Anda di halaman 1dari 77

Unit belajar 01

01
Hukum Dasar Rangkaian Listrik

Tujuan
 Mengidentifikasi teori atom Modern
 Mengidentifikasi tegangan, arus, resistor listrik, daya listrik, dan usaha
 Menjelaskan resistansi, induktansi, dan kapasitansi
 Menganalis rangkaian seri paralel pada resistor, induktor, dan kapasitor
 Menerapkan transformasi bintang segitiga

Gambar 1.1 Struktur Atom

TEORI ATOM MODERN


Atom adalah pertikel terkecil dari sebuah molekul yang masih memiliki sifat
dari molekul tersebut. Teori atom Rutherford-Bohr menyatakan bahwa atom
tersusun atas inti atom dan elektron. Inti atom tersusun atas proton yang
bermuatan listrik positif dan neotron yang tidak bermuatan listrik. Dan elektron
yang mengelilingi inti dalam orbit tertentu.
Jumlah elektron dalam setiap orbitnya tidak sama, hal ini dikarenakan
pada setiap unsur memiliki nomor atom yang berbeda-beda. Jumlah maksimum
elektron pada orbit ke-n dapat di rumuskan

Q = 2n2 .

1
Perhatikan gambar 1.2 :

Gambar 1.2 Struktur Atom Logam

Atom logam merupakan atom yang memiliki elektron terluar (elektron


valensi) yang mudah terlepas dari struktur atomnya. Elektron ini bisa di sebut
elektron bebas yaitu elektron yang bisa berpindah dari satu atom ke atom lainnya.

MUATAN LISTRIK
Muatan listrik merupakan atom yang kekurangan elektron dan kelebihan
elektron. Hal ini disebabkan karena adanya elektron bebas yang berpindah dari
satu atom ke atom lainnya. Muatan yang kelebihan elektron disebut muatan
negatif, sedangkan muatan yang kekurangan elektron disebut muatan positif.

Satuan muatan listrik adalah Coulomb (C).1 Coulomb sama ddengan


muatan listrik 6,25 x 1018 elektron. Sedangkan muatan 1 elektron sama dengan 1,6
x 10-19 C.

TEGANGAN, ARUS DAN RESISTOR LITRIK


Tegangan listrik adalah gaya listrik yang mendorong muatan listrik
mengalir dalam rangkaian. Besarnya tegangan antara dua titik (beda potensial)
didefinisikan sebagai energi yang diperlukan untuk memindahkan satu satuan
muatan listrik dari titik pertama ke titik kedua, dinyatakan dengan:

W
V=
Q …………………………………………………(1)

V : tegangan, dalam satuan Volt


W: energi, dalam satuan Joule
Q : muatan listrik, dalam satuan Coulomb

2
Gambar 1. 3 Gerakan elektron dalam konduktor dan isolator

Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir setiap waktu,
dinyatakan dengan:

Q
I=
t ………………………………………………(2)

I: arus listrik, dalam Amper


t: waktu, dalam detik

Gambar 1. 4 Definisi arus listrik 1 Amper

Jika rangkaian listrik diidentikkan dengan instalasi air, maka tegangan


listrik identik dengan tekanan air yang dihasilkan oleh pompa. Arus listrik identik
dengan debit air atau banyaknya air yang mengalir setiap satuan waktu. Muatan
listrik identik dengan air.

Tegangan antara dua titik (beda potensial):


Energi yang diperlukan untuk memindahkan satu satuan
muatan listrik dari titik pertama ke titik kedua

Kuat Arus:
Banyaknya muatan listrik yang mengalir setiap waktu

W Q
V= I=
Q ; t

3
Resistor memberikan perlawanan terhadap arus listrik. Dalam rangkaian
listrik resistor berguna untuk mengatur besarnya tegangan atau arus dalam
rangkaian tersebut. Resistor sebuah penghantar berbanding lurus dengan panjang
dan resistor jenisnya, dan berbanding terbalik dengan luas penampang. Semakin
panjang penghantarnya maka resistornya semakin besar, sebaliknya semakin besar
ukuran luas penampang penghantar maka resistornya semakin kecil.
Hukum Ohm tentang resistansi:
Besarnya resistansi suatu bahan berbanding lurus dengan
panjang dan resistansi jenis, berbanding terbalik dengan luas
penampang

ρ.L
R=
A ………………………………………(3)

R: resistnasi konduktor, Ohm


L: panjang konduktor, meter
: resistor jenis, Ohm.meter/mm2
A: luas penampang konduktor, mm2

Bahan yang mudah menghantarkan listrik disebut konduktor. Konduktor


memiliki resistansi jenis yang kecil. Contoh konduktor adalah tembaga, perak,
emas, besi. Hampir semua jenis logam adalah penghantar. Bahan yang tidak
mudah menghantarkan listrik disebut isolator. Isolator memiliki resistor jenis yang
besar. Contoh isolator adalah kayu, kaca, proselin, plastik dan karet.

Gambar 1. 5 Aliran elektron dalam rangkaian tertutup

Arus listrik mengalir dalam rangkaian yang tertutup. Hubungan antara


tegangan, arus dan resistor dinyatakan dengan Hukum Ohm.

4
Hukum Ohm
Arus yang mengalir dalam rangkaian tertutup berbanding lurus
dengan tegangan (beda potensial) dan berbanding terbalik
dengan resistansi:

V
I=
R …………………………………………………………(4)

Dalam rangkaian tertutup arus listrik mengalir dari kutup positip ke


kutub negatip, sebaliknya elektron mengalir dari kutub negatip ke kutub positif.
Tanda panah pada gambar 1.5 menunjukkan arah aliran elektron.

HUKUM OHM:
 Besarnya resistansi suatu bahan berbanding lurus
dengan panjang dan resistansi jenis, berbanding terbalik
dengan luas penampang.
 Arus yang mengalir dalam rangkaian tertutup berbanding
lurus dengan tegangan (beda potensial) dan berbanding
terbalik dengan resistansi

ρ.L V
R= I=
A R

ENERGI DAN DAYA LISTRIK


Daya listrik didefinisikan sebagai besarnya energi per satuan waktu.

W
P=
t ………………………………………………………
(5)
P : daya listrik, Watt atau Joule/detik
W :energi dalam satuan Joule
t : waktu dalam satuan detik

5
W W Q
P= = x =V . I
Persamaan (5) dapat dikembangkan lagi t Q t

P = V x I …………………………………………… (6)

Jika persamaan (4) disubstitusikan ke persamaan (6), akan diperoleh


2
P=I R ……………………………………………………(7)
2
V
P=
R .……………………………………………………(8)

V =I∗R
P=V ∗I
W=P∗t
V: tegangan, Volt
I : kuat arus, Amper
R: resistansi, Ohm
P: daya, Watt
W: energi, Watt.detik

Berdasarkan persamaan (7) dapat dinyatakan bahwa daya listrik berbanding lurus
dengan kuadrat arus, sedangkan dari persamaan (8) dapat dinyatakan bahwa daya
listrik berbading lurus dengan kuadrat tegangan.

Contoh 01
Sebuah lampu pijar 40W/220 Volt. Berapa resistor lampu tersebut? Berapa
dayanya jika diberi tegangan 440 Volt?

Solusi
Resistor lampu bisa dihitung dari persmaan (8)
V 2 220 2
R= =
P 40 = 1.210 
Jika diberi tegangan 440 Volt, maka dayanya:
V 2 4402
P= = =
R 1. 210 160 W

Kesimpulan: Tegangan dilipatkan dua kali, maka dayanya berlipat 4 kali

6
RANGKAIAN RESISTOR
a. Rangkaian Seri Resistor

Gambar 1. 6 Rangkaian seri resistor

Gambar 1.6 menunjukkan empat buah resistor yang dihubung seri. Setiap
resistor dialiri arus yang sama. Tegangan pada masing-masing resistor dihitung
dengan arus dikali dengan resistor masing-masing resistor.
ER1 = I. R1 ; ER2 = I.R2 ; ... ERn = I.Rn
Tegangan keseluruhan:
EAB = ER1 + ER2 + ... + ERn
= I. R1 + I.R2 + ... + I.Rn
= I(R1 + R2 + ... + Rn )
EAB = I.Rt

Rt = R1 + R2 + ... + Rn ………………………………(9)

Resistor total dari beberapa resistor yang dihubung seri sama dengan jumlah
resistor seluruh resistor, Rt =  R.

7
b. Rangkaian Pembagi Tegangan
Rangkaian pembagi tegangan (Voltage Divider Rule) adalah beberapa
resistor yang dihubung seri dan dihubungkan pada sebuah sumber tegangan.
Dalam rangkaian seri arus yang mengalir pada setiap resistor sama, sehingga
tegangan pada setiap resistor berbanding lurus dengan resistansi masing-masing.
Rx
V x= V s
Rt ...........................................................................(10)
Vx : tegangan pada resistor Rx
Vs : tegangan sumber
Rt : resistansi total dari seluruh resistor yang dihubunf seri

Jika terdapat dua resistor dihubung seri maka:


R1
V 1= V
R1 + R2 s …………………………………..................(11)
R2
V 2= V
R1 + R2 s ……………………………………………..(12)

c. Rangkaian Paralel Resistor

Gambar 1. 7 Rangkaian paralel resistor

Rangkaian paralel resistor ditunjukkan pada gambar 1.7. Setiap resistor


langsung terhubung ke titik yang sama yakni A dan B. Jika bateray dipasang pada
titik A – B, maka setiap resistor akan mendapat tegan sebesar EAB.

Arus pada masing-masing resistor dapat dihitung dengan :


E E E
I 1 = AB , I 2= AB , . .. I n= AB
R1 R2 Rn
EAB = ER1 = ER2 = ... = ERn
IT = I1 + I2 + I3 + ... + In

8
1 1
=∑
Rt R ………………………………………......................................
…(13)

a. Rangkaian Pembagi Arus


Rangkaian pembagi araus adalah beberapa resistor yang dihubung
paralel. Dalam rangkaian paralel, setiap resistor mendapat tegangan yang sama,
sehingga arus yang mengalir pada setiap resistor
V
I n= s
Rn atau V s =I n .R n
Dengan menerapkan hukum Krichoff pertama, maka arus total sama
dengan jumlah arus-arus yang mengalir pada seluruh resistor:
I t =I 1 +I 2 + .. .+ I n
Vs
It =
Rt
atau s t t V =I . R
Sehingga hubungan antara arus masing-masing resistor dan arus totoal dapat
dinyatakan dengan
R
I n= t . I t
Rn ……………………………………………(14)
R .R
Rt = 1 2
Khusus untuk dua resistor yang diparalel, resistansi totalnya R1 + R2 ,
R .R 1
I1= 1 2 . . I t
sehingga R1 + R2 R1 atau
R2
I1= It
R 1 + R2 …………………………………………(15)
R1
I2= It
R1 + R 2 ………………………………………… (16)

Bandingkan dengan rangkaian pembagi tegangan:


R1
V 1= V
R1 + R2 s

9
Gambar 1.8 Rangkaian paralel resistor untuk contoh 02

10
Contoh 02
Tentukan resistansi ekivalen dari rangkaian resistor gambar 1.8!

Solusi
Gambar (a)
Terlihat jelas bahwa kedua resistor dihubung paralel, sehingga
R . R 4,7∗2,2
Rt = 1 2 = =
R1 . R 2 4,7+2,2 1,5 

Gambar (b)

Gambar 1.8b

Dengan sedikit modifikasi cara menampilkan gambar rangkaian terlihat bahwa


27∗56
Rt = =
kedua resistor juga dihubung paralel, sehingga 27+56 18,22 
Gambar (c)

Gambar 1.8c
1,5∗2,2
Rt = =
Kedua resistor terhubung paralel sehingga 1,5+2,2 0,89 k

Contoh 03
Perhatikan gambar 1.9
a) Hitung arus yang dikeluarkan oleh batery
b) Hitung arus pada masing-masing resistor
c) Hitung daya masing-masing resistor dan daya bateray

11
Gambar 1.9 Arus pada rangkaian paralel resistor

Solusi
Gambar (a)
a) Ketiga resistor nilainya sama dan dihubung paralal, maka resistansi
R
Rt =
totalnya n . Karena R masing-masing 33 Ohm, R totalnya sama
33
Rt = =11
dengan 3 .
R
Rt =
Catat: Rumus n dikembangkan dari persamaan 13 halaman 7,
hanya berlaku jika R yang diparalel memiliki nilai resistansi yang sama.

V
I= =10 /11=
Jadi arus yang dikeluarkan oleh barateray Rt 0,91 Amper
V
I 1 = =0 , 303
b) Arus yang mengalir pada masing-masing Resistor: R
c) Daya bateray P = V.I = 10 * 0,91 = 9,1 Watt
Daya masing-masing resistor P = V.I1 = 10*0,303 = 3,03 Watt

Gambar (b)
a) Ketiga resistor dihubung paralel, maka resistansi totalnya:
1 1 1 1
= + +
Rt R 1 R2 R3
1 1 1 1
= + +
Rt 1 3,9 0 , 560
1
=3 , 04
Rt
Rt =0 , 33 k Ω
V
I=
Sehingga arus yang dikeluarkan oleh bateray R = 75 mA

12
b) Arus masing-masing resistor:
V 25
I1= = =25 mA
R1 1000
V 25
I2= = =6 , 41 mA
R2 3900
V 25
I3= = =44 , 64 mA
R 2 560

Jika ketiga arus dijumlahkan It = 25 + 6,41 + 44,64 = 76,05 mA

c) Daya bateray P = V.I = 25 *0,07605 = 1,90125 W


Daya pada R1 : P1 = V*I1 = 25 * 0,025 = 0,625W
Daya pada R2 : P2 = V*I2 = 25 * 0,00641 = 0,16025W
Daya pada R3 : P3 = V*I3 = 25 * 0,0446 = 1,115 W

Daya total yang diserap ketiga resistor P = P1 + P2 + P3 = 1,90025 W


Terlihat bahwa daya yang dikeluarkan bateray sama dengan jumlah daya
yang diterima oleh ketiga resistor.

Contoh 04
Tiga buah lampu pijar masing-masing 100W/100V, 200W/100V dan
300W/100V dihubung seri dan diberi tegangan 300 Volt. Apakah ketiga lampu
menyala dengan normal?

Gambar 1. 10 Tiga buah lampu pijar dihubung seri

Solusi
Lampu pijar memiliki filamen yang resistansinya tetap. Daya yang diserap
berbanding terbalik dengan kwadrat tegangan. Hal ini dapat diturunkan dari
V
I=
persamaan daya: P = V.I, dimana menurut hukum Ohm R , sehingga
V
P=V .
R
V2
P=
R

13
Berdasarkan daya dan tegangan nominal lampu (yang tertulis pada lampu), dapat
dihitung
 Resistansi masing-masing: berturut-turut adalah 100 ; 50  dan 33,33 .
 Jika ketiga resistor dihubung seri dan diberi tegangan 300 Volt, maka
Rn
V n= V s
tegangan masing-masing lampu adalah: Rt
100
V 1= 300=
183,33 163,64 Volt
V 2 = 81,83 Volt, dan
V 3 = 54,55 Volt.
V s 300
I= =
 Arus yang mengalir pada rangkaian tersebut Rt 183 , 33 = 1,64 A
 Jadi daya masing-masing lampu : P = V.I
P1 = 163,64 . 1,64 = 268,37 Watt
P2 = 134,2 Watt, dan
P3 = 89,46 Watt
Terlihat bahwa lampu pertama menyerap daya 269,37 Watt, padahal daya
nominalnya hanya 100 Watt. Lampu tersebut dalam waktu singkat akan putus.
Kesimpulan: Lampu pertama menyala sangat terang, lampu kedua dan ketiga
redup karena dayanya kurang dari daya nominalnya. Dalam waktu yang singkat
lampu 1 akan putus dan lampu lainnya akan padam.

Contoh 05

Gambar 1. 11 Identifikasi lampu yang putus menggunakan Ohmmeter


Catat: pengukuran resistansi tidak boleh dilakukan dalam keadaan bertegangan

Delapan buah lampu pijar yang sama dihubung seri. Salah satu diantaranya putus.
Untuk mengidentifikasi lampu mana yang putus, dilakukan pengukuran seperti
ditunjukkan pada gambar 1.11. Tentukan lampu mana yang putus!

14
Solusi
 Pada pengukuran pertama (L1, L2, L3, dan L4) resistansinya tak-hingga, jadi
ada lampu yang putus di antara ke empat lampu tersebut.
 Pada pengukuran kedua (L1 dan L2) resistansinya bagus. Yang putus bukan
L1 dan L2
 Pada pengukuran ketiga (L3 dan L4) resistansi tak-hingga, jadi L3 atau L4
putus.
 Pada pengukuran ke empat (L4) resistansi tak-hingga, jadi dipastikan yang
putus adalah L4.

Contoh 06
Tentukan besar tegangan dalam setiap resistansi!

Gambar 1.12 Pembagi tegangan

Solusi
Rt =R1 + R2 + R 3=15 k Ω
R1
V R 1= E=6 V
Rt
R
V R 2= 2 E=15 V
Rt
R3
V R 3= E=24 V
Rt

Jawaban diatas dapat diuji dengan menerapkan hukum Ohm:


V 45
I = s = =3 A
Rt 15
V 1 =I . R 1=3 x 2=6 V
V 2 =I . R 2=3 x 5=15 A
V 3 =I . R 3 =3 x 8=24 A

15
Contoh 06
Tentukan arus yang mengalir pada masing-masing resistor pada rangkaian listrik
gambar 1.13!

Gambar 3.13 Rangkaian pembagi arus

Solusi
It = 10 A
R2
It
I1 = R 1 +R2 = 6,75 A
R1
It
I2 = R 1 + R2 = 3,25 A

Contoh 07
Perhatikan rangkaian listrik gambar 1.14. Hitung
a) VAB dan tegangan pada R5
b) Arus yang dikeluarkan oleh bateray
c) Daya yang diserap oleh R4

Gambar 1.14

Solusi
o Pertama tiga buah resistor R2 = R3 = R4 = 11  terhubung paralel ,
R
resistansi ekivalennya adalah Ra = 3 = 11 
o R1 , Ra dan R5 hubung seri sehingga Rt = R1 + Ra + R5 = 31 

16
V
o Arus yang dikeluarkan oleh batgeray I = R t = 2 Amper.
o Tegangan VAB dan Tegangan pada R5 dapat dihitung dengan pembagi
tegangan:
R 11
V AB = a V s = 62=22V
 Rt 31
R5 10
V R 5 = V s = 62=20 V
 Rt 31

RANGKAIAN KAPASITOR

Gambar 1.14 Rangkaian seri kapasitor

Jika sebuah kapasitor dialiri arus maka kapasitor tersebut akan menahan
muatan listrik positif pada salah satu pelatnya, dan muatan listrik negatif pada
pelat lainnya. Akibatnya pada kapasitor akan menumpuk muatan listrik dan
menimbulkan tegangan pada kapasitor tersebut. Banyaknya muatan listrik yang
diperlukan untuk menimbulkan tegangan 1 Volt disebut kapasitansi:
Q
V=
C .......................................................................... (17)
Gambar 1.14 menunjukkan C1, C2, C3 yang dihubung seri. Arus yang
melewati rangkaian adalah sama. Tegangan pada masing-masing kapasitor dapat
dihitung dengan membagi muatan dengan kapasitor.

V =V 1 +V 2 +V 3

Dalam rangkaian seri, arusnya sama berarti muatan listriknya juga sama,
maka
Q Q Q Q
= + +
Ct C 1 C 2 C 3

Jadi beberapa kapasitor dihubung seri maka kapasitansi totalnya dinyatakan


dengan

17
1 1 1 1
= + +. ..+
Ct C1 C2 Cn ................................................ (18)

Gambar 1.15 Rangkaian paralel kapasitor

Gambar 1.15 menunjukkan 3 buah kapasitor yang dihubung paralel.


Dalam rangkaian paralel masing-masing elemen mendapatkan tegangan yang
sama, sedangkan arus totalnya merupakan jumlah semua arus elemen. Artinya
muatan listrik total sama dengan jumlah muatan listrik masing-masing elemen:
Qt = Q1 + Q2 + Q3
Q = CV
Ct V = CtV1 + CtV2 + CtV3
V = V1 = V2 = V3
Ct = C1 + C2 + C3 ....................................... (14)

Dapat disimpulkan bahwa:

Kapasitor dihubung paralel maka kapasitansinya menjadi besar


Kapasitor dihubung seri maka kapasitansinya menjadi kecil

Contoh 07
Untuk rangkaian seri kapasitor pada gambar 1.16, hitung
a) Berapa kapasitor total (Ct)?
b) Berapa Q1, Q2, Q3 ?
c) Berapa V1, V2, V3 ?

Gambar 1.16 Rangkaian seri kapasitor

Solusi
1 1 1 1
a) = + +
Ct C 1 C 2 C 3

18
1 1 1 1
= + +
Ct 0.110 −6
0.47 10−6
0.2210−6
1 10 6 10 6 106
= + +
Ct 0.1 0.47 0.22
1 10 6 1.034+ 106 0.22+10 6 0.47
=
Ct 0.1034
0.1034
Ct = 3
10 1034+103 220+103 470
0.1034
Ct =
1724000
Ct =¿ 0.000000059 F = 0.059 µF

b) Qt = Q1 = Q2 = Q3 = Ct Vs
Qt = Q1 = Q2 = Q3 = 0.059 10−6 25
Qt = Q1 = Q2 = Q3 = 14.75 10−6
Qt = 1.475 µC

Q1 1.47510−6
c) V1 = = =14.75 Volt
C1 0.110−6
Q2 1.475 10−6
V2 = = =¿ 3.138 Volt
C 2 0.47 10−6
Q3 1.475 10−6
V3 = = =6.7 045 Volt
C 3 0.22 10−6
Vs = V1 + V2 + V3 = 14.75 + 3.138 + 6.7045 = 25 Vol

Contoh 08
Untuk rangkaian kapasitor yang ditunjukkan pada gambar 1.17, hitunglah:
a) Berapa kapasitor total (Ct)?
b) Berapa Q1, Q2, Q3, Q4, Q5, Q6, jika rangkaian di bawah ini di hubungkan
dengan sumber tegangan 25 Volt?

Gambar 1.17 Rangkaian parelel kapasitor

Solusi
a) Ct = C1 + C2 + ...+ C6
Ct = (0.01 + 0.022 + 0.01 + 0.047 + 0.022 + 0.022)10-6
Ct = 0.133 10-6
Ct = 0.133 µF

19
b) Q1 = C1 V1
Q1 = 0.01 10-6 25 ;  Q1 = 0.25 µC
Q2 = C2 V2  Q2 = 0.022 10-6 25 = 0,55 µC
Q3 = C3 V3  Q3 = 0.01 10-6 25 = 0.25 µC
Q4 = C4 V4  Q4 = 0.047 10-6 25 = 1.175 µC

Q5 = C5 V5  Q5 = 0.022 10-6 25 = 0.55 µC


Q6 = C6 V6  Q6 = 0.022 10-6 25 = 0.55 µC

Qt = Ct Vs  Qt = 0.133 10-6 25 = 3.325 10-6


Qt = 3.325 µC

Qt = Q1 + Q2 + Q3 + Q4 + Q5 + Q6
Qt = 0.25 + 0.55 + 0.25 + 1.175 + 0.55 +0.55
Qt = 3.325 µC

RANGKAIAN INDUKTOR
Rangkaian induktor identik dengan rangkaian resistor. Untuk beberapa
induktor yang dihubung seri berlaku:

Lt = L1 + L2 + L3 + …+ Ln ............................................ (15)

Gambar 1.18 Rangkaian seri induktor

Untuk beberapa induktor yang dihubung paralel berlaku:

1 1 1 1
= + +. ..+
Lt L1 L2 Ln ................................. (16)

Gambar 1.19 Rangkaian paralel induktor

Dapat disimpulkan bahwa:

20
Induktor diparalel maka induktansinya menjadi kecil
Induktor diseri maka indktansinya menjadi besar

21
Contoh 09
Berapa induktor total (Lt) pada gambar 1.20?

Gambar 1.20 Rangkaian seri induktor

Solusi

a) Lt = L1 + L2 + L3 + L4
Lt = 1 + 2 + 1.5 + 5
Lt = 9.5 H

b) Lt = L1 + L2 + L3 + L4
Lt = 5 + 2 + 10 + 1000 10-3
Lt = 18 mH

Contoh 10
Berapa induktor total (Lt) pada gambar 1.21?

Gambar 1.21 Rangkaian paralel induktor

Solusi
1 1 1 1
= + +
¿ L 1 L2 L 3
1 1 1 1
= + +
¿ 10 5 2
1
=0.1+ 0.2+0.5
¿
1
=0.8
¿
1
¿= =1.25 mH
0.8

22
TRANSFORMASI BINTANG-SEGITIGA
Dalam kasus tertentu, kadang tiga buah resistor yang dihubung bintang
harus dicari rangkaian segitiga ekivalennya, atau sebaliknya.

Gambar 1. 22 Tiga resistor dalam hubungan setiga dan bintang

Tiga buah resistor dalam hubungan segitiga R1, R2 dan R3 harus dicari
rangkaian ekivalennya dalam hubungan bintang RP , RQ dan RR.
R AB =R PQ
R .(R 2 + R3 ) R1 . R2 +R 1 . R 3
1
= =RP +RQ
R1 +R 2 +R3 R1 +R 2 +R3 ...............................(i)
R AC =RPR
R2 ( R1 + R 3 R1 . R2 + R 2 . R 3
= =R P + R R
R1 + R 2 + R3 R1 + R 2 + R3 ............................. (ii)
RBC =RQR
R3 ( R 1 +R2 ) R 1 . R3 + R2 . R 3
= =RQ +R R
R1 + R 2 +R3 R 1 + R2 +R 3 .............................. (iii)

Jika (ii) dikurangi (iii)


R 1 . R2 −R1 . R3
=R P −R Q
R 1 +R2 +R 3 .................................................... (iv)

Jika (i) ditambah (iv)


R 1 . R2
=R P
R 1 + R2 + R 3 .................................................... (v)

23
Transformasi Segitiga-Bintang:
Transformasi dari segitiga ke bintang: Resistor bintang = (resistor yang mengapit
dikalikan, hasilnya dibagi dengan jumlah seluruh resistannsi segitiga)
R1 . R 2
R P=
R 1 + R2 + R 3
R 2 . R3
R R=
R 1 + R2 + R 3 ……………………………(17)
R1 . R 3
RQ=
R1 + R 2 + R 3
Catat:
R1 dan R2 adalah R yang mengapit Rp
R2 dan R3 adalah R yang mengapit RR
R1 dan R3 adalah R yang mengapit RQ

Transformasi bintang ke segitiga:


Sementara untuk melakukan transformasi dari bintang ke segitiga, digunakan
persamaan sebagai berikut:
R P . RQ +R P . R R + RQ . R R
R1 =
RR
R P . RQ +R P . R R +RQ . R R
R2 =
RQ ……………………………………………………(18)
R P . RQ +R P . R R +RQ . R R
R3 =
RP

RR adalah resistor yang bersebarangan dengan R1


RQ adalah resistor yang bersebarangan dengan R2
RP adalah resistor yang bersebarangan dengan R3

Contoh 11
Perhatikan rangkaian resistor pada gambar 1.23!
a) Berapa resistor ekivalen antara titik A dan B?
b) Berapa resistor ekivalen antara titik C dan D?
[masalah ini tidak bisa diselesaikan menggunakan konsep seri-
paralel, tetapi harus menggunan TRANSFORMASI bintang-segitiga]

24
Gambar 1. 23 Rangkaian seri-paralel resistor untuk kasus-3

Solusi

Ditinjau dari titik A dan B:


 R7 dan R5 terhubung seri  R57 = R5 + R7
R .R
R457 = 4 57
 R57 paralel dengan R4  R 4 + R 57
 R457 seri dengan R1  Ra
 Ra paralel dengan R3  Rb
 Rb seri dengan R6  Rc
 Rc paralel dengan R2  RAB

Menyederhanakan rangkaian resistor menggunakan transformasi segitiga-bintang

RCD dapat dihitung sebagai berikut:


 RP , RQ , RR hubungan bintang ditransformasi menjadi segitiga Rx, Ry, Rz
 Rx paralel dengan R1  Rx1
 RY paralel dengan R2  Ry2
 Rz paralel dengan R3  Rz3
 Ry2 dan Rz3 seri  Rxy
 Rxy paralel dengan R1  RCD

25
JEMBATAN WHEATSTONE
Rangkaian jembatan Wheatstone yang ditunjukkan pada gambar 1.28
banyak dijumpai untuk rangkaian instrumentasi. Pada kondisi setimbang dimana
Galvanometer tidak dialiri arus listrik., maka tegangan titik A sama dengan
tegangan titik B.

Gambar 1.24 Rangkaian Jembatan Wheatstone

Rangkaian jembatan Wheatstone yang ditunjukkan pada gambar 1.28


banyak dijumpai untuk rangkaian instrumentasi. Pada kondisi setimbang dimana
Galvanometer tidak dialiri arus listrik., maka tegangan titik A sama dengan
tegangan titik B.
Karena Galvanometer tidak dialiri arus listrik maka Ix = 0 sehingga
Rx dan R1 dialiri arus yang sama, yakni I1. Sementara itu R2 dan R3 dialiri arus I2
. Dengan menggunakan hukum Ohm, diperoleh:

V V
I1= ; I 2=
 R1 + R x R 2 + R3


V A =V B
V V
R1 = R
 R 1 +R x R 2 +R3 2

 R1 ( R2 +R3 )=R2 ( R1 +R x )

R1 .R 2 +R1 R3=R1 . R2 +R 2 .R x

R1 .R 3=R 2 .R x

Terbukti bahwa pada kondisi setimbang: perkalian antara dua Resistor


yang berseberangan harus sama:

R1. R3 = R2.Rx…………………………………………………………….(19)

26
Soal Latihan
1. Berapa resistor total RAB dan RPQ?

Gambar 1. 25 Rangkaian seri resistor untuk Soal Latihan-1

2. Berapa RAB dan RPQ ?

Gambar 1. 26 Rangkaian paralel resistor untuk Kasus-2

3. Perhatikan rangkaian resistor pada gambar 1.27!

Gambar 1.27 Rangkaian resistor untuk Soal Latihan-3

a. Apakah rangkaian tersebut bekerja normal?


b. Jika Voltmeter menunjuk 0,0 Volt dan Amper meter menunjuk 1.500 mA,
apa penyebabnya?
c. Jika Ampermeter menunjuk 3.000 mA dan Voltmeter menunjuk 18 Volt,
apa penyebabnya?

27
4. Perhatikan rangkaian resistor pada gambar 1.28!

Gambar 1.28 Rangkaian resistor untuk Soal Latihan-4

a. Jika Bateray dilepas, berapa resistor ekivalen antara titik A-C dan B-D?
b. Jika bateray dipasang, berapa arus pada R-15?
c. Jika bateray dipasang, berapa tegangan EBD?

5. Perhatikan gambar 1.29 berikut:

Gambar 1.29 Pengukuran arus dan voltmeter menggunakan multimeter digital

a. Apakah rangkaian diatas bekerja normal? Apabila tidak, dimanakah letak


kesalahannya dan jelaskan penyebabnya!
b. Komponen manakah yang rusak?

28
6. Perhatikan gambar di bawah ini !

Gambar 1.30 Jembatan Wheatstone

Tentukan Vout gambar 1.30 berikut, jika diketahui suhu 650C. Pada suhu
250C resistansi termistor 1 KΩ, dan diasumsikan resistansi berubah 5Ω tiap 0C!

7. Analisa lah gambar di bawah ini !

Gambar 1.31 Transformasi Bintang-Segitiga

Tentukan:
a. Rt antara titik A dan B
b. Tegangan VAB

8. Tentukan RAB pada setiap kemungkinan kondisi switch dari rangkaian resistor
gambar 1.32!

29
Gambar 1.32 Rangkaian resistor

9. Perhatikan rangkaian resistor gambar 1.33!

Gambar 1.33 Rangkaian seri resistor soal 9

a) Tentukan VAB menggunakan kaidah pembagi tegangan


b) Tentukan VAB menggunakan kaidah pembagi tegangan

10. Perhatikan rangkaian resistor gambar 1.34, Tentukan:


a) Rt
b) It
c) I1, I2, I3, I4, I5, I6, I7, I8
d) V1, V2, V3, V4, V5, V6, V7, V8

30
Gambar 1.34 Rangkaian seri paralel resistor

31
Kegiatan belajar 02
Menerapkan Hukum Kirchoff
02
Tujuan
 Menerapkan Hukum Kirchhoff-1 (KCL, Kirchoff Currrent Low)
 Menerapkan Hukum Kirchhoff 2 (KVL, Kirchoff Volatge Low)

HUKUM KIRCHHOFF-1
Hukum Khirchhoff-1 disebut juga hukum arus khirchhoff, menjelaskan
bahwa:
Pada setiap titik percabangan dalam sirkuit listrik, jumlah arus yang masuk
kedalam titik itu sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik tersebut.

∑ I ¿ =∑ I out
............................ (1)

Contoh 01
Untuk rangkaian gambar 2.1, I1= 5 A, I2 = 4 A, I3 = 4 A, I4 = 3 A.
Berapakah I5 ?

Gambar 2.1 Penerapan hukum Kirchhoff-1

Solusi
Arus yang menuju titik cabang adalah I1 dan I3, arus yang meninggalkan
titik cabang adalah I2 , I4 dan I5. Dengan menggunakan persamaan 1, maka:
I 1+ I 3=I 2 + I 4 + I 5 I 5=(I ¿ ¿ 1+ I 3 )−(I 2+ I 4 ) ¿ I 5=( 5+ 4 )− ( 4+ 3 )=2 A

Contoh 02
Pada gambar di bawah ini, berapakah besar I1 dan I2?

32
Gambar 2.2 Penerapan hukum Kirchhoff I

Solusi
Dengan menggunakan persamaan 1, maka
 pada titik A berlaku persamaan: 5=I 1 +1+1,5
 pada titik B berlaku persamaan: I 2+ I 1 +1=4
5 A=I 1 +1 A+ 1,5 A
I 1=2,5 A
I 2+ I 1 +1 A=4 A
I 2=4−1−2,5=0,5 A

HUKUM KIRCHHOFF-2
Hukum Kirchoff-2 yang juga disebut hukum Kirchhoff tegangan
menyatakan bahwa:

Dalam rangkaian tertutup, jumlah sumber-sumber


tegangan sama dengan jumlah arus kali resistansi.

∑ V =∑ I . R ..............................................(2)

33
Contoh 03.
Lihat rangkaian listrik pada gambar 2.3. Jika R1, R2, R3, R4 = 4 ohm dan
V1 = V2 = 24 Volt. Berapakah arus yang mengalir pada R1 dan R2 ?

Gambar 2.3 Penerapan Hukum Kirchoff-2

Solusi
Dalam rangkaian gambar 2.3: sesuai dengan hukum Kirchoff-1, arus
I3 = I2 + I1 . Dalam gambar tersebut terdapat dua rangkaian tertutup (Loop):
 Rangkaian pertama terdiri dari atas V1, R1, dan R3
 Rangkaian kedua terdiri atas V2 , R2 , R3, dan R4 .
Persamaan hukum Kirchoff-2 untuk rangkaian pertama: V1 = I1 .R1 + I3 .R3
Persamaan hukum Kirchoff-2 untuk rangkaian kedua : V2 = I2 .R2 + I3.R3 + I2.R4
Karena I3 = I1 + I2 , maka kedua persamaan di atas dapat disederhanakan
menjadi:
V1 = I1 (R1 +R3) 
V2 = I1 R3 + I2(R3 + R2+ R4 )
Substitusikan nilai R dan V:
24 = 8 I1 + 4I2 ...........................................(i)
24 = 4 I1 + 12.I2 ........................................(ii)
Selanjutnya lakukan eliminasi, dengan cara persamaan (ii) dikalikan 2, sehingga:
(i) x 1  24 = 8 I1 + 4I2
(ii) x 2  48 = 8 I1 + 24.I2
-24 = 0 - 20.I2  I2 = 1,2 Amper

Substitusikan I2 ke persamaan (i):


24 = 8 I1 + 4I2
24 = 8 I1 + 4*1,2  I1 = (24 – 4,8)/8 = 2,4 Amper
Kesimpulan:
 Arus yang mengalir pada R1 sebesar I1 = 2,4 Amper
 Arus yang mengalir pada R2 sebesar 1,2 Amper
Catatan:
Untuk meyakinkan bahwa hasil akhir tersebut sudah benar maka masukkan nilai
I1 dan I2 ke persamaan (i) dan (2).

34
Contoh 04
Tuliskan persamaan tegangan menurut hukum Kirchoff-2 (KVL) untuk
rangkaian pada gambar 2.4!

Gambar 2.4 Penerapan Hukum Kirchoff-2

Solusi
Dari rangkaian gambar 2.4 didapat: I3= I1 + I2
Rangkaian tersebut memiliki tiga Loop (rangkaian tertutup), sehingga
memerlukan tiga persamaan sebagai berikut:

Rangkaian pertama:
V 1=I 1 . R1 + I 3 . R3

¿ I 1 . R1 + ( I 1 + I 2 ) R 3 ................................(i)

¿ I 1 .( R ¿ ¿ 1+ R3 )+ I 2 . R 3 ¿

Rangkaian kedua :
V 2=I 2 . R2 + I 3 . R3 + I 2 . R4

¿ I 2 . R2 + ( I 1 + I 2 ) R 3+ I 2 . R 4 ...........................(ii)

¿ I 1 . R3 + I 2 .( R ¿ ¿ 2+ R4 + R 3) ¿

Rangkaian ketiga :
V3= I4 .R5 + I2. R2 - I1.R1
= - I1 R1 + I2 R2 + I4 .R5 .........................................(iii)

Dalam loop ketiga, arah arus positif adalah I4, sehingga arus yang arahnya melawan I4 harus diberi tanda negatif.
*Catat:

35
Dari contoh 01 dan 02 terlihat bahwa jika rangkaiannya
kompleks, lebih dari 2 rangkaian tertutup maka penggunaan
arus cabang akan menyulitkan. Oleh karena itu dianjurkan
untuk menggunakan arus lingkaran (Loop, mata jala)
seperti ditunjukkan pada gambar 2.5.

Gambar 2.5

Rangkaian yang ditunjukkan dalam gambar 2.5 memiliki tiga buah


lingkaran tertutup, sehingga memerlukan tiga buah arus-lingkaran I1 , I2 , I3.
Dalam hal tertentu kadang sulit mengidentifikasi banyaknya lingkaran dalam
sebuah rangkaian. Ketentuan berikut dapat digunakan untuk menentukan jumlah
lingkaran yang diperlukan:
Jumlah Loop = Jumlah cabang – Jumlah titik cabang + 1

Titik cabang adalah titik dimana bertemu minimal tiga cabang. Dua titik
cabang yang dihubungkan langsung dengan garis (tanpa ada elemen
resistor maupun bateray) pada dasarnya adalah titik cabang yang sama dan
hanya dihitung sebagai satu titik cabang.

Cabang bagian yang menghubungkan dua titik cabang

Rangkaian pada gambar 2.5 memiliki :


 4 buah titik cabang, yakni A, B, C dan D
 6 buah cabang, yakni AB – AD – AC – BC – BD dan CD
Dengan demikian jumlah lingkaran yang diperlukan sebanyak = 6 – 4 + 1 = 3.
Arus yang mengalir pada masing-masing resistor adalah sebagai berikut:
 Arus pada R1 adalah I1 – I3
 Arus pada R2 adalah I2 – I3

36
Persamaan KVL menjadi:
V1 = R1(I1  I3) + R3 (I1 - I2)
V2 = R2(I2  I3) + R3(I2  I1) + R4.I2
V3 = R5 I3 + R2(I3  I2) + R1(I3  I1)
Jika persamaan tersebut diselesaikan maka dapat ditulis dalam format matrik
sebagai berikut:

V1 R 1 + R3 −R 3 −R 1 I1


[ ][
V 2 = −R3
V3 −R1
R 2 + R3 + R4
−R 2
−R 2
][ ]
I2
R1 + R 2 + R 5 I 3
Matrik ruas kiri disebut dengan matrik tegangan. Jumlah baris sama
dengan jumlah arus loop.
 Matrik resistor dapat disusun sebagai berikut:
o Elemen diagonal baris pertama adalah jumlah semua resistor yang
dialiri oleh I1
o Elemen diagonal baris kedua adalah jumlah semua resistor yang
dialiri oleh I2
o Elemen diagonal baris ketiga adalah jumlah semua resistor yang
dialiri oleh I3
o Elemen lainnya disebut resistor mutual. Elemen baris pertama –
kolom kedua (R1-2 ) nilainya sama dengan Elemen baris kedua-
kolom pertama (R2-1 ), yaitu resistor yang dialiri bersama oleh I1
dan I2. Jika pada resistor tersebut kedua arus arahnya berlawanan
maka resistor mutual diberi tanda negatif.

Cara menyelesaikan persamaan simultan dalam format matrik tersebut adalah


sebagai berikut:
1. Hitung determinan matrik resistor. Untuk matrik berdimensi lebih dari nxn
maka tambahkan (n  1) kolom di sebelah kanan:
R1 + R 3 −R3 −R 1 R 1 + R3 −R 3
Δ=|−R3 R 2 + R3 + R 4 −R 2 −R 3 R 2 + R 3 + R4 |
−R1 −R2 R 1 + R2 + R 5 −R 1 −R 2
¿ {( R 1 + R3 )( R2 + R3 + R4 )( R 1 + R2 + R 5 )+(−R 3 )(−R2 )(−R1 )+(−R1 )(−R 3 )(−R2 ) }−
{(−R 1 )( R 2 + R3 + R 4 )(−R1 )+(−R2 )(−R 2 )( R1 + R3 )+( R1 + R 2 + R5 )(−R3 )(−R 3 ) }
Catat: menghitung determninan lebih mudah jika menggunakan program
Excel.

2. Hitung determinan Δ1 dimana kolom pertama matrik resistor diganti dengan


matrik tegangan, kemudian hitung seperti langkah 1.

37
V 1 −R3 −R 1 V 1 −R3
Δ 1=|V 2 R2 +R3 +R 4 −R 2 V 2 R2 +R 3 +R 4 |
V 3 −R2 R 1 +R2 +R 5 V 3 −R2
¿ {(V 1 )( R2 +R 3 +R 4 )( R1 +R2 +R5 )+(−R3 )(−R 2 )(V 3 )+(−R1 )(V 2 )(−R 2 ) }−
{(V 3 )(R 2+R3 +R4 )(−R1 )+(−R2 )(−R 2 )(V 1)+(R 1+R2 +R 5 )(V 2)(−R3 )}

3. Hitung determinan Δ 2 dimana kolom kedua matrik resistor diganti dengan


matrik tegangan, kemudian hitung seperti langkah 1.
R 1 +R3 V 1 −R1 R1 +R 3 V 1
Δ 2=|−R 3 V 2 −R2 −R3 V2 |
−R 1 V 3 R1 + R2 +R5 −R1 V3
¿ {( R 1 +R3 )(V 2 )(R 1 +R2 +R 5 )+(V 1 )(−R 2 )(−R1 )+(−R1 )(−R 3 )(V 3 )}−
{(−R 1 )(V 2 )(−R1 )+(V 3 )(−R2 )(R 1 +R3 )+( R1 +R2 +R5 )(−R3 )(V 1 )}

4. Hitung determinan Δ 2 dimana kolom kedua matrik resistor diganti dengan


matrik tegangan, kemudian hitung seperti langkah 1.
R 1 + R3 −R 3 V 1 R1 +R 3 −R3
Δ 3=|−R 3 R2 + R3 + R4 V 2 −R3 R2 +R 3 +R 4 |
−R 1 −R 2 V 3 −R1 −R2
¿ {( R 1 +R3 )( R2 +R3 +R4 )(V 3 )+(−R 3 )(V 2 )(−R1 )+(V 1 )(−R 3 )(−R2 ) }−
{(−R 1 )( R 2+R3+ R 4 )(V 1 )+(−R2 )(V 2 )(R 1+ R3 )+(V 3 )(−R3 )(−R 3 )}
5. Hitung arus I1 , I2 dan I3 sebagai berikut
Δ
I1= 1
Δ
− Δ2
I2=
Δ
Δ3
I3=
Δ

38
Contoh 05
Hitung arus yang mengalir dalam rangkaian gambar 2.6 berikut ini!

Gambar 2.6 Rangkaian resistor untuk contoh 05

Solusi
Jumlah titik cabang = 6
Jumlah cabang = 9
Jumlah loop = 9 – 6 + 1 = 4

Persamaan KVL disusun dalam format matrik adalah sebagai berikut:


−V 1 R 1 + R2 + R 3 + R 4 −R2 −R3 −R4 I1

[ ][
V2 =
0
−V 3
−R2
−R3
−R4
R 2 + R5 + R 8
−R5
0
−R5
R 3 + R5 + R 6 + R 9
−R6
0
−R6
R4 + R6 + R7 + T 10 ][ ]
I2
I3
I4

12 −1 −2 −3 I 1

][ ]
−6

[ ][
6 = −1 5 −2 0 I 2
0 −2 −2 7 −1 I 3
−12 −3 0 −1 7 I
4

12 −1 −2 −3 12 −1 −2
Δ=|−1 5 −2 0 −1 5 −2|
−2 −2 7 −1 −2 −2 7
−3 0 −1 7 −3 0 −1
= {(12)(5)(7)(7)+(−1)(−2)(−1)(−3)+0+(−3)(−1)(−2)(−1) }−
{(−3)(−2)(−2)(−3)+(0)+(1−)(−1)(−1)(−1)+(7)(−2)(5)(−2)}
=2952−177
=2775

39
−6 −1 −2 −3 −6 −1 −2
6 5 −2 0 6 5 −2
Δ 1=| |
0 −2 7 −1 0 −2 7
−12 0 −1 7 −12 0 −1
¿(−1470+24+0−36)−(144+0−6+0)
¿−1620
12 −6 −2 −3 12 −6 −2
Δ 2=|−1 6 −2 0 −1 6 −2|
−2 0 7 −1 −2 0 7
−3 −12 −1 7 −3 −12 −1
¿(3528+36+0+0)−(0+0+6+168)
¿3390
12 −1 −6 −3 12 −1 −6
−1 5 6 0 −1 5 6
Δ 3=| |
−2 −2 0 −1 −2 −2 0
−3 0 −12 7 −3 0 −12
¿(0−18+0+72)−(−108+0+12+420 )
¿−270
12 −1 −2 −6 12 −1 −2
Δ 4 =|−1 5 −2 6 −1 5 −2 |
−2 −2 7 0 −2 −2 7
−3 0 −1 −12 −3 0 −1
¿(−5040+0+0+12)−(72+0+0−240)
¿−4860
Δ 1 −1620
I1= = =−0,6 A
Δ 2775
− Δ 3390
I2= 2 = =1 ,22 A
Δ 2775
Δ −270
I3= 3 = =−0,1 A
Δ 2775
−Δ −4860
I 4= 4 = =−1,8 A
Δ 2775

40
Soal-soal Pengayaan
1. Dari gambar 2.7, carilah arus IB dan Ic, dan VCE , jika VBE = 0,7
dan β = 20.
Catat bahwa :
VBB = IB .RB + VBE
IC = .IB
VCC = IC .RC + VCE

Gambar 2.7 Rangkaian transistor untuk soal 1

2. Perhatikan gambar 2.8! Carilah Is, I5 dan tegangan pada R7 !

Gambar 2.8 Rangkaian resistor untuk soal-2

3. Dari gambar 2.9, carilah arus yang mengalir pada masing-masing resistor !

Gambar 2.9 Rangkaian resistor untuk soal-3

41
4. Dari gambar 2.10 di bawah ini tentukan arus yang mengalir pada R1 !

Gambar 2.10 Rangkaian resistor untuk soal 4

5. Tentukan V1 dan V2 pada gambar 2.11 !

Gambar 2.11 Rangkaian resistor untuk soal 5

6. Perhatikan rangkaian resistor pada gambar 2.12. Tentukan tegangan pada


masing-masing resistor !

Gambar 2.12 Rangkaian resistor untuk soal 6

42
7. Perhatikan jembatan Wheatstone pada gambar 2.13. Berapa tegangan Va,
Vb, Vc ?

Gambar 2.13 Rangkaian jembatan Wheastone untuk soal 7

43
Kegiatan belajar 03
Teori Thevenin dan Norton
03
TEORI THEVENIN
Teori Thevenin menyatakan bahwa setiap rangkaian dapat digantikan
dengan satu sumber tegangan (VTH) dan satu resistor (RTH). Tegangan Thevenin
VTH adalah tegangan antara dua titik yang ditinjau, dalam hal ini adalah antara
titik A dan B. Resistor Thevenin RTH adalah resistansi yang diukur antara dua titik
yang ditinjau pula. Rangkaian seri VTH dan RTH ini disebut rangkaian ekuivalen
Thevenin.

Gambar 3.1 Penyederhanaan rangkaian menggunakan teori Thevenin

Gambar 3.1 menunjukkan sebuah rangkaian yang terdiri atas 3 buah


resistor dan sebuah sumber tegangan dapat digantikan dengan sebuah tegangan
Thevenin VTH dan sebuah Resistor Thevenin RTH .

Langkah – langkah menentukan rangkaian Thevenin :


1. Tentukan rangkaian yang akan diekuivalenkan, tandai dua titik dari mana
rangkaian tersebut ditinjau (diukur) dengan A dan B
2. Menentukan RTH : Ganti sumber tegangan dengan hubung pendek (R = 0)
dan sumber arus dengan sirkuit terbuka, kemudian hitung resistansi total
antara titik A dan B (gambar 3.2)

Gambar 3.2 mengeliminir sumber tegangan dan sumber arus dalam teori Thevenin

3. Menentukan VTH : Kembalikan rangkaian menjadi seperti semula, kemudian


hitung tegangan antara titik A dan B

44
4. Penyelesaian : Gambar rangkaian ekuivalen Thevenin dengan VTH terpasang
seri dengan RTH

Contoh 1
Perhatikan rangkaian listrik gambar 3.3. berikut :

Gambar 3.3

Untuk mengubah rangkaian diatas (gambar 3.3) menjadi Thevenin


(rangkaian dalam bingkai merah), lakukan sebagai berikut:
(1) pisahkan rangkaian yang ingin diekuivalenkan (dalam hal ini Rx akan
dibuang dahulu) dan tandai kedua titik yang dipisah dengan A dan B
(gambar 3.4a)
(2) ganti sumber tegangan dengan hubung singkat (gambar 3.4b)
(3) hitung resistansi total rangkaian sehingga menjadi Rth (gambar 3.4c)
dimana
* R1 tidak berfungsi karena dihubung singkat
R .R
RTH =R AB = 2 3 =1 ,333
* R2 paralel dengan R3  R 2 + R3 
A

Rth

(a) (b) (c)


Gambar 3.4

 Gunakan kembali gambar 3.4a untuk menghitung VTH = VAB ,


yaitu tegangan pada R3 dimana R2 dan R3 terhubung seri
membentuk pembagi tegangan:
R3
V TH = V =3 , 33 Volt
R 2 +R3

45
Gambar 3.5 Rangkain Thevenin

Rangkaian Thevenin dari Rangkaian yang mengandung Sumber


Arus
Dalam rangkaian yang mengandung sumber arus maupun sumber
tegangan, maka Resistansi ekivalen Thevenin dihitung sebagai berikut:

o Semua sumber tegangan dihubung singkat


o Semua sumber arus dibuka (diganti dengan skakelar terbuka)
o Hitung R ekivalen dari rangkaian yang tersisa.

Contoh
Tentukan rangkaian ekivalen Thevenin antara titik A dan B dari rangkaian listrik
gambar 3.6!

Gambar 3.6 Rangkaian listrik untuk contoh 2

46
Solusi

Gambar 3.6.a
Menghitung RTH :
 Setelah sumber tegangan dihubung singkat dan sumber arus
dibuka (Gambar 3.6a), maka R1 dan R3 paralel, R2 dan R4
paralel
R .R R R
R13= 1 3 = R24= 2 4 =
R1 R3 5 dan R2 +R 4 3 
R13 , R5 terhubung seri
Ra = R24 + R5 = 9 
R .R 9∗3
Rth = a 24 = =
Ra paralel dengan R24  R a .+ R 24 9+3 2,25 Ohm

Menghitung tegangan ekivalen Thevenin

Gambar 3.6b

Dalam menganailisis KVL pada rangkaian yang mengandung sumber arus, maka
harus dicermati arus yang mengalir pada setiap resistor:
 Rangkaian tersebut memilit 5 cabang dan 3 titik cabang sehingga
memerlukan arus loop sebanyak (5-3+1 = 3) .

47
 R3 hanya dialir oleh I1
 R5 hanya dialiri I2
 Pada titik cabang C terdapat sumber arus i = 6A masuk ke titik C,
sehingga R1 dialiri arus (I1  I2 + i)
 R2 hanya dialiri I3
 Pada titik cabang A terdapat sumber arus i = 6 A keluar dari titik
A, sehingga R4 dilairi arus (I2  I3  i)
 Persaman KVL bisa ditulis sebagai berikut:

E1 = R3 I1 + R1 (I1 I2 + i)
12 = 16 I1  6 I2 + 6.6   24 = 16 I1  6I2 .........................(i)

 E1 = R1(I1 +I2  i)+ R4 (I2  i  I3 + R5 I2


 12 =  6 I1 + 22 I2   60 =  6 I1 + 22 I2 

 E2 = R4 (I3 + i  I2) + R2 I3
 8 = 12 (I3 + 6  I2) + 4 I3   64 =  12 I2 + 16 I3 ..........(iii)
Dalam format matrik, persamaan (i), (ii) dan (iii) dapat ditulis sebagai berikut:
16 −6 0 I1

][ ]
−24

[ ][
60 = −6 22
−64 0 −12 16
−12 I 2
I3
Karena tujuan akhirnya adalah menghitung VAB maka yang perlu dihitung cukup
I3 saja.
16 −6 0
Δ=|−6 22 −12|=
0 −12 16 2752
16 −6 −24 16 −6
Δ3=|−6 22 60 −6 22 |
0 −12 −64 0 −12 =  8704

Δ3
I3= =−3 , 163
Δ Amper
VAB =E2 + I3 .R2 = 8 + (3,163)4 = -4,652 Volt

48
Gambar 3.6c

THEORI NORTON
Rangkaian listrik DC yang terdiri atas 2 titik terminal dapat diganti
dengan rangkaian pararel sebuah sumber arus yang diparalel dan sebuah resistor ,
seperti ditunjukkan pada gambar 3.7

Gambar 3.7 Rangkaian ekivalen Norton

Rangkaian paralel IN dan RN ini disebut rangkaian ekuivalen Norton.


Resistansi Norton RN adalah resistansi antara dua titik A dan B dengan catatan
semua bateray dihubung singkat dan semua sumber arus dibuka. Sedangkan Arus
Norton IN adalah hasil bagi tegangan antara dua titik yang ditinjau dengan
Resistansi Norton, atau arus hubung singkat antara dua titik yang ditinjau.

Langkah – langkah untuk menentukan rangkaian Norton :


1. Pisahkan rangkaian yang akan diekuivalenkan dari rangkain lain. Tandai dua
titik yang dipisah dengan A dan B
2. Hitung resistansi Norton (RN): hubung singkat semua sumber tegangan dan
buka semua sumber arus, kemudian hitung resistansi total antara titik A dan B
3. Hitung arus Norton (IN): Gunakan rangkaian yang asli, hitung arus hubung
singkat antara titik A dan B.
4. Gambarkan rangkaian ekuivalen Norton dengan IN terpasang pararel dengan
RN

49
50
Contoh 3

Gambar 3.8

Untuk mengubah rangkaian gambar 3.8 menjadi Norton maka lakukan


langkah-langkah berikut:
(1) pisahkan rangkaian yang ingin diekuivalenkan dan tandai kedua titik yang
dipisah dengan A dan B (gambar 3.8a)
(2) Semua sumber tegangan dihubung singkat, kemudia n hbitung RTH atau
Rtotal antara titik A dan B
- R1 tidak berfungsi karena terhubung singkat
- Yang tinggal adalah R2 paralel dengan R3
R .R
R N = 2 3 =1 ,33
- R2 + R3 

Gambar 3.8a, b, c, d
(3) Gunakan gambar 3.8a untuk menghitung arus hubung sngikat dari A ke B:
R3
V AB = V
 R 2 + R3 = 3,33 Volt
V
I N = AB
 R N = 2,5 Amper

Hubungan Theori Thevenin dan Norton

51
Gambar 3.9 Hubungan antara Rangkaian Norton dan Thevenin

Hubungan antara rangkaian ekivalen Thevenin dan Norton dapat


dituliskan sebagai berikut:
 RN = RTH
V
I N = TH
 RN atau VTH = IN *RN

Contoh 4
Tentukan rangkaian Thevenin dan ranfkaian Norton antara titik AC dari
rangkaian listrik gambar 3.10

Gambar 3.10 Rangkaian listrik untuk contoh 4

52
Solusi

Gambar 3.10a
(1) Hubung singkat sumber tegangan dan buka sumber arus (gambar 3.10a.
(2) Hitung RAC :
R .R
Ra = 3 12
 R1 , R2 seri , hasilnya paralel dengan R3 : R3 + R12 = 2 
R .R
Rb = 6 7
 R6 paralel dengan R7 R6 + R 7 = 0,833 
 Ra , R5 , Rb terhubung seri Rc = 8,833 
R 4 . Rc
R N =R AC =
Rc paralel dengan R4 sehingg R  4 +R c = 2,753214 

Gambar 3.10b

(3) Menghitung tegangan Thevenin:


 Pada titik C
o ada sumber arus menuju titik C: i = 2 A,
o R3 dialiri arus loop I2
o R7 dialir arus loop I3
o Jadi arus I akan mengalir ke R6 , jadi R6 dialiri
arus I2 + i  I3

53
o Persamaan KVL ditulis sebagai berikut

Gambar 3.10c

V = (R1 + R2 + R3) I1  R3 I2 + 0. I3
10 = 9 I1  3 I2 ………………………………………………(i)

0 =  R3 I1 + (R3 + R4 + R5 + R6)I2  R6 I3 + R6 .i
0 =  3I1 + 18 I2  5 I3 + 6 * 2   12 = 3I1 + 18 I2  5 I3…(ii)
0 = 0 I1  R6 I2 + (R5 +R6)I3  R6 i + R7 i
0 = 0 I1  5 I2 + 6 I3  24  24 = 0 I1  5 I2 + 6 I3 …………(iii)

Persamaan i, ii dan iii ditulis dalam format matrik:


10 9 −3 0 I 1

[ ][
12 = −3 18 −5 I 2
24 0 −5 6 I ][ ]
3
Untuk menghitung VAC yang diperlukan hanya I2 , sehingga:
9 −3 0 9 −3
Δ=|−3 18 −5 −3 18 |=
0 −5 6 0 −5 693
9 10 0 9 10
Δ2=|−3 12 −5 −3 12 |=
0 24 6 0 24 4428
−Δ 2
I2= =−6 , 39 A
Δ
VAC = I2 R4 =  25,56 Volt  VTH =  25,56 Volt
V TH
IN=
R TH =  9,28442 Amper
(4) Rangkaian thevenin dan Norton adalah sebagai berikut:

54
Gambar 3.10d

Soal Latihan
1) Carilah rangkain ekuivalen Norton dan Thevenin dari rangkaian listrik
gambar 3.11 yang diblok.

Gambar 3.11

2) Tentukan rangkaian ekivalen Thevenin dan Norton dari rangkaian gambar


3.12!

Gambar 3.12 Rangkaian listrik untuk soal latihan 2

3) Tentukan rangkaian ekivalen Norton dan Thevenin rangkaian gambar


3.13, ditinjau dari titik A dan B!

55
Gambar 3.13

4) Tentukan rangkaian ekivalen Thevenin dari titik A dan B !

Gambar 3.14

5) Tentukan rangkaian Thevenin dan Norton rangkaian gambar 3.15!

Gambar 3.16

6) Tentukan rangkaiana ekivalen Norton dan Thevenin titik A dan B !

56
Kegiatan belajar 04
Metode Arus Cabang dan Metode 04
Titik Simpul

Kompetensi Dasar:
 Mengidentifikasi metode arus cabang dalam analisis rangkaian.
 Mengidentifikasi metode arus mata jalan (mesh) dalam analisis
rangkaian.
 Menerapkan matriks dan determinan dengan arus mata jala dalam
analisis rangkaian.
METODE ARUS CABANG
Pada metode arus cabang, yaitu kita tetapkan satu arus pada tiap cabang
yang berada dalam suatu rangkaian jaringan aktif. Selanjutnya Hukum Kirchoff
digunakan pada simpul dan tegangan yang menghubungkan simpul digunakan
untuk menghubungkan simpul-simpul tersebut. Ini merupakan konsep untuk
mendapatkan besar dari arus total dan arus pada cabang dalam suatu rangkaian.
Pada metode arus cabang, tegangan dapat di hitung dengan cara:
1. Memberikan sebuah arus yang jelas dari arus yang pertama dari
cabang pada sebuah rangkaian.
2. Indikasi polaritas dari resistor lain yang di hitung dari arus awal.
3. Penggunaan hokum kirchoff tegangan (KVL) pada loop tertutup dari
sebuah rangkaian.
4. Penggunaan hokum kirchoff arus (KCL) di gunakan pada jumlah
terkecil dari titik cabang pad sebuah rangkaian.
5. Penyelesaian dari hasil perhitungan disimulasikan linier diasumsikan
dengan arus cabang.

Gambar 4.1 Gambar


Rangkaian awal 4.2
57
Pada gambar 4.1 merupakan gambar rangakian awalan. Cara pertama
untuk menghitung arus yang mengalir, kita mulai dari kutub negative dari sumber
tegangan yang ditunjukan pada Gambar 4.2 Semua arus yang mengalir akan
menuju pada R1, pada R1 termasuk kedalam rangkian seri.
Pada titik dua percabangan kita memberi nama titik A. Arus total pada
titik A akan dibagi menjadi dua bagian. Kemudian arus yang akan melelwati R2
bisebut I2 dan arus yang melewati R3 disebut I3. Kedua cabang tersebut menyatu
kembali pada titik B. Jumlah arus yang ada di titik B adalah I2 +I3. Ini merupakan
konsep dari KCL, “Arus yang keluar dari titik percangan nilainya adalah sama
dengan arus yang masuk pada titik percabangan”. Arus keluaran dari titik B
mengalir dalam R4 yang merupakan rangkaian seri.
Pada rangkaian gambar 4.2, maka kita dapatkan
V V V
I T= + + ………………………………………………………………..
R1 R23 R 4
…………(1)
Persamaan untuk 2 cabang
R2
(
I 2= )
R2 + R3
It ………………………………….……………………………..

……………. (2)

R3
(
I 3=
R2 + R3 )
It …………………………………………………..

…………………………….(3)

Contoh soal 01
Bila diberi tegangan sumber sebesar 50 V. Hitunglah I pada pada R3
pada gambar 4.3!

G
ambar 4.3

Solusi
R3 R 4
R2+ 3∨¿ 4=R 2+ =538 Ω
R3 + R 4

58
VS
I 2= =93 mA
R 2+3∨¿4

R3
I 3= ( )
I =34,5 mA
R3 + R 4 2

Contoh soal 02
Bila di beri tegangan sumber sebesar 60V. Berapa arus yang mengalir
pada I1. Gunakan metode arus cabang.

Gambar 4.4

Solusi
I =13(6) …
(12)
2 ……(1)
I =I4(12 …
2(12) ) ……(2)
6 =I1(7) …
0 + I2(12) ……(3)
I =I2 + …
1 I3 + I4 …….(4)
I +
= 2
2I2 + I4

Mensubsitusikan persamaan (3) dan (4), maka


I1= 6 A
Contoh soal 03
Hitunglah tegangan pada R2. Jika R1= 5 ohm, R2=R3= 3 ohm, R4= 2
ohm dan tegangan sumber sebesar 15 V.

Gambar 4.5

Solusi
R2
VR2= ( )
V =9 V
R 2+ R 4 S

59
METODE ARUS MATA JALA
Pada sirkuit terbuka ataupun tertutup ini merupakan masalah yang sering
terjadi dalam sirkuit elektrik.
Secara sistematik pada metode ini adalah sebagai berikut:
1. Kita membberikan arus yang searah dengan jarum jam pada
rangakian tersebut dengan mengamsumsikan bahwa loop tersebut
tertutup.
2. Arus yang mengalir pada resistor dihitung dari jumlah loop arus yang
mengalir pada resistor tersebut.
3. Penggunaan hokum kirchoff tegangan pada loop tertutup yang searah
dengan jarum jam.

Gambar 4.6 Konsep


Pada gambar diatas (4.3)
rangkaian merupakan konsep dari rangkaian mata jala
mata jala
sederhana menggunakan menggunakan mata jalamenggunakan 3 loop.

Contoh soal 04
hitunglah nilai arus yang megalir pada I1

Gambar 4.7

Maka kita peroleh


-20 + 5 I1 + 10(I1 - I2) = 0
8 + 10(I2 - I1) +2 I1 = 0
Persamaan tersebut dieliminasikan maka nilai dari I1= 2 A dan I2= 1 A.

Contoh soal 05

60
Hitunglah arus arus pada I1 menggunakan mata jala dengan konsep
matriks dan determinan.

Gambar 4.8

Solusi
19 −12 0 I 1 60

[ 0 ][ ] [ ]
−12 18 −6 I 2 = 0
−6 18 I 3 0

1 60 −12 0
I 1=
∆R [
0
]
18 −6 =6 A
0 −6 18

MATRIKS DAN DETERMINAN


Penggunaan matriks dan determinan adalah lanjutan dari metopde mata
jala. Penggunaan matriks dan determinan adalah jumlah dari arus loop yang
mengalir pada metode mata jala dari perhitungan tegangan pada masing-masing
polaritas resistor yang berkonsep dari KVL.

Gambar 4.9 Bekonsep dari KVL


Persamaan matriks secara umum pada gambar 4.4
R 11 R 12 R 13 I 1 V 1

| | || |
R21 R 22 R 23 I 2 = V 2
R31 R 32 R 33 I 3 V 3
……………………………………………………………….(5)
Elemen matrik menunjukan yang bagian depan menyatakan baris, dan
yang belakang menyatakan kolom, begitu pula selanjutnya. Pada elemen R11
merupakan R yang dialiri aleh arus pada loop pertama. I merupakan arus yang
melalui R pada metode mata jala dan V menunjukan tegangan yang berada dalam
jendela rangkaian loop tertutup. Elemen V1 dalam matriks tegangan merupakan
jumlah dari semua tegangan sumber yang menggerakkan arus mata jala I1.
Jika pada resistansi + artinya bahwa arus yang melewati pada resiustor
tersebut adalah searah dan bernilai – jika arus yang melewati resiostansi tersebut
adalah berlawanan arah.
Untuk mencari I1, I2 dan I3 pada persamaan matriks secara umum seperti
persamaan 3.1 adalah

61
V 1 R 12 R 13 R11 R12 R13 V 1 R12 R13

…………..(6)
| || | |
I 1= V 2 R 22 R 23 / R21 R22 R23 =¿
V 3 R 32 R 33 R31 R32 R33
1
|
V R22 R23 ¿
∆R 2
V 3 R32 R33

Maka untuk I2 dan I3 dengan cara yang sama menghasilkan


R 11 V 1 R 13
I 2=
1
R
|
∆ R 21
V 2 R 23
R31 V 3 R 33
………………………………………………….(7)
|
R 11 R 12 V 1
I 3=
1
R
∆ R 21 |
R 22 V 2
R 31 R 32 V 3
…………………………………………………(8)
|
CATATAN!!!
untuk mencari I, matriks tegangan di letakkan pada kolom
resistor sesuai dengan I yang akan di cari.

62
Persamaan matriks dengan 2 sumber tegangan

Gambar 4.10 Contoh rangkaian matrik dua sumber tegangan

Gambar diatas menghasilkan persamaan sebagai berikut:

( R1+ R 2 ) I 1 −R2 I 2 =V 1−V 2


−R2 I 1 +( R2 + R3 )I 2 =V 2 …................(10

Maka kita peroleh persamaan matriks sebagai berikut:


R1+ R 2 −R 2 I 1 V
[ −R2 R2 + R3 I 2 ][ ] [ ]
= 1 …………………………………….
V2
…………………..(11)
Pada loop 1, arus yang keluar dari V1 adalah I1 dan mengalir menuju R1
dan R2 dan bertemu dengan V2 maka tegangan pada loop 1 adalah Jumlah dari
tegangan pada V1 + dengan tegangan pada V2. Arus yang mengalir pada R2 yaitu
I1 berlawanan dengan I2. Pada saat ini kita sedang menganalisa loop 1, maka I2
bernilai negative karena berlawaan dengan I1.
Pada loop 2, arus keluaran dari V2 adalah I2 kemudian mengalir pada R2
dan R3. Pada R2, arus yang menaglir pada R2 berlawanan arah dengan I2, maka
I1 bernilai negative.

Contoh soal 06
Hitunglah nilai I1 menggunakan metode determinan pada rangkaian
dibawah ini!

Gambar 4.11

Solusi

63
12 −2 0 I 1 −25

[ ][ ] [ ]
−2 10 −3 I 2 = 25
0 −3 7 I 3 20

V 1 R 12 R13
I 1=
1
| |
V R 22 R23 =1,28 mA
∆R 2
V 3 R 32 R33

Contoh soal 07
Berapa besar arus yang mengalir pada masing-masing loop. Pada gambar
dibawah ini.

Gambar 4.12

Solusi
Masukkan nilai dari resistansi yang di lewati oleh masing-masing loop
pada matriks.
19 −12 0 I 1 60

[
−12 18 −6 I 2 = 0
0 −6 18 I 3 ][ ] [ ]0
V 1 R 12 R13
I 1=
1
| |
V R 22 R23 =17280 :2880=6 A
∆R 2
V 3 R 32 R33
R 11 V 1 R13
I 2=
1
|
R
∆ R 21 |
V 2 R23 =12960 :2880=4,5 A
R 31 V 3 R33
R 11 R 12 V 1
I 3=

Soal Latihan
1
|
R
∆ R 21 |
R 22 V 2 =4320: 2880=1,5 A
R 31 R 32 V 3

1. Hitunglah arus pada masing-masing cabang, menggunakan metode arus


cabang!

64
Gambar 4.13

2. Hitunglah arus yang mengalir pada resistor 3 ohm!

Gambar 4.14

3. Hitunglah arus yang mengalir pada R2 dan R4 pada gambar 4.15!

Gambar 4.15

4. Pada gambar di bawah ini, hitunglah besar arus I1, I2 dan I3 menggunakan
rangkaia mata jala!

Gambar 4.16

5. Hitunglah arus yang mengalir pada masing-masing loop! Gunakan matris dan
determinan!

65
Gambar 4.17

6. Tentukan nilai dari V3 dan I2 pada gambar di bawah ini!

Gambar 4.18

Untuk soal no 7 dan 8. Gunakan metode mesh (mata jala) dan


determinan pada gambar di bawah ini, hitunglah arus loop pada rangkaian
tersebut!

7.

Gambar 4.19

8.

66
Gambar 4.20

Untuk soL no 9 dan 10. Gunakan determinan dan arah arus searah dengan
jarum jam, hitunglah arus pada masing-masing loop

9.

Gambar 4.21

10.

Gambar 4.22

67
Unit 05
Metode Tegangan Simpul
Dan Superposisi
0
5
Kompetensi Dasar
· Mengidentifikasi Konsep Analisa Menggunakan Metode Tegangan Simpul
· Menerapkan Metode Tegangan Simpul dalam penyelesaian masalah
· Mengidentifikasi Konsep Analisa menggunakan Metode Superposisi
· Menerapkan Metode Superposisi dalam penyelesaian masalah

Metode Tegangan Simpul


Dalam metode tegangan simpul, terdapat 2 macam simpul, yakni simpul
acuan dan simpul utama. Sebuah simpul utama memiliki 3 cabang atau lebih.
Sedangkan tegangan simpul adalah tegangan terhadap simpul acuan. Untuk
menganalisa sebuah rangkaian menggunakan metode ini, pertama tentukan
mana titik-titik simpul, kemudian tetapkan simpul utama. Seperti pada gambar
5.1, titik A dan B merupakan titik simpul karena memiliki 3 cabang.

Gambar 5.1 Analisa Tegangan Simpul

Dilanjutkan dengan menetapkan arah arus pada setiap cabang, baru dapat
menuliskan persamaan hukum Ohm. Cari tegangan simpul (V A ) dengan
menggunakan KCL

Σ I =0=I 1+ I 2−I 3
I 1+ I 2=I 3

68
Dengan menggunakan hukum Ohm :

V X V a−V X V b−V X
I 3= = +
R2 R1 R3
V X 15−V X 60−V X
¿ = +
6 12 6

Dari perhitungan tersebut didapatkan V X =27 V

Selanjutnya mencari Tegangan dan cabang pada setiap cabang

V 1=V a – V X =15−27=−12V
V 2=V X =27 V
V 3=V b – V X =60−27=33 V

Dan untuk Arus :

V 1 −12
I 1== =−1 A
R1 12
V 27
I 2= 2 = =5.5
R2 6
V 3 33
I 3= = =4.5 A
R2 6
Untuk memeriksa kebenarannya, dapat kita masukkan dalam KCL :

I 1+ I 2=I 3=−1+5.5=4.5 A

Metode Superposisi
Teorema superposisi ini digunakan untuk menemukan solusi pada kondisi
sebuah rangkaian memiliki dua atau lebih sumber yang tidak di seri atau di
parallel. Keuntungan menggunakan metode ini adalah tidak membutuhkan
perhitungan matematika yang rumit. Untuk mensuperposisikan arus dan
tegangan, semua komponen harus linear (patuh akan hukum Ohm) dan bilateral
(arusnya akan sama untuk polaritas tegangan sumber yang berlawanan)

Secara umum, untuk mencari jumlah jaringan yang akan di analisa adalah
sama dengan jumlah sumber. Superposisi ini membiarkan sumber-sumber
bekerja tersendiri yang kemudian di superposisikan hasilnya.

Sebagai contoh, carilah arus cabang I 1 , I 2, I 3 pada gambar 5.1 dengan


menggunakan superposisi

69
Langkah-langkah yang dilakukan antara lain :

1. Pilih salah satu sumber dan gantikan sumber tegangan lain dengan
hubung singkat atau sumber arus digantikan dengan rangkaian terbuka

Gambar 5.2 Penyelesaian superposisi dengan Vb dihubung-singkatkan

2. Tentukan arus atau tegangan dari sumber yang dipilih, dengan


menggunakan gambar 5.3, sederhanakan Resistansinya menjadi R4

Gambar 5.3 Penyederhanaan resistansi menjadi R4

R 2 R3 6.6
R4 =R1 + =12+ =15 Ω
R 2+ R 3 6+ 6
V1
I 1 v1 = =1 A
R4

I 1 v1 terbagi 2 sama karena resistansi R2 dan R3 adalah sama,


sehingga
−1
I 2 v1 = I =−0.5 A
2 1v 1
−1
I 3 v 1= I =0.5 A
2 1v 1

70
3. Lakukan langkah 1 dan 2 pada sumber-sumber lain.

Gambar 5.4 Penyelesaian superposisi dengan Va dihubung-singkatkan

Gambar 5.5 Penyederhanaan resistansi menjadi R5

Sama seperti pengerjaan sebelumnya, menyederhanakan


resistansi, kemudian mencari Arus pada cabang tersebut

R1 R 3 12.6
R5=R 2+ =6+ =10 Ω
R1 + R3 12+6
V2
I 2 v2 = =6 A
R5

karena resistansi berbeda, jadi I 2 v2 akan terbagi sesuai dengan


proporsinya menggunakann pembagi arus, sehingga :
R2 . I 2
I 1 v2 = =−2. A
R2 + R3
R .I
I 3 v 2= 1 2 =4. A
R 2+ R3

4. Untuk menemukan Arus sebenarnya, tambahkan kedua arus dari kedua


komponen sumber tadi. Jika arusnya searah, kita tinggal
menambahkannya, dan sebaliknya. Tegangan dapat di temukan dengan
hukum Ohm saat Arus sudah di selesaikan.

71
I 1=I 1 v1 + I 1 v2 =1+ (−2 )=−1 A
I 2=I 2 v1 + I 2 v 2=−0.5+6=5.5 A
I 3=I 3 v1 + I 3 v 2=0.5+ 4=4.5 A

Untuk memeriksa kebenarannya, dapat kita masukkan dalam KCL :


I 1+ I 2=I 3=−1+5.5=4.5 A

Soal dan Penyelesaian


1. Cari besar arus pada R2dengan menggunakan metode Superposisi pada
gambar 5.6.

Gambar 5.6 Penyelesaian Rangkaian menggunakan Superposisi

Pertama Hubung terbuka Sumber Arus seperti yang tertera pada


gambar 5.7

Gambar 5.7 Sumber Arus di hubung terbuka

Cari I ' 2 dengan :

E 36
I ' 2= = =2 A
Rt 12+6

72
Gambar 5.8 Sumber tegangan yang di hubung tertutup

Ulangi langkah kedua, dengan menghubung tertutup pada Sumber


tegangan seperti pada gambar 5.8 . kemudian Cari I } rsub {2 ¿

I } rsub {2} = {{R} rsub {1} . I} over {{R} rsub {1} + {R} rsub {2}} = {12.9} over {12+

Jadi I pada R2

I ' 2+ I } rsub {2} =8 ¿

2. Carilah I R 3 pada gambar 5.9 menggunakan Metode Superposisi

Gambar 5. 9 Soal

Penyelesaian :

Gambar 5.10 V s 2Dihubung singkat

73
R1 R3 1 k .2,2k
R4 =R2 + =1k + =1,69 k Ω
R 1+ R 3 1 k +2.2 k

V s1
I t v 1= =11,8 mA
R4

R2
I 3 v 1= I =3 , 69mA
R2 + R3 tv 1

Gambar 5.11 V s 1Dihubungsingkat

R2 R 3 1 k .2,2 k
R5=R 1+ =1 k + =1,69 k Ω
R2 + R3 1 k +2.2 k

V s2
I t v 2= =8,88 mA
R5

R1
I 3 v 1= I =2. 78 mA
R1 + R3 tv 2

I 3=I 3 v1 −I 3 v 2=3,69−2,78=0 .91 mA

3. Tentukan I 1 dan I 2ada gambar 5.12 menggunakan Metode Tegangan


Simpul

74
Gambar 5.12

Petama tentukan titik utama, yakni pada titik diatas R2, dan

Gambar 5. 13

V 1−E V 1 1 E
I =I 1+ I 2=
R1
+ ¿V1
R2 ( )= +I
R 1+ R 2 R 1
1
¿V1 ( 6+12 )=4+ 1=V ( 14 )=5 A
1

V 1=20 V

V 1 −E 20−24
I 1= = =−0.67 A
R1 6

V 1 20
I 2= = =1.67 A
R2 12

Soal Latihan
1. Dengan rangkaian dibawah ini tentukan besar arus yang mengalir pada
setiap resistor

75
2. Tentukan besarnya arus yang melalui R1 pada gambar!

3. Menggunakan metode superposisi, tentukan arus yang melalui sumber


tegangan 24 V

4. Besarnya V2 dari rangakaian dibawah ini adalah…

76
5. Tentukan besar tegangan pada setiap resistor!

77

Anda mungkin juga menyukai