Anda di halaman 1dari 16

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

JURUSAN FARMASI

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

SUPPOSITORIA ETHYL AMINOBENZOAT BASIS GLISERIN GELATIN

DISUSUN
:
MUH.TRIZNO REZKY YULIANA RAUF

NURHALISAH RUKLIANI KAIYANG

NURINDAH ZULFIANA SINTA

NURUL FADILAH ST. HUMAIRAH LAILATU H

RAHMAT RUSALDI WINDI JULIANA

RASMAH

KELOMPOK : B2/II

HARI PRAKTIKUM : RABU

PEMBIMBING : Muli sukmawaty S.farm.,Apt

JURUSAN FARMASI

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

TAHUN 2020
MASTER FORMULA

A. Formula asli

Ethyl aminobenzoat 0,5

Thebroma Oil q.s

Make 6 rektal suppositories

(Scoville’s The Art of Componolog 1957)

B. Rancangan formula

Komposisi : Tiap suppositoria mengandung :

Ethyl aminobenzoat

Gelatin

Gliserin

Air

Nama produk : PARA SUPPO

Nama pabrik : PT.PHARMHOLIC

Jumlah produk: 8

No. Reg : DKL2013900153A1

No. Batch : J2001002


PARA SUPPO

PT.PHARMHOLIC Tgl. formulasi Tgl.produksi Disetujui Dibuat


oleh oleh
Muli Kelompok
sukmawaty 1
S.farm.,Apt
NO Kode bahan Nama bahan Kegunaan Perdosis Perbatch
1. PS-001 Ethyl Zat aktif
aminobenzoat
2. PS-002 Gelatin Basis
3. PS-003 Gliserin Basis
4. PS-004 Air Zat pelarut
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan tekhnologi,

perkembangan di dunia farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin

banyak jenis dan ragam penyakit yang muncul. Perkembangan pengobatan

pun terus di kembangkan. Berbagai macam bentuk sediaan obat, baik itu

liquid, solid dan semisolid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan industri.

Farmasi merupakan sistem pengetahuan yang mengupayakan dan

menyelenggarakan jasa kesehatan dengan melibatkan dirinya dalam

mendalami, memperluas, menghasilkan, dan mengembangkan pengetahuan

tentang obat dalam arti yang seluas-luasnya serta efek dan pengaruh obat

terhadap hewan dan manusia. Pengetahuan ilmu farmasi yang jangkauannya

sangat luas, namun dari semua cabang ilmu profesi kefarmasian bertujuan

untuk menciptakan racikan obat yang rasional, baik dan cocok bagi

masyarakat untuk digunakan atau dikonsumsi, yang memberikan efek

teraupetik.

Salah satu bentuk sediaan yang jarang dijumpai dipasaran yaitu sediaan

suppositoria. Kebanyakan orang lebih memilih obat yang dikonsumsi secara

oral karena difikir lebih aman dan praktis dibandingkan sediaan suppositoria

yang penggunaannya tidak melalui organ pencernaan. Namun suppositoria

memiliki beberapa fungsi yang tidak dimiliki oleh sediaan oral pada

umumnya, seperti suppositoria tidak dapat dirusak oleh enzim pada sistem
pencernaan karena suppositoria tidak melewati sistem pencernaan,

suppositoria juga dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat dan

sebagai zat pembawa terapeutik yang bersifatlokal.

B. Tujuan praktikum

1. Dapat mengetahui cara pembuatan suppositoria dengan benar

2. Dapat mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan

suppositoria

C. Manfaat percobaan

Dapat memahami cara pembuatan suppositoria dengan bahan aktif

ethyl aminobenzoat.

D. Prinsip percobaan

Ditentukannya berat basis, lalu ditimbang bahan obat campuran,

kemudian dilelehkan, campuran tersebut dituang kecetakan suppositoria

kemudia didinginkan dan ditimbang berat suppositoria dengan basis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori umum

Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur

berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh.

Suppositoria adalah sediaan padat, melunak, melumer, dan larut pada suhu

tubuh, digunakan dengan cara menyisipkan kedalam rectum berbentuk sesuai

dengan maksud penggunaannya, umumnya berbentuk torpedo. Jadi,

suppositoria adalah suatu sediaan padat yang berbentuk torpedo yang

biasanya digunakan melalui rectum dan dapat juga melalui lubang di area

tubuh, sediaan ini ditujukan pada pasien yang mudah muntah, tidak sadar atau

butuh penanganan cepat.

Macam-macam suppositoria

a. Suppositoria untuk rectum (rectal)

Suppositoria untuk rectum umumnya dimasukkan dengan jari tangan.

Biasanya suppositoria rectum panjangnya ±32 mm(1,5 inch) dan berbentuk

silinder dan kedua ujungnya tajam. Bentuk suppositoria rectum antara lain

bentuk peluru, torpedo atau jari-jari kecil, tergantung pada bobot jenis bahan

obat dan basis yang digunakan. Menurut USP berarnya sebesar 2 g untuk

yang menggunakan basis oleum cacao.

b. Suppositoria untuk vagina (vaginal)


Suppositoria untuk vagina disebut juga pessarium biasanya berbentuk bola

lonjong atau seperti kerucut. Beratnya sekitar 5 g bila basis yang digunaka

oleum cacao.

c. Suppositoria untuk saluran urin (uretra)

Suppositoria untuk saluran urin disebut juga bougie, bentuknya ramping

seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan ke dalam saluran urin pria atau

wanita. Suppositoria saluran urin pria bergaris tengah 3-6 mm dengan panjang

±140 mm.

walaupun ukuran ini masih bervariasi anatara satu dengan yang lain. Apabila

basisnya oleum cacao beratnya ±4 g. Suppositoria untuk saluran urin wanita

panjang dan beratnya ½ dari ukuran untuk pria, panjang ±70 mm dan beratnya 2

g ini berlaku jika basis yang digunakan oleum cacao.

d. Suppositoria untuk hidung dan telinga

Suppositoria untuk hidung dan telinga yang disebut juga kerucut telinga,

keduanya berbentuk sama dengan suppositoria saluran urin hanya ukuran

panjangnya lebih kecil. Biasanya 2 mm, suppositoria telinga umumnya diolah

dengan suatu basis gelatin yang mengandung gliserin. Seperti dinyatakan

sebelumnya, suppositoria untuk obat hidung dan telinga jarang digunakan.

Keuntungan dan kerugian sediaan suppositoria

a. Keuntungan suppositoria :

 Dapat menghindari terjadinya iritasi lambung.


 Dapat menghibdari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan asam

lambung.

 Obat dapat masuk langsung kedalam saluran darah sehingga obat dapat

menimbulkan efek lebih cepat daripada penggunaan obat peroral.

 Baik untuk pasien yang mudah muntah ataupun tidak sadar (pingsan).

b. Kerugian suppositoria :

 Pemakaiannya tidak menyenangkan.

 Tidak dapat disimpan dalam suhu ruang.

Persyaratan suppositoria

Sediaan suppositoria memiliki persyaratan sebagai berikut :

a. Suppositoria sebaiknya melebur dalam beberapa menit dalam suhu tubuh atau

melarut (persyaratan kerja obat)

b. Pembebasan dan response obat yang baik.

c. Daya tahan da daya penyimpanan yang baik.

d. Daya serap terhadap cairan lipofil dan hidrofil.

Tujuan penggunaan suppositoria

a. Untuk tujuan local, seperti pada pengobatan wasir atau hemorrhoid dan penyakit

infeksi lainnya.

b. Suppositoria juga dapat digunakan untuk tujuan sistemik karena dapat diserap

oleh membrane mukosa dalam rectum. Hal ini dilakukan terutama bila

penggunaan obat peroral tidak memungkinkan seperti pada pasien yang mudah

muntah atau pingsan.


c. Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja awal akan lebih cepat

karena obat diserap oleh mukosa rectal dan langsunng masuk kedalam sirkulasi

pembuluh darah.

d. Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim didalam saluran gastrointestinal

dan perubahanobat secara biokimia didalam hati.

Basis suppositiria

Sediaan suppositoria ketika dimasukkan kedalam lubang tubuh akan melebur,

melarut, dan terdispersi. Dalam hal ini, basis suppositoria memainkan peranan

penting. Maka dari itu, basis suppositoria harus memenuhi syarat utama, yaitu basis

harus selalu padat dalam suhu ruangan dan akan melebur maupun melunak dengan

mudah pada suhu tubuh sehingga zat aktif atau obat yang dikandungnya dapat

melarut dan didispersikan merata kemudian menghasilkan efek terapi local maupun

sistemik. Basis suppositoria yang ideal juga harus mempunyai beberapa sifat seperti

berikut :

a. Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi.

b. Dapat bercampur dengan macam-macam obat.

c. Stabil dalam penyimpanan, tidak menunjukkan perubahan warna dan bau serta

pemisahan obat.

d. Kadar air mencukupi.

e. Untuk basis lemak, maka bilangan asam, bilangan iodium dan bilangan

penyabunan harus diketahui jelas.

Adapun macam-macam basis suppositoria, diantaranya:


a. Basis berlemak, contohnya oleum cacao.

b. Basis lain, pembentuk emulsi dalam minyak : campuran tween dengan gilserin

laurat.

c. Basis yang bercampur atau larut dalam air, contohnya gliserin-gelatin, PEG

(polietilen glikol).

B. Uraian bahan

1. Ethyl aminobenzoat ( FI ed.III hal 72)

Nama resmi : ETHYL

AMINOBENZOAT Nama lain :

Benzokain

RM/BM : C9H11NO2/165,20

Pemerian : Hablur kecil atau serbuk hablur, putih, tidak berbau, agak pahit

disertai rasa tebal

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air,mudah larut dalam etanol 95% P.

Kegunaan : Sebagai zat aktif

2. Gliserin (FI ed.III hal 265)

Nama resmi : GLYCEROLUM

Nama lain : Gliserin, gliserol

RM/BM :C3H8O3/92,10

Pemerian : cairan seperti sirop, tidak berwarna, tidak berbau,manis diikuti rasa

hangat, hgroskopik.

Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol 95% P, praktis tidak

larut dalam kloroform P dan eter P dan dalam minyak lemak.


Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai zat tambahan/ basis

3. Gelatin (FI ed.III hal 265)

Nama resmi : GELATINUM

Nama lain : gelatin

Pemerian : lembaran, kepingan, atau butiran, tidak beerwanra atau kekuningan

pucat, bau dan rasa lemah

Kelarutan : jika direndam dalam air mengembang dan menjadi lunak, berangsur-

angsur menyerap air 5-10 kali bobotnya, larut dalam air panas dan jika didinginkan

tebentuk gudir, praktik tidak larut dalam etaanol 95% P dalam kloroform dan eter P,

larut dalam campuran gliserol P dan air. Jika dipanaskan lebih mudah larut, larut

dalam asam asetat P.

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup

baik Kegunaan : sebagai basis

4. Aquadest (FI ed.III hal 96)

Nama resmi : AQUA DESTILATA

Nama lain : air suling,

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai

rasa Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : sebagai pelarut


BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan bahan


1. Alat yang digunakan
:
1) Penangas air
2) Cetakan suppositoria
3) Timbangan analitik
4) Batang pengaduk
5) Cawan
6) Cutter
7) Aluminium foil
8) Gegep
2. Bahan yang digunakan :
1) Ethyl aminobenzoat
2) Gliserin
3) Gelatin
4) Air
5) Parafin cair
6) Vaselin putih
B. Perhitungan
1. Perhitungan kalibrasi
a) Berat normal suppo = 7 gram
b) Ethyl aminobenzoat = 100 mg
c) Gelatin = 25
100 x 7 gram = 1,75 g
d) Gliserin = 60
100 x 7 gram = 4,2 g
e) Air = 15
100 x 7 ml = 1,05 ml
Berat suppo kosong = 2,07 gram
Berat suppo isi = 3 gram
2. Perhitungan nilai tukar
a) Metode paddock
Df =(𝐴−𝐶𝐵)+ 𝐵

0,1
= (2,07−3)+ 0,1 = 0,1 -0,120
−0,83
Nilai tukar 𝐵
= −0,120 = -0,83 g
𝑑𝑓 0,1

b) Metode nilai tukar


0,1
x== 𝑧𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓 x 100% = = x 100% = 4,83
𝑠𝑢𝑝𝑝𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 2,07

100(𝐸−𝐺)
F = (𝐺) .(𝑋) + 1
100(2,07−3)
= (3) .(3,33) + 1
−93
= 14,49+ 1
= -5,418

Nilai tukar = -5,418 x 0,1


= -0,54 g
3. Perhitungan bahan
a) Berat normal suppo = 8 x 2,07 = 16,56
b) Zat aktif = 8 x 0,1 = 0,8
c) Nilai tukar = 0,8 x -0,54 = -0,432
d) Basis = 16,56 – (-0,432) = 16,99 g
 Gelatin = 25
100 x 16,99 = 4,24 g
 Gliserin = 60 x 16,99 = 10,19 g
100
15
 Air = 100 x 16,99 = 2,54 g
C. Cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan dan dikeringkan cetakan kemudian diolesi dengan parafin cair dan
vaselin
3. Ditimbang etil aminobenzoat 0,8 g, dimasukkan kedalam cawan
4. Ditimbang gliserin 10,19 g kemudian dimasukkan sebagian kedalam cawan yang
telah berisi zat aktif
5. Ditimbang gelatin 4,24 g kemudian dilarutkan dengan air dan
dipanaskan dipenangas air kemudian ditambahkan dengan sisa gelatin.
6. Diturunkan dari penangas air alu dimasukkan campuran 1, kemudian
diaduk hingga homogen
7. Dituang kedalam cetakan yang telah dilubrikasi.
8. Didinginkan pada suhu ruangan kemudian dimasukkan kedalam kulas hingga
membeku
9. Setelah beku dikeluarkan dari cetakan dengan hati-hati
10. Kemudian ditimbang bobotnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi keempat. Jajarta :
Univesitas Indonesia

Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia edisi III Jakarta

Departemen Kesehatan RI, 1995. Farmakope Indonesia edisi IV Jakarta

Anief, Moh. 2000. Ilmu meracik obat teori dan praktik. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press

Syamsuni, 2012. Ilmu resep. Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai