Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

HAND, FOOT AND MOUTH DISEASE

Oleh:
Astrini Retno Permatasari
201310401011061

Pembimbing:
dr.Slamet Sugiharto, Sp.KK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RSUD GAMBIRAN KEDIRI
2015
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabil’alamin, puji syukur kehadirat Allah

Subhanahuwata’ala yang telah melimpahkan karunianya sehingga penulis dapat

menyelesaikan referat ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan pada

junjungan Rasulullah Muhammad Shallallahu Allaihi Wassalam yang telah

membimbing umat manusia dari zaman gelap menuju jalan yang terang

benderang.

Referat ini dengan judul “HAND, FOOT AND MOUTH DISEASE” ini

dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Profesi Fakultas

Kedokteran. Dalam menyelesaikan referat ini, penulis ingin mengucapkan

terimakasih yang tak terhingga kepada dr. Slamet Sugiharto, Sp.KK selaku

pembimbing dan Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin yang telah

melungkan waktu dan member ilmu dan informasi yang sangat bermanfaat untuk

referat ini.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih belum sempurna. Dengan

segala kerendahan hati penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kritik dan

saran juga penulis harapkan demi kesempurnaan referat ini. Semoga referat ini

dapat menambah wawasan pengetahuan serta bermanfaat bagi semua pihak.

Wasalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kediri, Juni 2015

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI .........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1. Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan........................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................3
2.1. Definisi.......................................................................................................3
2.2. Etiologi ......................................................................................................3
2.3. Epidemiologi .............................................................................................3
2.4. Patogenesis ................................................................................................4
2.5. Transmisi ...................................................................................................5
2.6. Manifestasi Klinis.......................................................................................5
2.7. Diagnosis Banding.....................................................................................8
2.8. Pemeriksaan Penunjang ...........................................................................10
2.9. Penatalaksanaan........................................................................................11
2.10. Komplikasi .............................................................................................14
2.11. Prognosis ................................................................................................15
2.12. Pencegahan.............................................................................................15
BAB 3 RINGKASAN ...........................................................................................17
3.1. Ringkasan ................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................19

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hand, foot, and mouth disease (HFMD) merupakan suatu penyakit infeksi

virus akut yang bersifat self-limited disease yang sering terjadi pada bayi dan

anak-anak, yang ditandai dengan adanya vesikel pada telapak tangan, telapak

kaki, dan mukosa oral.1 Anak-anak kurang dari 10 tahun paling banyak terkena

penyakit ini dan wabah dapat terjadi di antara anggota keluarga dan kontak erat.

Sanitasi yang jelek, status ekonomi yang rendah dan kondisi tempat tinggal yang

padat sangat mendukung dalam penyebaran infeksi.2

Enterovirus dapat menginfeksi manusia melalui sel gastrointestinal dan

traktus respiratorius. Penularan terjadi melalui fecal-oral pada sebagian besar

kasus. Selain itu dapat melalui kontak dengan lesi kulit, inhalasi saluran

pernafasan atau oral-to-oral route.2

HFMD pertama kali dilaporkan terjadi di New Zealand tahun 1957 dan

penyebab tersering disebabkan oleh coxsackie virus A16 (CVA 16) dan human

entero virus 71 (HEV71).3 Coxsackie virus A tipe 16 (CV A16) adalah penyebab

tersering HFMD dan biasanya berhubungan dengan manifestasi klinis yang

ringan. EV 71 yang bersifat neurotropik juga sering menjadi penyebab HFMD

dan dikaitkan dengan manifestasi yang berat atau kematian mendadak.2

Penyakit HMFD pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 2000,

sebanyak 2 kasus yang dirawat di rumah sakit Cipto Mangunkusumo dan telah di

ambil spesimennya untuk isolasi virus untuk diidentifikasi di Puslitbang

Pemberantasan Penyakit, hasilnya positif Enterovirus-71 (EV-71). 4 Telah menjadi

1
2

wabah pada tahun 2012, yang dilaporkan terjadi 11 kasus di wilayah Depok, Jawa

Barat5, 12 kasus dikawasan Sampit, Kalimantan Tengah.6

Insiden HFMD yang berkaitan dengan EV 71 lebih banyak ditemukan di

Asia Tenggara termasuk Malaysia (1997) Taiwan (1998) dan Singapura (2000).

Insiden HFMD juga terjadi di Jepang pada tahun 2000, 2005 dan 2007 serta Cina

pada tahun 2008. Kasus terbesar terjadi pada tahun 1998 di Taiwan yang

menginfeksi lebih dari 120.000 orang dan menyebabkan 78 kematian.2

Beberapa kasus dilaporkan dari beberapa negara : China 94.693 kasus

(2013), 95.651 kasus (2014); Hongkong 41 kasus (2013), 13 kasus (2014); Macao

283 kasus (2013), 89 kasus (2014); Jepang 5.557 kasus (2013), 2.720 kasus

(2014); Singapura 2.808 kasus (2013), 3.631 kasus (2014); Vietnam 5.999 kasus

(2014).7

Infeksi hand, foot, and mouth disease dimulai dengan adanya demam dan

sakit tenggorokan lalu timbul lesi di mukosa oral dan lesi kutaneus berupa makula

dan vesikel. Penyakit ini merupakan salah satu infeksi virus yang beberapa kasus

dapat sembuh sendiri dalam waktu tujuh sampai sepuluh hari.8

1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui definisi, etiologi,

epidemiologi, pathogenesis, transmisi, manifestasi klinik, diagnosis banding,

pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, pencegahan, komplikasi serta prognosis

Hand, foot and mouth disease (HFMD).


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Hand, foot and mouth disease (HFMD) adalah suatu penyakit infeksi

sistemik akut, disebabkan oleh coxsackie virus A16 (entero virus), ditandai

adanya lesi berbentuk ulkus pada mulut dan eksantema berbentuk vesikel pada

ekstremitas bagian distal disertai dengan gejala konstitusi yang ringan.9

2.2. Etiologi

Agen mayor dari HFMD adalah human entero viruses species A (HEV-A),

khususnya coxsackie virus A16 (CA16) dan entero virus 71 (EV-71). Merupakan

genus Entero virus dalam keluarga Picornaviridae. HEV-A serotype lainnya,

seperti Coxsackie virus A6 dan Coxsackie virus A10, juga terkait dengan HFMD

dan herpangina. Sementara semua virus ini dapat menyebabkan penyakit ringan

pada anak-anak, EV-71 berkaitan dengan penyakit saraf dan kematian pada wabah

besar di kawasan Asia Pasifik selama dekade terakhir.10

HFMD mulut sering rancu dengan penyakit kaki dan mulut (juga disebut

penyakit kuku dan mulut), penyakit sapi, domba, dan babi. Namun, dua penyakit

yang disebabkan oleh virus yang berbeda dan tidak berhubungan. Manusia tidak

mendapatkan penyakit hewan, dan hewan tidak mendapatkan penyakit manusia.11

2.3. Epidemiologi

Beberapa tahun terakhir ini epidemi HFMD yang berkaitan dengan EV 71

lebih banyak ditemukan di Asia Tenggara termasuk Malaysia (1997) Taiwan

(1998) dan Singapura (2000). Epidemi HFMD juga terjadi di Jepang pada tahun

2000, 2005 dan 2007 serta Cina pada tahun 2008. Epidemi terbesar terjadi pada

3
4

tahun 1998 di Taiwan yang menginfeksi lebih dari 120.000 orang dan

menyebabkan 78 kematian.2 Di Indonesia telah menjadi wabah pada tahun 2012,

yang dilaporkan terjadi 11 kasus di wilayah Depok, Jawa Barat 5, 12 kasus

dikawasan Sampit, Kalimantan Tengah.6 HFMD masih menjadi masalah

kesehatan yang penting di Singapura dengan angka kejadian meningkat 10 kali

lipat dari tahun 2001-2007, yaitu 167 kasus pada tahun 2001 menjadi 1723 kasus

pada tahun 2007.12

2.4. Patogenesis

Patogenesis HFMD sendiri belum sepenuhnya dapat dijelaskan, namun

secara umum patogenesis enterovirus nonpolio sebagian telah terungkap. Setelah

virus masuk melalui jalur oral atau pernafasan akan terjadi replikasi awal pada

faring dan usus, kemungkinan dalam sel M mukosa. Masing-masing serotipe

memiliki reseptor yang merupakan makromolekul permukaan sel yang digunakan

untuk masuk menuju sel inang.2

Replikasi awal dalam faring dan usus diikuti dalam beberapa hari oleh

multiplikasi dalam jaringan limfoid seperti tonsil, patch Peyer, dan kelenjar getah

bening regional.13 Penyebaran ke kelenjar limfe regional ini berjalan dalam waktu

24 jam yang diikuti dengan viremia. 2 Pada viremia minor, virus menyebar ke

sistem retikuloendotelial yang lebih jauh, termasuk hati, limpa, sumsum tulang,

dan kelenjar limfe yang jauh. 13

Replikasi lebih lanjut mengarah ke viremia mayor, yaitu menuju organ

target seperti sistem saraf pusat, jantung dan kulit. Kecenderungan organ target

adalah ditentukan oleh serotipe penyebab.13

2.5. Transmisi
5

Penyebaran virus tidak melibatkan vektor apapun.14a (Roy & Halder, 2010)

Virus yang menyebabkan HFMD dapat ditemukan pada seseorang yang terinfeksi

di:11

a) hidung dan tenggorokan (seperti air liur, dahak, atau lendir hidung),

b) cairan blister, dan

c) feses (tinja).

Orang yang terinfeksi dapat menyebarkan virus yang menyebabkan HFMD

melalui: 11

a) udara (melalui batuk atau bersin),

b) kontak dengan kotoran,

c) benda dan permukaan yang terkontaminasi.

2.6. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis HFMD terjadi hampir 100% pada anak-anak usia

prasekolah yang terinfeksi namun hanya 11% individu dewasa yang terinfeksi

memiliki kelainan kulit.8 Umumnya, anak-anak dan orang dewasa yang terinfeksi

memiliki gejala yang berbeda ini. Data dari penelitian terbaru menunjukkan

bahwa 21% dari anak-anak yang terinfeksi EV71 mengalami komplikasi berat

termasuk komplikasi sistem saraf pusat (SSP) dan kegagalan kardiopulmoner.

Sebaliknya, 53% dari orang dewasa yang terinfeksi adalah asimtomatik, atau

simtomatik pada orang dewasa sepenuhnya bias pulih. Namun, ada beberapa

laporan juga tentang komplikasi berat yang dialami orang dewasa yang terinfeksi

dengan HFMD, seperti ensefalitis akut. 15 (Li et al., 2011)

Setelah fase inkubasi 3 hingga 6 hari, penderita dapat mengeluh panas

badan yang biasanya tidak terlalu tinggi (38°C hingga 39°C), malaise, nyeri perut,
6

dan gejala traktus respiratorius bagian atas seperti batuk, nyeri tenggorok dan

nyeri sendi. Dapat dijumpai pula adanya limfadenopati leher dan submandibula.8

Gejala klinis nampak 1 atau 2 hari setelah demam dimulai, ditandai dengan

adanya ulserasi berupa lesi di sekitar mulut yang sangat pedih sehingga

menyebabkan anak tidak mau makan. Lesi pada mulut terjadi pada sekitar 90%

kasus yang merupakan tanda khusus penyakit ini. Sekitar sepuluh atau lebih

Aphtae-like erosi dapat terlihat di kavitas oral. Lesi di mulut berupa makula yang

dapat berkembang menjadi vesikel dengan dikelilingi dasar yang kemerahan

(eritem). Vesikel cepat mengalami erosi yang dikelilingi halo yang kemerahan.

Lesi sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut. Daerah tersering timbul yaitu di

palatum durum, lidah, serta mukosa pipi (buccal).8

Lesi kutaneus pada dua pertiga pasien terlihat kurang dari 24 jam setelah

enanthem. Lesi berukuran 3-7 mm, timbul makula yang cepat berubah warna

menjadi kepucatan dan timbul vesikel. Vesikel kecil, dinding tipis, berwarna

seperti mutiara, yang dikelilingi eritema berbentuk oval atau linear.16

Vesikel timbul di telapak tangan, kaki, bagian dorsal jari dan ibu kaki, dan

dapat menyebar ke wajah, bokong, daerah genital dan tungkai. Gejala ini dapat

hilang kisaran 7 hari, biasanya tanpa meninggalkan jaringan parut atau krusta.

Ruam biasanya pada telapak tangan dan telapak kaki; itu juga dapat muncul pada

lutut, siku, bokong atau daerah genital.11, 17


7

Gambar 1. Multipel erosi dangkal dan kecil, lesi vesikular dikelilingi oleh halo

eritematosa pada mukosa labial inferior; gingiva normal. 9

9
Gambar 2. Multipel diskrit, kecil, lesi vesikular pada jari dan telapak tangan

(a) (b)

Gambar 3 (a). vesikel “football-shaped” pada telapak kaki, (b) Vesikel pada telapak

tangan pasien penderita HFMD8


8

Pada penyakit yang berat, biasanya disebabkan oleh EV 71, dapat

menyebabkan adanya gangguan pada sistem kardiorespirasi dan neurologis.

Adanya gangguan kardiopulmoner, yaitu berupa takikardi, dispnea, takipnea, dan

pernurunan perfusi perifer mengindikasikan adanya keparahan penyakit dan dapat

menyebabkan kematian. Disfungsi jantung dan edema paru yang fulminan dapat

menyebabkan kematian mendadak.3 Anak yang terinfeksi EV71 memiliki risiko

yang lebih tinggi mengalami edema paru / perdarahan dan ensefalitis

dibandingkan mereka yang terinfeksi enterovirus lainnya.18

Berdasarkan beberapa penilitian, gejala infeksi EV71 dapat berkembang

melalui empat stadium, yaitu HFMD / herpangina (Stadium 1), keterlibatan SSP

(Stadium 2), kegagalan kardiopulmoner (Stadium3), dan convalescence /

pemulihan (Stadium 4).18

2.7. Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk HFMD yang paling mendekati yaitu Herpangina.

Penyakit lain yang dapat dipertimbangkan sebagai diagnosis banding diantaranya

yaitu varisela, stomatitis Aphthous, erupsi obat, dan eritema multiform.8

a. Herpangina

Herpangina, manifestasi lain oleh penyebab virus yang sama. Herpangina

berupa enantema tanpa lesi kulit dengan lokasi yang tersering di plika
2,3
anterior fossa tonsilaris, uvula, tonsil, palatum molle . Sedangkan

predileksi HFMD pada mulut tersering adalah: palatum durum, lidah,

mukosa buccal, jarang terjadi di orofaring.8


9

Gambar 4 Multipel, vesikel kecil dan erosi dengan eritema halo pada palatum

mole9

b. Eritema multiforme minor

Pada eritema multiforme bentuknya lesi target, sedangkan pada HFMD

lesi kulitnya yang bentuknya oval dan berwarna abu-abu.2

c. Herpes ginggivostomatitis

Biasanya mengalami lesi yang lebih nyeri dengan limfadenopati leher dan

ginggivitis yang lebih menonjol. Lesi pada`kulit biasanya terbatas perioral

namun dapat mengenai jari tangan yang dimasukkan ke mulut.2

d. Stomatitis aphthosa

Ditandai dengan lebih besar, lesi ulseratif dari bibir, lidah dan mukosa

ukal yang menyakitkan.10 Dibedakan dengan HFMD dengan tidak adanya

demam dan tanda sistemik lainnya serta riwayat kekambuhan.2

Gambar 6 (a) Aphthous ulcers: minor Multipel, dasar ulkus berwarna abu-abu
dikelilingi halo eritema. (b) Aphthous ulcer: major Ulkus yang dalam pada
lateral lidah9
10

e. Varicella

Lesi kulit HFMD jarang mengenai badan. Hal ini yang membedakan

dengan infeksi varisela.2 Lesi vesikel pada varisela sembuh dengan

membentuk krusta, sedangkan vesikel pada HFMD terjadi reabsorpsi

cairan vesikel.10

Bentuk vesikel varisela adalah dew drop on rose petal, yang artinya

vesikel berisi cairan jernih pada dasar eritema, sedangkan vesikel pada

HFMD membentuk football shape, yaitu berbentuk oval dengan warna

seperti mutiara.

Gambar 5 multipel papul dan vesikel pada dasar eritema dengan pola beragam

pada badan 9

2.8. Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada tes laboratorium yang menjadi indikasi. Jika diduga terjadi

epidemi, maka kultur feses dan tenggorokan sangat membantu untuk determinasi

strain dan menemukan komplikasi yang mungkin terjadi.8

Diagnosis infeksi enterovirus seringkali berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Diagnosis laboratoris dapat ditegakkan melalui tes serologis,

isolasi virus dengan kultur dan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). Usaha

untuk membedakan HFMD yang disebabkan coxsackie atau EV 71 memiliki arti


11

prognostik. PCR adalah teknik yang sangat efektif dan memberikan hasil yang

cepat dalam mendeteksi dan identifikasi serotipe entero virus.2

Pada pemeriksaan histopatologi didapatkan adanya degenerasi retikular

epidermis yang menyebabkan terjadinya vesikel intraepidermal yang berisi

netrofil, sel mononuklear, dan eosinofilik. Pemeriksaan serologi dilakukan untuk

mendeteksi adanya neutralizing antibodies. Pada fase akut, neutralizing

antibodies dapat terdeteksi tapi menghilang secara cepat. Pada fase konvalesens,

terdapat peningkatan titer komplemen-antibodi. Pada pemeriksaan Tzank tidak

ditemukan multinucleated giant cell dan inclusion bodies. Biakan virus dilakukan

dengan mengisolasi virus di vesikel, dahak, ataupun feses. Feses dianggap sebagai

sampel yang paling tepat karena kemampuannya untuk menjaga virus untuk tetap

hidup dalam waktu yang lebih lama karena EV71 bereplikasi dalam saluran usus

biasanya antara dua dan empat minggu, dan kadang-kadang selama 12 minggu

pasca-infeksi. Biakan organisme ini memungkinkan identifikasi spesifikasi virus

melalui observasi efek cytopathic dalam sel atau pembentuk plak pada sel

monolayer (plaque assay).9,10

2.9. Penatalaksanaan

HFMD ini merupakan suatu penyakit yang bersifat self-limited disease

yang dapat sembuh dalam waktu 7-10 hari. Tujuan pemberian farmakoterapi

adalah mengurangi morbiditas dan mencegah komplikasi. Pengobatan HFMD

bersifat suportif dan ditujukan untuk meredakan gejala.2 Hingga sekarang belum

ada antivirus yang spesifik untuk menyembuhkan HFMD.14,13


12

a. Tatalaksana umum

Tatalaksana umum meliputi edukasi untuk mencegah penularan dan

penyebaran virus yaitu edukasi bahwa virus yang menyebabkan HFMD

tetap ada di feses pasien selama satu bulan. Edukasi pentingnya teknik

mencuci tangan yang baik dan benar untuk mengurangi potensi

penyebaran penyakit. Edukasi untuk tidak memecahkan lepuhan atau bintil

untuk mengurangi penyebaran virus. Anjurkan pasien untuk lebih sering

minum untuk mencegah dehidrasi. Ganti diet menjadi makanan lunak jika

terjadi lesi di mulut. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat di rumah

sampai keadaan umum pasien membaik dan seluruh lesi pecah dan kering

untuk mempercepat proses penyembuhan HFMD yang bersifat self limited

disease.19

b. Tatalaksana khusus

Tatalaksana khusus meliputi topikal dan sistemik. Tatalaksana topikal

diantaranya yaitu dengan pemberian obat topikal anestesi pada lesi

sebelum makan berupa larutan dyclonine hydrochlorida 0,5% dalam

bentuk mouthwash atau spray atau gel lidokain untuk mengurangi rasa

tidak nyaman pada lesi di mulut saat penderita makan. Tatalaksana

sistemik diantaranya berupa terapi simptomatik yaitu pemberian

antipiretik untuk mengatasi demam dan analgesik untuk mengatasi

arthralgia.9

Pada penderita HFMD yang tidak mau minum, dapat diberikan terapi

cairan secara intravena untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan syok.

Nyeri dapat diobati dengan dosis standar asetaminofen atau ibuprofen.


13

Lesi kulit pada penderita HFMD tidak memerlukan perawatan khusus.

Antibiotik topikal atau oral dapat diberikan terutama jika terjadi infeksi

sekunder.2

Kasus yang menunjukan tanda dan gejala yang berat harus

dipertimbangkan untuk rawat inap, berikut adalah warning sign :20

a) Anak < 3 tahun, demam persisten (>3 hari), demam tinggi (>39oC)

b) Tanda dan gejala adanya komplikasi neorologis dan kardiologis, seperti:

 Gelisah, insomnia, serangan panik.

 Abdominal distension, muntah berulang, fotofobia, ngantuk, kejang

mioklonik, halusinasi.

 Nafas pendek, keringat dingin, sirkulasi perifer menurun, takikardi

(>160/menit)

 Lemah tungkai, unsteady gait, conjugated ocular disturbance,

paresis nervus kranialis.

Beberapa penelitian klinis infeksi EV 71 simtomatik dapat berkembang

melalui empat stadium seperti dijelaskan dalam table di bawah ini.18

Tabel.1 Stadium klinis dan penatalaksanaan infeksi E71

Stadium Manifestasi klinis Penatalaksanaan


1 HFMD/herpangina Pengobatan simtomatis
2 Keterlibatan SSP Pembatasan cairan, diuretic osmotic untuk tekanan

intracranial yang meningkat dan furosemid untuk

kelebihan cairan (CVP>8cmH2O), immunoglobulin

intravena untuk ensefalitis dan atau polio-like

syndrome serta pemantauan ketat denyut jantung,

tekanan darah, oksigenasi, skala koma dan glukosa

darah.
3 Cardiopulmonary failure
14

3A Hipertensi/ edema pulmoner Phospodiesterase inhibitor, milrinone, untuk

meningkatkan cardiac output, intubasi dini dengan

ventilasi mekanik tekanan positif dan ekspirasi yang

meningkat untuk edema pulmonum, serta high

frequency oscillatory ventilation jika edema

pulmonum/perdarahn menetap atau terjadi hipoksemia

berat.
3B Hipotensi Tambahkan inotropik seperti dopamin dan epinefrin
4 Convalescence Rehabilitasi untuk kelemahan alat gerak, disfagia,

apnea atau hipoventilasi sentral dan perawatan dada

yang cukup untuk menghindari pneumonia rekuren


HFMD= hand, foot and mouth disease ; SSP= Susunan saraf pusat; CVP= Central venous

pressure

2.10. Komplikasi

Komplikasi HFMD sangat jarang ditemui. Beberapa komplikasi yang

mungkin timbul meliputi11:

a) Virus atau "aseptik" meningitis dapat terjadi tetapi sangat jarang. Hal ini

menyebabkan demam, sakit kepala, leher kaku, atau sakit punggung.

b) Radang otak (ensefalitis) dapat terjadi, tapi ini lebih langka.

c) Kehilangan kuku pernah dilaporkan, terjadi sebagian besar pada anak-anak

dalam waktu 4 minggu. Pada saat ini, tidak diketahui apakah kehilangan

kuku adalah hasil dari penyakit. Namun, dalam laporan hilangnya kuku

adalah sementara dan kuku tumbuh kembali tanpa perawatan medis.

d) Neurogenic pulmonary edema, komplikasi paling sering menyebabkan

kematian.3

Salah satu komplikasi yang sangat jarang terjadi lainnya adalah eczema

coxsackium yang terjadi pada seseorang dengan riwayat atopi sebelumnya.


15

Dehidrasi juga dapat terjadi pada penderita HFMD. Epidemi HFMD yang

diakibatkan enterovirus 71 menyebabkan komplikasi kasus yang berat diantaranya

ensefalitis, ensefalomielitis, polio-like syndrome, miokarditis, edema paru,

perdarahan paru, dan kematian. Didapatkan hasil bahwa komplikasi yang cukup

serius lebih sedikit terjadi pada kasus yang berhubungan dengan coxsackievirus

A16 dibandingkan akibat enterovirus 71.1,8,16

2.11. Prognosis

Prognosis dari HFMD adalah:

a. Quo ad vitam : dubia ad bonam, pada beberapa kasus yang disebabkan

oleh entero virus 71 sering menjadi wabah di beberapa Negara, dan

dapat menyebabkan kematian.

b. Quo ad sanam : dubia ad bonam, karena HFMD merupakan penyakit

yang bersifat self-limited disease yang sembuh dalam kisaran 7-10 hari.

tapi pada beberapa pasien tertentu seperti pengguna imunosupresan atau

neonatus, infeksi dapat berkembang menjadi komplikasi yang

mengancam jiwa.8

c. Quo ad cosmetika: bonam, HFMD sembuh tanpa meninggalkan bekas

luka, karena vesikelnya akan di reabsorbsi oleh tubuh.10

2.12. Pencegahan

Belum ada vaksin atau antivirus yang diketahui efektif dalam mengobati

maupun mencegah infeksi EV 71. Beberapa bahan untuk pembuatan vaksin EV

71 termasuk formalin-inactivated whole virus vaccine, DNA vaccine dan

recombinat protein vaccine masih harus disempurnakan lebih lanjut sebelum

digunakan dalam uji klinis.1,2


16

Seseorang dapat mengurangi risiko penularan HFMD yaitu dengan :11

a) Teknik mencuci tangan yang baik dengan menggunakan sabun dan air

terutama setelah mengganti popok bayi atau setelah keluar dari toilet

b) Bersihkan dengan menggunakan disinfektan benda-benda yang kotor

seperti mainan anak-anak. Pertama, cuci benda tersebut dengan air dan

sabun, lalu disinfeksi dengan menggunakan larutan klorin.

c) Mencegah kontak seperti mencium, memeluk, atau menggunakan

bersama peralatan makanan dengan penderita HFMD.


BAB 3

RINGKASAN

3.1 Ringkasan

Hand, foot, and mouth disease (HFMD) merupakan suatu penyakit infeksi

virus akut yang sering terjadi pada bayi dan anak-anak, yang ditandai dengan

adanya vesikel pada telapak tangan, telapak kaki, dan mukosa oral. Distribusi

penyebaran penyakit ini terjadi di seluruh belahan dunia dan sering menimbulkan

outbreak (wabah). Penyebab tersering disebabkan oleh coxsackievirus A16 (CVA

16) dan human enterovirus 71 (HEV71).8,10

Transmisi terjadi melalui kontak langsung melalui droplet, sekresi oral atau

feses dalam rute fekal-oral atau oral-oral. Diagnosis infeksi enterovirus seringkali

berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Gejala klinis ditandai dengan

adanya ulserasi berupa lesi di sekitar mulut serta lesi mukokutaneus lainnya yang

timbul di telapak tangan dan telapak kaki terutama pada bagian jari-jari dan ibu

jari. Lesi mukokutaneus yang terjadi berupa timbul makula sampai papula yang

berkembang cepat menjadi vesikel dengan dikelilingi dasar yang kemerahan

(eritem). 8

Tatalaksana umum meliputi edukasi untuk mencegah penularan dan

penyebaran virus. Tatalaksana khusus meliputi topikal dan sistemik yang bersifat

simptomatis diantaranya pemberian anestesi topikal dyclonine hidrochlorida 0,5%

untuk mengurangi rasa tidak nyaman di mulut, pemberian antipiretik untuk

mengurangi demam, dan analgetik untuk meredakan nyeri.2,19

17
18

HFMD ini merupakan suatu penyakit yang bersifat self-limited disease

yang dapat sembuh dalam waktu 7-10 hari dengan prognosis umumnya baik, tapi

pada beberapa pasien tertentu seperti pengguna imunosupresan atau neonatus,

infeksi dapat berkembang menjadi komplikasi yang mengancam jiwa. Pasien

jarang mengalami komplikasi akibat HFMD. Salah satu komplikasi yang cukup

serius yang sering menyebabkan kematian adalah neurogenic pulmonary edema,

sering disebabkan oleh entero virus 71.3,8


19

DAFTAR PUSTAKA

1. Han, J.-F. et al., 2011. Antibody dependent enhancement infection of


Enterovirus 71 in vitro and in vivo. Virology Journal, 8(:106), pp.1-7.
Available at: http://www.virologyj.com/content/8/1/106 .
2. Andriyani, C., Heriwati, D.I. & Sawitri, 2010. Penyakit Tangan, Kaki dan
Mulut (Hand-Foot-and-Mouth Disease). Berkala Ilmu Kesehatan Kulit &
Kelamin, Agustus. pp.143-50.
3. Sarma, N., 2013. Hand, foot, and mouth disease: Current scenario and Indian
perspective. Indian Journal of Dermatology, Venerology and Leprology,
79(2), pp.165-75
4. Gendrowahyuno, Sinta Purnamawati, K., Rulina & Sukarman, 2003. Status
Antibodi Anak Balita terhadap Virus Entero-71 di Kota Wisata Denpasar Bali.
Media Litbang Kesehatan Volume XIII Nomor 2 , pp.45-8.
5. PT Niskala Madia Tenggara, 2012. The Jakarta Post. [Online] Available at:
http://www.thejakartapost.com/news/2012/02/08/singapore-flu-threatens-
depok-residents.html [Accessed 17 June 2015].
6. Bharata News, 2012. Bharata News. [Online] Available at:
http://bharatanews.com/berita-1943-gawat-flu-singapura-mewabah-di-
kotim.html [Accessed 17 June 2015].
7. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan RI, 2012. Penyakit Tangan Kaki Mulut (PTKM /
HFMD) di Jawa Timur dan Jawa Barat. [Online] Available
athttp://pppl.depkes.go.id/berita?id=1372 [Accessed 6 June 2015].
8. Ahmed, A.M. et al., 2008. Hand Foot Mouth Disease. In Wolf, K. et al.
Fitzpatric's Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York: Mc Graw
Hill. pp.1868-69.
9. Wolff, K., Johnson, R.A. & Suurmond, D., 2007. Viral Infections of Skin and
Mucosa - Hand Foot and Mouth Disease. In Fitzpatrick's Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology. 7th ed. New York: Mc Graw Hill
Companies.pp.803-05
10. WHO, 2011. A Guide to clinical management and public health response for
hand, foot and mouth disease (HFMD). [Online] WHO Library Cataloguing in
Publication Data: WHO Library Cataloguing in Publication Data Available at:
http://www.wpro.who.int/publications/docs/Guidancefortheclinicalmanageme
ntofHFMD.pdf. [Accessed 6 June 2015].
20

11. Centers for Disease Control and Prevention, 2014. Hand, Foot and Mouth
Disease. [Online] Available at: http://www.cdc.gov/hand-foot-
mouth/index.html [Accessed 6 June 2015].
12. Ang LW et al. Epidemiology and control of hand, foot and mouth disease in
Singapore, 2001-2007. Ann Acad Med Singapore 2009; 38: 106-12.
13. Park, K.S., Choi, Y.J. & Park, J.S., 2012. Enterovirus infection in Korean
children and antienteroviral potential candidate agents. Korean Journal
Pediatric, 55(10), pp.359-66.
14. Roy, N. & Halder, N., 2010. Compartmental Modeling of Hand, Foot and
Mouth Infectious Disease (HFMD). Research Journal of Applied Sciences,
5(3), pp.177-82.
15. Li, Y. et al., 2011. Comparing Enterovirus 71 with Coxsackievirus A16 by
analyzing nucleotide sequences and antigenicity of recombinant proteins of
VP1s and VP4s. BMC Microbiology, 11(246), pp.1-10.
16. Sterling, J.C., 2010. Virus Infections - Hand foot and mouth disease. In T.
Burns, S. Breathnach & C.G. ths, eds. Rook’s Textbook of Dermatology. 8th
ed. Chichester, UK: Willey-Blakwell. p.33.72.
17. Rao, P.K. et al., 2012. Hand, Foot and Mouth Disease: Changing Indian
Skenario. International Journal of Clinical Pediatric Dentistry, 5(3), pp.220-
22.
18. Chang, L.-Y., 2008. Enterovirus 71 in Taiwan. Pediatric Neonatology, 49(4),
pp.103-12.
19. Health Promotion Board, 2015. Hand, Foot & Mouth Disease: Prevention and
Protection. [Online] Available at: http://www.hpb.gov.sg/HOPPortal/dandc-
article/792 [Accessed 6 June 2015].
20. Scientific Committee on Enteric Infections and Foodborne Diseases, 2007.
Management of Hand Foot Mouth Disease (HFMD) in Health Care Settings.
[Online] Center for Health Protection, Hong Kong Available at:
http://www.chp.gov.hk/files/pdf/SCEIFD_Management_of_HFMD_in_Health
_Care_Settings.pdf [Accessed 24 June 2015].
i

Anda mungkin juga menyukai