Anda di halaman 1dari 38

Laporan Praktikum Fisika

Prodi Teknik Industri


Semester Genap 2020/2021
( 1, Pengukuran)
Nama : Susanti Fajariyah
NIM : 200421100153
Kelas :D
Nama Asisten : Sarah Nabila
Nilai Laporan :
( potong disini : oleh asisten ) ----------------------------------------------------------
No.Percobaan :1
Nama Percobaan : Pengukuran
Nama : Susanti Fajariyah
NIM : 200421100153
Kelas :D
Nama Asisten : Sarah Nabila
Kegiatan Keterangan Tanda Tangan
Tanggal : 10 April 2021

Asistensi 1 Catatan Revisi : BAB I, II, III dan IV

(Sarah Nabila)
Tanggal : 11 April 2021

Asistensi 2 Catatan Revisi : BAB I - V

(Sarah Nabila)
Tanggal : 13 April 2021
Laporan
Catatan Revisi : BAB I - V
Resmi
(Sarah Nabila)
Tanggal : 14 April 2021
ACC Catatan Revisi : BAB II-IV

(Sarah Nabila)
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Susanti Fajariyah
NIM : 200421100153
Kelas : D
“Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa isi dari laporan yang ditulis
berikut ini merupakan murni dari hasil pemikiran saya dan tidak ada unsur
plagiat.”

Bangkalan, 09-04-2020
Yang menyatakan,

(Susanti Fajariyah)
200421100153
BAB I
PENDAHULUAN

Pendahuluan modul satu pengukuran terdiri dari latar belakang dan tujuan.
1.1 Latar Belakang
Pengukuran adalah cara mengukur suatu benda baik dimensi ataupun
kedalaman benda tersebut. Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan alat
ukur. Alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur sebuah objek yaitu
mistar/penggaris, jangka sorong, mikrometer sekrup atau alat ukur lainnya. Salah
satu kegunaan dari mengukur sebuah benda adalah bisa mengetahui ukuran baik
dimensi ataupun kedalaman sebuah benda. Penerapan penggunaan alat ukur
dalam kehidupan sehari-hari contohnya adalah mistar. Saat menggambar garis
lurus seperti bangun ruang atau bangun datar tentunya memerlukan mistar untuk
mempermudah proses menggambar dan juga untuk menentukan ukuran gambar
agar sisi bangun ruang atau bangun datar sama antara sisi satu dan sisi lainnya.
Hopkins dan Antes (1990) mengartikan pengukuran sebagai “suatu proses
yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka berdasarkan hasil pengamatan
mengenai beberapa ciri tentang suatu objek, orang atau peristiwa”. Berdasarkan
hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pengukuran adalah sebuah kegiatan
mengukur benda untuk mendapatkan nilai sehingga bisa membandingkan ukuran
antara satu benda dengan benda lainnya.
Praktikum modul satu pengukuran adalah kegiatan mengukur sebuah benda
sehingga menghasilkan angka yang akan digunakan sebagai perbandingan antara
benda satu dan benda lainnya. Alat ukur yang digunakan adalah mistar, jangka
sorong, dan mikrometer sekrup. Penggunaan alat ukur yang berbeda bertujuan
untuk membandingkan hasil percobaan pengukuran antara mistar, jangka sorong
dan mikrometer sekrup. Setelah melakukan pengambilan dan pengolahan data
kemudian melakukan perbandingan terhadap alat ukur mistar, jangka sorong dan
mikrometer sekrup. Perbandingan yang dilakukan yakni membandingkan tingkat
keakurasian alat ukur yang digunakan karena setiap alat ukur memiliki tingkat
ketelitian yang berbeda.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari modul praktikum satu pengukuran adalah sebagai berikut.
1. Memahami cara menggunakan alat ukur panjang mistar, jangka sorong dan
mikrometer.
2. Memahami cara pengukuran panjang menggunakan mistar, jangka sorong
dan mikrometer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka modul satu pengukuran adalah sebagai berikut.


2.1 Mistar/Penggaris
Menurut Mukhlis, (2017), mistar merupakan alat ukur panjang yang sering
kita gunakan. Ada dua jenis mistar yang kita gunakan di sekolah, yaitu mistar
kayu dan mistar plastik. Skala terkecil pada mistar kayu adalah 1 cm, sedangkan
skala terkecil pada mistar plastik adalah 1mm. Panjang minimal yang dapat diukur
dengan teliti oleh mistar kayu adalah 1 cm. Panjang minimal yang dapat diukur
dengan teliti oleh mistar plastik adalah 1 mm. Dengan kata lain, ketelitian mistar
kayu adalah 1 cm, sedangkan ketelitian mistar plastik adalah 1 mm.
2.1.1 Bagian-Bagian Mistar/Penggaris
Menurut Mukhlis, (2017), mistar terdiri dari beberapa bagian.
1. Penggaris memiliki satuan milimeter (mm),
2. Satuan sentimeter (cm),
3. Dan satuan inch.
2.1.2 Prinsip Kerja Mistar/Penggaris
Prinsip kerja dari mistar menurut Mukhlis, (2017) adalah sebagai berikut.
1. Menempatkan ujung benda pada skala nol.
2. Membaca skala pada ujung lainnya.
2.1.3 Cara Menghitung Mistar/Penggaris
Berikut ini adalah cara menghitung mistar.
Mukhlis, (2017) memberikan contoh pengukuran menggunakan mistar.
Diketahui salah satu ujung benda terletak pada skala 0 dan ujung lainnya berada
pada skala 4. Dapat disimpulkan bahwa benda tersebut memiliki panjang
sebesar 4 cm atau 4 × 10 = 40 mm
2.2 Jangka Sorong
Menurut Chusni, (2017), jangka sorong banyak digunakan dalam dunia mesin.
Jika kalian menanyakan pada teknisi sepeda motor atau mobil maka dia akan
langsung menunjukkannya. Perhatikan Gambar berikut ini. Alat pada gambar
itulah yang dinamakan jangka sorong. Jika dicermati maka jangka sorong
tersebut memiliki dua bagian. Pertama, rahang tetap yang memuat skala utama.
Kedua, rahang sorong (geser) yang memuat skala nonius.

Gambar 1.2.1 jangka sorong


(sumber : Chusni, 2017)
Skala nonius merupakan skala yang menentukan ketelitian pengukuran. Skala
ini dirancang dengan panjang 19 mm tetapi tetap 20 skala. Sehingga setiap skala
nonius akan mengalami pengecilan sebesar (20-19) : 20 = 0,05 mm. Perhatikan
perbandingan skala berikut ini.

Gambar 1.2.2 perbandingan skala


(sumber : Chusni, 2017)
Hasil pengukuran dengan jangka sorong akan memuat angka pasti dari skala
utama dan angka taksiran dari skala nonius yang segaris dengan skala utama.
Penjumlahan dari keduannya merupakan angka penting. Hasil pengukuran itu
dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut.
x = (x0 + Δx . 0,05) mm
dengan : x = hasil pengukuran
2.2.1 Bagian-Bagian Jangka Sorong
Bagian-bagian jangka sorong menurut Chusni, (2017) adalah sebagai
berikut.
1. Skala utama
Skala utama merupakan pembagian vernier untuk memperoleh pengukuran
yang baik.
2. Skala vernier (nonius)
Skala vernier (nonius) merupakan pembagian sama panjang pada jangka
sorong yang ditandai dengan satuan pengukuran.
3. Rahang tetap
Rahang tetap merupakan bagian runcing di ujung penggaris yang
menyokong benda yang diukur; benda diletakkan diantara dua rahang yang
dirapatkan. Terdapat dua rahang tetap, yakni rahang tetap atas dan rahang
tetap bawah
4. Rahang gerak
Rahang gerak merupakan bagian runcing yang dipasang di ujung vernier
yang dapat bergeser sepanjang penggaris ke objek yang diukur.Terdapat dua
rahang gerak, yakni rahang gerak atas dan rahang gerak bawah.
5. Kunci peluncur
Kunci peluncur berfungsi untuk menjaga pengukuran yang diperoleh.
6. Kunci penggerak halus
Kunci penggerak halus berfungsi untuk mengatur posisi rahang secara halus.
7. Ruler (ekor)
Peralatan berskala di ujung rahang untuk mengukur ketebalan atau kedalam
sebuah benda.
2.2.2 Prinsip Kerja Jangka Sorong
Menurut Chusni, (2017), prinsip kerja dari jangka sorong adalah sebagai
berikut.
1. Tutup rapat rahang tetap dan rahang geser pastikan agar kedudukan skala
berada di nol.
2. Letakkan benda tepatnya ditengah tempat ukur.

Gambar 1.2.3 peletakan benda pada jangka sorong


(Sumber : Chusni, 2017)
3. Agar skala tidak berubah-ubah, kuncilah jangka sorong dengan cara
memutar bagian kunci peluncur.
4. Setelah terkunci lepaskan benda dari pengukur jangka sorong. Kemudian
baca pada skala utama dan skala nonius dengan cara mencari garis angka
yang segaris antara skala utama dan skala nonius.
2.2.3 Cara Menghitung Jangka Sorong
Menurut Chusni, (2017), berikut ini adalah cara menghitung jangka sorong.

Gambar 1.2.4 cara menghitung jangka sorong


(Sumber : Chusni, 2017)
Hasil pengukuran ini sebesar cm. Cara mendapatkan hasil pengukuran ini
adalah dengan cara sebagai berikut:
1. Amati dan baca skala utamanya adalah 1,4 cm
2. Skala nonius yang berimpit tegak lurus dengan satu tanda skala utama
adalah garis ke-sepuluh
3. Mengingat tingkat ketelitian jangka sorong adalah 0,1 mm, maka nilai lebih
adalah 10 x 0,1 mm = 1 mm = 0,1 cm
4. Jadi, bacaan jangka sorong adalah 1,4 cm ditambah 0,1 cm sama dengan 1,5
cm.
2.3 Mikrometer Sekrup
Menurut Chusni (2017), mikrometer sekrup adalah alat ukur dengan
ketepatan (presisi) yang tinggi. Digunakan untuk benda kerja pada jarak ukur
tertentu yakni 0 - 25 mm, 25 - 50 mm, 50 - 75 mm dengan tingkat ketelitian 0.01
mm. Micrometer merupakan alat ukur untuk mengukur panjang atau ketebalan
benda, kedalaman celah lubang, dan untuk mengukur diameter suatu lobang.
Mikrometer memiliki ketelitian 0.005 mm. Micrometer digunakan untuk
mengukur benda yang sangat tipis, seperti tebal kain, tebal kawat, tebal kertas,
bahkan sehelai rambut . ( Chusni, 2017).
2.3.1 Bagian-Bagian Mikrometer Sekrup
Bagian-bagian dari mikrometer sekrup menurut Chusni, (2017) adalah
sebagai berikut.

Gambar 1.2.5 Alat ukur mikrometer sekrup


(Sumber : Chusni, 2017)
1. Poros tetap merupakan salah satu bagian dari mikrometer sekrup. Yang
memiliki fungsi sebagai menahan sebuah benda yang sedang diukur. Yaitu
ketika benda yang akan diukur ditempelkan diantara poros tetap dan poros
geser. Poros geser tersebut menekan benda yang sedang diukur, ditahan agar
tidak mudah bergerak saat melakukan pengukuran.
2. Poros geser adalah salah satu dari bagian mikrometer yang berfungsi sebagai
sebuah poros yang bisa digerakan menuju poros tetap untuk menekan suatu
benda yang akan diukur. Poros geser tersebut dapat digerakan ke kanan dan
kiri untuk menyesuaikan ukuran benda yang akan di ukur.
3. Pengunci merupakan salah satu bagian dari mikrometer yang memiliki
fungsi sebagai mengunci poros geser agar tidak bergerak ketika sedang
menghitung hasil pengukuran.
4. Skala utama merupakan bagian alat ukur mikrometer sebagai tempat letak
selubung dalam. Skala utama berfungsi menunjukan angka dalam satuan
millimeter.
5. Skala nonius adalah salah satu bagian dari mikrometer sebagai tempat skala
nonius atau skala putar. Yang berfungsi untuk mengetahui besar skala
nonius yang menunjukan besar suatu benda tersebut.
6. Pemutar merupakam salah satu bagian dari mikrometer yang berfungsi
sebagai gerakan ke kiri atau kanan suatu poros geser. Ketika pemutar
terdengar suara klik maka berhenti melakukan pemutaran tersebut.
7. Bingkai adalah salah satu dari bagian mikrometer sekrup yang berbentuk
huruf C.
2.3.2 Prinsip Kerja Mikrometer Sekrup
Chusni (2017) menyatakan bahwa prinsip kerja dari mikrometer sekrup
adalah sebagai berikut.
1. Pastikan pengunci (lock nut) dalam keadaan terbuka
2. Bukalah rahang dengan memutar kekiri pada skala putar
3. Masukanlah benda yang akan di ukur pada rahang dan putar kembali skala
putar sampai tepat (jangan terlalu kuat, cukup sampai benda tidak jatuh)
hingga bunyi klik.
4. Putarlah pengunci (lock nut) hingga skala putar tidak dapat digerakan.
5. Jika sudah pengukuran, keluarkan benda dan baca hasil pengukuran.
2.3.3 Cara Menghitung Mikrometer Sekrup
Menurut Chusni, (2017) berikut ini adalah cara menghitung mikrometer
sekrup.
1. Tentukan skala utama
Yaitu skala yang tepat berimpit dengan skala nonius (skala putar).
2. Tentukan skala nonius
Yaitu dengan melihat skala nonius yang sejajar dengan garis mendatar yang
berada pada pada skala.
3. Lalu kalikan skala nonius dengan skala terkecil dari mikrometer (0,01 mm).
4. Kemudian jumlahkan skala utama dan skala nonius.

Gambar 1.2.6 contoh perhitungan menggunakan mikrometer sekrup


(Sumber : Chusni, 2017)
Cara penghitungan :
Pembacaan pada skala utama 5,00 mm
Pembacaan pada skala nonius 0,20 mm
Pembacaan akhir 5,20 mm Jika penggunaan dilakukan dengan menggunakan
rumus:
Hasil = SU + (SN x 0,01 mm) = 5,00 + (20 × 0,01) = 5,20 mm

2.4 Pengukuran
Handayani,S dan Ari Damari (2009) menyebutkan dalam bukunya bahwa
“pengukuran adalah kegiatan mengukur sebuah objek atau benda”. Dan mengukur
merupakan kegiatan untuk membandingkan suatu besaran dengan besaran standart
yang sudah ditetapkan terlebih dahulu. Dari pengertian ini diturunkan pengertian
lainnya yaitu besaran pokok dan turunan.
2.4.1 Besaran pokok
Karyono, dkk, (2009) menyebutkan dalam bukunya bahwa besaran pokok
adalah besaran yang satuannya ditetapkan terlebih dahulu dan besaran pokok ini
tidak tergantung pada satuan-satuan besaran lain. Dalam fisika, besaran pokok
dan satuan dalam SI (Satuan Internasional).
Berikut adalah tabel besaran pokok, lambang, satuan dan dimensi dari
besaran pokok
Gambar 1.2.7 besaran pokok
(Sumber : Karyono, dkk, 2009)
2.4.2 Besaran Turunan
Menurut Karyono, dkk, (2009), besaran turunan adalah besaran yang dapat
diturunkan dari besaran pokok. Demikian pula satuan besaran turunan adalah
satuan yang dapat diturunkan dari satuan besaran pokok. Misalnya, satuan luas
dari suatu daerah empat persegi panjang. Luas daerah empat persegi panjang
adalah panjang kali lebar. Jadi satuan luas adalah satuan panjang dikalikan
satuan lebar atau satuan panjang dipangkatkan dua, m 2 . Satuan volume suatu
balok adalah satuan panjang dikalikan satuan lebar dikalikan satuan tinggi atau
satuan panjang dipangkatkan tiga, m3 . Satuan kecepatan adalah satuan panjang
dibagi satuan waktu, m/s atau ms-1.

Gambar 1.2.8 besaran turunan


(Sumber : Karyono, dkk, 2009)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

Metodologi praktikum modul satu pengukuran terdiri alat dan bahan,


prosedur praktikum dan flowchart.
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum modul satu pengukuran
adalah sebagai berikut.
3.1.1 Alat
Alat yang dibutuhkan dalam praktikum modul satu pengukuran adalah
sebagai berikut.
1. Simulator jangka sorong......................................................................(1 buah)
2. Simulator mikrometer sekrup..............................................................(1 buah)
3. Penggaris..............................................................................................(1 buah)
4. Laptop..................................................................................................(1 buah)
5. HP........................................................................................................(1 buah)
6. Alat tulis..................................................................................................(1 set)
7. Microsoft Word..............................................................................(1 software)
8. Microsoft Excel..............................................................................(1 software)
9. Microsoft Office Visio....................................................................(1 software)
3.1.2 Bahan
Berikut bahan yang dibutuhkan dalam praktikum modul satu pengukuran
adalah sebagai berikut.
1. Uang koin.............................................................................................(1 buah)
2. Checksheet........................................................................................(1 lembar)
3.2 Prosedur Praktikum
Prosedur dalam praktikum modul satu pengukuran terdiri dari proses
percobaan pengukuran menggunakan mistar/penggaris, jangka sorong, dan
mikrometer sekrup.
3.2.1 Pengukuran panjang benda menggunakan mistar/penggaris
Cara mengukur benda menggunakan mistar adalah sebagai berikut.
1. Tempatkan skala nol pada mistar dengan salah satu ujung benda.
2. Perhatikan ujung benda lainnya, lalu bacalah skala pada mistar yang sejajar
dengan ujung benda tersebut.
3. Lakukan langkah satu dan dua pada percobaan lainnya.
4. Mencatat data kedalam checksheet.
3.2.2 Pengukuran Panjang Benda Menggunakan Simulator Jangka
Sorong
Cara mengukur benda menggunakan simulator jangka sorong adalah sebagai
berikut.
1. Pelaksanaan percobaan menggunakan simulator jangka sorong pada  
https://www.stefanelli.eng.br/en/virtual-vernier-caliper-millimeter-
simulator-05/
2. Arahkan kursor ke bagian bawah hingga bagian seperti dibawah dan klik
‘expand’.
3. Geser skala nonius ke posisi tertentu, maka akan didapat hasil pengukuran.
4. Lakukan langkah ketiga sebanyak empat kali.
5. Mencatat data kedalam checksheet.
3.2.3 Pengukuran Panjang Benda Menggunakan Simulator Mikrometer
Sekrup
Cara mengukur benda menggunakan mikrometer sekrup adalah sebagai
berikut.
1. Pelaksanaan percobaan menggunakan simulator mikrometer sekrup pada  
https://www.stefanelli.eng.br/en/simulator-virtual-micrometer-hundredths-
millimeter/
2. Arahkan kursor ke bagian bawah hingga bagian seperti dibawah dan klik
‘expand’.
3. Geser skala nonius ke posisi tertentu, maka akan didapat hasil pengukuran.
4. Lakukan langkah ketiga sebanyak empat kali.
5. Mencatat data kedalam checksheet.
3.3 Flowchart
Flowchart terdiri dari flowchart praktikum, flowchart pengambilan data dan
flowchart pengolahan data pada praktikum modul satu pengukuran.
3.3.1 Flawchart Praktikum
Berikut merupakan flawchart praktikum modul satu pengukuran.

Gambar 1.3.9 Flawchart praktikum


3.3.2 Flawchart Pengambilan Data
Berikut flawchart pengambilan data modul satu pengukuran.

Gambar 1.3.10 Flowchart pengambilan data


3.3.3 Flowchart Pengolahan Data
Berikut flawchart pengolahan data modul satu pengukuran.

Gambar 1.3.11 Flowchart pengolahan data


BAB IV
PENGOLAHAN DATA

Pengolahan data praktikum modul satu pengukuran meliputi rekapan data,


perhitungan matematis, perbandingan data hasil, dan analisi keseluruhan.
4.1 Rekapan Data
Rekapan data praktikum modul satu pengukuran meliputi rekapan data
menggunakan alat ukur mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup.
4.1.1 Rekapan Data Menggunakan Mistar
Berikut ini rekapan data pengukuran menggunakan mistar.
Tabel 1.4.1 Data pengukuran menggunakan mistar

Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh hasil seperti tabel diatas.


Percobaan pertama pengukuran menggunakan mistar dengan mengukur uang
koin diperoleh bahwa koin tersebut berukuran 19 mm. Kemudian setelah
melakukan percobaan kedua, ketiga hingga percobaan keempat diperoleh nilai
19 mm. Total dari keempat percobaan data tersebut adalah 76 mm dengan nilai
rata-rata 19 mm. Tingkat ketelitian yang dimiliki alat ukur mistar adalah 0,5
mm.
4.1.2 Rekapan Data Menggunakan Jangka Sorong
Berikut ini rekapan data pengukuran menggunakan jangka sorong.
Tabel 1.4.2 Data pengukuran menggunakan jangka sorong
Berdasarkan setiap percobaan pengukuran menggunakan jangka sorong,
benda yang diukur memiliki ukuran sebesar 18,60 mm, 18,50 mm, 18,60 mm
dan 18,60 mm dengan nilai rata-rata 18,58 mm. Jangka sorong memiliki tingkat
ketelitian sebesar 0,025 mm.
4.1.3 Rekapan Data Menggunakan Mikrometer Sekrup
Berikut ini rekapan data pengukuran menggunakan mikrometer sekrup.
Tabel 1.4.3 Data pengukuran menggunakan jangka sorong

Berdasarkan hasil percobaan menggunakan alat ukur mikrometer sekrup


yang dilakukan sebanyak empat kali diperoleh hasil percobaan pertama 18,30
mm, percobaan kedua 18,48 mm, percobaan ketiga 18,66 mm dan percobaan
keempat 18,48 mm. Total data dari keempat percobaan tersebut 73,92 mm
dengan nilai rata-rata 18,48 mm. Tingkat ketelitian yang dimiliki mikrometer
sekrup adalah sebesar 0,005 mm.

4.2 Perhitungan Matematis


Perhitungan matematis pada modul satu pengukuran terdiri dari perhitungan
ketelitian alat ukur dan perhitungan rata-rata.
4.2.1 Perhitungan Ketelitian Alat Ukur
Perhitungan ketelitian modul satu pengukuran terdiri dari perhitungan
ketelitian mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup.
4.2.1.1 Perhitungan Ketelitian Mistar
Perhitungan ketelitian pada mistar dapat dihitung dari nilai skala utama
dan skala nominal.
Diketahui : Skala terkecil = 1 mm
Ditanya : Ketelitian Mistar ?
1
Dijawab : Ketelitian = x skala terkecil
2
1
Ketelitian = . 1 mm
2
Ketelitian = 0,5 mm
Skala terkecil pada mistar yaitu 1 mm dengan tingkat ketelitian 0,5 mm.
4.2.1.2 Perhitungan Ketelitian Jangka Sorong
Perhitungan ketelitian pada jangka sorong dapat dihitung dari nilai skala
utama dan skala nominal.
Diketahui : Skala terkecil = 0,05 mm
Ditanya : Ketelitian jangka sorong ?
1
Dijawab : Ketelitian = x skala terkecil
2
1
Ketelitian = . 0,05 mm
2
Ketelitian = 0,025 mm
Skala terkecil pada jangka sorong yaitu 0,05 mm dengan tingkat ketelitian
0,025 mm.
4.2.1.3 Perhitungan Ketelitian Mikrometer Sekrup
Perhitungan ketelitian pada mikrometer sekrup dapat dihitung dari
nilai skala utama dan skala nominal.
Diketahui : Skala terkecil = 0,01 mm
Ditanya : Ketelitian mikrometer sekrup ?
1
Dijawab : Ketelitian = x skala terkecil
2
1
Ketelitian = . 0,01 mm
2
Ketelitian = 0,005 mm
Skala terkecil mikrometer sekrup yaitu 0,01 mm dengan tingkat ketelitian
0,005 mm.
4.2.2 Perhitungan Rata-Rata
Perhitungan rata-rata benda pada praktikum modul satu pengukuran adalah
sebagai berikut.
4.2.2.1 Perhitungan Rata-Rata Menggunakan Mistar
Perhitungan rata-rata benda menggunakan mistar pada praktikum modul
satu pengukuran adalah sebagai berikut.
Diketahui : X1 = 19 mm
X2 = 19 mm
X3 = 19 mm
X4 = 19 mm
Ditanya : Rata-rata panjang benda ?

Dijawab : ∆X=
∑x
n
X 1+ X 2+ X 3+ X 4
=
4
19+19+19+19
=
4
76
=
4
= 19 mm
Berdasarkan data hasil percobaan pengukuran alat ukur mistar kemudian
dijumlahkan semua hasil percobaan dan dibagi dengan banyaknya percobaan
maka akan diperoleh nilai rata-rata dari percobaan pengukuran yang
dilakukan. Nilai rata-rata dari empat percobaan alat ukur mistar adalah 19 mm.
4.2.2.2 Perhitungan Rata-rata Menggunakan Jangka Sorong
Perhitungan perhitungan rata-rata benda menggunakan jangka sorong
pada praktikum modul satu pengukuran adalah sebagai berikut.
Diketahui : X1 = 18,60 mm
X2 = 18,50 mm
X3 = 18,60 mm
X4 = 18,60 mm
Ditanya : Rata-rata panjang benda ?

Dijawab : ∆ X =
∑x
n
X 1+ X 2+ X 3+ X 4
=
4
18,60+18,50+18,60+18,60
=
4
74,30
=
4
= 18,58 mm
Dari data hasil percobaan pengukuran yang dilakukan kemudian
jumlahkan semua hasil percobaan dan dibagi dengan banyaknya percobaan
maka akan diperoleh nilai rata-rata dari percobaan pengukuran yang
dilakukan. Nilai rata-rata pada percobaan pengukuran menggunakan simulator
jangka sorng adalah 18,58 mm.
4.2.2.3 Perhitungan Rata-Rata Menggunakan Mikrometer Sekrup
Perhitungan perhitungan rata-rata benda menggunakan mikrometer sekrup
pada praktikum modul satu pengukuran adalah sebagai berikut.
Diketahui : X1 = 18,30 mm
X2 = 18,48 mm
X3 = 18,66 mm
X4 = 18,48 mm
Ditanya : Rata-rata panjang benda ?

Dijawab : ∆X=
∑x
n
X 1+ X 2+ X 3+ X 4
=
4
18,30+18,48+18,66+18,48
=
4
73,92
=
4
= 18,48 mm
Dari data hasil percobaan pengukuran yang dilakukan kemudian
jumlahkan semua hasil percobaan dan dibagi dengan banyaknya percobaan
maka akan diperoleh nilai rata-rata dari percobaan pengukuran yang
dilakukan. Nilai rata-rata dari pengukuran menggunakan simulator
mikrometer sekrup adalah 18,48 mm.
4.3 Grafik Pengukuran
Grafik hasil pengukuran meliputi grafik pengukuran menggunakan mistar,
jangka sorong, dan mikrometer sekrup.
4.3.1 Grafik Pengukuran Menggunakan Mistar
Grafik pengukuran menggunakan mistar adalah sebagai berikut.

Gambar 1.4.12 Grafik pengukuran menggunakan mistar


Berdasarkan data percobaan yang didapatkan terbentuk grafik seperti
grafik diatas. Pada percobaan pertama hingga percobaan yang keempat
menggunakan mistar diperoleh hasil benda berukuran 19 mm. Karena
percobaan menggunakan satu benda dengan empat kali percobaan, grafik akan
membentuk garis lurus kecuali jika data yang didapatkan dari percobaan
pertama hingga keempat mendapatkan hasil yang berbeda. Dapat disimpulkan
bahwa grafik akan membentuk sesuai dengan hasil data percobaan yang
dilakukan.
4.3.2 Grafik Pengukuran Menggunakan Jangka Sorong
Grafik pengukuran menggunakan jangka sorong sebagai berikut.
Gambar 1.4.13 Grafik pengukuran menggunakan jangka sorong
Berdasarkan data percobaan yang didapatkan terbentuk grafik seperti
grafik diatas. Pada percobaan pengukuran menggunakan simulator jangka
sorong nilai yang diperoleh dari percobaan pertama adalah 18,60 mm,
percobaan kedua 18,50 mm, percobaan ketiga 18,60 mm dan percobaan
keempat sebesar 18,60 mm. Karena percobaan menggunkan satu benda dengan
empat kali percobaan dengan hasil yang berbeda, maka grafik akan membentuk
garis seperti pada gambar.
4.3.3 Grafik Pengukuran Menggunakan Mikrometer Sekrup
Grafik pengukuran menggunakan mikrometer sekrup sebagai berikut.

Gambar 1.4.14 Grafik pengukuran menggunakan mikrometer sekrup


Berdasarkan data percobaan yang didapatkan maka akan membentuk grafik
seperti grafik diatas. Pada percobaan pertama hingga percobaan yang keempat
menggunakan simulator mikrometer sekrup diperoleh nilai dari percobaan
pertama adalah 18,30 mm, percobaan kedua 18,48 mm, percobaan ketiga 18,66
mm dan percobaan keempat 18,48 mm . Karena percobaan menggunkan satu
benda dengan empat kali percobaan dengan nilai yang berbeda, maka grafik
akan membentuk garis seperti pada grafik diatas. Dapat disimpulkan bahwa
grafik akan membentuk sesuai dengan hasil data percobaan yang dilakukan.
4.4 Perbandingan Data Hasil Pengukuran
Perbandingan data ahsil pengukuran terdiri dari perbandingan ketelitian dan
perbandingan rata-rata.
4.4.1 Perbandingan ketelitian
Alat ukur mistar memiliki skala terkecil 1 mm dengan tingkat ketelitian
0,5 mm. Jangka sorong memiliki skala terkecil 0,05 mm dengan tingkat
ketelitian 0,025 mm. Sedangkan mikrometer sekrup memiliki skala terkecil 0,01
mm dengan tingkat ketelitian 0,005 mm. Berdasarkan hal tersebut, dalam
melakukan pengukuran mikrometer sekrup sangat cocok untuk mengukur
sebuah benda. Sebab mikrometer sekrup memiliki tingkat ketelitian terkecil
diantara alat ukur yang lain yakni sebesar 0,005 mm dan dengan hal itu
mikrometer sekrup bisa menghasilkan nilai pengukuran yang sangat akurat.
4.4.2 Perbandingan Rata-Rata
Percobaan pengukuran menggunakan alat ukur mistar dilakukan empat
kali percobaan menggunakan benda yang sama, diperoleh hasil dari percobaan
tersebut adalah 19 mm dengan total keseluruhan 76 mm dan nilai rata-rata 19
mm dengan tingkat ketelitian 0,5 mm. Percobaan berikutnya menggunakan
jangka sorong dengan benda yang sama saat percobaan pengukuran
menggunakan mistar, diperoleh hasil dari percobaan pertama adalah 18,60 mm,
percobaan kedua 18,50 mm, percobaan ketiga 18,60 mm dan percobaan
keempat 18,60 mm. Total keseluruhan keempat percobaan tersebut adalah 74,30
mm dan nilai rata-rata 18,58 mm dengan tingkat ketelitian 0,025 mm. Percobaan
terakhir menggunkan alat ukur mikrometer sekrup diperoleh hasil dari
percobaan pertama 18,30 mm, percobaan kedua 18,48 mm, percobaan ketiga
18,66 mm dan percobaan keempat 18,48 mm. Total keseluruhan percobaan
tersebut adalah 73,92 mm dan nilai rata-rata 18,48 mm dengan tingkat
ketelitian 0,005 mm.

4.5 Analisis Keseluruhan


Pengukuran dilakukan untuk memperoleh nilai untuk membandingkan
ukuran dari satu benda dengan benda lainnya. Percobaan pengukuran yang
dilakukan lebih dari sekali dilakukan untuk mendapatkan hasil yang akurat dari
ukuran sebuah benda. Setiap alat ukur memiliki skala yang berbeda dengan
tingkat ketelitian yang berbeda pula. Dari tingkat ketelitian akan didapatkan hasil
yang akurat. Semakin kecil tingkat ketelitian yang dimiliki alat ukur maka akan
semakin tinggi tingkat keakuratan terhadap hasil yang diperoleh dari sebuah
benda. Pada percobaan menggunkan alat ukur mistar dilakukan empat kali
percobaan menggunakan benda yang sama, diperoleh hasil dari percobaan
tersebut adalah 19 mm dengan total keseluruhan 76 mm dan nilai rata-rata 19 mm
dengan tingkat ketelitian 0,5 mm. Pada percobaan berikutnya menggunakan
jangka sorong dengan benda yang sama saat percobaan pengukuran menggunakan
mistar, diperoleh hasil dari percobaan adalah 2,95 mm dengan total keseluruhan
74,30 mm dan nilai rata-rata 2,95 dengan tingkat ketelitian 0,025 mm. Pada
percobaan terakhir menggunkan alat ukur mikrometer sekrup diperoleh hasil dari
percobaan adalah 13,78 mm dengan tota keseluruhan 73,92 mm dan nilai rata-rata
13,78 dengan tingkat ketelitian 0,005 mm.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dan saran dari praktikum modul satu pengukuran adalah sebagai
berikut.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum modul satu pengukuran adalah sebagai berikut.
1. Cara memahami penggunaan alat ukur mistar, jangka sorong dan mikrometer
sekrup. Untuk memahami penggunaan alat ukur mistar, jangka sorong dan
mikrometer sekrup, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui
bagian-bagian serta fungsi dari alat ukur tersebut. Kemudian mengetahui
tingkat ketelitian alat ukur. Mistar memiliki skala terkecil 1 mm dengan
tingkat ketelitian 0,5 mm. Jangka sorong memiliki skala terkecil 0,05 mm
dengan tingkat ketelitian 0,025 mm. Terakhir, mikrmeter sekrup memiliki
skala terkecil 0,01 mm dengan tingkat ketelitian 0,05 mm.
2. Memahami cara pengukuran panjang menggunakan mistar, jangka sorong dan
mikrometer sekrup. Cara memahami pengukuran panjang menggunakan
mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup dapat dilakukan dengan
beberapa langkah. Langkah pertama yaitu dengan cara memahami bagian-
bagian dari alat ukur mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Setelah
memahami bagian-bagiannya, kemudian memahami prinsip kerja dari alat
ukur tersebut. Sebab ketiga alat ukr tersebut merupakan alat ukur yang
berbeda dan tentunya cara kerjanya pun berbeda. Karena ketiga alat ukur
tersebut berbeda, maka hasil yang diperoleh juga akan berbeda. Pada
pengukuran menggunakan mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup
diperoleh panjang rata-rata yang beturut-turut 19 mm, 18,58 mm dan 18,48
mm.

5.2 Saran
Saran dari praktikum modul satu pengukuran adalah sebagai berikut .
1. Mempersiapkan alat dan bahan percobaan pengukuran.
2. Mengetahui bagian-bagian, prinsip kerja, dan tingkat ketelitian dari alat ukur.
Semakin kecil tingkat ketelitian dari alat ukur, maka akan semakin tinggi
tingkat keakuratannya.
3. Pastikan untuk teliti dalam membaca skala baik skala utama maupun skala
noniusnya agar tidak salah dalam memperoleh data hasil pengukuran.
DAFTAR ISI

Handayani, S, Damari, A. (2009). FISIKA Untuk SMA Dan MA Kelas X.


Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Abdullah, M. (2016). FISIKA DASAR 1. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Chusni, M, M. (2017). Pengenalan Alat Ukur. Bandung : UIN Sunan Djati
Bandung.
Mukhlis, (2017). Lantanida Journal, Vol. 5 No. 1. Aceh : Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Ar-Raniry .
PERTANYAAN ULANG

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengukuran ? Berikan 5 contoh alat ukur!
Pengukuran adalah cara mengukur suatu benda baik dimensi ataupun
kedalaman benda tersebut. Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan
alat ukur. Contoh alat ukur adalah mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup,
volmeter, dan manometer.
2. Apa yang dimaksud dengan Besaran Pokok dan sebutkan ?
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditentukan terlebih
dahulu. Satuan besaran-besaran itu telah ditentukan sebagai acuan satuan
besaran-besaran lain. Terdapat tujuh besaran pokok serta langbang dan
satuannya dalam Satuan Internasional atau SI. Yang termasuk besaran pokok
yaitu : panjang, massa, waktu, suhu, kuat arus, intensitas, dan jumlah zat.
3. Tentukan nilai mikrometer sekrup berikut ini !

Diketahui skala utama adalah 5 mm dengan skala nonius sejajar yaitu 42


x 0,01 = 0,42 mm. Jadi nilai dari mikrometer sekrup tersebut adalah 5 + 0,42
= 5,42 mm.
4. Tentukan nilai Jangka Sorong berikut ini !

Diketahui skala utama berada pada 1,1 cm atau 11 mm. Skala nonius
berada diantara 6 dan 7, artinya skala noniusnya adalah 65 x 0,01 = 0,65 mm.
Maka panjang benda adalah 11 + 0,65 = 11,65 mm atau 1,165 cm.
5. Tentukan nilai Mikrometer Sekrup jika diketahui skala utama 23 dan skala
nominalnya 18?
Diketahui skala utama 23 mm dan skala nominalnya 18 x 0,01 = 0,18
mm. Maka nilai dari mikrometer sekrup tersebut adalah 23 + 0,18 = 23,18 mm
atau 2,318 cm.
LAMPIRAN

Data Asli Praktikum Fisika Nama : Susanti Fajariyah

Prodi Teknik Industri Genap 2020/2021 NIM : 200421100153


(01, Pengukuran) Kelas : D
Tanggal : 09 April 2021

(Sarah Nabila)

Anda mungkin juga menyukai