
didapatkan serviks terbuka, dapat diraba jaringan di kanalis servikalis (Yulaikhah,
2015: 76-77). 92

Pada Ny”H” dengan diagnosa abortus inkomplit, kehamilan 8 Minggu dengan


masalah aktual adalah nyeri perut bagian bawah disebabkan karena sisa jaringan
yang tertinggal dalam uterus, menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Hal inilah yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah.

Berdasarkan uraian diatas maka diagnosis pada kasus tersebut adalah G1P0A0,
usia kehamilan 8 minggu, dengan abortus inkomplit. Demikian penerapan
tinjauan pustaka dan kasus pada Ny “H” secara garis besar tampak adanya
persamaan antara teori dengan diagnosis aktual yang ditegakkan sehingga
memudahkan memberikan tindakan selajutnya

Kondisi pasien saat ini dengan nyeri perut bagian bawah, ibu tampak bersedih
karena bayinya tidak bisa diselamatkan. Pemeriksaan dalam tidak ada kelainan,
pembukaan 2 cm dan ada pelepasan darah. Pasien berpotensi terjadi anemia jika
tidak segerah ditangani dan infeksi. Pasien dengan abortus harus segerah diberi
tahu. Sikap dan empati yang ditunjukkan oleh bidan akan memberi pengaruh
psikologis ibu dan keluarga.
Terbukanya jalan lahir dan adanya perdarahan merupakan media
perkembangannya mikroorganisme pathogen yang dapat menyebabkan infeksi
dalam uterus dan sekitarnya dapat terjadi disetiap abortus tetapi biasanya
ditemukan pada abortus inkomplit dan lebih sering pada abortus buatan yang
dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis (Irianti Bayu dkk, 2014:
77).

Berdasarkan tinjauan pustaka manajemen kebidanan adalah mengidentifikasi


adanya masalah potensial yaitu mengantisipasi segalah sesuatu yang mungkin
terjadi. Sesuai dengan tinjauan pustaka bahwa pada kasus Ny”H” dengan diagnosa
abortus inkomplit masalah potensial yang dapat terjadi adalah potensial infeksi
jalan lahir. Data yang mendukung yaitu pada pemeriksaan dalam ostium uteri
terbuka satu jari longgar, ada teraba sisa jaringan atau darah yang tertinggal.

Pada kasusu Ny”H”dengan diagnosa abortus inkomplit masalah potensial yang


dapat terjadi adalah potensial terjadi anemia. Data yang mendukung yaitu
perdarahan sedikit-sedikit, kemudian banyak sehingga menimbulkan keadaan
anemis.Sebagian hasil konsepsi masih tertinggal dalam uterus dimana pada
pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan pada
cavum uteri.Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnyapun bisa banyak atau
sedikit bergantung pada sisa jaringan yang tersisa, sehingga perdarahan berjalan
94 terus.Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia (Prawirohardjo, 2014: 469-
470). Nampak ada persamaan dan tidak di temukan adanya kesengjangan

Tindakan segera dan rujukan eksternal dilakukan berdasarkan indikasi yang


memerlukan penanganan cepat dan tepat sehingga memerlukan rujukan dengan
Rumah Sakit dan tenaga kesehatan yang ahli di bidangnya, dalam kasus ini, tidak
ada indikasi untuk dilakukannya tindakan segera. Akan tetapi, rujukan dengan
dokter ahli kandungan dilakukan untuk menetapkan diagnosa dengan pemeriksaan
USG, pemeriksaan laboratorium dan rencana kuretase.

Adanya nyeri perut dan keluarnya darah yang banyak dari jalan lahir disertai
dengan gumpalan-gumpalan dapat menyebabkan infeksi apabila tidak ditangani
dengan segerah. Melakukan rujukan dengan dokter untuk tindakan selanjutnya.
Pada Ny”H” dilakukan tindakan dengan pemasangan infus dengan cairan RL
dengan 28 tetes/menit, rencana kuret dengan rujukan ke Rumah Sakit pada
tanggal 29 juni 2021 pukul 11:00 WIB.

Pengeluaran hasil konsepsi biasanya dengan aman dengan blok paraserviks


pada fasilitas rawat jalan. Namun, faktor yang membatasi adalah kemampuan
mengobservasi pasien secara memadai setelah tindakan. Pada kasus dengan
perdarahan hebat atau jika abortus terjadi pada trimester kedua, biasanya
diperlukan rawat inap (C.Benson Ralph dan Martin L.Pernoll, 2013: 302).

Pada kasus abortus inkomplit memerlukan tindakan segerah yaitu rujukan atau
berkonsultasi dengan dokter, dengan demikian ada kesamaan antara tinjauan
pustaka dan manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus dilahan praktek dan
ini berarti tidak ada kesengjangan.

Dalam membuat perencanaan ini ditemukan tujuan dan kriteria yang akan
dicapai dalam menerapkan asuhan kebidanan Ibu Hamil pada Ny”H” dengan
Abortus Inkomplit tidak berbeda dengan teori dimana rencana asuhan kebidanan
dikembangkan berdasarkan pada intervensi dan rasional sesuai dengan masalah
aktual dan potensial pada ibu hamil dengan abortus Inkomplit.

Pada kasus Ibu hamil Ny”H” penulis merencanakan asuhan kebidanan


berdasarkan diagnose masalah aktual dan potensial yang dilakukan di Rumah
Sakit berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Pada langkah ini, informasi data
yang tidak lengkap dapat dilengkapi yaitu sebagai berikut: cuci tangan sebelum
dan sesudah bersentuhan dengan klien, mendengar keluhan, menjelaskan keadaan
yang dialami, memberikan motivasi, menganjurkan agar melakukan pemeriksaan
secara teratur, menganjurkan untuk beristrahat yang teratur, pemeriksaan
laboratorium, memberikan informasi tentang perubahan fisik dan psikologis.

Observasi tanda-tanda vital, kaji adanya tanda infeksi dan anemia, memberikan
health education, mendiskusikan pada ibu dan keluarga tentang perencnaan
kuretase DI PKU Nambangan Solo, menjelaskan pada ibu pentingnya dilakukan
kuretase. Dalam pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan penulis tidak
menemukan hambatan yang berarti, karena seluruh tindakan yang dilakukan
sudah berorientasi pada kebutuhan klien

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Telah dilaksanakan pengkajian dan analisis data ibu hamil dengan abortus
inkomplit di Puskesmas Bulu Sukoharjo
2. Telah dilaksanakan perumusan diagnosa/masalah aktual ibu hamil dengan
abortus inkomplit di Puskesmas Bulu Sukoharjo
3. Telah mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan dilakukan Rujukan
ke PKU Nambangan rujukan eksternal ibu hamil dengan abortus inkomplit
di puskesmas bulu sukoharjo
4. Telah menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan ibu hamil dengan
abortus inkomplit di Puskesmas Bulu dengan hasil dilakukan tindakan
segera dengan memasang infus untuk memperbaiki keadaan umum ibu
mengingat keadaan pasien pada saat pelaksanaan manajemen dalam
keadaan darurat atau bahaya.
5. Menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan ibu hamil dengan abortus
inkomplit di dengan hasil penulisan merencanakan berdasarkan
diagnosa/masalah aktual dan masalah potensial.
6. Pendokumentasian dilaksanakan mulai tanggal 29 juni 2021 di Puskesmas
Bulu Sukoharjo.

B. Saran
1. Saran untuk bidan
a. Bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan
pelayanan yang professional sehingga dapat berperan dalam
menurunkan angka kematian ibu (AKI). Oleh karena itu bidan harus
meningkatkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, melalui
program pendidikan, pelatihanpelatihan, seminar agar menjadi bidan
yang berkualitas sesuai dengan perkembangan perkembangan ilmu
pengetahuan (IPTEK).
b. Bidan harus memberikan asuhan sesuai wewenang untuk itu
manajemen kebidanan perlu dikembangkan karena merupakan alat yang
mendasari bagi bidan untuk memecahkan masalah klien dan berbagai
kasus.
c. Seorang bidan hendaknya menganggap bahwa semua ibu hamil
mempunyai resiko untuk komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu
dan janin, oleh karena itu bidan diharapkan mampu mendeteksi secara
dini adanya tandatanda bahaya kehamilan dan menganjurkan ibu dan
keluarga segerah kepelayanan kesehatan bila mengalami hal tersebut.
2. Saran untuk institusi kebidanan
a. Untuk mendapatkan hasil manajemen asuhan kebidanan yang baik perlu
menyediakan tenaga bidan yang profesional untuk menunjang
pelaksanaan tugas.
b. Untuk pelayanan yang lebih berkualitas sesuai dengan kemajuan
teknologi, sebaiknya bidan yang sudah bertugas diberi kesempatan
untuk melanjutkan atau semacam pelatihan-pelatihan.

DAFTAR PUSTAKA

Adil,Ferdinand.”Kajian yuridis tentang pengguguran kandungan karena alasan


kesehatan ibu menurut pasal 299 KUH Pidana”Lex Crimen
Vol.I/No.1/JanMrt/2012.

Al-Djufri, Shaleh Muhammad.”Aborsi dalam Perspektif Kedokteran dan Hukum


Islam”.Makassar .2015.
Andriza.“hubungan Umur dengan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian Abortu
sInkomplit di Rumah sakit Muhammadiya Palembang 2013”Jurnal Harapan
Bangsa Vol.1 No. 1, Juli 2013.

C.Benson Ralph dan Martin L.Pernoll.Buku Saku Obstetri dan Ginekologi.


Jakarta: EGC.2013.

Fauziah, Yulia. Obstetri Patologi. Yogyakart: Nuha Medika. 2012.

Fathala, Mahmoud dan Robecca J Cook.”women, Abortion and the new Thecnical
and Policy Guidance from WHO”Competing interests: None declared.Bull
World Health Organ 2012;90:712 doi:10.2471/BLT.12.107144.

Feryanto Achmad dan Padlun.Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba


Medika.2014.

Jannah, Nurul. Buku Ajar Asuhan Kehamilan.Yogyakarta:ANDI. 2012.

Irianti, Bayu dkk. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta : Sagung Seto.2014.

Kemenkes RI. “Pusat Data dan Informasi Kementrian kesehatan RI” Jakarta.
2014.

Manriwati. Asuhan Kebidanan Antenatal.Jakarta:EGC.2012.

Manuaba, Ida Ayu Chandranita dkk. IlmuKebidanan, Penyakit Kandungandan


KB, Jakarta: EGC. 2013.

Maliana, Andesia “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus


inkomplit di ruang kebidanan”JurnalKesehatan, Volume VII, Nomor 1,
April 2016.

Ngot Thi Nuh Nguyen dkk “Results from a study using misoprostol
formanagement of incomplete abortion in Vietnamese hospitals:
implications for task shifting” Ngoc et al. BMC Pregnancy and Childbirth
2013, 13:118 http://www.biomedcentral.com/1471-2393/13/118.

Nurhayati dkk. Konsep Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika. 2013.


Permenkes RI.“Tentang pelatihan dan penyelenggaraan pelayanan aborsi atas
indikasi kedaruratan medis dan kehamilan akibat pemerkosaan. Jakarta:
Permenkes RI No.3, 2016.

Pudiastuti,Ratna Dewi. Asuhan Kebidanan Pada Hamil Normal


Patologi.Yogyakarta: Nuha Medika. 2012.

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. 2014.

Reskiyah Septi Yanti dan Fruriolina Ariani.Manajemen Abortus Inkomplit.


Jakarta: EGC.2012.

Saifuddin, Abdul Bari. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternadan


Neonatal. Jakarta: PT Bina Sarwono Prawirohardjo.2014.

Sandi, DebyMatia, “Gambaran Umum dan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian
Abortus Inkomplit di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang”Jurnal
Harapan BangsaVol 2. 2014.

Shihab, M.Quraish.Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lenterahati, 2009.

Sulistyawati Ari. Asuhan Kebidanan pada masa Kehamilan. Jakarta: salemba


medika.2013.

Sunarti. Asuhan Kehamilan. Jakarta: In Media. 2013. Susiana, Sali. “Aborsi dan
Hak Kesehatan Reproduksi Perempuan” Studi khusus Gender pada bidang
kesejahteraan social”Badan Keahlian DPR RI. Vol. VIII, No
06/II/P3D/Maret/2016.

Setiawati, Dewi. Kehamilan dan Pemeriksaan Kehamilan. Makassar: Alauddin


University Press. 2013.

Syahrirdkk.”profil kesehatan provinsi Sulawesi Selatan 2014”.Dinas Kesehatan


Provinsi Sulawesi Selatan Makassar 2016.

WHO, Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.


Jakarta:Unicef, 2013.

WHO (World Health), Manajemen Abortus Inkomplit. Jakarta.EGC.2012.


Wulandari, Sri.”Perilaku Seksual Pranikah Berisiko terhadap Kehamilan tidak
Diinginkan pada Remaja SMKN Tandun Kabupaten Rokan Hulu”Jurnal
Maternity and Neonatal Volume 2 No 2, 2016.

Yulaikha, Lili. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: EGC. 2012.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai