TENOSINOVITIS
Oleh: Dewi Hartina Sari, S.Ked
Pembimbing: dr. Ihsan Kitta, M.Kes., Sp.OT
PENDAHULUAN
Tenosinovitis
fleksor akut
DE QUERVAIN’S TENOSINOVITIS
• Peradangan pada tendo musculus ekstensor policis
brevis dan abductor policis longus.
• Karakteristik diagnosis dari de quervain tenosynovitis:
• Inflamasi dari selubung di sekitar tendon abductor
pollicis longus dan ekstensor pollicis brevis.
• Selubung tendon pada processus styloid radialis
menebal 3-4 kali dari ukuran normal.
• Nyeri saat abduksi ibu jari.
• Penurunan kekuatan genggaman.
• Hasil positif untuk tes finklestein.
• Finkelstein test:
• Pasien mengepalkan tangan
dengan ibu jari terletak di telapak
tangan dan selanjutnya dilakukan
ulnar deviasi plus ekstensi tangan
ke arah medial selama 30 detik.
• Tujuan terapi: menghilangkan/mengurangi nyeri akibat peradangan
• Mengistirahatkan ibu jari dan pergelangan tangan
• Injeksi 0.5cc Kortikosteroid + 1% lidocain disuntikkan ke
kompartemen pertama bagian distal.
• Operasi
TRIGGER FINGER
• Trigger finger (tenosynovitis stenosing) adalah
gangguan umum yang sering terjadi dan ditandai
dimana jari yang dibengkokkan tiba-tiba tidak
dapat diluruskan kembali serta berhubungan
dengan disfungsi dan nyeri yang disebabkan
penebalan setempat pada suatu tendo fleksor,
dalam kombinasi dengan adanya penebalan di
dalam selubung tendon pada tempat yang sama.
• Kekakuan akan bertambah jika pasien
tidak melakukan aktifitas, misalnya
saat anda bangun pagi. Dan kadang
kekakuan akan berkurang saat
melakukan aktifitas.
• Pada kasus kasus yang berat jari tidak
dapat diluruskan bahkan dengan
bantuan.
• Bengkak dalam bentuk fusiform. • Nyeri pada saat dilakukan pasif fleksi
jari.
• Penyebab utama tenosinovitis tendon fleksor yaitu trauma penetrasi, infeksi
(penyebab tersering yaitu flora normal kulit – staphulococcus dan streptococcus,
paling sering staphylococcus aureus). Penyebab lain:
• Luka gigitan: spesies haemophyllus, bakteri anaerob dan gram negatif;
• Hematogenous: mycobacterium tuberculosis, neisseria gonorrhoe;
• Miscelaneus: pseudomonas aeruginosa.
• Pemeriksaan laboratorium
• Leukosit. Leukosit dapat meningkat pada keadaan infeksi proksial atau adanya
keterlibatan sistemik. Leukosit tidak meningkat pada infeksi non-supuratif. Pada
fase akut akan terjadi pergeseran ke kiri untuk pemeriksaan hitung leukosit.
Sedang pada pasien dengan immunocompromized tidak akan terjadi peningkatan
leukosit.
• Laju Endap Darah (LED) pada kasus tenosinovitis dapat ditemukan meningkat
dan dapat menetap pada kasus non-supuratif.
• Histologi. Pada pemeriksaan histopatologi dan biopsi sinovial dapat ditemukan
adanya tanda-tanda inflamasi baik akut maupun kronik.
• Pada kasus dini pemberian antibiotik intravena sangat berpengaruh. Antibiotik
yang diberikan antara lain:
• Cefazolin 1 – 2 gram IV tiap 6 – 8 jam
• Clindamycin 600 – 900 mg IV tiap 8 jam
• Ampicilin surbactan 1,5 – 3 gram IV tiap 8 jam
• Dapat dilakukan splinting pada posisi aman. Elevasi segera setelah infeksi
terkontrol. Lakukan rehabilitasi dengan digital range of motion exercise segera
setelah infeksi terkontrol.
Penatalaksaan berdasarkan stadium menurut michon
ditampilkan dalam tabel berikut.
Status Infeksi Karakteristik Terapi
Stadium I Peningkatan cairan pada selubung Irigasi dengan kateter
tendon terutama eksudat serous.
Stadium II Cairan yang meningkat berupa cairan Drainase invasif minimal dengan
purulen, granulomatous sinovium. indwelling irigasi kateter
Stadium III Nekrosis tendon, neksrosis pulley atau Debridemen ekstensif terbuka
nekrosis selubung tendon. (open extensive debridement)
dengan kemungkinan amputasi
TERIMA KASIH