Anda di halaman 1dari 16

A.

Pengertian Organisasi Lembaga Pendidikan


Organisasi Lembaga pendidikan adalah koordinasi secara rasional
sejumlah orang dalam membentuk institusi pendidikan. Tujuannya antara
lain adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan akademik yang profesional dan dapat
mengembangkan, memperkaya ilmu pengetahuan, teknologi dan lain
sebagainya.
Lembaga pendidikan merupakan salah satu bagian penting dalam
kehidupan seorang anak, selain lingkungan, keluarga dan masyarakat. 1
Secara umum, Lembaga pendidikan adalah tempat di mana seseorang
peserta didik dirangsang untuk belajar di bawah pengawasan dan
pendidikan Guru. Lembaga pendidikan yang memiliki sumber daya
manusia yang berkualitas membutuhkan pembagian kerja yang
proporsional dan penempatan para pekerja menurut kompetensinya
masing- masing. Dengan demikian, pelaku pendidikan memikul tanggung
jawab penuh yang sesuai dengan kecakapannya dan mengikuti sistem kerja
yang profesional untuk tujuan pendidikan.2
B. Struktur Lembaga Pendidikan
Kemandirian sebagai tuntutan desentralisasi pendidikan pada
daerah kabupaten dan kota lebih menekankan pada kemandirian dalam
mengelola berbagai sumber daya yang dimiliki untuk
mengimplementasikan kebijakan yang sudah ditetapkan oleh otoritas pusat
dan propinsi. Melihat sumber daya yang tersedia di daerah maka setiap
daerah berbeda-beda dalam menangani urusan pendidikan. Perbedaan ini
terlihat dalam mengorganisasikan instansi pengelolaan pendidikan
sedangkan untuk pengorganisasian lembaga penyelenggara pendidikan
tetap menganut ketentuan nasional tentang jenis dan jenjang pendidikan.

1
Juhji. bernadheta nadeak dkk. Manajemen Humas pada Lembaga Pendidikan. Bandung.
Widhina Bhakti Persada. 2015.Hlm 4.

2
Andi Rasyid Pananrangi. Manajemen Pendidikan. Jakarta. Celebes Media Perkasa. 2017.hlm.19
Struktur lembaga pendidikan yang pokok ada dua macam yaitu
sentralisasi dan desentralisasi. Di antara kedua struktur tersebut terdapat
beberapa struktur campuran yakni yang lebih cenderung ke arah
sentralisasi mutlak dan yang lebih mendekati disentralisasi tetapi beberapa
bagian masih diselenggarakan secara sentral. Pada umumnya, struktur
campuran inilah yang berlaku dikebanyakan negara dalam
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran bagi bangsanya.
1. Struktur Sentralisasi
Negara-negara yang organisasi pendidikannya dijalankan
secara sentral, yakni kekuasaan dan tanggung jawabnya dipusatkan
pada suatu badan di pusat pemerintahan sehingga pemerintah daerah
sama sekali tidak mengambil bagian dalam administrasi apapun.
Segala sesuatu yang mengenai urusan-urusan pendidikan dari
menentukan kebijakan dan syarat-syarat personal, urusan
kepegawaian, penyelenggaraan bangunan-bangunan sekolah,
penentuan kurikulum, alat-alat pelajaran, soal-soal dan
penyelenggaraan ujian dan sebagainya semuanya ditentukan dan
ditetapkan dari pusat. Sedangkan bawahan dan sekolah-sekolah
hanya semata-mata merupakan pelaksana-pelaksana pasif.
Sistem sentralisasi dalam organisasi pendidikan ini,kepala
sekolah dan guru-guru dalam kekuasaan dan tanggung jawabnya,
serta dalam prosedur-prosedur pelaksanaan tugasnya sangat dibatasi
oleh peraturan- peraturan dan instruksi-instruksi dari pusat yang
diterimanya melalui hieraki atasannya. Dalam sistem sentralisasi
semacam ini, ciri-ciri pokok yang sangat menonjol adalah keharusan
adanya uniformitas (keseragaman) yang sempurna bagi seluruh
daerah di lingkungan negara itu. Keseragaman itu meliputi hampir
semua kegiatan pendidikan, terutama di sekolah-sekolah yang
setingkat dan sejenis.
2. Struktur Desentralisasi
Negara-negara yang organisasi pendidikannya di
desentralisasi, pendidikan bukan urusan pemerintah pusat, melainkan
menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan rakyat setempat.
Penyelenggaraan dan pengawasan sekolah-sekolah pun berada
sepenuhnya dalam tangan penguasa daerah. Kemudian pemerintah
daerah membagi- bagikan lagi kekuasaannya kepada daerah yang
lebih kecil lagi, seperti kabupaten kota praja, distrik, kecamatan dan
seterusnya. Dalam penyelengaraan dan pembangunan sekolah, sesuai
dengan kemampuan, kondisi, dan kebutuhan masing-masing. Tiap
daerah atau wilayah diberi otonomi yang sangat luas yang meliputi
penentuan anggaran biaya, rencana-rencana pendidikan, penentuan
personel guru, gaji guru, pegawai sekolah, buku-buku pelajaran,
juga tentang pembangunan, pemakaian serta pemeliharaan gedung
sekolah
Struktur organisasi pendidikan yang dijalankan secara
desentralisasi seperti ini, kepala sekolah tidak semata-mata
merupakan seorang guru kepala, tetapi seorang pemimpin,
profesional dengan tanggung jawab yang luas dan langsung terhadap
hasil-hasil yang dicapai oleh sekolahnya. Ia bertanggung jawab
langsung terhadap pemerintahan dan masyarakat awasan dan sosial-
control yang langsung dari pemerintahan dan masyarakat setempat.
Hal ini disebabkan karena kepala sekolah dan guru-guru adalah
petugas-petugas atau karyawan-karyawan pendidik yang dipilih,
diangkat, dan diberhentikan oleh pemerintah daerah setempat.

Berikut adalah bagan struktur organisasi di sekolah:


Adapun wewenang dan tanggung jawab pada masing-masing jabatan
tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kepala Sekolah
Kepala sekolah bertugas sebagai manajer, administrator, educator, dan
supervisor. Wewenang dan tanggung jawab kepala sekolah, antara
lain:
a) Menjaga terlaksananya dan ketercapaian program kerja
sekolah
b) Menjabarkan, melaksanakan dan mengembangkan
pembelajaran
b. Komite sekolah berperan adalah sebagai berikut:
a) Pemberi pertimbangan (advisoryagency) dalam penetuan dan
pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.
b) Pendukung (supportingagency) baik berwujud finansial, pemikiran
maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan
pendidikan.
c) Pengontrol (controllingagency) dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan
pendidikan.
d) Mediator antara pemerintah (eksekutif) dan DPRD dengan
masyarakat satuan pendidikan.
c. Wakil kepala sekolah bertugas membantu kepala sekolah dalam
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a) Menyusun perencanaan, membuat program kegiatan dan
pelaksanaan program
b) Pengorganisasian
c) Pengarahan
d) Ketenagaan
e) Pengkoordinasian
f) Pengawasan
g) Penilaian
h) Identifikasi dan pengumpulan data
i) Penyusunan laporan
d. Bimbingan dan konseling (BK)
Tugas BK adalah membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan
sebagai berikut :
a) Penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling
b) Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-
masalah yang dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar
c) Memberikan layanan dan bimbingan kepada siswa agar lebih
berprestasi dalam kegiatan belajar
d) Memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa dalam
memperoleh gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan
pekerjaan yang sesuai
e) Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling
f) Menyusun statistik hasil penilaian bimbingan dan konseling
g) Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar
h) Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan
dan konseling
i) Menyusun laporan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
e. Guru kelas Bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan mempunyai
tugas melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar secara efektif
dan efisien. Adapun tugas dan tanggung jawab guru meliputi :
a) Membuat perangkat program pengajaran
b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran
c) Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan harian,
ulanganumum, ujian akhir
d) Melaksanakan analisis hasil ulangan harian
e) Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan
f) Mengisi daftar nilai siswa
g) Melaksanakan kegiatan membimbing (pengimbasan pengetahuan)
kepada guru lain dalam proses kegiatan belajar mengajar
h) Membuat alat pelajaran/alat peraga
i) Menumbuhkembangkan sikap menghargai karya seni
j) Mengikuti kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan
kurikulum
k) Melaksanakan tugas tertentu di sekolah
l) Mengadakan pengembangan program pengajaran yang menjadi
tanggung jawabnya
m) Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa
n) Mengisi dan meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai
pengajaran
o) Mengatur kebersihan kelas dan ruang praktikum
p) Mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan
pangkatnya
f. Wali kelas
Tugas dan wewenang wali kelas adalah:
a) Pengelolaan kelas
b) Penyelenggaraan administrasi kelas meliputi: denah tempat duduk
siswa, papan absensi siswa, daftar pelajaran kelas, daftar piket
kelas, buku absensi siswa, buku kegiatan pembelajaran/ buku
kelas, dan tata tertib siswa
c) Penyusunan pembuatan statistik bulanan siswa
d) Pengisian daftar kumpulan nilai siswa
e) Pembuatan catatan khusus tentang siswa
f) Pencatatan mutasi siswa
g) Pengisian buku laporan hasil belajar
h) Pembagian buku laporan penilaian hasil belajar
g. Tata usaha
Tata usaha sekolah mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan
sekolah dan bertanggung jawab kepada kepala sekolah dalam
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a) Penyusunan program kerja tata usaha sekolah
b) Pengelolaan keuangan sekolah
c) Pengurusan administrasi ketenagaan dan siswa
d) Pembinaan dan pengembangan karir pegawai serta tata usaha
sekolah
e) Penyusunan administrasi perlengkapan sekolah
f) Penyusunan dan penyajian data/statistik sekolah
g) Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan
ketatausahaan secara berkala.
h. Siswa
Tugas siswa adalah melaporkan kepada kepala sekolah tentang hasil
kerjanya. Wewenang dan tanggung jawab siswa, antara lain:
a) Menuntut ilmu sebaik-baiknya
b) Mempertanggung jawabkan hasil pembelajarannya
c) Mematuhi peraturan yang sudah di tetapkan oleh pihak sekolah
i. Security
Tugas security yaitu menjaga keamanan lingkungan sekolah3
C. Jalur Pendidikan

3
Arikunto, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 2012), hlm. 78
Pendidikan adalah hal mutlak yang wajib dimiliki oleh setiap
individu, dalam setiap ajaran agama menganjurkan agar setiap individu
wajib berusaha untuk mendapatkan pendidikan.4 Pendidikan merupakan
hal yang utama didalam kehidupan era skarang. Pendidikan dapat
diperoleh melalui jalur pendidikan formal, informal dan nonformal.
Berikut beberapa pemaparan mengenai jalur pendidikan:

1. Formal
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur
dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi, 5kegiatannya dilaksanakan dengan
sengaja, berencana, sistematis dalam rangka membantu peserta didik
dalam mengembangkan potensinya. Setiap individu akan
mendapatkan pendidikan yang lebih luas mengenai pedoman dan
etika moral kemanusiaan untuk bekalnya dalam menghadapi
pergaulan di masyarakat.
2. Nonformal
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga
masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi
sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal
dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan
nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan
penekanan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional,
serta pengembangan sikap dan kepribadian professional. pendidikan
nonformal adalah semua bentuk pendidikan yang dilaksanakan dengan

4
Arabiatul Adawiyah, dkk, Implikasi Pendidikan Nonformal Pada Remaja, dalam Jurnal
Equilibrium, Vol IV No 2, November 2016, Hlm 1.

5
Ahmad Darlis, Hakikat Pendidikan Islam: Telaah antara Hubungan Pendidikan Informal,
Nonformal,dan Formal, dalam Jurnal Tarbiyah, Vol XXIV No 1, Januari-Juni 2017, Hlm 94.
sengaja, tertib dan terencana diluar kegiatan lembaga sekolah.
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan keterampilan dan pelatihan
kerja, pendidikan Al-Qur’an (TPQ), Pengajian kitab, dan pendidikan

kecakapan hidup.
3. Informal
Pendidikan informal merupakan jalur pendidikan keluarga
dan lingkungan, berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Terdapat
dua hal yang menjadi jenis pendidikan informal, yaitu keluarga dan
lingkungan.
a) Keluarga
Pendidikan Islam mengkonsepsikan keluarga sebagai sekolah
pertama. Keluarga merupakan salah satu pusat pendidikan yang
memiliki peran penting dalam membentuk seseorang. Dalam
keluarga seseorang pertama kali berinteraksi dengan orang lain
dan dengan dunia luarnya. Interaksi itu sendiri sangat berperan
dalam menumbuh-kembangkan potensi fitrah yang ada dalam
dirinya.
b) Lingkungan
Lingkungan sangat erat kaitannya dengan lingkungan alamiah dan
sosial seseorang. Salah satu faktor yang membentuk kepribadian
seseorang adalah lingkungan tempat tinggalnya. Sehingga salah
satu teori pendidikan menganut dan meyakini secara mutlak akan
pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik. Terdapat dua macam lingkungan, yaitu:
(1) Lingkungan Alamiah
Lingkungan alamiah, yaitu iklim dan geografis. Lingkungan
seperti ini akan merangsang seseorang untuk melakukan
perbuatan tertentu. Misalnya letak geografisnya di daerah
laut, maka akan merangsang seseorang mempelajari
bagaimana caranya untuk mengeksplorasi laut. Demikian
pula apabila letaknya didaerah yang lingkungan alamiahnya
pegunungan, maka ini akan merangsang seseorang untuk
menjadi petani. Uraian diatas hanya menunjukkan betapa
lingkungan alamiah tersebut mempengaruhi pola
pendidikan seseorang.
(2) Lingkungan Sosial Budaya
lingkungan sosial budaya berkaitan dengan interaksi antara
individu dalam lingkungan masyarakat dan saling
berhubungan. Seseorang mempelajari kelakuan orang lain
di lingkungan sosialnya. Hampir segala sesuatu yang
dilakukan atau bahkan yang dipikirkan dan dirasakannya
berkaitan dengan orang lain.
D. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan yang ditetapkan berdasarkan
tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan tercapai, serta
kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan sekolah meliputi
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Dalam
sistem pendidikan nasional, penyelenggara atau pihak yang mempunyai
tugas pokok dan fungsi melaksanakan proses pembelajaran secara
langsung disebut satuan pendidikan atau lembaga pendidikan.
1. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan bekal
dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat berupa
pengembangan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Berfungsi
mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk
mengikuti pendidikan menengah.
2. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah yang lamanya tiga tahun sesudah
pendidikan dasar, diselenggarakan di SLTA (Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas) atau satuan pendidikan yang sederajat, seperti SMA dan
SMP. Pendidikan menengah berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan
pendidikan dasar, dan mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti
pendidikan tinggi ataupun memasuki lapangan kerja. Pendidikan
menengah terdiri atas pendidikan umum, menengah kejuruan,
menengah luar biasa, menengah kedinasan dan menengah keagamaan.
Pendidikan menegah siswa sudah mulai dijuruskan sesuai dengan
minat serta kemampuan masing-masing.6
3. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan
menengah, yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik
dan/atau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan
dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.
E. Jenis Pendidikan
1. Umum
Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah
yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan peserta
didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Pendidikan tersebut terdiri dari sekolah dasar (SD) yang biasanya
ditempuh selama enam tahun, sekolah menengah pertama (SMP) yang
ditempuh selama tiga tahun, dan sekolah menengah atas (SMA) yang
ditempuh selama tiga tahun.
2. Kejuruan
Pendidikan kejuruan merupakan jenjang pendidikan menengah
yang mempersiapkan peserta didiknya untuk menekuni dan bekerja dalam
bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah sekolah menengah
kejuruan (SMK).

3. Akademik

6
Rahmi Novalita, Perbedaan Pendidikan Negara Belgia dengan Negara Indonesia, dalam Jurnal
Spasial, Vol 4 No 3, 2017, Hlm 4.
Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program
sarjana atau pascasarjana yang diarahkan terutama penguasaan disiplin
ilmu pada pengetahuan tertentu.
4. Pendidikan Profesi
Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program
sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi
atau menjadi seorang professional. Pendidikan kedinasan berfungsi
meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas
kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen atau
lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal.
5. Pendidikan Vokasi
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang
mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian
terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4 setara dengan program
sarjana (strata 1).
6. Pendidikan Keagamaan
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah,
dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan
peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama
atau menjadi ahli ilmu agama. Pendidikan keagamaan berbentuk
pendidikan diniyah, pesantren, dan bentuk lain yang sejenis. (Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 30).
7. Pendidikan Khusus
Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena
kelainan fisik, emosional, mental, sosial, atau memiliki potensi kecerdasan
dan bakat istimewa. Peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang
memiliki kecerdasan luar biasa diselenggarakan secara inklusif (bergabung
dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat
pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk sekolah luar biasa/SLB).7
F. Kriteria Keberhasilan Lembaga Pendidikan
Kemandirian sebagai tuntuan desentralisasi pendidikan pada
daerah kabupaten dan kota lebih menekankan pada kemandirian dalam
mengelola dan memberdayakanmemberdayakan berbagai sumber daya
yang dimiliki untuk mengimplementasikan kebijakan yang sudah
ditetapkan oleh otoritas pusat dan provinsi. Melihat sumber daya yang
tersedia di daerah, maka setiap daerah berbeda beda dalam menangani
urusan pendidikan. Perbedaan ini terlihat dalam mengorganisasikan
instansi pengelola pendidikan, sedangkan untuk mengorganisasikan
lembaga penyelenggaraan pendidikan tetap menganut ketentuan nasional
tentang jenis dan jenjang pendidikan.
Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja ke dalam tugas-
tugas yang lebih kecil, memberikan tugas- tugas itu kepada orang-orang
sesuai dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumber daya serta
mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas pencapaian tujuan
organisasi.
Kriteria keberhasilan berfungsi untuk menentukan nilai suatu
aspek dalam suatu komponen tertentutertentu. Pengelolaan suatu lembaga
pendidikan yang efektif dan efisien merupakan syarat mutlak keberhasilan
organisasi tersebut. Tidak terkecuali lembaga pendidikan yang juga akan
semakin dituntut menjadi suatu organisasi yang tepat sasaran dan
berdayaguna.8 Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memerlukan
suatu sistem pengelolaan yang profesional. Sebagai salah satu komponen
utama dalam sistem pendidikan, selayaknya sekolah memberikan

7
Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 317-
318

8
Habibi Yusuf. Pokoknya Administrasi Pendidikan. Tulungagung. Penerbit Cahaya Abadi. 2019.
Hlm 17-18.
konstribusi yang nyata dalam meningkatkan kualitas SDM. Hal ini tidak
terlelas dari seberapa baik sekolah tersebut dikelola.
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Organisasi Lembaga pendidikan adalah koordinasi secara rasional
sejumlah orang dalam membentuk institusi pendidikan. Bertujuan
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik yang profesional dan dapat mengembangkan,
memperkaya ilmu pengetahuan, teknologi dan lain sebagainya. Lembaga
pendidikan terdiri atas Struktur, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
sebagai sarana pembelajaran, meningkatkan perkembangan potensi
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, Arabiatul dkk. 2016. Implikasi Pendidikan Nonformal Pada Remaja.


dalam Jurnal Equilibrium. Vol IV No 2.

Arikunto. 2012. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media.

Darlis, Ahmad. 2017. Hakikat Pendidikan Islam: Telaah antara Hubungan


Pendidikan Informal, Nonformal,dan Formal. dalam Jurnal Tarbiyah.
Vol XXIV No 1.

Juhji. bernadheta nadeak dkk. 2015. Manajemen Humas pada Lembaga


Pendidikan. Bandung. Widhina Bhakti Persada.

Nanang. 1999. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Novalita, Rahmi. 2017. Perbedaan Pendidikan Negara Belgia dengan Negara


Indonesia. dalam Jurnal Spasial. Vol 4 No 3.

Rasyid, Andi dan Pananrangi. 2017. Manajemen Pendidikan. Jakarta. Celebes


Media Perkasa.

Yusuf, Habibi. Pokoknya Administrasi Pendidikan. Tulungagung. Penerbit


Cahaya Abadi. 2019.

Anda mungkin juga menyukai