Nia Angraini Putri 143110258 - Dikonversi
Nia Angraini Putri 143110258 - Dikonversi
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, yang dengan Nama-Nya bumi
dihamparkan yang dengan Namanya langit ditinggikan. Segala puji bagi Allah
SWT Sang Maha Cahaya Penguak Hidayah yang semua jiwa digenggam-Nya.
kasih sayang-Mu yang mulia, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis
Oksigenasi Pada Pasien PPOK di Ruang VI Paru Rumah Sakit TK III Dr.
Reksodiwiryo Padang”.
bantuan dan masukan dari berbagai pihak, dan pada kesempatan ini penulis ingin
semangat, do’a restu dan kasih sayang. Tiada kata yang dapat Ananda
utarakan selain do’a semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan
kekurangan dan masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu peneliti mengharapkan
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khusunya profesi keperawatan.
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBARAN PENGESAHAN...........................................................................ii
KATA PENGANTAR….....................................................................................iii
LEMBARAN ORINSINALITAS…....................................................................v
LEMBARAN PERSETUJUAN….......................................................................vi
ABSTRAK….......................................................................................................vii
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR….......................................................................................x
DAFTAR TABEL................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah…................................................................................6
C. Tujuan Penelitian….................................................................................6
D. Manfaat Penelitian…...............................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
A. Latar Belakang
Data prevalensi PPOK yang terkait dengan usia dan merokok bervariasi
pada setiap negara di seluruh dunia. Berdasarkan pada kriteria yang
ditetapkan oleh British Thoracic Society (BTS) prevalensi PPOK sebesar
7,6%, sedangkan menurut Europe Respiratory Society (ERS) dan Global
Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) prevalensinya
berkisar antara 14% sampai 14,1%. Menurut WHO 2015, PPOK yang saat
ini merupakan penyebab kematian ke-5 di seluruh dunia dan diperkirakan
akan menjadi penyebab kematian ke-3 pada tahun 2020 (Murray, 2010).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Aplikatif
b. Bagi Peneliti
a. Bagi Institusi
Data dan hasil yang diperoleh dari laporan karya tulis ilmiah ini
PPOK.
c. Bagi Penelitian
2. Konsep Oksigenasi
a. Pengertian Oksigenasi
b. Proses Oksigenasi
3) Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke
jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses
transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk
oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan
CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin
(30%), larut dalam plasma (5%), dan sebagian menjadi HCO3
yang berada dalam darah (65%). Transportasi gas dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah jantung (cardiac
output), kondisi pembuluh darah, latihan (exercise), perbandingan
sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta
eritrosit dan kadar Hb. (Alimul Hidayat, 2009).
c. Terapi Oksigenasi
secara rawat jalan atau rawat inap, unit gawat darurat, atau ruang ICU
(PDPI, 2009).
(bronkosol, bronkometer)
b) Pada PPOK derajat berat yaitu terapi oksigen di rumah pada waktu
aktivitas atau terus menerus selama 15 jam terutama pada waktu tidur,
3) Ventilasi Mekanik
dan ke arah kanan untuk membersihkan paru bagian kiri dan kanan.
bersih.
2008).
e. Pemeriksaan diagnostic
1) Radiologi Thoraks foto (AP dan lateral)
Menunjukkan adanya hiperinflasi paru, pembesaran jantung, dan
bendungan area paru. Pada emfisema paru didapatkan diafragma
dengan letak yang rendah dan mendatar.
2) Bronkografi
Menunjukkan dilatasi bronkus, kolap bronkhiale pada ekspirasi
kuat.
3) Pengukuran Fungsi Paru
Kapasitas inspirasi menurun, volume residu meningkat pada
emfisema, bronchitis, dan asma.
4) Analisa Gas Darah
PaO2 menurun, PCO2 meningkat, sering menurun pada asma.
Nilai pH normal, asidosis, alkalosis, respiratorik ringan sekunder.
5) Angiografi
Pemeriksaan ini untuk membantu menegakkan diagnosis tentang
keadaan paru, emboli atau tumor paru, aneurisma, emfisema,
kelainan congenital.
6) Radio Isotop
Bertujuan untuk menilai lobus paru, melihat adanya emboli paru.
Ventilasi scanning untuk mendeteksi ketidaknormalan ventilasi,
misalnya pada emfisema.
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan
b) Airway
Management
a) Posisikan
pasien untuk
memaksimalk
an ventilasi
b) Lakukan
fisioterapi
dada bila perlu
c) Keluarkan
sekret dengan
batuk atau
suction
d) Auskultasi
suara napas,
catat bila ada
suara
tambahan
e) Berikan
bronkodilator
bila perlu
Poltekkes
Kemenkes
Padang
f) Monitor status
respirasi dan
status O2
c) Respiratory
Monitoring
a. Monitor pola
napas, irama,
kedalaman dan
usaha napas
b. Perhatikan
gerakan dan
kesimetrisan,
menggunakan
otot bantu, dan
adanya
retraksi otot
intercostals
dan
supraclavicula
r
c. Monitor bunyi
napas,
misalnya
mendengkur
d. Monitor pola
napas
e. Catat lokasi
trakea
f. Auskultasi
bunyi napas,
catat
peningkatan
ventilasi
g. Monitor
saturasi
oksigen
h. Monitor
kemampuan
pasien dalam
batuk efektif
2. Gangguan pertukaran NOC NIC
gas Respiratory status: gas Respiratory
Definisi: kelebihan atau exchange Monitoring
defisit oksigenasi Setelah dilakukan a. Monitor pola
dan/atau eliminasi asuhan keperawatan napas, irama,
karbondioksida pada didapatkan kedalaman dan
membran alveolar- Kriteria Hasil: usaha napas
kapiler. a. Mendemonstrasikan b. Perhatikan
peningkatan gerakan dan
Batasan Karakteristik: ventilasi dan kesimetrisan,
a. Dispnea oksigenasi yang menggunakan
b. Gas darah arteri adekuat otot bantu, dan
abnormal Respiratory status: adanya retraksi
c. Gelisah ventilation otot intercostals
d. Hiperkapnia Kriteria Hasil: dan
e. Hipoksemia a. Memelihara supraclavicular
f. Hipoksia kebersihan paru- c. Monitor bunyi
g. Napas cuping paru dan bebas napas, misalnya
hidung dari tanda-tanda mendengkur
h. Penurunan distress d. Monitor pola
karbondioksida pernapasan napas
i. pH arteri abnormal b. Mendemonstrasika e. Catat lokasi
j. Pola pernapasan n batuk efektif dan trakea
abnormal (mis; suara napas yang f. Auskultasi
kecepatan, irama, bersih, tidak ada bunyi napas,
kedalaman) sianosis dan catat
k. Sianosis dypsneu (mampu peningkatan
l. Takikardia mengeluarkan ventilasi
sputum, mampu g. Monitor
Faktor yang bernapas dengan saturasi oksigen
berhubungan: mudah, tidak ada h. Monitor
g) Ketidakseimbanga pursed lips) kemampuan
n ventilasi perfusi pasien dalam
h) Perubahan Vital sign status batuk efektif
membrane Tanda-tanda vital
alveolar kapiler dalam normal Oxygen Therapy
a) Periksa mulut,
hidung, dan
sekret trakea b)
Pertahankan jalan
napas yang paten
c) Atur peralatan
oksigenasi d)
Monitor aliran
oksigen
c) Vital Sign
Monitoring
Respiratory
Monitoring
a. Monitor TD,
nadi, suhu, dan
RR
b. Monitor vital
sign saat pasien
berbaring,
duduk, dan
berdiri
c. Auskultasi TD
pada kedua
lengan dan
bandingkan
d. Monitor TD,
nadi, RR,
sebelum,
selama, dan
setelah aktivitas
e. Monitor
kualitas dari
nadi
f. Monitor
frekuensi dan
irama
pernapasan
g. Monitor pola
pernapasan
abnormal
h. Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban
kulit
i. Monitor
sianosis perifer
j. Monitor adanya
cushling triad
(tekanan nadi
yang melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
k. Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign Ketid
3. Ketidakefektifan pola NOC: NIC
napas Respiratory status: Oxygen Therapy
Definisi: Ventilation
inspirasi a. Periksa mulut,
dan/atau ekspirasi yang Setelah dilakukan hidung, dan
tidak member ventilasi tindakan keperawatan sekret trakea
adekuat. didapatkan b. Pertahankan
Kriteria Hasil: jalan napas yang
Batasan karakteristik: a. Mendemonstrasikan paten
a. Bradipnea batuk efektif dan c. Atur peralatan
b. Dispnea suara napas yang oksigenasi
c. Fase ekspirasi bersih, tidak ada d. Monitor aliran
memanjang sianosis dan dyspneu oksigen
d. Ortopnea (mampu e. Pertahankan
e. Penggunaan otot mengeluarkan posisi pasien
bahu pernapasan sputum, mampu f. Observasi tanda-
f. Penurunan tekanan bernapas dengan tanda
ekspirasi mudah, tidak ada hipoventilasi
g. Penurunan tekanan pursed lips) g. Monitor adanya
inspirasi kecemasan
h. Pernapasan bibir Respiratory status: pasien terhadap
i. Pernapasan cuping Airway patency oksigenasi
hidung a. Menunjukkan jalan
j. Pola napas napas yang paten Vital Sign Status
abnormal (mis; (klien tidak merasa a. Monitor TD,
irama, frekuensi, tercekik, irama nadi, suhu, dan
kedalaman) napas, frekuensi RR
k. Takipnea pernapasan dalam b. Monitor vital
rentang normal, sign saat
faktor yang tidak ada suara
Berhubungan: napas abnormal)
a. Hiperventilasi Vital Sign Status
b. Keletihan otot a. Tanda-tanda vital
pernapasan dalam rentang
c. Sindrom normal (tekanan
hipoventilasi darah, nadi,
pernapasan)
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Desain
penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan
tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan objektif. Metode
penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab
permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang (Setiadi,2007).
Desain Penelitian deskriptif dilakukan pada satu kasus yaitu penerapan asuhan
keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien dengan
Penyakit Paru Obstruktif Kronis di Ruang VI Paru Rumah Sakit TK III Dr.
Reksodiwiryo Padang Tahun 2017.
F. Jenis-jenis data
1. Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien seperti
pengkajian kepada pasien meliputi : identitas pasien, riwayat kesehatan
pasien, pola aktifitas pasien sehari-hari dirumah dan pemeriksaan fisik
etrhadap pasien.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh langsung
dari rekam medic, serta dari dokumentasi di ruang Inap Paru RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Data sekunder umumnya berupa bukti, data penunjang,
catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang tidak
dipublikasikan.
H. Rencana Analisis
Rencana analisa yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis
semua teman pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep
dan teori keperawatan pada pasein dengan PPOK (Penyakit Paru Obstruksi
Kronis). Data yang telah didapatkan dari hasil melakukan asuhan keperawatan
melalui dari pengkajian, penegakan diagnose, merencakan tindakan,
melakukan tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasi dan
dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan dengan kasus Gangguan
pemenuhan oksigenasi pada pasein PPOK. Analisa yang dilakukan adalah
untuk menentukan apakah ada kesesuaian antara teori yang ada dengan
kondisi pasien.
Data didapatkan berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan dengan metode
pengumpulan data dengan teknik wawancara. Analisa data dilakukan
berdasarkan data-data yang telah diperoleh kemudian dikelompokkan menjadi
data subjektif dan objektif. Hasil analisa data tersebut kemudian dirumuskan
menjadi diagnosis keperawatan sesuai dengan panduan Nursing American
Diagnisis (NANDA), dilanjutkan dengan menyusun intervensi keperawatan,
melaksanakan implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Setelah
didapatkan hasil pengkajian, perumusan diagnosis dan intervensi, serta
pelaksanaan implementasi dan evaluasi, peneliti kemudian membandingkan
hasil tersebut dengan konsep asuhan keperawatan teoritis
BAB IV
A. Deskripsi Kasus
1. Pengkajian
Tn.M (Partisipan 1) berumur 67 tahun datang ke IGD RS TK. III Dr.
Reksodiwiryo Padang pada tanggal 2 Juni 2017 pukul 17.30 WIB melalui
IGD dengan keluhan sesak nafas(+) sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit, demam (+). Pasien datang ke Rumah Sakit dengan anaknya, dengan
x/menit, suhu :37,3 0C. pasien di diagnose dengan penyakit PPOK. Pada
saat dilakukan pengkajian pada tanggal 3 Juni 2017, pasien tampak lemah,
sesak dan sesak akan bertambah saat melakukan aktivitas dan saat tidur,
Reksodiwiryo Padang pada tanggal 2 Juni 2017 pukul 17.35 WIB melalui
lebih kurang 2 jam sebelum dibawa ke rumah sakit, bunyi menciut (+),
batuk (+) Sudah 3 hari yang lalu, pilek (-), serta nyeri di ulu hati (+).Pasien
pengkajian pada tanggal 3 Juni 2017, pasien tampak lemah, pasien tidak
mengatakan batuk dan juga berdahak. Metode penelitian ini yaitu dengan
Tabel 4.1
Pengkajian Deskripsi Kasus
2. Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.2
Diagnosa Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Berdasarkan hasil pengkajian, Berdasarkan hasil pengkajian,
masalah keperawatan yang muncul masalah keperawatan yang
pada Tn. M diantaranya ketidak muncul pada Tn.M diantaranya
efektif besehan jaklan nafas Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan dengan berhubungan dengan perubahan
peningkatan produksi mucus yang membrane alveolar-kapiler yang
ditandai dengan a) pasien ditandai dengan a) pasien
mengatakan batuk, b) batuk mengatakan sesak nafas,
berdahak dan sulit untuk
dikeluarkan c) pasien mengeluh Diagnosa yang kedua yaitu,
sesak nafas dengan frekuensi Intoleransi aktivitas
pernafasan 24 kali permenit berhubungan dengan
(normal 16 - 20 kali permenit) d) ketidakseimbangan
pasien mengatakan badannya terasa antara suplai
lemah. dengan kebutuhan oksigen yang
ditandai dengan yang ditandai
Diagnosa yang kedua yaitu dengan a) pasien mengatakan
Gangguan pertukaran gas sesak nafas dan sesak
berhubungan dengan perubahan meningkat bila
membrane alveolar-kapiler yang beraktifitas. b) pasien mengeluh
ditandai dengan a) pasien badan terasa lemas
mengatakan sesak nafas,
Diagnosa yang ketiga yaitu
Diagnosa yang keempat yaitu Ketidakefektifan bersihan jalan
Intoleransi aktivitas berhubungan nafas berhubungan dengan
dengan ketidakseimbangan antara peningkatan produksi mucus
suplai dengan kebutuhan oksigen yang ditandai dengan a) pasien
yang ditandai dengan a) pasien batuk, b) batuk berdahak dan
mengatakan sesak nafas dan sesak sulit untuk dikeluarkan c) sesak
meningkat bila beraktifitas. b) nafas dengan frekuensi
pasien mengeluh badan terasa pernafasan 27 kali permenit
lemas (normal 16 - 20 kali permenit).
3. Intervensi Keperawatan
pada table diatas, maka peneliti dapat merumuskan tindakan yang akan
Table 4.3
Intervensi Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Setelah dilakukan penegakkan Setelalah dilakukan penegakkan
diagnosa keperawatan, intervensi diagnosa keperawatan,
yang direncanakan untuk mengatasi intervensi yang direncanakan
masalah ketidakefektifan bersihan untuk mengatasi masalah
jalan nafas mempunyai tujuan gangguan pertukaran gas
menurut Nic dan Noc yaitu dengan tujuan Respiratory
respiratory status: ventilation status: gas exchange dengan
dengan kriteria hasil menurut kriteria hasil mendemonstrasikan
mendemonstrasikan batuk efektif peningkatan ventilasi dan
dan suara nafas yang bersih, tidak oksigenasi yang adekuat.
ada sianosis dan dyspneu. Respiratory status: ventilation
Respiratory status: airway patency dengan kriteria hasil memelihara
dengan Kriteria Hasil: kebersihan paru-paru dan bebas
Menunjukkan jalan nafas yang dari tanda-tanda distress
paten. Mampu mengidentifikasi pernafasan, mendemonstrasikan
dan mencegah faktor yang batuk efektif dan suara nafas
menghambat jalan nafas. Intervensi yang bersih, tidak ada sianosis
yang dilakukan untuk dan dispnea. Vital Sign Status
ketidakefektifan bersihan jalan dengan kriteria hasil tanda-tanda
nafas yaitu airway management vital dalam rentang normal.
posisikan pasien untuk Intervensi untuk gangguan
memaksimalkan ventilasi, pertukaran gas yaitu respiratory
keluarkan sekret dengan batuk. Monitoring dengan monitor pola
Auskultasi suara nafas, catat bila nafas, irama, kedalaman dan
ada suara tambahan. Berikan usaha nafas. Perhatikan gerakan
bronkodilator, monitor status dan kesimetrisan, menggunakan
respirasi dan status O2, otot bantu, dan adanya retraksi
otot intercostals dan
Rencana tindakan keperawatan supraclavicular. Monitor bunyi
untuk diagnosa gangguan nafas, misalnya mendengkur,
pertukaran gas dengan tujuan auskultasi bunyi nafas, catat
Respiratory status: gas exchange peningkatan ventilasi, monitor
dengan kriteria hasil kemampuan pasien dalam batuk
mendemonstrasikan peningkatan efektif. Oxygen therapy dengan
ventilasi dan oksigenasi yang intervensi pertahankan jalan
adekuat. Respiratory status: nafas yang paten, atur peralatan
ventilation dengan kriteria hasil oksigenasi. Monitor aliran
memelihara kebersihan paru-paru oksigen, pertahankan posisi
dan bebas dari tanda-tanda distress pasien, observasi tanda-tanda
pernafasan, mendemonstrasikan hipoventilasi. Monitor adanya
batuk efektif dan suara nafas yang kecemasan pasien terhadap
bersih, tidak ada sianosis dan oksigenasi. Vital Sign
dispnea. Vital Sign Status dengan Monitoring dengan intervensi
kriteria hasil tanda-tanda vital monitor TD, nadi, suhu, dan RR.
dalam rentang normal. Intervensi Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
untuk gangguan pertukaran gas selama, dan setelah aktivitas.
yaitu respiratory Monitoring Monitor pola pernafasan
dengan monitor pola nafas, irama, abnormal, monitor suhu, warna,
kedalaman dan usaha nafas. dan kelembaban kulit, monitor
Perhatikan gerakan dan sianosis perifer. Identifikasi
kesimetrisan, menggunakan otot penyebab dari perubahan vital
bantu, dan adanya retraksi otot sign.
intercostals dan supraclavicular.
Monitor bunyi nafas, misalnya Rencana tindakan keperawatan
mendengkur, auskultasi bunyi untuk diagnosa intoleransi
nafas, catat peningkatan ventilasi, aktivitas dengan tujuan Energy
monitor kemampuan pasien dalam Conservation dengan kriteria
batuk efektif. Oxygen therapy hasil TTV dalam batas normal,
dengan intervensi pertahankan jalan energy kelemahan. Activity
nafas yang paten, atur peralatan tolerance dengan kriteria hasil
oksigenasi. Monitor aliran oksigen, berpatisipasi dalam aktivitas
pertahankan posisi pasien, fisik tanpa peningkatan TTV.
observasi tanda-tanda hipoventilasi. Self care dengan kriteria hasil
Monitor adanya kecemasan pasien mampu melakukan aktifitas
terhadap oksigenasi. Vital Sign sehari-hari secara mandiri,
Monitoring dengan intervensi mampu berpindah tanpa bantuan
monitor TD, nadi, suhu, dan RR. alat. Dengan intervensi
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, keperawatan bantu pasien
selama, dan setelah aktivitas. mengidentifikasi aktivitas yang
Monitor pola pernafasan abnormal, mampu dilakukan, bantu pasien
monitor suhu, warna, dan memilih aktivitas dengan
kelembaban kulit, monitor sianosis kemampuan fisik, psikologis,
perifer. Identifikasi penyebab dari sosial, bantu untuk mendapatkan
perubahan vital sign. alat bantu aktivitas, sediakan
penguatan positif bagi yang aktif
Rencana tindakan keperawatan beraktivitas, bantu pasien
untuk diagnosa intoleransi aktivitas mengembangkan motivasi diri
dengan tujuan Energy Conservation dan pengetahuan, monitor
dengan kriteria hasil TTV dalam respon fisik, emosi sosial dan
batas normal, energy kelemahan. spiritual.
Activity tolerance dengan kriteria
hasil berpatisipasi dalam aktivitas Rencana tindakan keperawatan
fisik tanpa peningkatan TTV. Self untuk diagnosa ketidakefektifan
care dengan kriteria hasil mampu bersihan jalan nafas mempunyai
melakukan aktifitas sehari-hari tujuan menurut Nic dan Noc
secara mandiri, mampu berpindah yaitu respiratory status:
tanpa bantuan alat. Dengan ventilation dengan kriteria hasil
intervensi keperawatan bantu menurut mendemonstrasikan
pasien mengidentifikasi aktivitas batuk efektif dan suara nafas
yang mampu dilakukan, bantu yang bersih, tidak ada sianosis
pasien memilih aktivitas dengan dan dyspneu. Respiratory status:
kemampuan fisik, psikologis, airway patency dengan Kriteria
sosial, bantu untuk mendapatkan Hasil: Menunjukkan jalan nafas
alat bantu aktivitas, sediakan yang paten. Mampu
penguatan positif bagi yang aktif mengidentifikasi dan mencegah
beraktivitas, bantu pasien faktor yang menghambat jalan
mengembangkan motivasi diri dan nafas. Intervensi yang dilakukan
pengetahuan, monitor respon fisik, untuk ketidakefektifan bersihan
emosi sosial dan spiritual. jalan nafas yaitu airway
management posisikan pasien
untuk memaksimalkan ventilasi,
keluarkan sekret dengan batuk.
Auskultasi suara nafas, catat bila
ada suara tambahan. Berikan
bronkodilator, monitor status
respirasi dan status O2
4. Implementasi Keperawatan
Table 4.4
Implementasi Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Implementasi keperawatan pada Implementasi keperawatan pada
diagnosa ketidakefektifan bersihan diagnosa kedua gangguan
jalan nafas berhubungan dengan pertukaran gas berhubungan
peningkatan produksi mukus dengan perubahan membran
dilakukan selama 5 hari yaitu alveolar-kapiler dilakukan
mengukur tanda tanda vital pasien, selama 5 hari yaitu mengatur
tekanan darah 110/80 mmHg, nadi peralatan oksigen dan mengatur
88 x/menit, frekuensi pernafasan aliran oksigen binasal kanul 3
23x/menit, suhu 36,8 derajat L/menit, mempertahankan posisi
Celcius. Implementasi selanjutnya pasien semi fowler, dan melihat
yaitu memberikan posisi semi adanya kecemasan pasien
fowler pada pasien, posisi pasien terhadap oksigenasi.
setengah duduk. Implementasi Implementasi berikutnya melihat
berikutnya mengauskultasi suara pola nafas, dan irama nafas
nafas pasien. Tindakan pasien, memperhatikan gerakan
keperawatan berikutnya dan kesimetrisan serta
mendemonstrasikan pasien menggunakan otot bantu dan
mengeluarkan sputum dengan cara adanya retraksi otot intercostals
batuk efektif. melaksanakan dan supraclavicular,
kolaborasi pemberian bronkodilator mengauskultasi nafas pasien.
yaitu combivent nebu 4x1 pada Kemudian implementasi
pukul 10.00 Wib keperawatan yang dilakukan
yaitu memantau kembali
Implementasi keperawatan pada kemampuan pasien dalam batuk
diagnosa kedua gangguan efektif, mengukur tekanan darah
pertukaran gas berhubungan pasien, melihat adanya sianosis
dengan perubahan membran perifer
alveolar-kapiler dilakukan selama
5 hari yaitu mengatur peralatan Implementasi keperawatan
oksigen dan mengatur aliran diagnosa intoleransi aktivitas
oksigen binasal kanul 3 L/menit, berhubungan dengan
mempertahankan posisi pasien ketidakseimbangan
semi fowler, dan melihat adanya antara
kecemasan pasien terhadap kebutuhan dan suplai oksigen
oksigenasi. Implementasi yang dilakukan selama 5 hari
berikutnya melihat pola nafas, dan adalah mengkaji tingkat
irama nafas pasien, memperhatikan ketergantungan pasien,
gerakan dan kesimetrisan serta selanjutnya membantu pasien
menggunakan otot bantu dan mengidentifikasi aktifitas yang
adanya retraksi otot intercostals dan mampu dilakukan, implementasi
supraclavicular, mengauskultasi keperawatan berikutnya
nafas pasien. Kemudian membantu pasien untuk memilih
implementasi keperawatan yang aktivitas dengan kemampuan
dilakukan yaitu memantau kembali fisik, psikologis, dan sosial,
kemampuan pasien dalam batuk membantu pasien untuk
efektif, mengukur tekanan darah mengembangkan motivasi diri
pasien, melihat adanya sianosis dan penguatan. Implementasi
perifer selanjutnya memperhatikan
respon fisik, emosi sosial dan
spiritual
Implementasi keperawatan
diagnosa intoleransi aktivitas Implementasi keperawatan pada
berhubungan diagnosa
dengan
ketidakseimbangan ketidakefektifan
antara kebutuhan dan bersihan jalan nafas
suplai oksigen yang dilakukan berhubungan dengan
selama 5 hari adalah mengkaji peningkatan produksi mukus
tingkat ketergantungan pasien, dilakukan selama 5 hari yaitu
selanjutnya membantu pasien mengukur tanda tanda vital
mengidentifikasi aktifitas yang pasien, tekanan darah 120/70
mampu dilakukan, mmHg, nadi 93 x/menit,
implementasi keperawatan frekuensi pernafasan 26x/menit,
berikutnya membantu pasien untuk suhu 36,5 derajat Celcius.
memilih aktivitas dengan Implementasi selanjutnya yaitu
kemampuan fisik, psikologis, dan memberikan posisi semi fowler
sosial, membantu pasien untuk pada pasien, posisi pasien
mengembangkan motivasi diri dan setengah duduk. Implementasi
penguatan. Implementasi berikutnya mengauskultasi suara
selanjutnya memperhatikan respon nafas pasien. Tindakan
fisik, emosi sosial dan spiritual keperawatan berikutnya
mendemonstrasikan pasien
mengeluarkan sputum dengan
cara batuk efektif. melaksanakan
kolaborasi pemberian
bronkodilator yaitu combivent
nebu 4x1 pada pukul 10.00 Wib
5. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan terhadap Tn.M dan Tn.S,
didapatkan perkembangan pasien yaitu :
Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Evaluasi keperawatan pada Tn.M Evaluasi keperawatan pada Tn.M
diagnosa, hasil evaluasi yang diagnosa, hasil evaluasi yang
dilakukan pada hari ke-5 dengan dilakukan pada hari ke-5 dengan
menggunakan metode SOAP yang menggunakan metode SOAP yang
dihasilkan adalah pasien mengatakan dihasilkan adalah pasien
sesak napas, sesak berkurang dengan mengatakan sesak napas, sesak
posisi duduk dan batuk berdahak berkurang dengan posisi duduk dan
yang masih sulit dikeluarkan, batuk berdahak yang masih sulit
evaluasi objektif pasien tampak sesak dikeluarkan, evaluasi objektif
napas dan batuk, frekuensi pasien tampak sesak napas dan
pernapasan 25 x/menit, posisi pasien batuk, frekuensi pernapasan 26
semi fowler, sekret tampak sulit x/menit, posisi pasien semi fowler,
dikeluarkan, sekret berwarna putih, sekret tampak sulit dikeluarkan,
suara napas ronkhi, dari semua sekret berwarna putih, suara napas
tindakan keperawatan yang telah ronkhi, dari semua tindakan
dilakukan didapatkan hasil masalah keperawatan yang telah dilakukan
keperawatan ketidakefektifan didapatkan hasil masalah
bersihan jalan napas belum teratasi keperawatan ketidakefektifan
sehingga intervensi dilanjutkan untuk bersihan jalan napas belum teratasi
mempertahankan posisi pasien semi sehingga intervensi dilanjutkan
fowler dan mengajarkan cara untuk mempertahankan posisi
mengeluarkan sekret dengan batuk pasien semi fowler dan
efektif, pemberian bronkodilator. mengajarkan cara mengeluarkan
sekret dengan batuk efektif,
pemberian bronkodilator.
Evaluasi diagnosa keperawatan
gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan perubahan Evaluasi pada diagnosa ketiga
membran alveolar-kapiler pada hari intoleransi aktivitas berhubungan
ke-5didapatkan hasil evaluasi dengan dengan ketidakseimbangan antara
metode SOAP yang dihasilkan kebutuhan dan suplai oksigen pada
adalah pasien mengeluh sesak napas, hari ke-5 didapatkan hasil evaluasi
badan terasa lemah, sesak napas dengan metode SOAP adalah
meningkat saat beraktivitas, evaluasi pasien mengatakan sesak nafas saat
objektif didapatkan hasil pasien beraktivitas, pasien mengeluh
tampak sesak, tampak gelisah, irama badan terasa lemah, pasien
napas ireguler, ada retraksi dinding mengatakan aktivitas dibantu oleh
dada, vokal fremitus sama kiri dan keluarga. Evaluasi objektif
kanan, auskultasi ronkhi, tidak ada didapatkan hasil pasien tampak
sianosis perifer, tekanan darah sesak nafas saat beraktivitas,
120/70 mmHg, nadi 86 x/menit, frekuensi pernafasan 28x/menit,
frekuensi pernapasan 25 x/menit, pasien tampak berbaring di tempat
suhu 36,5 derajat celcius, Dari semua tidur, aktivitas pasien dibantu
tindakan yang telah dilakukan keluarga. Masalah belum teratasi
didapatkan hasil masalah sehingga intervensi dilanjutkan
keperawatan gangguan pertukaran yaitu membantu pasien memilih
belum teratasi sehingga intervensi aktivitas yang mampu dilakukan,
dilanjutkan yaitu memberikan terapi membantu pasien mengembangkan
teknik nafas dalam, memantau motivasi dan penguatan, melihat
keadaan pernafasan pasien, respon fisik, emosi, social dan
mengukur tanda-tanda vital pasien, spiritual pasien terhadap aktivitas
serta melihat kembali kemampuan
pasien batuk efektif.
Evaluasi diagnosa keperawatan
gangguan pertukaran gas
Evaluasi pada diagnosa ketiga berhubungan dengan perubahan
intoleransi aktivitas berhubungan membran alveolar-kapiler pada hari
dengan ketidakseimbangan antara ke-5 didapatkan hasil evaluasi
kebutuhan dan suplai oksigen pada dengan metode SOAP yang
hari ke-5 didapatkan hasil evaluasi dihasilkan adalah pasien mengeluh
dengan metode SOAP adalah pasien sesak napas, badan terasa lemah,
mengatakan sesak nafas saat sesak napas meningkat saat
beraktivitas, pasien mengeluh badan beraktivitas, evaluasi objektif
terasa lemah, pasien mengatakan didapatkan hasil pasien tampak
aktivitas dibantu oleh keluarga. sesak, tampak gelisah, irama napas
Evaluasi objektif didapatkan hasil ireguler, ada retraksi dinding dada,
pasien tampak sesak nafas saat vokal fremitus sama kiri dan kanan,
beraktivitas, frekuensi pernafasan auskultasi ronkhi, tidak ada sianosis
28x/menit, pasien tampak berbaring perifer, tekanan darah 140/80
di tempat tidur, aktivitas pasien mmHg, nadi 91 x/menit, frekuensi
dibantu keluarga. Masalah belum pernapasan 26 x/menit, suhu 36,5
teratasi sehingga intervensi derajat celcius, pasien terpasang
dilanjutkan yaitu membantu pasien binasal kanul 3 L/menit. Dari semua
memilih aktivitas yang mampu tindakan yang telah dilakukan
dilakukan, membantu pasien didapatkan hasil masalah
mengembangkan motivasi dan keperawatan gangguan pertukaran
penguatan, melihat respon fisik, belum teratasi sehingga intervensi
emosi, social dan spiritual pasien dilanjutkan yaitu memberikan terapi
terhadap aktivitas oksigen, memantau keadaan
pernafasan pasien, mengukur tanda-
tanda vital pasien, serta melihat kembali kemampuan pasien batuk efe
B. Pembahasan Kasus
1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Pada saat dilakukan pengkajian pada partisipan 1 (Tn.M), klien
mengatakan sesak nafas. Klien juga mengatakan sesak pada saat
beraktivitas. Dan klien juga mengatakan klien juga demam. Pada
partisipan 2 (Tn.S) saat dilakukan pengkajian mengatakan masih sesak
nafas(+) disertai dengan batuk (+)dan nyeri dibagian ulu hati pasien.
Pasien juga mengatakan pasien juga memiliki riwayat ASMA
sebelumnya.
Untuk lebih mendukung tanda dan gejala yang muncul pada pasien
PPOK perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium (hemoglobin,
hematokrit, jumlah darah merah, eosinofil, pulse oksimetri),
pemeriksaan sputum (Muttaqin, 2008). Pemeriksaan laboratorium pada
Tn. M didapatkan hasil kadar Hb 8,2 g/dl, leukosit 25000/mm3 ,
trombosit 314000/mm3 , hematokrit 27%, gula darah sewaktu 150
mg/dl, sputum berwarna putih, dari hasil pemeriksaan penunjang pada
pasien telah sesuai dengan teori. Pasien mendapatkan terapi IVFD RL
12 jam/kolf fungsinya untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit.
Aminophylin per drip 50 mg/8 jam fungsinya untuk obat saluran nafas.
Ranitidine 2x1 gr yang berfungsi untuk pengobatan jangka pendek
tukak lambung. Amilodipin 1x5 mg berfungsi untuk menurunkan
tekanan darah. Injeksi cefoperazone 2x1 gr, merupakan obat antibiotic
digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi bakteri, namun
tidak bekerja pada infeksi virus seperti pilek dan flu. Injeksi
methilprednisolone 2x125 mg merupakan kelompok obat
kortikosteroid. Combivent nebu 4x1, bekerja dengan cara melebarkan
saluran nafas bawah (bronkus). Sukralfat sirup 3x1, obat jangka
pendek yang bekerja dengan membentuk lapisan pelindung pada
dinding duodenum sehingga melindungi tukak dari asam lambung
(ISO dalam Febraska, 2014).
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil penelitian pada partisipan I diagnosa pertama yaitu
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi mucus karena ditemukan data subyektif pasien mengatakan
bahwa pasien masih sesak, batuk dan berdahak sulit keluar , data objektif
yang didapat berupa adanya suara nafas tambahan terdengar suara nafas
ronkhi, frekuensi nafas meningkat 28x/menit, produksi sputum, batuk
tidak efektif, dispnea (sesak nafas), irama nafas ireguler., diagnosa kedua
yang peneliti ambil yaitu Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran alveolar-kapiler data objektif pasien yaitu tampak
sesak nafas, pasien tampak gelisah, frekuensi nafas 28x/menit, adanya
penggunaan otot bantu pernafasan, adanya ekspirasi memanjang dan suara
nafas ronkhi, adanya takikardi. Berdasarkan pengkajian penulis pada
pasien ditemukan adanya kesesuaian antara teori dengan tanda dan gejala
pada pasien. Diagnosa ketiga yang peneliti ambil yaitu Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan
kebutuhan oksigen pasien yaitu data subjektif pasien mengatakan sesak
nafas meningkat saat beraktivitas, mengatakan aktivitas lebih banyak di
tempat tidur dan dibantu keluarga, pasien mengeluh badan letih setelah
beraktivitas. Data objektif yaitu pasien lebih banyak berbaring di tempat
tidur, aktivitas pasien dibantu keluarga, pasien tampak lemah dan letih.
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Hidayat (2009) evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir
dalam proses asuhan keperawatan dengan cara melakukan identifikasi
sejauh mana keberhasilan rencana asuhan keperawatan yang telah disusun.
Evaluasi yang dilakukan selama 5 hari pada kedua partisipan tidaklah
sama. Pada partisipan I pada diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan
nafas dengan menggunakan metode SOAP yang dihasilkan adalah pasien
mengatakan sesak nafas masih ada, sesak berkurang dengan posisi duduk,
pasien masih batuk dengan dahak yang sudah mulai mudah dikeluarkan
dengan batuk efektif, dari hasil observasi pasien tampak sesak nafas dan
batuk, frekuensi pernafasan 25x/menit, posisi pasien semi fowler, sekret
dapat dikeluarkan dengan batuk efektif, sekret berwarna putih, suara nafas
vesikuler dan ekspirasi memanjang, dari semua tindakan keperawatan
yang telah dilakukan didapatkan hasil masalah keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi sebagian sehingga intervensi
dilanjutkan untuk observasi tanda-tanda vital dan menganjurkan pasien
untuk selalu menggunakan teknik terapi batuk efektif, kolaborasi
pemberian bronkodilator. Dari hasil evaluasi tersebut pasien masih
mengeluh sesak nafas dan batuk yang disertai pengeluaran sputum. Dalam
teori terdapat kriteria hasil yaitu dapat mendemonstrasikan batuk efektif,
tidak ada sesak nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang yang normal,
mampu mengeluarkan sputum, tidak ada suara nafas abnormal (Nuraif dan
Khusuma, 2015). Sehingga diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan peningkatan produksi mukus teratasi sebagian karena
pasien masih terdapat tanda gejala sesak nafas, frekuensi nafas dalam
rentang tidak normal, terdapat suara nafas dengan ekspirasi memanjang.
A. Kesimpulan
oksigenasi pada pasien dengan PPOK di Ruang VI Paru Rumah Sakit TK III
sebagai berikut :
1. Pengkajian pada pasien didapatkan hasil bahwa terdapat tanda dan gejala
sesak napas, batuk disertai sputum yang sulit dikeluarkan, sesak napas
meningkat saat beraktivitas dan pasien mengatakan badan lemas dan letih.
dan kiri, irama napas ireguler, tampat retraksi dinding dada, palpasi vokal
pemberian posisi pasien semi fowler dan pemberian terapi batuk efektif
pertukaran gas adalah monitor keadaan napas yaitu pola napas, irama,
kedalaman dan usaha pernapasan, kesimetrisan dan adanya penggunaan
kemampuan.
melihat pola napas, irama, kesimetrisan serta adanya retraksi otot bantu
sebagian.
B. Saran
teknik batuk efektif, memberikan posisi semi fowler pada pasien sesak
kemampuannya.
gangguan pemenuhan oksiganasi pada pasien PPOK secara tepat dan dapat
Astika, JR Said. 2016. Hubungan Derajat PPOK terhadap Kualitas hidup pada
pasien PPOK di Poliklinik Paru RSUP Dr.M.Djamil Padang dan Rumah Sakit
Khusu Paru Sumatera Barat. Diploma thesis Universitas Andalas. Tersedia
pada scholar.unand.ac.id diakses pada tanggal 30 Maret 2017
Dini, M.W., Agustina S.P., Dewi, S. 2009. Studi Tingkat Kepatuhan Perawat
dalam Pemberian Oksigen Melalui Nasal Kanul sesuai SOP Oksigenasi di
Ruang Rawat Inap Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Jurnal Ilmu Keperawatan
ISSN. 2085-3742. Tersedia Pada
https://adysetiadi.files.wordpress.com/2012/03/jurnal-pdf-vol-1-stikes1.pdf.
Diakses Pada 24 Maret 2017
Fauzi, Farida Luthfi. 2014. Pemberian Batuk Efektif dalam Pengeluaran Sputum
pada asuhan Keperawatan Tn.S dengan PPOK di Ruang Bugenvil RSUD
Dr.Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Studi Kasus. Prodi DIII
Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta.
Febraska, Anastasia Indah. 2014. Pemberian Posisi semi Fowler Terhadap Sesak
Nafas pada Asuhan Keperawatan Tn. A dengan Penyakit Paru Obstruktif
Kronis di Bangsal Mawar 1 RSUD Karanganyar. Studi Kasus. Prodi DIII
Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta.
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. 2014. Global Strategy For
The Diagnosis Management And Prevention Of Chronic Obstructive
Pulmonary Disease: USA.
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease Pocket. 2015. Global
Strategy For The Diagnosis Management And Prevention Of Chronic
Obstructive Pulmonary Disease: USA.
Hudoyo, Achmad. 2014. Penatalaksanaan Asma dan PPOK Pada Orang Dewasa
Berdasar Pedoman GINA dan GOLD. Departemen Pulmonologi dan Ilmu
Kedokteran Respirasi FK UI /SMF Paru RS. Persahabatan. Jakarta Timur
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc, Edisi Revisi Jilid 3.
Yogyakarta: Mediaction Jogja
Potter, Patricia A dan Perry Anne Griffin. 2010. Buku Ajar Fudamental
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC
Price and Wilson. 2012. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Susanto, Agus Dwi, Prasenohadi, dan Faisal Yunus. 2010: The Year of The Lung.
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas
Kedokteran UI-RS Persahabatan Jakarta
WHO (2015). Global health risks: mortality and burden of disease attributable to
selected major risks. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data
FORMAT DOKUMENTASI
1. Identitas klien
Nama : Tn. M
Umur : 67 Tahun
Nama : Ny. A
Hubungan : Etek
4. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama :
Tn. M datang ke IGD Rumah Sakit TK III Dr. Reksodiwiryo
Tn. M memiliki riwayat sesak nafas dan batuk sejak 4 tahun yang lalu.
obat OAT tahun 2013 diminum selama 9 bulan dari dokter yang
selama 40 tahun dan sudah berhenti sejak 2 tahun yang lalu. Tn. M
penyakit yang sama yaitu PPOK dengan pasien. Keluarga juga tidak
a. Makan
Sakit : Makan : 3 kali sehari dengan nasi dan lauk pauk serta
sayur dan
b. Minum
c. Tidur
Sakit : Siang : 2-3 jam sehari (sering terbangun) Malam : 8-9 jam
d. Eliminasi :
Sakit : BAB : 1 kali dua hari, tekstur lembek BAK : ± 4-5 kali
dalam sehari
e. Aktifitas :
teratur
Melakukan olahraga.
karena
sesak nafas bila beraktivitas, Tn. M hanya banyak berbaring
dan
6. Pemeriksaan fisik
TB / BB : 162 cm / 56 Kg
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 23 x/menit
Kepala :
Kulit kepala.
Rambut :
Mata :
Simetris kiri dan kanan, konjungtiva sub anemis, sclera tidak ikterik,
Hidung :
Simetris, hidung tampak bersih, tidak ada nyeri tekan disekitar hidung,
Telinga :
Telinga simetris kiri dan kanan, membrane timpani tampak
Leher :
kelenjer tiroid.
Thorax :
tampak
P : sonor
Jantung
VP : Pekak
Abdomen :
kulit
A : timpani
Kulit : kulit tampak kering, warna tidak pucat, turgor kembali
dengan
cepat,
Ektremitas :
dan kiri masih utuh dan dapat digerakkan, tidak ada udema.crt < 2
detik
7. Data psikologis
a. Status emosional :
b. Kecemasan :
c. Pola koping :
d. Gaya komunikasi :
e. Konsep diri :
9. Data spiritual :
karena merasa sesak nafas bila sholat berdiri dan berdoa untuk
kesembuhan penyakitnya.
B. ANALISA DATA
mengatakan demam.
DO : Pasien tampak
dengan RR 24x/menit,
auskultasi paru bunyi
irregular.
(dispnea), RR 24x/menit,
ekspirasi memanjang.
mmHg, Takikardi HR :
106x/menit
Pasien mengatakan
beraktifitas.
dibantu keluarga.
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Tn. S
Umur : 66 Tahun
Nama : Tn. A
Hubungan : Anak
3) Keluhan utama :
batuk berdahak yang sukar dikeluarkan dan nyeri ulu hati serta
pernafasan : 33 x/i.
Tn. S memiliki riwayat sesak nafas dan batuk sejak 4 tahun yang lalu.
ASMA sejak 3 tahun yang lalu. Tn. S mempunyai riwayat minum obat
penyakit yang sama yaitu PPOK dengan pasien. Keluarga juga tidak
f. Makan
Sakit : Makan : 3 kali sehari dengan nasi dan lauk pauk serta
sayur dan
g. Minum
h. Tidur
Sakit : Siang : 2-3 jam sehari (sering terbangun) Malam : 8-9 jam
i. Eliminasi
Sakit : BAB : 1 kali dua hari, tekstur lembek BAK : ± 4-5 kali
dalam sehari
j. Aktifitas
teratur
Melakukan olahraga.
Sakit : Tn. M tidak bisa menjalankan aktivitasnya seperti biasa
karena
dan
TB / BB : 164 cm / 58 Kg
Kesadaran : CMC
TD : 120 / 70 mmHg
Nadi : 93 x/i
Suhu : 36,5 0C
Pernafasan : 33 x/i
Kepala :
Kulit kepala.
Rambut :
Mata :
Simetris kiri dan kanan, konjungtiva sub anemis, sclera tidak ikterik,
Hidung :
Simetris, hidung tampak bersih, tidak ada nyeri tekan disekitar hidung,
Telinga :
Leher :
kelenjer tiroid.
Thorax :
tampak
P : sonor
Jantung
P : Pekak
Abdomen :
Kulit :
Ektremitas
dan kiri masih utuh dan dapat digerakkan, tidak ada udema.
a. Status emosional :
b. Kecemasan :
c. Pola koping :
d. Gaya komunikasi :
e. Konsep diri :
karena merasa sesak nafas bila sholat berdiri dan berdoa untuk
kesembuhan penyakitnya.
D. ANALISA DATA
mengatakan demam.
DO : Pasien tampak
dengan RR 33x/menit,
(dispnea), RR 33x/menit,
ekspirasi memanjang.
mmHg, Takikardi HR :
93x/menit
Pasien mengatakan
beraktifitas.
dibantu keluarga.
F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
G. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN