Anda di halaman 1dari 59

KATA PENGANTAR

Kegiatan Praktikum Produksi Ternak Unggas merupakan salah satu

rangkaian kegiatan dalam penyelenggaraan perkuliahan khususnya di

Laboratorium Produksi Ternak Unggas. Oleh karena itu mahasiswa S1 yang

mengambil mata kuliah yang diselenggarakan di Laboratorium Produksi Ternak

Unggas wajib mengikuti seluruh kegiatan praktikum sesuai dengan mata kuliah

yang diambil.

Praktikum dilaksanakan untuk memberikan bekal ilmu pengetahuan dan

ketrampilan dasar dalam bidang perunggasan terkait dengan masalah aplikasi

bidang ilmu yang tidak akan cukup jika hanya diperoleh di bangku kuliah saja.

Maka dengan demikian sangat perlu diselenggarakan kegiatan praktikum yang

akan dilaksanakan di Laboratorium Produksi Ternak Unggas. Guna mendukung

tata laksana kegiatan praktikum dengan baik maka disusunlah “Buku Petunjuk

dan Laporan Kegiatan Praktikum Mata Kuliah Produksi Ternak Unggas”, Edisi

2019 ini dengan berbagai revisi dari edisi sebelumnya. Setelah melaksanakan

kegiatan praktikum, mahasiswa diharapkan akan lebih mengerti, memahami

bidang keilmuan yang diajarkan pada perkuliahan.

Tentunya masih banyak kekurangan yang perlu untuk diperbaiki, maka

saran dan masukan sekaligus koreksi terhadap buku petunjuk kegiatan praktikum

ini sangat kami harapkan sehingga edisi mendatang lebih baik lagi.

Semarang, September 2019

Tim Penulis
DAFTAR ISI

Materi I. ............................................................................................................... 1

PENGENALAN JENIS TERNAK UNGGAS ...................................................... 1

Tujuan Praktikum ............................................................................................. 1

Pengenalan Jenis .............................................................................................. 1

Klasifikasi Ayam Ras ....................................................................................... 2

Unggas Air ....................................................................................................... 5

Alat dan Bahan ............................................................................................... 13

Prosedur pelaksanaan ..................................................................................... 13

Materi II. ........................................................................................................... 18

ANATOMI, FISIOLOGIS DAN IDENTIFIKASI PENYAKIT.......................... 18

Tujuan Praktikum ........................................................................................... 18

Anatomi Ternak Unggas ................................................................................. 18

Karakteristik Eksterior Unggas ....................................................................... 19

Organ Interior Ayam dan Itik ......................................................................... 22

1. Sistem Digesti Unggas ............................................................................ 23

2. Sistem Respirasi Unggas ......................................................................... 25

3. Sistem Reproduksi Unggas ...................................................................... 26

4. Sistem Urinari Unggas ............................................................................ 28

A. Sistem Kekebalan Tubuh Unggas ............................................................ 29

Penyakit Ternak Unggas ................................................................................. 30

Tetelo (Newcastle Disease) ............................................................................ 30

SNOT (Coryza) .............................................................................................. 31

Fowl pox (Cacar Jengger Ayam) .................................................................... 32

Pullorum (Berak Kapur) ................................................................................. 33


1. Penyakit Duck Cholera ............................................................................ 35

2. Penyakit Botulismus ................................................................................ 35

Alat dan Bahan : ............................................................................................. 35

Prosedur Pelaksanaan ..................................................................................... 36

b. Identifikasi Penyakit ................................................................................ 36

Asisten,Materi III ............................................................................................... 43

Materi III ........................................................................................................... 44

FORMULASI RANSUM UNGGAS .................................................................. 44

Tujuan praktikum ........................................................................................... 44

Kajian Teori ................................................................................................... 44

Materi dan Peralatan ....................................................................................... 48

Prosedur Pelaksanaan ..................................................................................... 49

Perhitungan Manual Formulasi Ransum Ternak Unggas .................................... 51

Materi IV ........................................................................................................... 52

PERKANDANGAN ......................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 52


TATA TERTIB PRAKTIKUM

PASAL I. KULIAH PENDAHULUAN (ASISTENSI)

1. Untuk melengkapi pengetahuan teori para praktikan diadakan kuliah


pendahuluan (asistensi) yang waktunya akan ditetapkan di luar jam kuliah
yang terprogram.
2. Asistensi diberikan oleh Dosen Koordinator Praktikum dan/atau Asisten
Mahasiswa.

PASAL II. TEST

1. Praktikum wajib menjalani tiga macam test, yaitu pre-test, post-test dan
PJ.
2. Pre-test dilaksanakan minimal 15 menit sebelum praktikum dimulai,
dengan menempuh test tertulis materi yang akan dipraktikumkan hingga
lulus.
3. Praktikan yang berhalangan dan telat menempuh pre-test, dipersilahkan
untuk menghubungi Asisten Mahasiswa yang bersangkutan untuk
mengikuti pre-test kloter selanjutnya.
4. Praktikan yang belum lulus pre-test, maka tidak diperkenankan mengikuti
praktikum dan silahkan mengikuti praktikan kloter selanjutnya.
5. Bahan-bahan yang akan di pretest-kan diambil dari bahan kuliah
pendahuluan (asistensi) dan dari buku petunjuk praktikum.
6. Post-test diselenggarakan setiap kegiatan praktikum selesai dilaksanakan,
sebagai bahan evaluasi praktikum.
7. Laporan pertanggung jawaban (PJ) dilaksanakan setelah laporan
praktikum secara lengkap mendapatkan acc dari Asisten Mahasiswa dan
dosen.

PASAL III. MATERI PRAKTIKUM

Materi pokok praktikum mata kuliah Produksi Ternak Unggas adalah :


1. Pengenalan jenis ternak unggas.
2. Anatomi ternak unggas yang meliputi sistem digesti, reproduksi, respirasi
dan urinasi serta kekebalan tubuh.
3. Identifikasi penyakit pada ternak unggas.
4. Dasar penyusunan ransum unggas.
5. Perkandangan.
PASAL IV. KETENTUAN PRAKTIKUM

1. Praktikum dimulai sesuai dengan kontrak praktikum yang telah ditetapkan,


dan praktikan datang 15 menit sebelum praktikum dimulai.
2. Praktikan yang datang terlambat tidak diperkenankan masuk ruangan
praktikum dan dipersilahkan mengikuti praktikum pada kloter berikutnya.
3. Memasuki ruang praktikum harus menggunakan name tag, jas praktikum,
masker dan lateks.
4. Sebelum dimulai praktikum harus dilakukan pengecekan terhadap alat-alat
yang dibutuhkan pada saat melakukan praktikum, baik jumlah maupun
ketetapan alat.
5. Setelah praktikum selesai, alat-alat dan raung praktikum harus dibersihkan
dan dikembalikan atau diserahkan kembali pada Asisten atau Teknisi
Laboratorium.
6. Jika ada alat yang hilang atau rusak menjadi tanggung jawab kelompok
praktikum dan harus mengganti alat tersebut.
7. Praktikan yang berhalangan hadir pada saat praktikum harus membuat
surat ijin dan diserahkan pada Koordinator Asisten.
8. Setiap praktikan wajib membuat laporan individu di buku praktikum
kemudian ditandatangankan kepada Asisten Mahasiswa setelah dilakukan
pemeriksaan selepas praktikum selesai.
9. Laporan resmi hasil praktikum (sesuai materi praktikum) dibuat oleh
setiap individu maksimal 3 hari setelah praktikum dilaksanakan, dan
menjadi syarat mengikuti praktikum pertemuan selanjutnya.
10. Laporan resmi hasil praktikum secara lengkap dibuat oleh setiap individu
dan telah dikonsultasikan kepada Asisten Mahasiswa, maksimal 1 minggu
setelah praktikum pertemuan terakhir dilaksanakan.
11. Laporan yang telah dibuat selanjutnya dipertanggungjawabkan kepada
Asisten Mahasiswa.
12. Peraturan yang belum tertulis dan dirasa perlu ditambahkan atau
dilengkapi akan ditetapkan kemudian.
Materi I.

PENGENALAN JENIS TERNAK UNGGAS

Tujuan Praktikum

1. Mengenal berbagai jenis unggas sesuai dengan tipe dan karakteristiknya.


2. Mengetahui perbedaan antara unggas darat dan air dari segi eksteriornya.
3. Mengetahui karakteristik spesifikasi yang melekat pada unggas jantan dan
betina.

Kajian Teori

Pengenalan Jenis

Ternak unggas adalah sekelompok spesies burung (aves) yang dapat


memberikan keuntungan ekonomis bagi manusia yang memeliharanya. Banyak
spesies unggas yang telah dipelihara dan dimanfaatkan oleh manusia, antara lain:
ayam (Gallus domesticus), itik (Anas plathyrynchos), angsa (Anser anser), kalkun
(Meliagris galopavo), puyuh (Coturnix coturnix), merpati (Colomba livia), swan
atau undan (Cygnus atratus), pea fowl dan pheasant. Dari sekian unggas yang
ada, beberapa yang terkenal secara ekonomis antara lain ayam, itik, angsa dan
kalkun. Masing-masing jenis unggas memliki karakteristik tertentu yang
membedakan dengan unggas lain bahkan dalam satu jenis unggas yang sama
terdapat perbedaan karakteristik antar kelompok individu, berdasarkan asal
usulnya ayam berasal dari ayam-ayam liar atau ayam hutan (Gallus Spesies) yang
berada di India Tengah, India Selatan, daerah pegunungan Himalaya, Assam,
Burma, Ceylon yang kemudian menyebar ke selatan dan ke timur, asal-usul itik
merupakan itik-itik jinak keturunan dari itik liar spesies Anas plathyrynchos yang
di kenal nama Wild Mallard, itik-itik liar tersebut di indonesia sering disebut
Belibis atau Wiwis. Oleh karena itu, untuk membedakan kelompok individu yang
berbeda karakteristiknya dalam satu jenis maka buatlah sistem klasifikasinya.
Karakteristik ternak perlu diketahui dalam rangka melakukan pendekatan dan
pengenalan bibit. Bibit yang baik akan memiliki karakteristik sesuai dengan
standar klasifikasi jenis ternak tersebut. Praktikum materi I hanya melakukan
pengenalan jenis terhadap ternak yang lazim dipelihara di indonesia yaitu ayam,
itik, dan burung puyuh.
Klasifikasi Ayam Ras

Klasifikasi ayam ras dilakukan dengan 2 cara, yaitu


1. Tujuan pemeliharaan atau nilai ekonomisnya:
- Tipe Petelur
Ciri umum: berat badan ringan, langsing, tempramen nervous,
kemampuan bertelur lebih tinggi, telurnya besar, sifat mengeram hilang
dan cepat dewasa.
- Tipe Pedaging
Ciri umum: bentuk badan besar, pertumbuhannya cepat, berdaging,
tempramen tenang, lamban, sebagian cakar atau kaki berbulu.
- Tipe Dwiguna
Ciri umum: badan sedang, kurang lincah dibanding tipe petelur, tetapi
tidak lamban, produksi telur cukup tinggi.
- Tipe Fancy
Ciri umum: mempunyai keindahan pada warna bulu, bentuk badan
suara dan bulu pada bagian-bagian tubuh tertentu.

2. Berdasarkan tempat/asal ayam tersebut, biasanya disebut dengan


klasifikasi standar. Klasifikasi ini berpedoman pada buku “The American
Standard of Perfection”. Berdasarkan buku tersebut ada 12 kelas, tetapi
hanya 4 kelas yang terpenting :
- Kelas Amerika
Tanda tanda umum adalah warna kulit kuning, cakar tidak
berbulu, daun telinga dan jengger merah dan umumnya kulit telur
berwarna coklat (kecuali bangsa Lamonas)
Contoh :
- Plymouth rock - Lamonas
- Rhode Island - Yersey White Giant
- Wyandottes - Yavas
- New Hampshire - Chantecler dll.
White Plymouth Rock New Hampshire Silver Laced Wyandotte

Lamonas White Wyandotte Rhode Island Red


Ilustrasi 1. Bangsa ayam kelas Amerika

- Kelas Mediterania
Tanda-tanda umum adalah berkulit warna putih, daun telinga
putih, cakar tidak berbulu, jengger dan pial relative besar pada
jantan dan betina, temprament nervous, jarang mengeram,
umumnya petelur yang baik, Leghorn dan Anconas berwarna
kuning pada warna kulit tubuhnya. Contoh :
- Leghorn -White Faces Black Spainsh
- Minorca -Buttercup (P cicilia)
- Ancona -Blue Andalussian
Black Minorca Light Brown Leghorn White Leghorn
Ilustrasi 2. Bangsa ayam kelas Mediterania

- Kelas Inggris
Tanda tanda umum adalah berkulit putih pada cornish berkulit
kuning, daun telinga dan jengger berwarna merah, cakar tidak
berbulu, kulit telur berwarna coklat, pada Dorking dan Redcup
kulit telur berwarna putih. Contoh :
- Orpington - Sussex
- Cornish - Dorking
- Australorp

Sussex Cornish Australorp


Ilustrasi 3. Bangsa ayam kelas Inggris

- Kelas Asia
Tanda tanda umum badan relatif besar, temprament lambat, cakar
berbulu, telinga dan jengger merah, kulit kuning, pada Langshan
kulitnya putih, kulit telur coklat. Contoh :
- Brahman - Chocin
- Langshan

Light Brahmas Black Langshans Cochins


Ilustrasi 4. Bangsa ayam kelas Asia

Di indonesia banyak sekali dipelihara berbagai ayam yang


memiliki karakteristik yang tidak homogen, sehingga tidak dapat
digolongkan menjadi suatu bangsa tertentu. Umumnya disebut dengan
nama “ayam kampung”. Akan tetapi beberapa daerah yang ada memiliki
karakteristik homogen, seperti ayam Kedu, Pelung, Nunukan dan Madura.

Unggas Air

Unggas air (Waterfowls) ialah semua spesies hewan bersayap (kelas aves) yang
dapat hidup di air, menghasilkan produk atau jasa yang bermanfaat serta
menggantungkan kehidupannya pada manusia. Spesies yang termasuk unggas air
adalah Itik (Duck), Angsa (Goose). Unggas air memiliki karakteristik yang
berbeda dengan unggas darat, hal ini dikarenakan habitat atau tempat tinggal
mereka di air dan jenis pakan yang dikonsumsi berupa cairan/lembek. Beberapa
hal yang membedakan antara lain unggas air umumnya memiliki selaput pada
kakinya, bulunya dilapisi oleh cairan minyak, bentuk paruhnya pipih dan di
dalamnya terdapat penyaring pakan (filter)
Pada praktikum pengenalan jenis ini hanya ingin memperkenalkan tentang
jenis-jenis unggas, baik unggas darat maupun unggas air, juga melihat perbedaan
atau karakteristik masing-masing jenisnya.
Tipe dan Bangsa Itik
Berdasrakan tujuan utama dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu petelur
(egg type), Tipe Pedaging (Meat Type) dan Tipe Ornamental (Ornamental type).
1. Tipe Petelur, Umumnya tubuh lebih kecil dibandingkan tipe
pedaging.
Contoh: Bangsa indian Runner
Bangsa Campbell
Buff (Buff Orpington)
Bangsa Indian Runner (Indische loopend)
Itik ini berasal dari Asia Tenggara/India. Tahan berjalan jauh untuk di
gembalakan (loop = Berjalan, eend = Itik)

Ciri-ciri : Badan Tegak, bobot Jantan 4 – 4,5 lbs atau setara dengan 1,8 – 2,0 Kg
dan betina 3,5 – 4,0 lbs atau setara dengan 1,5 Kg – 1,8 Kg, kepala ramping, mata
bersinar, paruh panjang dan hitam, leher panjang, halus, lurus dan silinder ; sayap
erat melekat dengan posisi agak tinggi; bulu, kebanyakan berwarna merah/coklat
namun ada yang totol-totol, telur warna kebiruan (250-300 bt/tahun)

Ilustrasi 5. Itik Indian Runner

Tipe pedaging, Memiliki pertumbuhan yang cepat dan struktur daging baik.
Contoh: - Bangsa Aylesbury
- Bangsa Cayuga
- Bangsa Peking
- Bangsa Rouen
Itik Peking
Itik peking berasal dan dikembangkan pertama kali di daratan Tientsien,
Cina. Itik peking kali pertama didatangkan dari Cina ke Amerika Serikat pada
tahun 1870. Popularitasnya sebagai itik penghasil daging telah menyebar ke
seluruh dunia, baik di belahan bumi utara maupun selatan, termasuk di daerah
tropis. Itik peking memiliki badan yang lebih kompak di bandingkan dengan
beberapa jenis itik lainnya.Dalam bidang pembibitan, itik peking banyak
disilangkan dengan itik jenis lain guna untuk memperbaiki penampilan
keturunannya. Jenis itik yang sering disilangkan dengan itik peking di antaranya
itik alyesbury. Untuk daerah Indonesia sendiri, itik ini banyak disilangkan dengan
jenis itik kaki Campbell, mojosari dan jenis itik lainnya. Ciri-ciri pada itik peking:
Kepala : agak besar dengan crown (pial) yang tinggi, bagian depan crown
tersebut agak terangkat ke atas, seolah-olah terangkat dari rahang atas. Pipinya
tampak penuh dan berisi
* Paruh : relatif pendek tetapi tebal karena kulmen yang tinggi dan membulat.
Warna orange cerah dengan ujung paruh agak putih
* Mata : tampak liar dan siaga, tetapi agak terlindung olah alis yang menonjol dan
pipi yang berisi, warna mata kebiruan
* Punggung : sekitar 65% lebih panjang dari lebarnya, namun demikian tampak
agak pendek karena bagian ekor terangkat ke atas, serta rump (tungging) yang
menebal, sedangkan bagian depan punggung rata
* Ekor : terangkat, lebat menyebar, dan cukup panjang
* Badan : berimbang antara panjang dan lebar, relatif kekar, berdaging dan penuh.
Tanpa kesan adanya keel. Dada lebar, perut besar dan penuh, tetapi tidak terjatuh
* Kaki : kuat dan tidak terlalu panjang, warna merah-orange
* Bulu : lebar dan fluffy terutama pada bagian posterior, warna putih-krem sampai
krem
* Penampilan : antara 35-40° dari garis horizontal, hidup dan agile atau ringan
dalam pergerakan
* Berat standar : jantan dewasa 4,5 kg dan betina dewasa 4 kg
Ilustrasi 6. Itik Peking
Tipe Ornamental, dipelihara buka untuk diproduksi telur atau dagingnya yang
tinggi tetapi karena adanya daya tarik tersendiri yang menyebabkan orang senang.
Contohnya:
- Bangsa Crested
- Bangsa Blue Swedish
- Bangsa Calls
- Bangsa Mandarin

Itik Indonesia
itik indonesia dikenal sekarang dapat digolongkan sebagai anggota atau
varietas dari bangsa Indian Runner yang berasal dari Asia Tenggara atau India.
Contoh itik indonesia :
- Itik Magelang (Anas Javanica sp)
- Itik Tegal (Anas Javanica sp)
- Itik Mojosari (Anas Javanica sp)
- Itik Bali (Anas Javanica sp)

Itik Magelang Itik Magelang (Anas Javanica sp)


Itik Magelang atau sering juga disebut Itik Kalung atau Plontang berasal
dari daerah Sempu, Ngadirejo, Kec. Secang, Magelang, Jawa Tengah.
Penyebarannya meliputi Magelang, Ambarawa, dan Temanggung.
Itik ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pada itik jantan terdapat bulu putih yang melingkar sempurna di sekitar
leher setebal 1-2 cm berbentuk seperti kalung
2. Warna bulu dada, punggung dan paha didominasi warna coklat tua dan
muda
3. Ujung sayap putih (plontang)
4. Kaki hitam kecoklatan
5. Warna paruh hitam
6. Produksi telur 131 butir/ekor/tahun

Ilustrasi 7. Itik Magelang

Itik Tegal (Anas Javanica sp)


Berdasarkan sejarahnya itik lokal di Indonesia merupakan domestikasi dari
itikliar (mallard) keturunan Indian Runner. Hal ini didasarkan pada itik–itik
yangmemiliki“sex feather”yaitu beberapa bulu yang mencuat ke atas pada ekor itik
jantanseperti pada itik mallard. itik Tegal merupakan keturunan dari itik Khaki
Campbell, yaitu keturunan itik Rouen dengan itik Indian Runner. itik Tegal mempunyai
ciri–ciri fisik sama dengan itik Indian Runner yang produksi telurnya tinggi. Ciri-
ciri fisik itik Tegal antara lainkepala kecil, leher langsing, panjang dan bulat, sayap menempel erat
pada badan danujung bulunya menutup diatas ekor.
Ciri-ciri itik Tegal.
• Kepala kecil, tetapi lehernya langsing, bulat, dan panjang
• Badan lurus nyaris vertical sempurna
• Paruh dan kaki itik didominasi wanra hitam
• Paruhnya cukup panjang dan lebar di ujungnya
Dengan produktivitasnya yang tinggi, itik ini jadi favorit para peternak. Ada yang
bilang bahwa itik tegal berbulu coklat dengan totol-totol lah yang bisa
memproduksi telur sebanyak 250 butir. Sementara, yang berbulu coklat mulus
hanya menghasilkan 200 telur/tahunnya.Itik Tegal mulai bertelur sejak usia 22
minggu, dan memasuki usia produktif setelah berusia 1 tahun.

Ilustrasi 8. Itik Tegal

Itik Mojosari (Anas Javanica sp)


Itik ini terdapat banyak di Kecamatan Mojosari Kab. Mojokerto, ciri-ciri :
Badan langsing, Tinggi, seperti botol ; bobot badan 1,4 – 1,5 Kg; Warna coklat
merah dihiassi dengan garis hitam. Pada yang jantan umumnya bagian leher dan
kepala berwarna lebih gelap dari betina. Produksi telur 200 – 250 butir/tahun,
kulit telur biru kehijauan.

Ilustrasi 9. Itik Mojosari


Organ Eksterior Ayam

Ilustrasi 10. Organ Eksterior Ayam Jantan dan Betina


Organ Eksterior Itik

Ilustrasi 11. Organ Eksterior Itik Jantan


Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah:


1. Jas lab, masker, lateks
2. Buku praktikum dan alat tulis
3. Poster ukuran A3 berisi gambar unggas sesuai klasifikasi atau pengenalan
komoditas ternak yang didapatkan. Jantan dan betina

Prosedur pelaksanaan

1. Praktikan mengamati materi yang diberikan oleh Mahasiswa melalui


Poster dan gambar pendukung.
2. Setiap kelompok yang diwakilkan oleh 3-4 orang mempresentasikan
tentang klasifikasi sesuai dengan komoditas yang didapat melalui media
poster.
3. Praktikan menggambarkan dan mendeskripsikan data-data yang disajikan.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Perbedaan Unggas Darat dan Unggas Air


No Karakteristik Unggas Darat Unggas Air

Semarang, ................................ 2019


Asisten

.........................
Tabel 2. Hasil Pengamatan Pengenalan Jenis Unggas

Komoditas : .....
Gambar Taksonomi

Keterangan:
1.
2.
3.
...
Komoditas : .....
Gambar Taksonomi

Keterangan:
1.
2.
3.
...
Komoditas : .....
Gambar Taksonomi

Keterangan:
1.
2.
3.
...
Komoditas : .....
Gambar Taksonomi

Keterangan:
1.
2.
3.
...

Semarang, ................................ 2019


Asisten

.........................
Materi II.

ANATOMI, FISIOLOGIS DAN IDENTIFIKASI PENYAKIT

TERNAK UNGGAS

Tujuan Praktikum

1. Mengetahui anatomi ternak unggas baik bentuk, letak dan proses


fisiologisnya.
2. Mengetahui perbedaan anatomi dan fisiologi antara unggas darat dan
unggas air.
3. Mampu mengenali dan mengidentifikasikan beberapa jenis penyakit pada
unggas.

Kajian teori

Anatomi Ternak Unggas

Secara gross Anatomi Unggas terdiri dari :

1. Organ eksterior ayam 7. Sistem kekebalan tubuh


2. Organ pelindung tubuh 8. Sistem peredaran darah
3. Kerangka dan Otot 9. Sistem pengindera
4. Organ pencernaan/ sistem digesti 10. Sistem susunan syaraf
5. Organ pernafasan/sistem respirasi 11. Sistem kelenjar (endokrin)
6. Sistem reproduksi

Buku petunjuk dan Laporan Kegiatan Praktikum ini tidak akan menjelaskan
tentang gross anatomi secara keseluruhan, melainkan beberapa komponen saja
seperti berikut ini :

Ilustrasi 12. Gross Anatomi Unggas


Karakteristik Eksterior Unggas

Beberapa deskripsi karakteristik eksterior unggas yang perlu diamati


dijabarkan dalam gambar berikut:

Gambar Acuan karakteristik Eksterior Unggas

Ilustrasi 13. Karakteristik Eksterior Unggas


Tabel 3. Deskripsi Karakteristik Eksterior Unggas

Kelompok Parameter Kode Definisi Satuan


organ
Bobot badan A1 Bobot hasil penimbangan gram
Panjang bid. A2 Anterior sternum s.d pygostyle cm
Diagonal
Badan
A3 Jenis bulu yang tumbuh pada bagian cm
Karakteristik bulu badan
A4 Warna bulu cm

Kepala Panjang paruh B1 Ujung anterior paruh s.d. lacrimal cm


Panjang kepala B2 Ujung anterior paruh s.d posterior cm
kepala (occipital)
Lingkar kepala B3 Melingkar vertikal melalui quadrate cm
B4 Jenis bulu yang tumbuh pada bagian cm
Karakteristik bulu kepala
B5 Warna bulu cm

Leher Panjang leher C1 Tlng atlas s.d bidang dorsal tlng cm


clavicle
Diameter leher C2 Melingkar pada tulang atlas cm
C3 Jenis bulu yang tumbuh pada bagian cm
Karakteristik bulu leher
C4 Warna bulu cm

Sayap Panjang sayap 1 D1 Tulang humerus cm


Panjang sayap 2 D2 Tulang radius/ulna cm
Panjang sayap 3 D3 Tulang metacarpus s.d tulang cm
phalanges
Lingkar sayap D4 Melingkar bidang dorsal tulang cm
humerus
D5 Jenis bulu yang tumbuh pada bagian cm
Karakteristik bulu leher
D6 Warna bulu cm

Punggung Panjang E1 Bidang dorsal tulang clavicle s.d cm


punggung pygostyle
E2 Jenis bulu yang tumbuh pada bagian cm
Karakteristik bulu leher
E3 Warna bulu cm

Dada Panjang dada F1 Tulang sternum bagian anterior s.d cm


posterior
Lingkar dada F2 Melingkar vertikal +1mm dr cm
bag.anterior tlg. Sternum

Kaki Panjang femur G1 Tulang femur cm


Panjang G2 Tulang tibia/fibula cm
tibia/fibula
Lingkar G3 Melingkar bidang ventral tulang cm
tibia/fibula tibia/fibula
Panjang G4 Tulang metatarsus cm
metetarsus
Panjang cakar 1 G5 Tulang cakar bagian luar cm
Panjang cakar 2 G6 Tulang cakar terpanjang (tulang cm
depan)
Panjang cakar 3 G7 Tulang cakar bagian dalam cm
Panjang cakar 4 G8 Tulang cakar bagian belakang cm

Abdomen Lingkar abdomen H1 Tulang sternum ilium cm


Panjang abdomen H2 Posterior tulang sternum s.d ventral cm
tulang pubic
Pubic H3 Jarak antara tulang pubic cm
Organ Interior Ayam dan Itik

Berikut ini beberapa penggunaan istilah untuk menunjukkan posisi

anatomis organ organ tubuh secara tepat :

1. Ventral = bidang/permukaan yang mengarah/mendekati tanah (venter = perut)


2. Dorsal = bidang/ permukaan yang lebih mendekati punggung (dorsum = punggung)
3. Cranial = anterior = lebih dekat ke kepala (cranium)
4. Caudal = posterior = lebih dekat ke ekor (cauda)
5. Oral = lebih dekat ke mulut (oris)
6. Aboral = menjauhi mulut
7. Nasal =mendekati hidung
8. Proximal = menjauhi tanah
9. Distal = mendekati tanah
10. Dorsal = bidang muka untuk anggota tubuh
11. Volar = bidang posterior untuk kaki depan
12. Plantar = bidang posterior untuk kaki belakang
13. Median = bidang yang membagi tubuh secara memanjang dalam 2 bagian yang sama
14. Sagital = bidang/garis yang sejajar dengan bidang/garis median
15. Lateral = bidang/garis yang menjauhi garis median
16. Medial = bidang/garis yang mendekati garis median
17. Tranversal = bidang/garis yang tegak lurus pada median dan bidang horizontal
18. Superficial = bagian-bagian tubuh yang terletak dekat/permukaan tubuh
19. Profundal = bagian-bagian tubuh yang terletak jauh dari permukaan tubuh
20. Processus = tahu = penjuluran
21. Tuber, tuberositas = bungkul/benjolan yang besar
22. Tuberculum = benjolan kecil
23. Crista = rigi yang tajam (peninggian yang memanjang)
24. Fosse = lekuk/legok
25. Sulcus = parit = alur
26. Fissure = celah lekah
27. Canalis = saluran; tubuh
28. Incisura = takik = lekuk yang dalam
29. Condylus = bungkul di ujung tulang yang mengadakan persendian
30. Foramen = liang
31. Facies = permukaan
32. Margo = tepi
33. Cartilage = tulang rawan
34. Os = tulang
1. Sistem Digesti Unggas

Sistem digesti ternak unggas secara umum terdiri dari ductus- ductus

atau saluran pencernaan dan organ-organ aksesorisnya. Saluran pencernaan

tersusun atas organ paruh, pharynx, crop, proventriculus, ventriculus, usus

halus (intestinum, usus buntu (cecum), usus besar (rectum), dan kloaka. Organ

aksesorisnya adalah hati, empedu, dan pankreas. Panjang saluran pencernaan

bervariasi tegantung pada ukuran tubuh unggas, tipe pakan dan berbagai

faktor lainnya.

 Ayam memiliki kelenjar air

liur (saliva) 30-70 ml per hari

tergantung suhu lingkungan

dan persentase air dalam

pakan

 Menggunakan indera perasa, Ilustrasi 14. Sistem Pencernaan Unggas

penglihatan dan tactile untuk

mengenali pakan

 Paruh, oesophagus dan crop

Paruh berperan sebagai alat bantu mengambil pakan. Panjang

oesophagus pada unggas berkisar antara 15-20 mm (pada ayam dewasa).

Oesophagus tersusun atas otot longitudinal eksternal dan otot sirkular

internal dan kelenjar mukosa dalam jumlah yang banyak. Ukuran dan

bentuk crop bervariasi berdasarkan pola makan spesies unggas. Terdapat


kelenjar berbentuk unilobular, bilobed atau spindle. Bentuk crop unggas

pemakan bijian biasanya bilobed dan erukuran besar, sedangkan pada

unggas pemakan serangga seringkali rudimenter atau bahkan menjadi

tidak ada.

 Proventriculus (glandular stomach)

Sekresi yang dihasilkan kelenjar ini pada prinsipnya terdiri dari air,

dengan sejumlah kecil asam hidroklorat, garam-garam tertentu, pepsin dan

mucin. pH campuran hasil sekresi yang dikolerasikan setelah mencapai

gizzard pada unggas yang masih hidup ± 2.0. Kondisi pH dipengaruhi oleh

berbagai faktor diantaranya adalah jumlah dan bahan pakan yang

dikonsumsi, sekresi hormon dan obat-obatan.

 Gizzard (Ventriculus, perut otot)

Terjadi pencernaan secara fisik, sebab kelenjar ini memiliki otot yang

dilapisi keratinoid tebal yang membentuk pola bergaris dan sangat kuat

untuk memecah pakan. Organ ini lebih berkembang pada unggas pemakan

bijian.

 Usus halus

- Sekresi : peptidase, maltase, sucrose, lactase

- Proses digesti dan penyerapan nutrisi

 Usus besar dan sekum : panjang 4-5 inch, usus besar beserta caecum

merupakan bidang penyerapan air dan keseimbangan elektrolit

 Kloaka : muara saluran pencernaan, urinari dan reproduksi

 Organ pembantu pencernaan : Pankreas, hati dan kantung empedu


2. Sistem Respirasi Unggas

Terdiri dari :

 Lubang hidung/nostril

 Sinus hidung

 Larynx

 Trachea/tenggorokan,

percabangan trakea. Merupakan

rangkaian cincing tulang rawan,

pada bagian ini tumbuh bulu

getar/cilia. Trakea bercabang 2

menjadi bifuricatio tracchea dan

berujung pada alveoli.

Ilustrasi 15. Sistem Pernapasan Burung

 Paru-paru/lung : terletak di dalam rongga dada, relatif pasif/gerak

terbatas

 Kantong udara/air sacs : merupakan jaringan tipis berfungsi sebagai

penampung cadangan udara. Kantong udara memiliki sifat rentan terhadap

infeksi sehingga ketidaknormalan kondisinya dapat dijadikan sebagai

salah satu indikator adanya serangan penyakit pada unggas.


3. Sistem Reproduksi Unggas

Sistem reproduksi unggas dibedakan atas reproduksi jantan dan

reproduksi betina, dimana masing-masing sistem tersebut memiliki fungsi

berbeda

 Sistem reproduksi unggas

betina terdiri dari:

1. Ovarium/indung telur :

terdapat ribuan ova,

peranan cahaya penting

dalam proses

pembentukan

ovum/yolk

2. Infundibulum (9 mm)

3. Magnum (33 mm)

4. Isthmus (10 mm)

5. Uterus ( 12 mm)

6. Vagina (12 mm)


Ilustrasi 16. Organ Reproduksi Betina
7. Kloaka

Jumlah waktu yang diperlukan untuk membentuk telur berkisar antara 24-25 jam
 Sistem reproduksi jantan terdiri

dari :

1. Sepasang testis

2. Saluran sperma/vas deferens

3. Kloaka

Kapasitas reproduksi ayam

jantan :

 10-30 kali mating per hari

 0,5-1,0 ml sperma per mating

 1,5-8,0 juta spermatozoa per

mating

 Suhu berpengaruh terhadap Ilustrasi 17. Organ Reproduksi Jantan

aktivitas mating

 Kontrol BW (Body Weight)

pejantan sangat penting


4. Sistem Urinari Unggas

Organ urinari unggas terdiri dari ginjal yang simetris dan ureter yang

mentransport urin menuju ke bagian urodeum pada bagian kloaka. Unggas

tidak memiliki urinary bladder. Setiap bagian ginjal terdiri atas tiga bagian

(lobus) yaitu bagian cranial, middle dan caudal.

Ilustrasi 18. Organ Urinari Unggas


A. Sistem Kekebalan Tubuh Unggas

Sistem kekebalan tubuh pada unggas tersusun oleh beberapa organ

yang terdiri dari:

1. Bursa of fabricius

2. Thymus

3. Payer paths

4. GALT

5. Sel-sel darah putih yang terdiri dari : large lymphocyte, small lymphoyte,

eosinophil, basophil, heterophil dan monocyte. Sel darah putih

bersikulasi/beredar di dalam tubuh bersama dengan peredaran darah

merah

6. Jaringan lymphoid : sumsum tulang, limpa, kelenjar harderian, caeca

tonsil, dll

Sistem kekebalan tubuh sudah mulai berkembang semenjak masih embrio.

Anak ayam (Day Old Chick) memperoleh kekebalan pasif yang berasal dari

induknya melalui kuning telur/yolk. Sistem kekebalan tubuh pada ayam

berkembang terus sampai ayam menjelang dewasa dan tetap aktif. Sistem

kekebalan pada unggas dapat rusak dan menjadi tidak aktif akibat defisiensi

nutrisi, stress atau penyakit.


Penyakit Ternak Unggas

Unggas merupakan salah satu ternak yang sangat rawaan terkena penyakit,

tidak seperti ternak ruminansia. Ada banyak penyakit yang umum dan sering

menyebar di lingkungan peternakan baik yang sudah komersial maupun peternak

rakyat. Praktikum identifikasi penyakit kali ini untuk memperkenalkan beberapa

penyakit yang umumnya kita jumpai menyerang unggas, dan bagaimana cara

mengatasinya. Berikut ini dijelaskan beberapa penyakit yang biasa menyerang

unggas (ayam maupun itik).

Tetelo (Newcastle Disease)

Tetelo atau Newcastle Disease (ND) biasa disebut dengan istilah Samper

ayam ataupun Pes Cekak adalah penyakit akut pada unggas yang menular secara

cepat, dimana terjadi infeksi viral yang menyebabkan gangguan pada saraf

pernapasan. Penyakit ini disebabkan oleh virus Paramyxo yang bervariasi tingkat

keganasannya mulai dari sangat tinggi (velogenik) sampai cukup tinggi

(mesogenik) atau sangat rendah (lentogenik). Penyakit ini bersifat endemik di

Indonesia dan ditemukan di berbagai daerah. Penyakit ini ditemukan pertama kali

pada tahun 1926 di Jakarta, oleh kraneveld. Sejak saat itu kejadian ND dilaporkan

di berbagai negara di dunia.

Gejala yang nampak jika terkena ND adalah : gangguan pernapasan dimulai dari

megap-megap, batuk, bersin dan ngorok waktu bernapas, nafsu makan menurun,

produksi telur menurun, mencret, kotoran encer agak kehijauan bahkan dapat

berdarah, jengger dan kepala kebiruan, kornea keruh, sayap turun, otot tubuh
gemetar, kelumpuhan hingga gangguan syaraf yang dapat mengakibatkan kejang-

kejang dan leher terpluntir.

Penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

 Ayam yang tertular harus dikarantina, bila stadium berbahaya maka harus

dimusnahkan

 Memelihara kebersihan kandang dan sekitarnya.

 Pengendalian terbaik adalah dengan vaksin sseperti vaksin strain F,K, dan

LaSota. Pola pemberian adalah 4-4-4, maksudnya di berikan pada ayam

berumur 4 hari, 4 minggu, 4 bulan dan seterusnya dilakukan 4 bulan sekali.

Ilustrasi 19. Gejala Ayam Terjangkit ND

SNOT (Coryza)

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Haemophillus gallinarum. Snot dapat

menyerang semua umur ayam dan terutama menyerang anak ayam, biasanya

penyakit ini muncul akibat adanya perubahan musim dan banyak ditemukan di

daerah tropis. Angka morbiditas kawanan unggas bervariasi antara 1-30%.


Mortalitas atau angka kematian yang di timbulkan oleh penyakit ini mencapai

30%.

Cara penularannya dapat melalui kontak langsung dengan ayam yang sakit,

melalui udara, debu, pakan, air minum, petugas kandang dan peralatan yang

digunakan. Gejala yang dapat diamati antara lain: pengeluaran cairan air mata,

ayam terlihat mengantuk dengan sayapnya turun atau menggantung, keluar lendir

dari hidung kental berwarna kekuningan dan berbau khas. Pembengkakan

didaerah sinus infra orbital, terdapat kerak dihidung, nafsu makan menurun,ayam

ngorok dan sukar bernapas, pertumbuhan menjadi lambat. Pengobatan dilakukan

dengan pemberian preparat sulfat seperti sulfadimethoxine atau sulfathiazole.

Ilustrasi 20. Gejala Ayam Terjangkit SNOT

Fowl pox (Cacar Jengger Ayam)

Fowl pox disebut juga sorehead, Avian Dhypteria atau Cacar Ayam adalah

penyakit cacar yang menyerang unggas terutama ayam. Penyakit ini tergolong

menular yang di sebabkan oleh virus. Pada bentuk kering angka kesakitan dan

angka kematian rendah (1-2)%, tetapi pada bentuk basah angka kematian bisa

mencapai 5%. Pada ayam petelur umumnya menginfeksi pada saat mulai bertelur.
Pada ayam pedaging menyebabkan pertumbuhan terhambat. Penularan penyakit

ini dapat terjadi melalui udara, gigitan nyamuk yang terinfeksi atau mungkin

dengan tertelannya keropeng penderita penyakit yang terkelupas. Gejala klinis

terjadi dalam tiga bentuk atau dari tiga kombinasi tersebut yaitu lesi pada kullit di

daerah kepala, di tempat yang tidak berbulu seperti kaki dan pantat, lesi difteritik

di daerah mulut dan lesi di lubang hidung. Gejala ini berlangsung antara 3 – 4

minggu akan tetapi jika terjadi komplikasi dapat berlangsung lama. Pencegahan

dan pengobatan dengan mengolesi yodium pada luka cacar dan memberi vaksin

virus cacar unggas hidup.

Ilustrasi 21. Gejala Ayam Terjangkit Fowl Pox

Pullorum (Berak Kapur)

Penyebabnya bakteri Salmonella Pullorum, menyerang unggas pada umur 3-15

hari berakibat kematian tinggi. Masa tunasnya terjadi antara 4 – 5 hari tetapi

bakteri ini dapat tahan hidup sampai satu tahun di kandang ayam. Infeksi ini dapat

terjadi di berbagai jenis burung terutama ayam, enthog dan kalkun, sedangkan

pada hewan mamalia jarang sekali. Tanda yang nampak adalah kotoran berwarna

putih lengket seperti pasta dan menempel pada dubur, tubuh lemah lesu

mengantuk kedinginan, cepat terengah-engah, bulu kusam, sayap menggantung


kadang terjadi kelumpuhan. Penularannya terjadi terutama dari telur dan

penyebarannya berlangsung di pengeraman, penetasan, kotak anak ayam, kandang

yang tercemar, peralatan, burung liar dan limbah peternakan. Pencegahan

dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang serta makanan dan minum, isolasi

ayam yang sakit. Pengobatan dengan obat jenis sulfa dan antibiotik.

Ilustrasi 22. Gejala Ayam Terjangkit Pullorum


Adapun jenis penyakit yang biasa terjangkit pada itik adalah:

1. Penyakit Duck Cholera

Penyebab : Bakteri Pasteurela avicida.

Gejala: mencret, lumpuh, tinja kining kehijauan

Pengendalian: sanitasi kandang, pengobatan dengan suntik penisilin pada

urat daging dada dengan dosis sesuai label obat.

2. Penyakit Botulismus, penyebabnya adalah racun yang dihasilkan oleh

kuman clostridium botulinum, yang sering ditemukan pada bangkai hewan

dan tanaman busuk. Tanda penyakit adalah itik lesu, lemah, lumpuh, pada

leher kaki dan sayap, nampak mengantuk, kadang-kadang tidak dapat

berdiri tegak dan berjalan sempoyongan, bulu rontok. Pencegahan dengan

menjaga kebersihan makanan dan hindari makanan basi/sudah membusuk

dan tercemar, makanan harus bersih dan baru atau kalau hijauan yang

masih segar. Pengobatan dapat dicoba dengan obat laxanitia,pencahar

(garam).

Alat dan Bahan :

Peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah :

1. Jas lab, lateks, masker


2. trashbag
3. diktat dan alat tulis
Bahan yang diperlukan per kloter pada saat pelaksanaan praktikum anatomi dan

identifikasi penyakit :

 ayam dewasa, Merpati dewasa, baik jantan maupun betina


 itik dewasa, Puyuh Dewasa baik jantan maupun betina
Prosedur Pelaksanaan

a. Anatomi

1. Setiap kelompok dibagi kembali menjadi 2 kelompok kecil


2. Setiap kelompok kecil mengamati 1 komoditas ternak unggas.
3. Amati beberapa organ tubuh unggas, terutama saluran dan organ
pencernaan beserta kelenjar-kelenjar pencernaan, saluran dan organ
pernapasan, reproduksi maupun urinari.
4. Amati dan gambar preparasi utuh masing-masing saluran dan organ yang
akan diamati.
5. Beri tanda menggunakan pin yang telah disediakan untuk masing-masing
organ sesuai sistemnya.
6. Tulis urutan organnya pada kertas yang telah disediakan.

b. Identifikasi Penyakit

1. Praktikan memperhatikan tayangan/slide yang ditampilkan oleh asisten


tentang ciri-ciri organ unggas yang sakit.
2. Jika terjadi abnormalitas kemudian lakukan pengenalan dan identifikasi
penyakit pada unggas berdasarkan fakta yang ada
3. Diagnosa penyakit tersebut dan kemungkinan langkah manajemen yang
dapat ditempuh.
4. Tulis hasil pengamatan pada buku praktikum.
Tabel 4 Hasil Pengamatan Karakteristik Eksterior Unggas

4.1. Sistem Pencernaan

Sebutkan fungsi dari :


1. Paruh 6.

2. ... 7.

3. ... 8.

4. ... 9.

5. ... 10.

Bahas fungsi dari masing-masing organ


4.2. Sistem Pernafasan

Sebutkan fungsi dari :


1. Hidung 6.

2. ... 7.

3. ... 8.

4. ... 9.

5. ... 10.

Bahas fungsi dari masing-masing organ


4.3. Sistem Urinasi

Sebutkan fungsi dari :


1. Ureter 6.

2. ... 7.

3. ... 8.

4. ... 9.

5. ... 10.

Bahas fungsi dari masing-masing organ


4.4. Sistem Reproduksi (Jantan)

Sebutkan fungsi dari :


1. Testis 6.

2. ... 7.

3. ... 8.

4. ... 9.

5. ... 10.

Bahas fungsi dari masing-masing organ


4.5. Sistem Reproduksi (Betina)

Sebutkan fungsi dari :


1. Hidung 6.

2. ... 7.

3. ... 8.

4. ... 9.

5. ... 10.

Bahas fungsi dari masing-masing organ


4.6. Kekebalan Tubuh

Sebutkan fungsi dari :


1. Hidung 6.

2. ... 7.

3. ... 8.

4. ... 9.

5. ... 10.

Bahas fungsi dari masing-masing organ + sitasi


5.5. Hasil Pengamatan Identifikasi Penyakit Unggas

Semarang, 2018

Asisten,
Materi III

FORMULASI RANSUM UNGGAS

Tujuan praktikum

1. Mengenal jenis dan bentuk bahan pakan unggas


2. Mengetahui aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan
ransum unggas
3. Mengenal beberapa metode formulasi ransum unggas
4. Mengetahui cara penyusunan atau memformulasikan ransum unggas
5.
Kajian Teori

Ransum adalah campuran bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan zat-zat


makanan yang seimbang dan tepat selama 24 jam. Seimbang dan tepat berarti zat
makanan tersebut tidak berlebihan dan juga tidak kurang persis antara yang
dibutuhkan dengan yang ada. Kebutuhan gizi berbagai bangsa unggas berbeda
satu dengan yang lainnya karena perbedaan aktivitas, produksi, tujuan produksi
dan pertumbuhan.
Energi dalam penyusunan ransum unggas sering disebut True Metabolizable
Energy (TME). TME untuk unggas didefinisikan sebagai gross energy yang
terdapat dalam ekskreta unggas. Energi biasa dinyatakan dalam satuan Calori
(cal). Tidak seperti ruminansia, dimana sumber karbohidratnya banyak
mengandung Crude Fiber , maka ransum nonruminansia sebagian besar terdiri
atas karbohidrat tercerna. Bahan makanan yang merupakan sumber energi antara
lain adalah bekatul, bungkil kacang, bungkil kelapa dan bungkil jagung.
Protein adalah unsur pokok alat tubuh dan jaringan lunak tubuh aneka ternak
unggas. Zat disebut diperlukan untuk pertumbuhan, pengelolaan dan produksi
telur serta merupakan bagian semua enzim dalam tubuh. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kebutuhan protein dan asam amino pada aneka ternak unggas
antara lain : Umur, laju pertumbuhan, reproduksi, iklim, tingkatan energi,
penyakit, bangsa dan galur.
Dalam penyusunan ransum rasio energi-protein merupakan salah satu aspek
utama yang sangat penting untuk diperhatikan. Untuk mencerrna makanan dengan
kadar protein yang sangat tinggi dibutuhkan karbohidrat dan lemak dalam jumlah
cukup yang akan digunakan sebagai energi dalam mekanisme penernaan protein
tersebut. Suhu udara mempunyai pengaruh langsung terhadap jumlah makanan
yang dikonsumsi (semakin tinggi suhu konsumsi cenderung menurun), maka perlu
disediakan alternatif pasangan energi-protein yang rasionya tetap, agar jumlah
protein dan energi yang dikonsumsi selalu memenuhi kebutuhan walaupun
konsumsi makanan mungkin berubah-ubah. Dalam perkembangannya saat ini,
penyusunan ransum unggas lebih meningkatkan perhatian yaitu imbangan asam
amino, mengingat perannya cukup besar dalam mendukung produktivitas unggas.
Tabel 6. Komposisi Zat-Zat Bahan Pakan Untuk Unggas (Yusuf, 2010;
Rudysutrisna, 2011)

HARG Me
BAHAN PAKAN EM PK LK SK Ca P Lis
A t
Kkal/k
Rp % % % % % % %
g
0.2
BEKATUL 1000 2860 10.2 7 3 0.04 0.16 0.71
7
JAGUNG 0.1
2800 3370 8.6 3.9 2 0.02 0.1 0.2
KUNING 8
0.2
MENIR 800 3390 8.9 4 1 0.03 0.4 0
7
0.1
POLLARD 1800 1300 15 4 10 0.14 0.32 0.3
7
0.1
SORGHUM 900 3250 10 2.8 2 0.03 0.1 0.2
3
0.0
TEPUNG GAPLEK 300 2970 1.5 0.7 0.9 0.18 0.09 0.03
9
TETES (TEBU) 500 1960 3 0.1 0 0.9 0.1 0 0
BUNGKIL BIJI
1500 2100 41 4.8 12 0.18 0.33 1.6 0.6
KAPAS
BUNGKIL 0.6
4000 2240 42 0.9 6 0.29 0.65 2.9
KEDELE 5
BUNGKIL 0.2
2100 2200 18.5 2.5 15 0.2 0.57 0.64
KELAPA 9
BUNGKIL WIJEN 2500 1910 45 5 5 2 0.3 1.3 1.4
BUNGKIL.KC.
3700 2200 42 1.9 17 0.2 0.2 1.8 0.5
TANAH
T.IKAN (Herring)) 6500 2640 72 10 1 2 1.5 6.4 2
T.IKAN LOKAL 5000 2650 58 9 1 5.5 2.8 5 1.8
TEPUNG 0.5
1500 828 18.9 5.9 16.3 0.05 0 0
LAMTORO 5
MINYAK
8000 8600 0 100 0 0 0 0 0
KELAPA
TEPUNG BATU 450 0 0 0 0 40 0 0 0
DL Metionin 40000 0 0 0 0 0 0 0 90
GARAM 200 0 0 0 0 0 0 0 0
KULIT KERANG 250 0 0 0 0 37 0 0 0
L-lysin HCl 40000 0 0 0 0 0 0 80 0
PREMIX 5000 0 0 0 0 25 0 0 0
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menyusun ransum unggas :

 Tujuan penyusunan ransum. Tergantung pada ransum yang akan disusun


berdasarkan pemenuhan status produksi maupun bobot badan, apakah fase
starter, grower, finisher, periode produksi maupun tipe-tipe bobot badan
(ringan, medium, berat)

 Bahan pakan yang tersedia dan kandungan nutrisinya yang akan di


formulasikan menjadi ransum (Lihat Tabel 6. Komposisi Zat-Zat Bahan
Pakan Untuk Unggas)

 Nilai ekonomis ransum yang dibuat

 Faktor-faktor pembatas yang terkandung dalam bahan pakan

Terdapat beberapa metode penyusunan ransum :

 Trial and Eror, merupakan metode yang sudah cukup lama dan kurang
efisien

 Person Square, metode penyusunan ransum dengan menggunakan hitung


manual yang membentuk sistem bujur sangkar.

 Sistem Komputer, saat ini banyak dilakukan untuk mendapatkan harga


ransum yang paling murah

 Program linier, program ini terkait dengan sistem komputer, disesuaikan


dengan kebutuhan. Beberapa jenis program yang sering digunakan adalah
“WinFeed”

Materi dan Peralatan

Materi yang digunakan pada praktikum formulasi bahan pakan ini adalah:

1. Bahan pakan, mencakup bahan pakan sumber energi, sumber protein,


sumber mineral dan vitamin. (Misalnya : jagung, dedak halus, bungkil
kedelai, tepung ikan, top mix, dsb).

2. Tabel komposisi kandungan bahan pakan (Scott, NRC, dsb), kalkulator


(laptop), timbangan “kitchen scale” dengan ketelitian 1 g, alas plastik dan
nampan.
Alat yang digunakan :

1. 2 laptop minimal dari setiap kelompok yang telah diinstal program


WinFeed tiap kelompok
2. Jas Lab
3. Masker
4. Lateks
5. Alat tulis

Prosedur Pelaksanaan

Prosedur pelaksanaan praktikum yang harus ditempuh adalah :

1. Menginstal aplikasi WinFeed di laptop

2. Menentukan jenis bahan pakan yang akan dibuat ransum

3. Menentukan jenis ternak atau komoditas yang akan dibuatkan ransum

4. Atur kebutuhan tiap bahan pakan agar sesuai dengan kebutuhan ternak
menggunakan WinFeed

5. Lakukan organoleptik pada setiap bahan pakan.

6. Setelah sesuai, aplikasikan (timbang dan campur) menggunakan bahan


pakan yang telah disediakan

7. Catat hasilnya pada buku praktikum.

Tabel 7. Hasil Organoleptik Bahan Pakan

No Bahan Pakan Bentuk Tekstur Warna Bau


Tabel 8. Hasil perhitungan Formulasi Ransum

Energi
Protein Kasar Komposisi Harga
No Bahan Pakan Metabolisme
% % (Rp/kg)
(Kkal/kg)

Total

Keterangan : Jenis ransum untuk ternak :

Periode :

Kebutuhan PK (%) :

Kebutuhan EM (kkal/kg) :
Perhitungan Manual Formulasi Ransum Ternak Unggas
DAFTAR PUSTAKA

Achmanu., Muharlien. 2011. Ilmu Ternak Unggas. UB Press, Malang.

Budi, T. A. 1998. Kesehatan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan Kartasudjana, R. 2008. Ilmu Dasar

Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Lewis, Celia. "Breed Profiles: Minorca." The Illustrated Guide to Chickens: How

to Choose Them, How to Keep Them. New York: Skyhorse Pub., 2011. 118.
BUKU PETUNJUK DAN LAPORAN

KEGIATAN PRAKTIKUM

PRODUKSI TERNAK UNGGAS

Nama :

Kelompok :

Asisten :

DEPARTEMEN PETERNAKAN
PROGRAM STUDI S-1 PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019

Anda mungkin juga menyukai