PRAKTIKUM
ELEKTRONIKA KAPAL
(ME 184306)
WHEATSTONE BRIDGE
Dikerjakan oleh :
Kelompok 3
1. Anggoro Reza A (04211940000009)
2. Samuel Glorio Rivaldo (04211940000012)
3. Rengga Firman Wardana (04211940000017)
4. Salsabila Putri Giafi (04211940000029)
5. Farhan Fathurakhman (04211940000097)
Diketahui Oleh
Revisi Tanggal Keterangan
Nama Grader Tanda Tangan
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA KAPAL
WHEATSTONE BRIDGE
Oleh :
Kelompok 3
LEMBAR PENGESAHAN
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA KAPAL
WHEATSTONE BRIDGE
Mengetahui / Menyetujui
Grader Praktikum Wheatstone Bridge
Grader 1 Grader 2
ABSTRAK
Dalam proses perkuliahan, mahasiswa selain harus memahami materi secara teori juga harus
dapat memahami materi secara praktik. Sehingga, perlu diadakannya praktikum. Tak
terkecuali pada mata kuliah Elektronika Kapal. Praktikum yang dilaksanakan yaitu praktikum
wheatstone bridge. Tujuan praktikum Wheatstone Bridge yaitu untuk mengetahui prinsip
operasi dari rangkaian dasar wheatstone bridge, untuk mengetahui cara menghitung hambatan
menggunakan wheatsone bridge, untuk memahami pengaruh hambatan dan rasio hambatan
terhadap sensitivitas wheatstone bridge, dan untuk mengetahui pengaruh arus AC pada
wheatstone bridge. Wheatstone bridge atau lebih dikenal dengan sebutan jembatan wheatstone
adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur hambatan listrik yang tidak diketahui
besarnya. Wheatstone bridge banyak sekali diterapkan pada aplikasi dalam bidang marine dan
non marine. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum wheatstone bridge yaitu
Instrumentation Modul TK2941A, Power Amplifier TK2941B, Power Supply 01-100,
Function Generator, Multimeter, Voltmeter, Potensiometer, Kabel, dan resistor. Pada
praktikum wheatstone bridge dilakukan tiga kali percobaan yaitu percobaan rangkaian dasar
wheatstone bridge, rangkaian pengujiam wheatstone bridge, dan rangkaian wheatstone bridge
pada arus AC. Dari praktikum wheatstone bridge ini didapat kesimpulan yaitu wheatstone
bridge merupakan metode pengukuran tahanan listrik untuk mengetahui suatu nilai tahanan
yang belum diketahui nilainya dengan ketelitian yang tinggi karena dapat mengukur
perubahan hambatan yang sangat kecil pada penghantar, cara menghitung hambatan
menggunakan rangkaian wheatstone bridge dengan mengalikan R1 dengan Rx lalu dibagi
dengan R2 maka didapat nilai Rs nya. Apabila harga R1 dan R2 konstan dan nilai Rx semakin
besar maka Rs semakin besar juga. Dengan rumus tegangan, V=I.R, nilai tegangan
berbanding lurus dengan nilai kuat arus dan nilai hambatan, sedangkan nilai kuat arus
berbdanding terbalik dengan nilai hambatan. Dengan nilai tegangan konstan dan nilai rasio
hambatan semakin besar, maka nilai Rs nya semakin besar sedangkan kuat arusnya
berbanding terbalik yaitu menjadi turun. Dengan melihat rasio R1 dan R2 nya. Pada rasio
1:10 didapat nilai arusnya 50 µA, Ketika nilai rasionya turun nilai arusnya juga turun hal ini
terlihat pada rasio 1:100 didapat nilai arusnya 35 µA. Sehingga pada rasio 1:10 rangkaian
wheatstone bridge lebih sensitive daripada rasio hambatan 10:1. Nilai Resistansi Rs dengan
variasi rasio R1/R2 dan Rs/Rx pada rangkaian wheatstone bridge dengan arus AC dari
function generator berbanding terbalik dengan kesetimbangan nilai voltase (µV) pada
rangkaian. Akibatnya, jika rasio semakin besar maka nilai Rs semakin kecil begitu juga
dengan nilai voltasenya (µV) . Hal ini tidak sesuai dengan rumus V=I .R yang menjelaskan
jika nilai voltase berbanding lurus dengan nilai hambatannya.
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
BAB I
PENDAHULUAN
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wheatstone Bridge diciptakan oleh Samuel Hunter Christie pada 1833 dan
dipopulerkan oleh Sir Charles Wheatstone pada tahun 1843. Alat ini digunakan untuk
memperoleh ketelitian dalam melaksanakan pengukuran terhadap suatu tahanan yang
nilainya relatif kecil sekali umpamanya saja suatu kebocoran dari kabel
tanah/kartsluiting dan sebagainya. Jembatan Wheatstone adalah alat yang paling
umum digunakan untuk pengukuran tahanan yang teliti dalam daerah 1 sampai
100.000 Ω.
Jembatan Wheatstone terdiri dari tahanan R1, R2, R3, dimana tahanan tersebut
merupakan tahanan yang diketahui nilainya dengan teliti dan dapat diatur. Cara untuk
mengukur besarnya suatu hambatan yang tidak diketahui adalah dengan
menyeimbangkan arus pada dua kaki dari rangkaian jembatan. Jembatan dikatakan
setimbang, jika beda potensial pada galvanometer sama dengan nol, artinya tidak ada
arus yang mengalir melalui galvanometer. Oleh karena itu, perlu dilakukannya
praktikum ini untuk memahami cara kerja Jembatan Wheatstone.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip operasi dari rangkaian dasar Wheatstone Bridge?
2. Bagaimana cara menghitung hambatan menggunakan Wheatstone Bridge?
3. Bagaimana pengaruh hambatan dan rasio hambatan terhadap sensitivitas
Wheatstone Bridge?
4. Bagaimana Pengaruh arus AC pada Wheatstone Bridge?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui prinsip operasi dari rangkaian dasar Wheatstone Bridge.
2. Mengetahui cara menghitung hambatan menggunakan Wheatstone Bridge.
3. Memahami pengaruh hambatan dan rasio hambatan terhadap sensitivitas
Wheatstone Bridge.
4. Mengetahui pengaruh arus AC pada Wheatsone Bridge.
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
BAB II
DASAR TEORI
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Rangkaian Bridge
Rangkaian Listrik Jembatan (Electrical Bridge) adalah rangkaian listrik yang
digunakan untuk mengukur nilai-nilai besaran listrik seperti resistansi (R) yang merupakan
kemampuan untuk menghambat arus listrik; kapasitansi (C), yang merupakan kemampuan
untuk menyimpan muatan listrik; dan induktansi (L), yang merupakan kemampuan untuk
membuat arus listrik yang menghasilkan medan magnet. Jembatan Wheatstone dipergunakan
untuk memperoleh ketelitian dalam melaksanakan pengukuran terhadap suatu tahanan yang
realtif kecil sekali umpamanya saja suatu kebocoran dari kabel tanah/kortsluiting dan
sebagainya. Rangkaian ini dibentuk oleh empat buah tahanan (R) yang merupakan segiempat
A-B-C-D dalam hal mana rangkaian ini dihubungkan dengan sumber tegangan dan sebuah
galvanometer nol (0). Kalau tahanan-tahanan itu diatur sedemikian rupa sehingga
galvanometer itu tidak akan mengadakan suatu hubungan antara keempat tahanan tersebut.
(Suryatmo,1986).
wheatstone. Praktikum Jembatan Wheatstone ini mempunyai alat yang paling umum
digunakan untuk pengukuran tahanan yang teliti dalam daerah 1 sampai 100.000 Ω.
Jembatan Wheatstone terdiri dari tahanan R1, R2, R3, dimana tahanan tersebut
merupakan tahanan yang diketahui nilainya dengan teliti dan dapat diatur.
R = p. (L/A)
Dimana:
R : Hambatan listrik suatu penghantar (Ω)
ρ : Resitivitas atau hambatan jenis (Ω. m)
L : Panjang penghantar (m)
A : Luas penghantar ( m²)
f = 1/(2RC)
yang merupakan pernyataan umum bagi frekuensi jembatan Wien. Dalam sebuah
jembatan praktis, kapasitor C1 dan C3 adalah kapasitor-kapasitor tetap, dan tahanan
R1 dan R2 adalah tahanan variabel yang dikontrol oleh sebuah poros bersama.
Dengan menetapkan bahwa sekarang R2 = 2R4, jembatan dapat digunakan sebagai
alat pengukur frekuensi yang disetimbangkan oleh satu pengontrol tunggal.
Pengontrol ini dapat dikalibrasi langsung dalam frekuensi. Karena sensitivitas
frekuensinya, jembatan Wien mungkin sulit dibuat setimbang (kecuali bentuk
gelombang tegangan yang dimasukkan adalah sinus murni). Karena jembatan tidak
setimbang untuk setiap harmonik yang terdapat di dalam tegangan yang dimasukkan,
harmonik-harmonik ini kadang-kadang akan menghasilkan suatu tegangan keluar
yang menutupi titik setimbang yang benar.
2.2.3 Scheering Bridge
terutama sangat bermanfaat guna mengukur sifat-sifat isolasi yakni pada sudut-sudut
fasa yang sangat mendekati 90◦ .
Susunan rangkaian dasar ditunjukkan pada gambar diatas, dan pemeriksaan
rangkaian menunjukkan suatu kemiripan yang kuat terhadap jembatan pembanding.
Perhatikan bahwa lengan 1 sekarang mengandung suatu kombinasi parallel dari
sebuah tahanan dan sebuah kapasitor, dan lengan standar hanya berisi sebuah
kapasitor. Biasanya kapasitor standar adalah sebuah kapasitor mika bermutu tinggi
dalam pemakaian pengukuran yang umum, atau sebuah kapasitor udara guna
pengukuran isolasi. Sebuah kapasitor mika bermutu tinggi mempunyai kerugian yang
sangat rendah (tidak ada tahanan) dan arena itu mempunyai sudut fasa yang
mendekati 90 . Sebuah kapasitor udara yang dirancang secara cermat memiliki nilai
yang sangat stabil dan medan listrik yang sangat kecil; bahan isolasi yang akan diuji
dapat dengan mudah dihindari dari setiap medan yang kuat.
Persyaratan setimbang menginginkan bahwa jumlah sudut fasa lengan 1 dan
lengan 4 sama dengan jumlah sudut fasa lengan 2 dan lengan 3. Karena kapasitor
standar berada dalam lengan 3, jumlah sudut fasa lengan 2 dan 3 akan menjadi 0 ◦
+90◦ =90◦ . Agar menghasilkan sudut fasa 90◦ yang diperlukan untuk
kesetimbangan, jumlah sudut fasa antara lengan 1 dan 4 harus sama dengan 90◦ .
Karena dalam pekerjaan pengukuran yang umum besaran yang tidak diketahui akan
memiliki sudut fasa yang lebih kecil dari 90◦ , maka lengan 1 perlu diberi suatu sudut
kapasitif yang kecil dengan menghubungkan kapasitor C1 paralel terhadap R1. Suatu
sudut kapasitif yang kecil sangat mudah diperoleh, yakni dengan menghubungkan
sebuah kapasitor kecil terhadap R1.
Persamaan kesetimbangan diturunkan dengan cara yang biasa dengan
memasukkan nilai-nilai impedansi dan admitansi yang memenuhi ke dalam
persamaan umum kita peroleh,
Zx = Z2.Z3.Y1
Rx – j/ωCx = R2(-j/ωC3)(1/R1+jωC1)
Dan dengan menghilangkan tanda kurung,
Rx – j/ωCx = R2C1/C3 – jR2/ωC3R1……………………………………..(2.1)
Dengan menyamakan bagian nyata dari bagian khayal kita peroleh bahwa
Rx = R2C1/C3…………………………………………………………….(2.2)
Cx = C3R1/R2……………………………………………..…..…………..(2.3)
Factor daya (power factor, PF) dari sebuah kombinasi seri RC didefinisikan
sebagai cosinus sudut fasa rangkaian. Dengan demikian factor daya yang tidak
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
diketahui sama dengan PF = Rx/Zx . Untuk sudut-sudut fasa yang sangat mendekati
90◦ , reaktansi hampir sama dengan impedansi dan kita dapat mendekati faktor daya
menjadi :
PF ≈ Rx/Xx = ωCxRx……………………………………………………..(2.4)
Faktor disipasi dari sebuah rangkaian seri RC didefinisikan sebagai cotangent sudut
fasa dan arena itu, menurut definisi, faktor disipasi adalah
D = Rx/Xx = ωCxRx………………………………………………………(2.5)
Di samping itu karena kualitas sebuah kumparan didefinisikan oleh Q = XL/RL, kita
peroleh bahwa factor disipasi D adalah kebalikan dari factor kualitas Q, dan berarti D
= 1/Q. Faktor disispasi memberitahukan kita sesuatu mengenai kualitas sebuah
kapasitor, yakni bagaimana dekatnya sudut fasa kapasitor tersebut ke nilai idealnya
90◦ . Dengan memasukkan nilai Cx dalam persamaan (2.3) dan Rx dalam persamaan
(2.2) kedalam bentuk faktor disipasi diperoleh
D = ωR1C1……………………………………………………………….(2.6)
Jika tahanan R1 dalam jembatan Schering pada gambar diatas mempunyai suatu nilai
yang tetap, piringan (dial) kapasitor C1 dapat dikalibrasi langsung dalam factor
disipasi D. ini merupakan hal yang biasa didalam sebuah jembatan Schering.
Perhatikan bahwa suku ω muncul dalam pernyataan factor disipasi (persamaan 8-35).
Tentunya ini berarti bahwa kalibrasi piringan C1 hanya berlaku untuk satu frekuensi
tertentu pada mana piringan di kalibrasi. Frekuensi yang berbeda dapat digunakan
asalkan dilakukan suatu koreksi, yakni dengan mengalikan pembacaan piringan C1
terhadap perbandingan dari kedua frekuensi tersebut.
2.2.4 Maxwell Inductance Bridge
Jembatan Maxwell yang diagram skemanya ditunjukkan pada Gambar 2.6,
mengukur sebuah induktansi yang tidak diketahui dinyatakan dalam kapasitansi yang
diketahui. Salah satu lengan perbandingan mempunyai sebuah tahanan dan sebuah
kapasitansi dalam hubungan paralel, dan untuk hal ini adalah lebih mudah untuk
menuliskan persamaan kesetimbangan dengan menggunakan admitansi lengan 1
sebagai pengganti impendansi.
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
dimana tahanan dinyatakan dalam ohm, induktansi dalam henry, dan kapasitansi
dalam farad.
2.2.5 Maxwell wien atau L/C Bridge
Jembatan Maxwell-Wien merupakan modifikasi ke sebuah jembatan
Wheatstone digunakan untuk mengukur induktansi yang tidak diketahui (biasanya
nilai Q rendah) dalam hal ketahanan dikalibrasi dan kapasitansi. Ini adalah jembatan
produk yang nyata. Ia menggunakan prinsip bahwa sudut fase positif dari impedansi
induktif dapat dikompensasikan dengan sudut fase negatif dari impedansi kapasitif
ketika dimasukkan ke dalam lengan yang berlawanan dan rangkaian resonansi; yaitu,
tidak ada perbedaan potensial di seluruh detektor dan karenanya tidak ada arus yang
mengalir melalui itu. Induktansi diketahui kemudian menjadi dikenal dalam hal
kapasitansi ini.
(Sumber: en.m.wikipedia.org)
Z1Z4 =Z2Z3
JωLX = ((1/s) + JωC)Z2Z3
Sehingga kedua persamaan tersebut bisa disederhanakan menjadi :
PS=QR ; LX = C Q R
Bagian yang pertama adalah yang berhubungan dengan tahanan atau bagian
nyatanya dan yang terakhir dengan induktansi dan bagian imajinernya. Untuk
membuat keseimbangan maka, pengaturan diadakan pada S dan C (L X). Bila Lx dan
C ditentukan atau tertentu, S dan Q atau R dapat diatur.
2.2.6 Anderson Bridges
Anderson Bridge adalah jembatan AC digunakan untuk mengukur diri
induktansi dari kumparan. Ini merupakan modifikasi dari Wheatstones Bridge. Hal
ini memungkinkan kita untuk mengukur induktansi dari kumparan menggunakan
kapasitor dan resistor dan tidak memerlukan balancing ulang jembatan.
R1-(j/C1)(Rx+jLx) = R2R3
(RX/C1) = LXR1
Kedua persamaan terakhir mengandung Lx dan Rx, dan kita harus menyelesaikan
persamaan-persamaan ini secara simultan.
2.2.8 Owen Bridges
Jika R1 dalam jembatan Hay ditukar dengan variable C, maka versi ini
dikenal menjadi Jembatan Owen. Keuntungan Jembatan Owen :
1. Untuk mencapai keseimbangan mudah sekali karena variable C2 dan R2
secara terpisah menentukan R1 dan L1.
2. Tidak tergantung frekuensi
3. Dapat dipakai untuk mengukur daerah induktansi yang lebar.
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
L1 = C4R3R2
L1 = R2R3R4
2.2.9 De Sauty Bridges
De Sauty Bridge mengukur kapasitansi yang tidak diketahui dalam hal
kapasitansi standart yaitu membandingkan lengan dua rasio dua kapasitansi ini
jembatan terdiri murni resistor dan dua terdiri dari kapasitor dimana salah satu dari
nilai yang diketahui dan yang lain adalah kapasitor.
R1/R2 = C1/C2 ; C1 = C2R1/R2
C1 = kapasitor yang kapasitansi harus diukur
C2 = kapasitor standar
R1 R2 = non-inductive resistors
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
Wien Bridge 1. Menghasilkan output yang konstan 1. Bila frekuensi kurang dari
1kHz maka pembacaan
2. Frekuensi dapat diatur dengan tidak akurat dan dipengaruhi
mudah, dengan menggunakan waktu.
potensiometer dan variabel kapasitor
2. Membutuhkan banyak
3. Dapat menghasilkan gelombang komponen
sinus dengan distorsi yang kecil
3. Output frekuensi yang
terbatas sehingga tidak
dapat menghasilkan
frekuensi yang nilainya
tinggi
Power Amplifier atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Penguat Daya
adalah sebuah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk memperkuat atau
memperbesar sinyal masukan. Di dalam bidang Audio, Power Amplifier akan
menguatkan sinyal suara yang berbentuk analog dari sumber suara (Input) menjadi
sinyal suara yang lebih besar (Output). Sumber sinyal suara yang dimaksud tersebut
dapat berasal dari alat-alat Tranduser seperti Mikrofon yang dapat mengkonversikan
energi suara menjadi sinyal listrik ataupun Optical Pickup CD yang mengkonversikan
getaran mekanik menjadi sinyal listrik. Sinyal listrik yang berbentuk sinyal AC
tersebut kemudian diperkuat arus (I) dan tegangannya (V) sehingga menjadi Output
yang lebih besar. Besaran penguatannya ini sering disebut dengan istilah gain.
2.4.3 Resistor
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
Resistor merupakan salah satu komponen yang paling sering ditemukan dalam
Rangkaian Elektronika. Hampir setiap peralatan Elektronika menggunakannya. Pada
dasarnya Resistor adalah komponen Elektronika Pasif yang memiliki nilai resistansi
atau hambatan tertentu yang berfungsi untuk membatasi dan mengatur arus listrik
dalam suatu rangkaian Elektronika. Resistor atau dalam bahasa Indonesia sering
disebut dengan Hambatan atau Tahanan dan biasanya disingkat dengan Huruf “R”.
Satuan HambatanSumber : Dokumentasi Pribadi atau Resistansi Resistor adalah
OHM (Ω). Resistor terdiri dari fixed resistor, variable resistor, thermistor, dan light
dependent resistor. Bila jumlah gelang resistor tersebut ada 4 buah maka cara
membaca nilai tahanannya yaitu :
Gelang pertama menunjukkan angka pertama dari nilai tahanan
Gelang kedua menunjukkan angka kedua dari nilai tahanan
Gelang ketiga menunjukkan faktor pengali
Gelang keempat menunjukkan nilai toleransi
Bila jumlah gelang resistor tersebut ada 5 buah maka cara membaca nilai tahanannya
yaitu :
Gelang pertama menunjukkan angka pertama dari nilai tahanan
Gelang kedua menunjukkan angka kedua dari nilai tahanan
Gelang ketiga menunjukkan angka ketiga dari nilai tahanan
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
Bila jumlah gelang resistor tersebut ada 6 buah maka cara membaca nilai tahanannya
yaitu :
Gelang pertama menunjukkan angka pertama dari nilai tahanan
Gelang kedua menunjukkan angka kedua dari nilai tahanan
Gelang ketiga menunjukkan angka ketiga dari nilai tahanan
Gelang keempat menunjukkan faktor pengali
Gelang kelima menunjukkan nilai toleransi
Gelang kelima menunjukkan nilai koefisien suhu (temperatur).
Power Supply adalah alat yang mampu menyuplai tenaga atau tegangan listrik
secara langsung dari sumber tegangan listrik ke tegangan listrik yang lainnya. Power
supply memiliki input dari tegangan yang berarus alternating current (AC) dan
mengubahnya menjadi arus direct current (DC) lalu menyalurkannya ke berbagai
perangkat keras pada rangkaian. Karena memang arus direct current (DC)-lah yang
dibutuhkan untuk perangkat keras agar dapat beroperasi.
2.4.6 Multimeter
2.4.7 Potensiometer
Potensiometer (POT) adalah salah satu jenis Resistor yang Nilai Resistansinya
dapat diatur sesuai dengan kebutuhan Rangkaian Elektronika ataupun kebutuhan
pemakainya. Potensiometer merupakan Keluarga Resistor yang tergolong dalam
Kategori Variable Resistor.
Potensiometer dibagi menjadi dua, yaitu potensiometer putar (wiper bergerak
dengan jalan melingkar), dan potensiometer linier (wiper bergerak sepanjang jalur
linier). Potensiometer dikenal juga sebagai slider, pot slide atau fader. Sedangkan yang
paling umum digunakan adalah potensiometer putar
2.4.8 Kabel
Kabel Listrik yang dalam bahasa Inggris disebut dengan Electrical Cable
adalah media untuk menghantarkan arus listrik yang terdiri dari Konduktor dan
Isolator. Konduktor atau bahan penghantar listrik yang biasanya digunakan oleh Kabel
Listrik adalah bahan Tembaga dan juga yang berbahan Aluminium meskipun ada juga
yang menggunakan Silver (perak) dan emas sebagai bahan konduktornya namun
bahan-bahan tersebut jarang digunakan karena harganya yang sangat mahal.
Sedangkan Isolator atau bahan yang tidak/sulit menghantarkan arus listrik yang
digunakan oleh Kabel Listrik adalah bahan Thermoplastik dan Thermosetting yaitu
polymer (plastik dan rubber/karet) yang dibentuk dengan satu kali atau beberapa kali
pemanasan dan pendinginan.
2.4.9 Voltmeter
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
Voltmeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur besara tegangan
atau beda potensial listrik antara dua titik pada suatu rangkaian listrik yang dialiri
arus listrik. Pada alat ukur voltmeter ini biasanya ditemukan tulisan voltmeter (V),
milivoltmeter (mV), mikrovoltmeter, dan kilovolt (kV). Sekarang ini, voltmeter
ditemukan dalam dua jenis yaitu voltmeter analog (jarum penunjuk) dan voltmeter
digital. Voltmeter memiliki batas ukur tertentu, yakni nilai tegangan maksimum
yang dapat diukur oleh voltmeter tersebut. Jika tegangan yang diukur oleh
voltmeter melebihi batas ukurnya, voltmeter akan rusak.
Tegangan listrik hasil pengukuran voltmeter dirumuskan:
Tegangan (V) = (Angka yang ditunjukkan jarum voltmeter / skala maksimum)
x batas ukur
NO Foto Deskripsi
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
1 Mengukur
Regangan pada
Benda Uji
Strain Gauge adalah
komponen
elektronika yang
biasa digunakan
untuk mengukur
suatu deformasi
maupun strain. Alat
ini mempunyai
Sumber : https://www.mccourier.com/global-resistance-
bentuk foil berupa
strain-gauge-market-research-with-covid-19-after-
logam yang
effects/ mempunyai sifat
isolasi yang
ditempelkan pada
benda uji yang akan
diukur tekanannya,
dan tekanan yang
dihasilkan didapat
dari pembebanan.
Cara kerjanya adalah
jika tekanan yang
terjadi pada benda
mengalami
perubahan, maka
kawat logam akan
mengalami
deformasi, dan nilai
tahanan pada alat pun
berubah. Perubahan
pada tahanan
selanjutnya
dimasukkan ke dalam
rangkaian listrik
berupa jembatan
Wheatstone. Setelah
itu akan diketahui
berapa besarnya
tahanan pada Strain
Gauge.
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
2 Mengukur resistansi
pada lampu pijar
Lampu pijar bersifat
resistif. Untuk
pengukurannya,
dibutuhkan 2 buah
resistor tetap, dan 1
resistor variabel.
Resistor dihubungkan
Sumber : menjadi rangkaian w
http://hobbytekniklistrik.blogspot.com/2019/05/mengen bridge. Nilai resistor
al-perbedaan-lampu-pijar-lampu.html variabel diatur
sedemikian rupa
hingga jembatan
dalam kondisi
seimbang.
3 Explosimeter atau
Pendeteksi Gas
Combustible/ Flammable
Gas Indicator atau
Explosimeter adalah
alatyang digunakan untuk
mendeteksi dan
mengukur kandungan
gas atau uap suatu zat
yang mudah menyala
atau mudah terbakar
didalam udara.
Pengukuran konsentrasi
Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Explosimeter
dilakukan melalui
filament catalytic yang
panas akan merubah
tahanan listrik pada
filament yang merupakan
bagian sirkuit yang
seimbang
(jembatanWheatstone).
Tabel 2.2 Pengaplikasian Rangkaian Bridge pada Bidang Non-Marine
2.5.2 Pengaplikasian Rangkaian Bridge pada Bidang Marine
N Foto Deskripsi
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
O
1 Photo Sensor
Dalam dunia
maritime, photo
sensor sangat
diperlukan terutama
untuk eksplorasi
laut dalam serta
pemetaan geografis
dasar lautan. Photo
sensor pada
umumnya
digunakan pada
UAV atau
Underwater
Autonomous
Vehicle, dan juga
digunakan pada
Sumber : kapal eksplorasi
laut dalam. Photo
https://www.indiamart.com/proddetail/photo-sensor- sensor paling
autonics-17387176973.html umum adalah photo
resistor
2 Aplikasi Jembatan
Wheatstone Pada
Sensor.
Sensor biasa
digunakan pada
AIS dan navigasi
kapal. jembatan
Wheatstone
yang diaplikasikan
pada sensor strain
Sumber : gauge pada
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_Identifikasi_Otomati mulanya sudah
s dibuat seimbang,
jika ada gaya yang
mengenainya maka
bentuk strain gauge
ini akan berubah
dan menyebabkan
resistansinya
berubah pula,
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
karena jembatan
Wheatstone yang
diaplikasikan pada
sensor tersebut
pada mulanya
seimbang, maka
karena perubahan
resistansi sensor
strain gauge,
akhirnya
jembatan
Wheatstone sudah
tidak dalam
keadaan seimbang
lagi,
ada tegangan yang
muncul pada kabel
AB (atau
Galvanometer).
Nah besarnya
tegangan pada
kabel AB ini
sebanding dengan
besarnya gaya yang
diterima oleh
sensor strain gauge;
dengan
faktor konversi
tertentu, kita bisa
mengetahui
besarnya gaya yang
bekerja pada sensor
tersebut. (Watson
GO., 1990)
Secara teori, kita
bisa saja tidak
menggunakan
jembatan
Wheatstone untuk
salah satu
pengondisi sensor
strain gauge
layaknya gambar di
atas(gambar no.1);
maksudnya, kita
bisa saja membuat
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
rangkaian
sederhana dengan
sebuah baterai dan
sebuah strain
gauge; namun
rangkaian
sederhana seperti
itu tidak dapat
merespon
perubahan
resistansi yang
sangat kecil seperti
jembatan
Wheatstone.
Dengan jembatan
Wheatstone,
perubahan
kecil resistansi
strain gauge dapat
terdeteksi. (Van der
wol, G. 1985)
3 Sensor Suhu
Pada pengukuran
temperatur, kita
sering berhadapan
dengan kesulitan
memilih sensor
mana yang akan
digunakan, Sensor
thermistor
merupakan sensor
temperatur pasif
yang memiliki
sensitivitas tinggi
terhadap perubahan
Sumber : temperatur.
Resolusi awal 0.3
https://indonesian.alibaba.com/product-detail/temperature- C6). Sensor ini
sensor-tp31-th31-pt100-or-ntc-thermistor-stick-in-sensor- terbuat dari bahan
marine-ship-approval-50039249116.html semikonduktor
yang memiliki
resistansi menurun
untuk tipe NTC
(negative
temperature
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
coefficient) atau
naik untuk tipe
PTC (positive
temperature
coefficient) pada
saat temperaturnya
naik. Thermistor
terbuat dari bahan
semikonduktor
yang merupakan
campuran dari
oksida-oksida
logam yang
diendapkan seperti
mangan, nikel (Ni),
tembaga, besi (Fe)
dan uranium1–5).
Pada sensor tipe
thermistor,
pengkondisi sinyal
tahap awal
merupakan
rangkaian system
catu daya karena
tanggapan dari
sensor thermistor
terhadap perubahan
suhu masih dalam
bentuk perubahan
nilai
hambatannya6).
Thermistor
memiliki tanggapan
terhadap perubahan
temperatur yang
tidak linear,
sehingga berbagai
metode untuk
melinearisasi harus
dilakukan sebelum
digunakan secara
langsung7). Namun
thermistor
mempunyai
kecepatan
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
tanggapan yang
tinggi sehingga
menjadi pilihan
untuk tujuan
pengukuran
dinamik, untuk tipe
PTC yang
dikarakterisasi arus
sebagai fungsi
waktu, mampu
untuk respon
dinamik hingga 104
Hz8). Penelitian
lain juga telah
dilakukan untuk
menguji tanggapan
dinamik dari
thermistor dan
memberikan
tanggapan dengan
ketepatan hasil
pengukuran hingga
frekuensi 18
GHz9). hermistor
tipe NTC dan PTC
yang dirangkai
secara Jembatan
Wheatstone pada
range suhu antara
27 – 95 oC
memberikan fungsi
alih eksponensial
xy084.0exp0001.0=
dengan R2 = 0.811.
Pada range suhu
antara 75 - 95oC,
thermistor memiliki
tanggapan yang
linear dan sensitif
untuk dengan
fungsi alih
y=0.057x-3.96 dan
nilai R2 = 0.958.
Dengan hasil ini
didapatkan
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
kesimpulan bahwa
untuk range suhu
pemanfaatan 75 -
95oC, sensor
thermistor NTC
dan PTC yang
dirangkai dengan
model Jembatan
Wheatstone
memiliki
sensibilitas lebih
tinggi 5 kali dari
pada sensor LM35.
Tabel 2.3 Pengaplikasian Rangkaian Bridge pada Bidang Marine
BAB III
DATA PRAKTIKUM
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
BAB III
DATA PRAKTIKUM
3.1 Peralatan dan Fungsi
No Nama Alat Gambar Fungsi
Menghasilkan berbagai
Function bentuk gelombang seperti
4 Generator FG601 sinus, segiempat, dan
bentuk gelombang pulsa,
atau supply arus AC
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
Resistor
9 Sebagai Hambatan
Pengambilan data pada tabel rangkaian dasar wheatstone bridge dengan mengatur
nilai resistansi standart Rs pada rangkaian wheatstone bridge dengan nilai R1, R2
dan Rx yang telah ditentukan.
Pengambilan data pada tabel pengujian sensitifitas wheatstone bridge dengan
mengatur nilai resistansi standart Rs dengan variasi nilai rasio R1 dan R2 dengan
nilai Rx= 1kΩ dan kesetimbangan arus (µA) yang melalui rangkaian wheatstone
bridge.
Pengambilan data pada tabel pengujian wheatstone bridge pada arus AC dengan
perbandingan R1/R2 dan Rs/Rx dimana nilai Rs dicari dengan memperhatikan
nilai kesetimbangan voltase (mV).
R1 R2 Rx Rs
100Ω 61 ohm
10kΩ 10kΩ
1kΩ 2000 ohm
100Ω 213 ohm
10kΩ 1kΩ
1kΩ 23 ohm
100Ω 64 ohm
1kΩ 10kΩ
1kΩ 10 ohm
Arus pada
Rs pada kondisi
R1 (Ω) R2 (Ω) Rasio kondisi
setimbang (Ω)
setimbang (µA)
100Ω 1kΩ 1:10 83 13
1kΩ 10kΩ 1:10 98 10
100Ω 10kΩ 1:100 10 14
1kΩ 100kΩ 1:100 15 10
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
Tegangan
keluaran
R1 R2 Rs Rx R1/R2 Rs/Rx
setimbang
(mV)
1
1kΩ 1kΩ 56 ohm 1kΩ 80 56
10
10kΩ 1kΩ 82 ohm 1kΩ 60 82
BAB IV
ANALISIS DATA
(ANGGORO REZA A 04211940000009)
BAB IV
ANALISIS DATA
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
Sedangkan pada percobaan didapat hasil sebesar Rs= 64 , maka didapat nilai
error nya sebagai berikut:
Dengan menggunakan cara perhitungan yang sama, maka didapat hasil sebagai
berikut.
Rs Rumus
No. R1 (Ω) R2 (Ω) Rx (Ω) Rs (Ω) Δ Rs (Ω) Error(%)
(Ω)
100Ω 61Ω 100 39 39
1 10.000Ω 10.000Ω
1.000Ω 2000Ω 1.000 1000 100
100Ω 213Ω 1.000 787 78,7
2 10.000Ω 1.000Ω
1.000Ω 23Ω 10.000 9977 99,7
100Ω 64Ω 10 54 540
3 1.000Ω 10.000Ω
1.000Ω 10Ω 100 90 90
Tabel 4.1 Perhitungan Rangkaian Dasar Wheatstone Bridge
Dari tabel perhitungan diatas dapat dilihat nilai error yang paling kecil adalah 39% dan
yang paling besar adalah 540%. Hal ini disebabkan karena arus yang mengalir tidak stabil
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
atau tidak konstan, serta pembacaan multimeter yang digunakan untuk mengukur nilai dari
tahanan Rs yang disebabkan oleh potensiometer kurang tepat pada saat pengukuran. Pada
hukum ohm terdapat rumus yaitu V = I x R. Rumus ini mempunyai arti yaitu apabila nilai dari
tegangan adalah konstan, maka arus yang terjadi akan berbanding terbalik dengan nilai
hambatan (R). Apabila nilai resistansi dinaikkan, maka arusnya akan menurun begitu pula
apabila nilai resistansi diturunkan, maka arusnya akan naik.
4.2 Perhitungan Rangkaian Pengujian Sensitivitas Wheatstone Bridge
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil percobaan, dapat diketahui cara untuk
menghitung Rs dengan persamaan sebagai berikut:
Sedangkan pada percobaan didapat hasil sebesar Rs= 500 , maka didapat nilai error nya
sebagai berikut:
Dengan menggunakan cara perhitungan yang sama, maka didapat hasil sebagai berikut.
Arus Pada
Rs (pada kondisi
R1 = R2 (Ω) kondisi Rs Rumus Error
setimbang)
setimbang (µA).
100Ω 409 15 µA 1.000 59,1
1kΩ 466 11 µA 1.000 53,4
10kΩ 608 3 µA 1.000 39,2
100kΩ 500 1 µA 1.000 50
Pada tabel 4.2 error akan semakin besar apabila selisih antara Rs (pada saat
setimbang) dengan Rs (pada saat pengukuran) nilai nya besar. Apabila nilai resistansi R1=R2
naik, maka arus yang mengalir akan turun. Hal ini sesuai dengan V= I x R dimana merupakan
rumus dari hukum ohm. Pada keadaan ini nilai tegangannya konstan dimana I berbanding
terbalik dengan R, sehingga apabila nilai resistansi naik, maka arus akan menurun. Begitu
pula sebaliknya. Sehingga sensitivitas wheatstone bridge akan akurat apabila nilai
hambatannya kecil. hambatan yang diberikan pada R1 dan R2 semakin besar (perbedaan
antara Rs saat setimbang dengan Rs pengukurannya besar). Sehingga pada percobaan
wheatstone bridge dapat didapatkan data yang akurat apabila nilai hambatan semakin kecil.
Dapat dilihat dari data tabel 4.2 yaitu terdapat nilai error. Error terkecil bernilai 39,2% dan
nilai error terbesarnya yaitu 59,1%. Hal ini dapat disebabkan oleh pengukuran oleh
multimeter dan potensiometer yang kurang akurat serta arus yang tidak stabil. Dapat diketahui
juga ketika arus mendekati nol, arusnya semakin besar maka sensitivitasnya akan semakin
tinggi. Sebaliknya apabila arusnya semakin kecil maka sensitivitasnya juga akan semakin
kecil.
Dengan menggunakan perhitungan R1 dan R2 yang berbeda dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut.
Sedangkan pada percobaan didapat hasil sebesar Rs= 580 , maka didapat nilai error nya
sebagai berikut:
Dengan menggunakan cara perhitungan yang sama, maka didapat hasil sebagai berikut.
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
Contoh perhitungan menggunakan data Rs ke-4 hasil percobaan rangkaian wheatstone bridge
pada arus AC sebagai berikut:
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
Sedangkan pada percobaan didapat hasil sebesar Rs= 60 , maka didapat nilai error nya
sebagai berikut:
Dengan menggunakan cara perhitungan yang sama, maka didapat hasil sebagai berikut.
Tegangan
Rs
R1(Ω Rs Error(% Keluaran R1/R
R2(Ω) Rx(Ω) Rumu Rs/Rx
) (Ω) ) Setimban 2
s
g (µV)
1000 1000 56 1000 1000 94,4 80 1 0.056
10000 1000 82 1000 10000 99,18 60 10 0.082
1000 10000 50 1000 100 50 50 0.1 0.05
10000 10000 60 1000 1000 94 70 1 0.06
Tabel 4.4 Perhitungan Rangkaian Wheatstone Bridge Pada Arus AC
Pada tabel 4.4, nilai resistansi R2 dengan variasi rasio R1/R2 dan Rs/Rx pada
rangkaian wheatstone bridge berbanding terbalik dengan keseimbangan nilai voltase (mV)
dimana pengukuran ini menggunakan arus AC dari function generator. Apabila Rs/Rx
semakin besar nilainya, maka nilai voltase (mV) akan menurun. Dengan terbentuknya
jembatan wheatstone, maka hambatan menjadi seri. Karena menjadi seri berlaku rumus
Vseri= V1+V2+V3…..+Vn dan berarti nilai tegangan yang melewati setiap hambatan (R1,
R2, Rs, Rx) menjadi berbeda-beda. Jika R1 memiliki nilai yang besar, maka voltasenya pun
semakin besar, begitu pun sebaliknya. Hal ini tentunya sudah sesuai dengan kaidah hukum
ohm V=I.R. Jadi ketika voltasenya besar maka sensitivitaasnya juga besar atau rangkainnya
mudah berubah. Dari data tabel 4.4 error terbesar bernilai 99,18% dan error terkecil bernilai
50%. Adanya error ini kemungkinan disebabkan oleh adanya kurangnya ketelitian pengamat
atau multimeter yang tidak berfungsi dengan baik.
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
BAB IV
ANALISIS DATA
(Samuel Glorio Rivaldo 04211940000012)
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
BAB IV
ANALISIS DATA
4.1 Perhitungan dan Analisis
4.1.1 Rangkaian Dasar Wheatstone Bridge
Nilai Rs dapat dihitiung dengan persamaan Rs = (R₁ . Rx)/R₂
Contoh perhitungan menggunakan hasil data percobaan 1 :
Rsrumus = (10k Ω.10k Ω)/100 Ω = 100 Ω. Pada percobaan kita mendapatkan hasil
100 61
Rs = 61 Ω, maka terdapat error sebesar = X 100% 39% .
100
Dengan cara yang sama, didapatkan data sebagai berikut:
No R1 R2 Rx Rs Rsrumus Error
Dapat dilihat dari data diatas bahwa error pada setiap percobaan yang
dilakukan paling kecil dengan error 39% dan paling besar adalah 540% . Ini dapat
disebabkan karena arus yang mengalir tidak stabil atau tidak konstan, serta pembacaan
multimeter yang digunakan untuk mengukur nilai dari tahanan Rs yang disebabkan
oleh potensiometer kurang tepat pada saat pengukuran. Pada hukum ohm terdapat
rumus yaitu V = I x R. Rumus ini mempunyai arti yaitu apabila nilai dari tegangan
adalah konstan, maka arus yang terjadi akan berbanding terbalik dengan nilai
hambatan (R). Apabila nilai resistansi dinaikkan, maka arusnya akan menurun begitu
pula apabila nilai resistansi diturunkan, maka arusnya akan naik.
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
1000 409
409 Ω, maka terdapat error sebesar = X 100% 59,1% .
1000
Dengan cara yang sama didapatkan data sebagai berikut.
Table 4.2 Perhitungan rangkaian pengujian sensitivitas wheatstone bridge R1=R2
1k Ω 466 Ω 11 1k Ω 53.4 %
100k Ω 500 Ω 1 1k Ω 50 %
Pada tabel 4.2 error akan semakin besar apabila selisih antara Rs (pada saat
setimbang) dengan Rs (pada saat pengukuran) nilai nya besar. Apabila nilai resistansi
R1=R2 naik, maka arus yang mengalir akan turun. Hal ini sesuai dengan V= I x R
dimana merupakan rumus dari hukum ohm. Pada keadaan ini nilai tegangannya
konstan dimana I berbanding terbalik dengan R, sehingga apabila nilai resistansi naik,
maka arus akan menurun. Begitu pula sebaliknya. Sehingga sensitivitas wheatstone
bridge akan akurat apabila nilai hambatannya kecil. hambatan yang diberikan pada R1
dan R2 semakin besar (perbedaan antara Rs saat setimbang dengan Rs pengukurannya
besar). Sehingga pada percobaan wheatstone bridge dapat didapatkan data yang akurat
apabila nilai hambatan semakin kecil. Dapat dilihat dari data tabel 4.2 yaitu terdapat
nilai error. Error terkecil bernilai 39,2% dan nilai error terbesarnya yaitu 59,1%. Hal
ini dapat disebabkan oleh pengukuran oleh multimeter dan potensiometer yang kurang
akurat serta arus yang tidak stabil. Dapat diketahui juga Ketika arus mendekati nol,
arusnya semakin besar maka sensitivitasnya akan semakin tinggi. Sebaliknya apabila
arusnya semakin kecil maka sensitivitasnya juga akan semakin kecil.
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
100 83
terdapat error sebesar = x100% 17% Dengan cara yang sama
100
didapatkan data sebagai berikut.
Pada tabel 4.3, apabila nilai R1 dan R2 semakin besar, dan rasionya semakin
besar, maka arus yang mengalir akan semakin rendah. Hal ini terjadi sesuai dengan
teori pada hukum ohm yaitu V = I x R ( tegangan konstan). Dimana I berbanding
terbalik dengan R, sehingga apabila nilai resistansi dinaikkan, maka arus yang
mengalir akan semakin menurun, begitu pula apabila nilai resistansi diturunkan maka
arus yang mengalir akan semakin naik. Dari data diatas dapat dilihat bahwa nilai error
terbesar adalah 99,2% dan error terkecil adalah 17 %. Error ini mungkin dapat terjadi
akibat arus yang mengalir tidak stabil atau multimeter kurang berfungsi dengan baik.
Untuk sensitivitasnya rasio 1 : 10 mempunyai sensitivitas lebih tinggi dan bernilai
lebih besar apabila dibandingkan dengan rasio 10 : 1.
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
1000 56
56 Ω, maka terdapat error sebesar = x100% 94,4% .
1000
Table 4.4 Rangkaian Wheatstone Bridge pada AC
Tegangan
setimbang
R1 R2 Rs Rx R1/R2 Rs/Rx Rsrumus error
(mV)
1k Ω 1k Ω 56 Ω 1k Ω 80 1 56 1k Ω 94.4 %
10k Ω 10k Ω 60 Ω 1k Ω 70 1 70 1k Ω 94 %
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
Pada tabel 4.4, nilai resistansi R2 dengan variasi rasio R1/R2 dan Rs/Rx pada
rangkaian wheatstone bridge berbanding terbalik dengan keseimbangan nilai voltase (mV)
dimana pengukuran ini menggunakan arus AC dari function generator. Apabila Rs/Rx
semakin besar nilainya, maka nilai voltase (mV) akan menurun. Dengan terbentuknya
jembatan wheatstone, maka hambatan menjadi seri. Karena menjadi seri berlaku rumus
Vseri= V1+V2+V3…..+Vn dan berarti nilai tegangan yang melewati setiap hambatan (R1,
R2, Rs, Rx) menjadi berbeda-beda. Jika R1 memiliki nilai yang besar, maka voltasenya pun
semakin besar, begitu pun sebaliknya. Hal ini tentunya sudah sesuai dengan kaidah hukum
ohm V=I.R. Jadi ketika voltasenya besar maka sensitivitaasnya juga besar atau rangkainnya
mudah berubah. Dari data tabel 4.4 error terbesar bernilai 99,18% dan error terkecil
bernilai 50%. Adanya error ini kemungkinan disebabkan oleh adanya kurangnya
ketelitian pengamat atau multimeter yang tidak berfungsi dengan baik.
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
BAB IV
ANALISIS DATA
BAB IV
ANALISIS DATA
4.1 Perhitungan dan Pembahasan
Adapun perhitungan dan pembahasan praktikum ini sebagai berikut.
4.1.1. Perhitungan Rangkaian Dasar Wheatstone Bridge
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil percobaan, dapat diketahui cara untuk
menghitung Rs dengan persamaan sebagai berikut:
Sedangkan pada percobaan didapat hasil sebesar Rs= 2k , maka didapat nilai
error nya sebagai berikut:
Dengan menggunakan cara perhitungan yang sama, maka didapat hasil sebagai berikut.
Rs Rumus
No. R1 (Ω) R2 (Ω) Rx (Ω) Rs (Ω) Δ Rs (Ω) Error
(Ω)
Sedangkan pada percobaan didapat hasil sebesar Rs= 466 , maka didapat nilai
error nya sebagai berikut:
Dengan menggunakan cara perhitungan yang sama, maka didapat hasil sebagai berikut.
Arus Pada
Rs (pada kondisi
R1 = R2 (Ω) kondisi Rs Rumus Error
setimbang)
setimbang (µA).
100Ω 409 15 µA 1.000 59.1%
1kΩ 466 11 µA 1.000 53.4%
10kΩ 608 3 µA 1.000 39.2%
Sedangkan pada percobaan didapat hasil sebesar Rs= 98 , maka didapat nilai
error nya sebagai berikut:
Dengan menggunakan cara perhitungan yang sama, maka didapat hasil sebagai berikut.
Dari tabel 4.3 data yang didapat bisa dianalis dengan rumus tegangan, V=I.R,
nilai tegangan berbanding lurus dengan nilai kuat arus dan nilai hambatan, sedangkan
nilai kuat arus berbdanding terbalik dengan nilai hambatan. Hal ini sesuai dengan hasil
data pada tabel 4.3 dengan nilai tegangan konstan dan nilai rasio hambatan semakin
besar, maka nilai Rs nya semakin besar sedangkan kuat arusnya berbanding terbalik
yaitu menjadi turun.
Untuk perhitungan errornya bervariasi ada yang dibawah 30%, ada yang diatas
50%, dan ada yang diatas 1000%. Hal ini dikarenakan multimeter yang kurang baik
dan arus yang kurang stabil.
Sedangkan pada percobaan didapat hasil sebesar Rs= 82 , maka didapat nilai
error nya sebagai berikut:
Dengan menggunakan cara perhitungan yang sama, maka didapat hasil sebagai
berikut.
Setimbang
(µV)
1000 1000 56 1000 1000 94.4% 80 1 56
10000 1000 82 1000 10000 99.18% 60 10 82
1000 10000 50 1000 100 50% 50 0.1 50
10000 10000 60 1000 1000 94% 70 1 60
Tabel 4.4 Prehitungan Rangkaian Wheatstone Bridge Pada Arus AC
Dari data yang didapat dari perhitungan pada tabel 4.4 nilai Resistansi R s
dengan variasi rasio R1/R2 dan Rs/Rx pada rangkaian wheatstone bridge dengan arus
AC dari function generator berbanding lurus dengan kesetimbangan nilai voltase (mV)
pada rangkaian. Akibatnya, jika rasio semakin besar maka nilai R s semakin besar maka
nilai voltasenya (µV) semakin besar juga.
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
BAB IV
ANALISIS DATA
(Salsabila Putri Giafi 04211940000029)
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
Rs
Δ Rs
No. R1 (Ω) R2 (Ω) Rx (Ω) Rs (Ω) Rumus Error
(Ω)
(Ω)
100Ω 61 100 39 39%
1 10.000Ω 10.000Ω
1.000Ω 2000 1.000 1000 100%
100Ω 213 1.000 787 78.7%
2 10.000Ω 1.000Ω
1.000Ω 23 10.000 9977 99.77%
100Ω 64 10 54 540%
3 1.000Ω 10.000Ω
1.000Ω 10 100 90 90%
Tabel 4.1 Perhitungan Rangkaian Dasar Wheatstone Bridge
Dari tabel 4.1 dapat dilihat jika nilai yang diperoleh dari praktikum Wheatsone bridge
nilai error tertingginya adalah sebesar 540% dan nilai error terendah adalah sebesar 39%.
Ini dapat disebabkan karena arus yang mengalir tidak stabil atau tidak konstan, serta
pembacaan multimeter yang digunakan untuk mengukur nilai dari tahanan Rs yang
disebabkan oleh potensiometer kurang tepat pada saat pengukuran. Pada hukum ohm
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
terdapat rumus yaitu V = I x R. Rumus ini mempunyai arti yaitu apabila nilai dari
tegangan adalah konstan, maka arus yang terjadi akan berbanding terbalik dengan nilai
hambatan (R). Apabila nilai resistansi dinaikkan, maka arusnya akan menurun begitu
pula apabila nilai resistansi diturunkan, maka arusnya akan naik.
4.1.2 Perhitungan Rangkaian Pengujian Sensitivitas Wheatstone Bridge
Nilai Rs dapat dihitung dengan :
Rs = Rx = 1000 Ω
Error = (∆Rs/Rs) x 100%
Contoh perhitungan menggunakan hasil data percobaan tabel nomor 4 :
Pada percobaan nilai Rs didapat sebesar 1000 Ω
maka terdapat error sebesar = (500/1000) x 100% = 50%.
Dengan cara yang sama, didapatkan data-data sebagai berikut.
akan semakin tinggi. Sebaliknya apabila arusnya semakin kecil maka sensitivitasnya juga
akan semakin kecil.
Pada saat nilai R1 berbeda dengan R2
Begitu juga dengan perhitungan R₁ serta R₂ yang nilainya berbeda. Dapat dihitung
dengan metode berikut:
Rs = (R₁ x Rx)/R₂ dengan nilai Rx sesuai dengan rasio R1:Rx
Error = (∆Rs/Rs) x 100%
Contoh perhitungan menggunakan hasil data percobaan nomor 5 :
Rs = (100.000 Ω x 1000 Ω)/ 1000 Ω
= 100.000 Ω.
Sedangkan pada percobaan didapat hasil Rs = 800 Ω, maka terdapat error sebesar =
((100.000-800)/100.000) x 100% = 99,2%
Dengan cara yang sama, didapatkan data-data sebagai berikut
diturunkan maka areus yang mengalir akan semakin naik. Dari data diatas dapat
dilihat bahwa nilai error terkecil adalah 17% dan error terbesar adalah 99,2%.
Error ini mungkin dapat terjadi akibat arus yang mengalir tidak stabil atau
multimeter kurang berfungsi dengan baik.
Pada tabel 4.4, nilai resistansi R2 dengan variasi rasio R1/R2 dan Rs/Rx pada rangkaian
wheatstone bridge berbanding terbalik dengan keseimbangan nilai voltase (mV) dimana
pengukuran ini menggunakan arus AC dari function generator. Apabila Rs/Rx semakin besar
nilainya, maka nilai voltase (mV) akan menurun. Dengan terbentuknya jembatan wheatstone,
maka hambatan menjadi seri. Karena menjadi seri berlaku rumus Vseri= V1+V2+V3…..+Vn
dan berarti nilai tegangan yang melewati setiap hambatan (R1, R2, Rs, Rx) menjadi berbeda-
beda. Jika R1 memiliki nilai yang besar, maka voltasenya pun semakin besar, begitu pun
sebaliknya. Hal ini tentunya sudah sesuai dengan kaidah hukum ohm V=I.R. Jadi ketika
voltasenya besar maka sensitivitaasnya juga besar atau rangkainnya mudah berubah. Dari data
tabel 4.4 error terbesar bernilai 99,18% dan error terkecil bernilai 50%. Adanya error ini
kemungkinan disebabkan oleh adanya kurangnya ketelitian pengamat atau multimeter yang
tidak berfungsi dengan baik.
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
BAB IV
ANALISIS DATA
FARHAN FATHURAKHMAN
04211940000097
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
BAB IV
ANALISIS DATA
4.3 Perhitungan dan Pembahasan
Berikut adalah perhitungan dan pembahasan praktikum Wheatstone Bridge
4.1.3. Perhitungan Rangkaian Dasar Wheatstone Bridge
Menurut data yang telah diperoleh dari percobaan, dapat kita ketahui bagaimana
cara untuk menghitung Rs dengan persamaan berikut:
Rs Rumus Δ Rs
No R1 (Ω) R2 (Ω) Rx (Ω) Rs (Ω) (Ω) (Ω) Error
39%
100 61 100 39
100%
1 10000 10000 1000 2000 1000 1000
78.7%
100 213 1000 787
99.77%
2 10000 1000 1000 23 10000 9977
540%
100 64 10 54
90%
3 1000 10000 1000 10 100 90
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
Tetapi pada percobaan hasil yang diperoleh adalah sebesar Rs= 608Ω, sehingga
diperoleh nilai errornya sebagai berikut :
Error = (608Ω /1000 Ω) x 100% = 39.2%
Dengan memakai cara yang sama, jadi diperoleh hasil sebagai berikut.
Δ Rs
R1=R2(Ω) Rs pada kondisi setimbang Arus pada keadaan setimbang Rx Rs rumus (Ω) Error
59.1%
100 409 15 1000 1000 591
53.4%
1000 466 11 1000 1000 534
39.2%
10000 608 3 1000 1000 392
50%
100000 500 1 1000 1000 500
Tabel 4.2 Perhitungan rangkaian pengujian sensitivitas wheatstone bridge
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
Pada tabel 4.2 error akan semakin besar apabila selisih antara Rs (pada saat setimbang)
dengan Rs (pada saat pengukuran) nilai nya besar. Apabila nilai resistansi R1=R2 naik, maka
arus yang mengalir akan turun. Hal ini sesuai dengan V= I x R dimana merupakan rumus dari
hukum ohm. Pada keadaan ini nilai tegangannya konstan dimana I berbanding terbalik dengan
R, sehingga apabila nilai resistansi naik, maka arus akan menurun. Begitu pula sebaliknya.
Sehingga sensitivitas wheatstone bridge akan akurat apabila nilai hambatannya kecil.
hambatan yang diberikan pada R1 dan R2 semakin besar (perbedaan antara Rs saat setimbang
dengan Rs pengukurannya besar). Sehingga pada percobaan wheatstone bridge dapat
didapatkan data yang akurat apabila nilai hambatan semakin kecil. Dapat dilihat dari data
tabel 4.2 yaitu terdapat nilai error. Error terkecil bernilai 39,2% dan nilai error terbesarnya
yaitu 59,1%. Hal ini dapat disebabkan oleh pengukuran oleh multimeter dan potensiometer
yang kurang akurat serta arus yang tidak stabil. Dapat diketahui juga ketika arus mendekati
nol, arusnya semakin besar maka sensitivitasnya akan semakin tinggi. Sebaliknya apabila
arusnya semakin kecil maka sensitivitasnya juga akan semakin kecil.
Tetapi pada percobaan hasil yang diperoleh adalah sebesar Rs= 83Ω, sehingga
diperoleh nilai errornya sebagai berikut :
((1000-580)/1000) x 100% = 42%
Dengan memakai cara yang sama, jadi diperoleh hasil sebagai berikut.
Dengan menggunakan cara perhitungan yang sama, maka didapat hasil sebagai
berikut.
BAB V
KESIMPULAN
(ANGGORO REZA A 04211940000009)
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini sebagai berikut.
1. Wheatstone bridge merupakan metode pengukuran tahanan listrik untuk mengetahui
suatu nilai tahanan yang belum diketahui nilainya dengan ketelitian yang tinggi
karena dapat mengukur perubahan hambatan yang sangat kecil pada penghantar.
2. Cara menghitung hambatan menggunakan rangkaian wheatstone bridge dapat
menggunakan persamaan berikut.
Apabila harga R1 dan R2 konstan dan nilai Rx semakin besar maka Rs semakin besar
juga.
3. Dengan rumus tegangan, V=I.R, nilai tegangan berbanding lurus dengan nilai kuat
arus dan nilai hambatan, sedangkan nilai kuat arus berbdanding terbalik dengan nilai
hambatan. Dengan nilai tegangan konstan dan nilai rasio hambatan semakin besar,
maka nilai Rs nya semakin besar sedangkan kuat arusnya berbanding terbalik yaitu
menjadi turun.
4. Pada rangkaian wheatstone bridge dengan arus AC dari function generator
berbanding lurus dengan kesetimbangan nilai voltase (µV) pada rangkaian.
Akibatnya, jika rasio semakin besar maka nilai Rs semakin besar maka nilai
voltasenya (µV) semakin besar juga.
5. Aplikasi rangkaian wheatstone bridge di bidang non-marine contohnya adalah untuk
mengukur regangan pada benda uji, mengukur resistansi pada lampu pijar, dan
mendeteksi resistor yang rusak. Dan untuk contoh di bidang marine adalah photo
sensor, aplikasi jembatan wheatstone pada sensor, dan fry counter.
5.2 Saran
BAB V
KESIMPULAN
(Samuel Glorio Rivaldo 04211940000012)
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini sebagai berikut.
1. Wheatstone bridge merupakan metode pengukuran tahanan listrik untuk
mengetahui suatu nilai tahanan yang belum diketahui nilainya dengan
ketelitian yang tinggi karena dapat mengukur perubahan hambatan yang sangat
kecil pada penghantar.
2. Cara menghitung hambatan menggunakan rangkaian wheatstone bridge dapat
menggunakan persamaan berikut.
R xR
Rs 1 x
R2
Apabila harga R1 dan R2 konstan dan nilai Rx semakin besar maka Rs semakin
besar juga.
3. Pada percobaan sensitivitas wheatstone bridge, dengan rasio yang sama arus
yang terbaca dalam percobaan berbeda. Besar kuat arus berbanding terbalik
dengan besar nilai resistansi. Jika resistensi semakin besar maka nilai arus
semakin kecil, sesuai dengan rumus V = I.R ( pada kasus ini, nilai tegangan
(V) konstan).
4. Pada rangkaian wheatstone bridge dengan arus AC dari function generator
berbanding lurus dengan kesetimbangan nilai voltase (µV) pada rangkaian.
Akibatnya, jika rasio semakin besar maka nilai R s semakin besar maka nilai
voltasenya (µV) semakin besar juga.
5.2 Saran
1. Sebaiknya jadwal praktikum elektronika kapal dibuat tidak langsung 3 hari
sekaligus karena jadwal perkuliahan mahasiswa yang padat ditambah lagi
memasuki pekan Evaluasi Tengah Semester.
2. Penggunaan aplikasi circuit wizard dalam praktikum online masih kurang
dalam menunjang praktikum, sebaiknya perlu dibuat video tutorial praktikum
secara langsung agar mahasiswa lebih tau tentang alat-alat yang digunakan
dalam praktikum
3. Dapat dilakukan Praktikum lebih lanjut tentang Wheatstone Bridge
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
BAB V
KESIMPULAN
(RENGGA FIRMAN WARDANA)
04211940000017
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini sebagai berikut.
1. Wheatstone bridge merupakan metode pengukuran tahanan listrik untuk
mengetahui suatu nilai tahanan yang belum diketahui nilainya dengan
ketelitian yang tinggi karena dapat mengukur perubahan hambatan yang sangat
kecil pada penghantar.
2. Cara menghitung hambatan menggunakan rangkaian wheatstone bridge dapat
menggunakan persamaan berikut.
Apabila harga R1 dan R2 konstan dan nilai Rx semakin besar maka Rs semakin
besar juga.
3. Dengan rumus tegangan, V=I.R, nilai tegangan berbanding lurus dengan nilai
kuat arus dan nilai hambatan, sedangkan nilai kuat arus berbdanding terbalik
dengan nilai hambatan. Dengan nilai tegangan konstan dan nilai rasio
hambatan semakin besar, maka nilai Rs nya semakin besar sedangkan kuat
arusnya berbanding terbalik yaitu menjadi turun.
4. Pada rangkaian wheatstone bridge dengan arus AC dari function generator
berbanding lurus dengan kesetimbangan nilai voltase (µV) pada rangkaian.
Akibatnya, jika rasio semakin besar maka nilai R s semakin besar maka nilai
voltasenya (µV) semakin besar juga.
5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum ini yaitu, sebaiknya jadwal praktikum
elektronika kapal dibuat tidak langsung 3 hari sekaligus karena jadwal perkuliahan
mahasiswa yang padat ditambah lagi memasuki pekan Evaluasi Tengah Semester.
Penggunaan aplikasi circuit wizard dalam praktikum online masih kurang dalam
menunjang praktikum, sebaiknya perlu dibuat video tutorial praktikum secara
langsung agar mahasiswa lebih tau tentang alat-alat yang digunakan dalam praktikum.
Semoga tahun depan dapat melakukan praktikum Offline karena bisa langsung tau
seperti apa alat aslinya karena di virtual dengan asli pasti berbeda.
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
BAB V
KESIMPULAN
(SALSABILA PUTRI GIAFI
04211940000029)
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan wheatstone bridge, maka akan didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Wheatstone bridge atau yang lebih dikenal sebagai jembatan wheatstone adalah alat
elektronika yang digunakan untuk mengetahui nilai suatu tahanan/hambatan yang belum
diketahui besarnya.
2. Wheatstone bridge merupakan metode pengukuran listrik dengan ketelitian yang tinggi.
3. Cara untuk menghitung hambatan memakai rangkaian Wheatstone Bridge dapat memakai
persamaan seperti ini.
Jika harga R1 dan R2 tetap dan nilai Rx semakin besar maka Rs akan semakin besar juga.
4. Nilai resistansi Rs yang diukur dengan potensiometer pada rangkaian wheatstone bridge
berbanding lurus dengan nilai Rx.
5. Dalam keadaan setimbang, nilai Rs berbanding terbalik dengan arus yang melalui
rangkaian jembatan (µA) dengan variasi rasio R1 dan R2 pada rangkaian wheatstone
bridge dan sesuai dengan teori hukum ohm V = I x R, dimana apabila rasio semakin besar,
maka nilai Rs akan semakin besar pula. Akan tetapi nilai arus yang dihasilkan akan
semakin kecil (µA).
6. Untuk mengukur nilai resistansi Rs dengan variasi rasio R1/R2 dan Rs/Rx pada rangkaian
wheatstone bridge yaitu dengan menggunakan arus AC dari function generator. Dalam hal
ini nilai resistansi Rs dengan variasi R1/R2 dan Rs/Rx berbanding terbalik dengan
keseimbangan nilai voltase (mV) pada rangkaian. Jika nilai rasio resistansi semakin besar
maka nilai voltasenya (mV) akan semakin kecil. Sehingga tidak sesuai dengan hukum
ohm V = I x R dimana nilai resistansi yang harusnya naik diikuti dengan tegangan yang
semakin besar pula.
5.2 Saran
1. Dalam pelaksanaan praktikum, diharapkan para praktikan lebih memperhatikan tentang
ketelitian dari percobaan yang telah dilaksanakan, terutama dalam penggunaan
multimeter dan potensiometer.
2. Keterbatasan waktu sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan praktikum ini. Maka
diharapkan kepada grader untuk memberikan waktu (deadline) yang cukup panjang
sehingga pengerjaan praktikum akan semakin optimal.
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
BAB V
KESIMPULAN
FARHAN FATHURAKHMAN
04211940000097
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
BAB V
KESIMPULAN
5.3 Kesimpulan
Berikut kesimpulan yang telah didapat pada praktikum ini.
5. Wheatstone Bridge adalah cara pengukuran tahanan listrik untuk mengetahui
suatu nilai tahanan yang belum diketahui nilainya dengan ketelitian yang tinggi
karena dapat mengukur perubahan hambatan yang sangat kecil pada
penghantar.
6. Cara untuk menghitung hambatan memakai rangkaian Wheatstone Bridge
dapat memakai persamaan seperti ini.
Jika harga R1 dan R2 tetap dan nilai Rx semakin besar maka Rs akan semakin
besar juga.
7. Dengan rumus tegangan, V=I.R, nilai tegangan berbanding lurus dengan nilai
kuat arus dan nilai hambatan, sebaliknya nilai kuat arus berbanding terbalik
dengan nilai hambatan. Dengan nilai tegangan yang konstan dan nilai rasio
hambatan yang terus semakin besar, sehingga nilai Rs nya semakin besar pula,
sebaliknya kuat arusnya akan berbanding terbalik, yaitu menjadi turun.
8. Di rangkaian Wheatstone Bridge yang memakai arus AC dari Function
Generator berbanding lurus dengan kesetimbangan nilai voltase ( µV) pada
rangkaian. Dampaknya, jika rasio semakin besar hingga nilai R s semakin besar
maka nilai voltasenya (µV) terus menjadi besar juga.
5.4 Saran
Beberapa saran untuk praktikum Wheatstone Bridge adalah untuk waktu
praktikumnya lebih baik tidak saat minggu ETS karena ada banyak deadline yang
perlu diselesaikan dan untuk langkah-langkah serta alat-alatnya mungkin bisa
dibuatkan videonya supaya praktika dapat memahami secara lebih.
LAMPRAN
Lampiran 1. Tabel pengamatan
TABEL
PENGAMATAN
WHEATSTONE
BRIDGE
Kelompok :3
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com
HASIL PERCOBAAN
setimbang (µA)
100Ω 1kΩ 1:10 83 13
10kΩ
1kΩ 1:10 98 10
100Ω 10kΩ 1:100 10 14
1kΩ 100kΩ 1:100 15 10
1kΩ 100Ω 10:1 580 25
10kΩ 1kΩ 10:1 720 14
10kΩ 100Ω 100:1 600 5
100kΩ 1kΩ 100:1 800 3
Tanda Tangan :
Lampiran 2
LABORATORIUM LISTRIK KAPAL DAN OTOMATISASI
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo Gd. WA Lt. 3, Surabaya 60111
Telp. 031 599 4251 ext. 28
Fax. 031 599 4757
Email. itsmeaslaboratory@gmail.com