Anda di halaman 1dari 2

Laporan Hasil Diskusi Kelompok

Nama Kelompok :
Alfiyyah Salsabila (08)
Elba Salsabila N. (13)
Erlita Redina P. (14)
Muhammad Firdaus (24)
Tiffany Aurelia T. (31)
Vina Heldy A. (33)

Judul Artikel : “Mencegah Radikalisme dan Terorisme : Perspektif Neurosains”


Penulis : Hamzah Alfarisi
Tanggal rilis : Jumat, 06 Oktober 2017
Link : https://www.academia.edu/16305713/Contoh_Laporan_hasil_diskusi

 Info Penting

Radikalisme : Paham yang menginginkan perubahan sosial dna politik dengan cara
kekerasan
Terorisme : Penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha
mencapai tujuan.

Kelompok radikalisme dalam aksinya menampilkan video atau konten propaganda yang
dinilai cukup efektif untuk merekrut anggota baru. Konten-konten yang ditampilkan
berisi konten yang sensitif sehingga dapat menyentuh sisi psikologis penonton.

Fase Radikalisme meliputi :


1. Fase Sensitif (awal/gerbang menuju radikalisme)
2. Fase Anggota
3. Fase Aksi
Fase sensitif, berdasarkan perspektif neurosains (Ilmu Syarat) adalah adanya kesalahan
dalam otak untuk memilah informasi dan kemampuan dari para aksi radikalisme untuk
memengaruhi penonton sehingga terbawa ke dalam suasana.

Cara-cara yang tepat untuk mencegah :


a) Memahami apa itu radikalisme sejak dini dan tanamkan di otak bahwa tindakan
tersebut adalah hal yang salah.
b) Jauhi tontonan yang bersifat radikal serta tidak mengikuti media-media yang
berbau radikal.
c) Pemerintah juga dapat bekerjasama untuk memblokir situs-situs maupun media
yang terkait dengan isu-isu radikal.

 Pendapat Kelompok

Radikalisme memang harus dihapuskan, karena banyak sekali dampak yang


dtimbulkan dari penyebarluasan aksi radikalisme di Indonesia, salah satunya adalah ISIS.
Oleh karena itu, hal yang dapat kita lakukan untuk menghindarinya adalah dengan
mengedukasi diri sejak dini akan bahaya tindak radikal serta kepada pemerintah
diharapkan dapat bertindak lebih bijak untuk memblokir situs/web yang dapat memecah
belah persatuan.

Anda mungkin juga menyukai