Praktikum 2. Embriogenesis
Praktikum 2. Embriogenesis
Embriogenesis
B. Pendahuluan
Perkembangan Embrio
- Tahapan ini dimulai dari oosit yang terbuahi sampai embrio menetas keluar dari
chorion (Gambar 2). Untuk ikan lele Mutiara, telur-telur yang fertil dan
berkembang secara sempurna tetap tampak jernih dengan bagian kuning telur
tampak berwarna hijau-kecokelatan dengan sedikit bintik berwarna kemerahan
hingga 7-9 jam setelah fertilisasi, sedangkan telur-telur yang mati berwarna
putih susu (keruh).
Gambar 2. Tahap awal perkembangan embrionik dari African giant catfish. A: Fertilized
egg; outer perivitelline membrane, opm; inner perivitelline membrane, ipm. B: Polar
division. Anal pole, ap; Vegetal Pole, vp. C: One-cell stage. D: Two-cell stage. E: Four-
cell stage. F: Eight-cell stage. G: Sixteen-cell stage. H: Thirty-two-cell stage. I: Sixty-
four-cell stage. J: Morula. K: Blastula (High). L: Blastula (low). M: Enveloping layer,
EVL; yolk syncytial layer, YSL; blastoderm, b. N: 50% Epiboly. O: Germ ring (shown by
arrow). P: Embryonic shield (shown by arrow). Q: 75% Epiboly. R: 95% Epiboly; yolk
plug, yp. S: Epiboly completed (100%); polster, p; tail bud, tb; perivitelline membrane
thickens. T: Neural keel, nk; Tail bud expansion noticed. U: Formation of somite blocks;
somite block, s; notochord, n; early emergence of optic primordia, op. V: Kupffer’s
vesicle, kv; spinal cord, sc; sclerotome, sl; myotome, m. Earlier formed somites
developed into myotome blocks and progressed caudally. Differentiation of aggregated
tail bud cells forming notochord's primordia and spinal cord, marking pharygula stage;
somites develop and mature cephalocaudally. W: Optic placode, pp; and otic placode,
tp; with the two tiny otoliths; inward cellular movement, i, noticed. X: Hollowed
embryonic membrane/pouch during hatching; chorion or perivitelline membrane, pm;
area of emergence, ao. Scale bar: 1 mm; Magnification: ×40
c). Tahap setelah embriologi (Post-embryonic stage) dan Tahap perkembangan larva
Tahap perkembangan pada fase ini mulai langsung ketika larva menetas keluar dari
korion sampai habisnya kuning telur. Sedangkan tahap perkembangan larva dimulai
setelah penyerapan kuning telur lengkap dan larva mulai makan dari luar. Periode ini
adalah periode larva awal dimana larva yang menetas telah menyelesaikan sebagian
besar morfogenesisnya dan mulai tumbuh dengan cepat. Tahap ini berlangsung selama
beberapa hari atau bulan (Gambar 3).
Gambar 3. Tahap setelah embrionik dan tahap perkembangan larva dari African giant
catfish. A: Cerebellar differentiation. Hind brain, h; mid brain, m; fore brain, f
(diencephalon, d; telencepahlon, t); otic placode, tp; optic placode, pp; olfactory
placode, lp; yolk sac, ys. B: First day old larva. Anus, as; yolk sac, ys. C: Second day
old larva. Telencephalon, t; diencephalon, d; epiphysis, e; mid brain, m; hind brain,
h; otolith, o; otic placode, tp; mouth gape, mg; mouth and jaw primordia, mjp; yolk
sac, ys. D: Third day old larva. Yolk sac, ys; eye, ee; operculum, opc. E: Fourth day
old larva. Caudal fin rays formation; caudal fin ray, cfr. Scale bar: 1 mm;
Magnification: ×40
d) Tahap penetasan
Larva-larva ikan lele Mutiara mulai menetas sekitar 18 jam setelah fertilisasi pada suhu
28-29 oC. Proses penetasan telur ikan lele Mutiara dilakukan dalam media air yang
mengalir atau mengalami proses pergantian atau menggunakan fasilitas aerasi untuk
memberikan suplai gas oksigen terlarut yang cukup bagi perkembangan telur/embrio.
Idealnya, kadar gas oksigen terlarut selama proses penetasan dijaga tidak kurang dari
5 mg/L. Jika penetasan dilakukan dalam air yang tidak mengalir dan tidak terjadi
pergantian air menghasilkan daya tetas yang rendah, bahkan tak jarang telur-telur mati
dan tidak dapat menetas. Oleh karena itu, pada proses penetasan dalam air yang tidak
mengalir perlu dilakukan penggantian air (bersuhu sama) dan menggunakan padat
tebar telur yang rendah berkisar 100-150 butir telur/liter (sekitar 0,1-0,2 g telur/liter)
(Iswanto et al., 2014)
Larva-larva yang baru menetas biasanya mengumpul saling menempel atau menempel
pada substrat, hal ini dikarenakan adanya organ penempel pada bagian dasar perut
yaitu pada kantung kuning telurnya. Kemudian larva bersifat fototaksis negatif
(menghindari cahaya), maka larva yang baru menetas berkumpul di daerah yang gelap
pada dasar bak penetasan. Setelah dua hari kita bisa melihat larva berenang. Sehingga
perlu disiapkan pakan alami untuk larva. Penyifonan dilakukan dengan hati-hati untuk
membuang larva-larva yang mati ataupun sisa-sisa telur-telur yang tidak menetas dari
bak penetasan.
Post-embryonic developmental
stages in Clarias gariepinus.
Larval stages (fourth day of
hatching) in Clarias gariepinus:
(a) increased appendage
barbells; (b) well developed
alimentary canal; (c) well
developed fins. Scale bar: 1 mm.
Magnification: ×40.
Post-embryonic developmental
stages in Clarias gariepinus. Larval
stages (fourth day of hatching) in
Clarias gariepinus: (a) translucent
larva with well developed
alimentary canal; (b) well
developed pectoral fin at second
week old (depicted by arrow). PF,
pectoral fin. Scale bar: 1 mm.
Magnification: ×40.
2) Kerja enzimatik, yaitu enzim dan zat kimia lainnya yang dikeluarkan oleh kelenjar
endodermal di daerah pharink embrio. Enzim ini disebut chorionase yang kerjanya
bersifat mereduksi chorion yang terdiri dari pseudokeratine menjadi lembek. Sehingga
pada bagian cangkang yang tipis dan terkena chorionase akan pecah dan ekor embrio
keluar dari cangkang kemudian diikuti tubuh dan kepalanya.
C. Metode Praktikum
Perlakuan
Telur patin dan telur gurami akan diberi perlakuan sebagai berikut:
P1: Suhu media pemeliharaan pada 25oC
P2: Tiroksin 0,1 mg/L + suhu media pemeliharaan pada 25oC
P3: Suhu media pemeliharaan mengikuti suhu ruang
P4: Tiroksin 0,1 mg/L + suhu media pemeliharaan mengikuti suhu ruang
P5: Suhu media pemeliharaan pada 30oC
P6: Tiroksin 0,1 mg/L + suhu media pemeliharaan pada 30oC
Variabel Praktikum
1. Volume kuning telur
Laju penyerapan kuning telur dihitung berdasarkan volume kuning telur awal dan
kuning telur sisa. Volume kuning telur dapat dihitung dengan mengukur diameter
memanjang dan melebar kuning telur. Volume kuning telur dihitung dengan rumus:
𝜋
𝑉 = ( )𝐿𝐻
6
Keterangan :
V : volume kuning telur (mm3)
L : diameter kuning telur memanjang (mm)
H : diameter kuning telur memendek (mm)
2. Organogenesis
Pengamatan organ – organ tubuh dilakukan dengan mencatat waktu pertama kali
organ – organ muncul, dengan mencatat kapan terbentuknya dan karakteristinya
(tanda), misalnya: Mulut larva mulai membuka (ditandai dengan terpisahnya rahang
atas dan rahang bawah).
a. Jantung
b. Sistem peredaran darah
c. Bintik mata
d. Mulut larva mulai membuka
e. Gelembung renang
f. Organ pencernaan (usus)
g. Tingkah laku Jerkey motion
5. Pertumbuhan Mutlak
𝐿=𝐿 –𝐿
Keterangan
L : pertumbuhan panjang mutlak (mm)
Lt : panjang larva pada akhir (mm)
Lo: panjang ikan pada awal (mm)
Pertumbuhan berat mutlak larva nilem dihitung dengan mengambil 10-20 ekor
ikan setiap perlakuan selanjutnya dapat diukur menggunakan timbangan digital.
Pertumbuhan bobot mutlak dihitung menggunakan rumus Effendie (1997) yaitu:
𝑊 = 𝑊𝑡 – 𝑊
Keterangan:
W : Pertumbuhan bobot mutlak (mg)
Wt : Bobot total ikan akhir (mg)
Wo : Bobot total ikan awal (mg)
Eka, S.H., Mukti, A.T., Satyantini, W.H., and Mubarak, A.S. (2020). Preliminary study:
the effect of cryopreservation on the gastrula-staged embryo of African catfish
(Clarias gariepinus). IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science 441
012124 doi:10.1088/1755-1315/441/1/012124
Effendie, M.I. 1997. Biology Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogya-karta.
163 hal.
Iswanto, B., Suprapto, R., Marnis, H., dan Imron. (2016). Performa Reproduksi IKan
Lele (Clarias gariepinus). Media Akuakultur, 11 (1): 1-9.
Lugert, V., Thaller, G., Tetens, J., Schulz, C., & Krieter, J. (2016). A review on fish
growth calculation: multiple functions in fish production and their speci-fic
application. Reviews in Aquaculture, 8(1), 30-42.
Olaniyi, W.A. and Omitogun, G. O. (2014). Embryonic and larval developmental stages
of African giant catfish Heterobranchus bidorsalis (Geoffroy Saint Hilaire, 1809)
(Teleostei, Clariidae). SpringerPlus 3:677
Prosedur Operasional Standar Budidaya Ikan Lele. (2014). Loka Riset Pemuliaan dan
Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar (LRPTBPAT). Sukamandi.
E. Lembar Kerja Dua
Judul: u
1. Deskripsikan dan gambarkan karakteristik telur yang dibuahi dan tidak dibuahi
sesuai dengan praktikum yang dilakukan dan beri keterangan:
2. Deskripsikan dan gambarkan karakteristik embrio dan atau larva sesuai dengan
praktikum yang dilakukan dan beri keterangan:
4. Lengkapilah table berikut ini berdasarkan apa yang kelompok anda lakukan: