ERACS
ERACS
TINJAUAN PUSTAKA
ABSTRAK
Pembedahan dan trauma menyebabkan respon kompleks metabolik, hormonal, hematologi, dan imunologi
tubuh serta mengaktivasi sistem saraf simpatis. Secara umum, respon stress yang terjadi akibat pembedahan
bisa menyebabkan efek yang berbahaya bagi pasien. Enhanced Recovery After Surgery (ERAS) adalah
penatalaksanaan perioperatif yang berbasis multimodal multidisiplin yang didesain untuk menurunkan
respon stress selama operasi, mengurangi komplikasi, lama rawat, dan mempercepat waktu pemulihan.
Protokol ERAS (ERAS pathway) meliputi manajemen preoperasi, intraoperasi, sampai dengan postoperasi.
Manajemen preoperatif ERAS dimulai sejak preadmisi. Manajemen preadmisi meliputi informasi dan konseling
pasien dan keluarga, menghentikan rokok dan konsumsi alkohol, skrining nutrisi, dan optimalisasi kondisi
kesehatan pasien dan medikasi penyakit penyerta. Manajemen preoperasi meliputi terapi karbohidrat, protokol
puasa, terapi karbohidrat, profilaksis antibiotic, profilaksis tromboemboli, dan profilaksis mual muntah.
ABSTRACT
Surgery and trauma stimulate metabolic, hormonal, haematological, immunological complex response and
activate sympathetic nerve systems. Generally, stress response induced by surgery may causes dangerous
impacts. Enhanced Recovery After Surgery (ERAS) is multimodal and multidisciplinary perioperative
management approach designed for minimizing stress response, patient complication, length of hospital
stay, and enhancing patient recovery.
ERAS protocol or pathway includes preoperative, intraoperative, and postoperative management. ERAS
preoperative management is started at preadmission phase. Preadmission management includes patient
and family education and counseling, alcohol and smoking cessation, nutritional screening, patient’s
health condition optimizing and coexist disease medication optimizing. Preoperative management includes
carbohydrate treatment, fasting protocol, preoperative antibiotic prophylaxis, preoperative thromboembolic
prophylaxis, and prophylaxis against nausea and vomit.
61
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 5 Nomor 2, Maret 2018
fungsi organ preoperasi dan menurunkan respon Efek stimulasi sistem saraf simpatis
stress selama operasi. Kunci utama pada protokol sudah banyak diketahui, diantaranya
ERAS meliputi konseling preoperasi, optimalisasi aktivasi aktifasi alfa-1-adenoreseptor yang
nutrisi, penggunaan obat anestesi dan analgesi menyebabkan vasokonstriksi perifer dan
sesuai standard, serta mobilisasi dini. Pada Literatur splanknik, glikogenolisis hepar, dilatasi pupil,
– literatur sebelumnya banyak dibahas penggunaan dan relaksasi otot polos intestinal. Peran
protokol ERAS ini pada operasi kanker kolorektal, aktivasi alfa-2-adenoreseptor tidak begitu jelas
namun saat ini penggunaannya sudah luas dan bisa tapi berhubungan dengan agregasi platelet
diaplikasikan pada banyak operasi.1 dan sedasi. Aktivasi yang lain adalah aktivasi
Protokol ERAS meliputi spektrum luas reseptor beta yang menyebabkan peningkatan
perioperatif, dimulai dari preadmisi, preoperasi, kontraktilitas dan laju jantung, relaksasi otot
intraoperasi sampai paska operasi yang melibatkan polos yang menyebabakan vasodilatasi perifer
tim multidisiplin yang terdiri dari dokter anestesi, dan bronnkhodilatasi. Aktivasi reseptor ini juga
dokter bedah, perawat dan ahli gizi. Penelitian menyababkan efek metabolic.2
– penelitian terbaru membuktikan bahwa ERAS Sebagai hasil proses tersebut, akan terjadi
berkontribusi dalam meningkatkan hasil operasi hipertensi, takikardia, pelepasan renin dan
yang optimal pada pasien, mengurangi komplikasi glukagon. Efek kardiovaskular menjaga cardiac
paska operasi, percepatan pemulihan paska operasi, output dan fungsi organ penting. Pelepasan
dan mendukung pemulangan pasien dari bangsal renin mengakibatkan konversi angiotensin 1
yang lebih cepat, sehingga akan berimplikasi pada menjadi angiotensin 2 yang mengakibatkan
pengeluaran biaya yang semakin sedikit.1 konstriksi perifer dan pelepasan aldosterone
dari korteks adrenal akan menghasilkan retensi
TINJAUAN PUSTAKA air dan natrium. Pelepasan glukagon dari sel
A. Respon Stress Akibat Pembedahan Dan alfa Islet Langerhans di pancreas meningkat
Trauma glikogenolisis di hati dan otot, menyebabkan
Pembedahan dan trauma menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa dan laktat
r e s p o n ko m p l e k s m e t a b o l i k , h o r m o n a l , serta memobilisasi asam lemak bebas. Efek
hematologi, dan imunologi tubuh serta metabolik sistem saraf simpatis tidak terlalu
mengaktivasi sistem saraf simpatis. Stimulus berperan dibanding efek dari insulin.2
awal terjadi karena munculnya sitokin terutama
interleukin-6 (IL-6) dan tumor necrosis factor (TNF) 2) Perubahan Hormonal dan Metabolik
yang dilepaskan oleh leukosit dan sel endotel di Perubahan secara umum yang terjadi pada
lokasi luka yang mengakibatkan efek lokal dan respon ini melibatkan katabolisme protein
sistemik. Serabut saraf eferen nosiseptif (A-delta untuk menyediakan substrat energi. Protein
dan serabut tipe C) mentransmisikan impuls nyeri dari otot rangka dan gliserol yang diproduksi
ke sistem saraf pusat dari saraf perifer melalui dari perombakan sel lemak dimanfaatkan
traktus spinotalamikus.2 untuk glicogenolisis di hati. Asam lemak
1) Efek Sistem Saraf Simpatis dimetabolisme menjadi badan keton yang bisa
Aktivasi sistem saraf simpatis penyebab digunakan sebagai sumber energi oleh banyak
respon stress pada pembedahan dan trauma organ.2
distimulasi oleh hipotensi via baroreseptor, ACTH (Hormon Adrenokortikotropik) dan
hipoksemia dan asidosis metabolik via Cortisol
kemoreseptor, nyeri, kecemasan, dan distress Selama pembedahan, hipotalamus
via sistem limbik dan korteks serebri, stimulasi menstimulasi lepasnya hormon pituitary
saraf autonom aferen, aktivasi secara langsung seperti hormon adrenokortikotropik (ACTH)
sistem saraf simpatis.2 yang menyebabkan sekresi kortisol dari korteks
62
Manajemen Preoperatif pada Protokol Enhanced Recovery ...
adrenal yang terjadi dalam hitungan menit radikal bebas yang berperan dalam perbaikan
setelah dimulainya operasi. Kortisol yang jaringan dan memperbesar atau memodifikasi
meningkat kadarnya dalam tubuh menyebabkan respon imun.2
hiperglikemi dan resistensi insulin perifer. Selain
itu kortisol juga menstimulasi sintesis glikogen 3) Perubahan Hematologi dan Imunologi
hepar dan memiliki efek imunomodulasi dan Hiperkoagualan dan fibrinolisis terjadi
anti peradangan. Aksi mineralokortikoid karena efek dari sitokin dan protein fase
menyebabkan efek retensi natrium dan air pada akut melalui jalur koagulasi. Leukositosis dan
sistem saraf simpatis dan hormon diuretic.2 limfositosis juga terjadi, efek imunosupresi
ADH (Hormon Antidiuretik) dan GH (Hormon juga terjadi akibat efek langsung dari sekresi
Pertumbuhan) kortisol.2
Hormon-hormon ini disekresikan oleh Secara umum, respon stress yang terjadi
kelenjar pituitari menyebabkan retensi natrium akibat pembedahan bisa menyebabkan
dan air dan mobilisasi substrat energi secara efek yang berbahaya bagi pasien, meliputi:
berturut-turut. Peningkatan GH proporsional Peningkatan kebutuhan oksigen otot
terhadap keparahan perlukaan jaringan dan efek jantung yang meningkatkan risiko iskemia,
metabolik terjadi melalui GH yang menyerupai hipoksemia, vasokonstriksi splanknik yang
insulin, khususnya insulin-like growth factor-1 bisa mempengaruhi proses penyembuhan
(IGF-I). IGF-I menyebabkan terjadinya sintesis anastomosis, kehilangan suplai energi dan
protein, penghambatan pemecahan protein hilangnya massa otot yang apabila berat
dan menyebabkan terjadinya lipolysis. Secara dapat mengakibatkan kelemahan otot perifer
umum GH berperan dalam menjaga otot dan otot pernafasan, terhambatnya proses
rangka dengan cara menghambat katabolisme penyembuhan luka dan meningkatkan risiko
protein yang terjadi dan sebagai promotor infeksi, hiperkoagulabilitas, serta retensi
perbaikan jaringan. GH juga bisa menstimulasi natrium dan air.2
glikogenolisis oleh hati.2
Insulin Tabel 1. Respon Stress Pembedahan diambil dari
Kadar insulin tidak terpengaruh secara Enhance Recovery After Surgery (ERAS) Anesthesia
Tutorial of The Week 204.2
semestinya terhadap hiperglikemia dan
katabolisme yang terjadi akibat perubahan yang Kesimpulan Respon Stres Pembedahan
63
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 5 Nomor 2, Maret 2018
D. Alur ERAS
Tabel 2. Alur ERAS diambil dari Ljundqvist O, Scott M, Fearon KC. 2017.
Enhanced Recovery After Surgery: A Review.3
Preadmisi
Menghentikan rokok dan konsumsi Mengurangi komplikasi
1
alcohol
Skrining preoperative, jika diperlukan Mengurangi komplikasi
2
dilakukan asesmen dan support nutrisi
Mengoptimalkan medikasi penyakit kronis Mengurangi komplikasi
3
yang diderita pasien
Preoperatif
Konseling dan edukasi preoperatif pada Mengurangi kecemasan pasien melibatkan keluarga
1 pasien dan keluarga untuk meningkatkan kepatuhan terhadap protokol
perawatan
Terapi karbohidrat preoperative Mengurasi resistensi insulin, improve well-being,
2
percepatan pemulihan
3 Profilaksis antitrombosis preoperatif Mengurangi komplikasi tromboemboli
4 Profilaksis antibiotik preoperative Mengurangi angka infeksi
Profilaksis mual muntah perioperatif Mengurangi keluhan mual muntah postoperatif
5
Intraoperatif
Tehnik pembedahan yang invasive Mengurangi komplikasi, pemulihan yang cepat,
1
mungurangi nyeri.
Anestesi yang tersetandar, menghindari Menghindari atau mengurangi risiko ileus
2
penggunaan opioid yang long acting postoperatif.
Menjaga keseimbangan cairan Mengurangi komplikasi, mengurangi ileus
untuk menghindari terjadinya over/ postoperative
3 underhydration, mengadministrasikan
vasopressor untuk mensupport tekanan
darah
Anestesi epidural untuk pembedahan Mengurangi respon stress, insulin resisten, dan
4
terbuka manajemen dasar postoperatif
Merestriksi penggunaan drain Mensupport mobilisasi, mengurangi nyeri dan
5
ketidaknyamanan, tidak ada manfaat yang terbukti
Melepas NGT sebelum pasien Mengurangi risiko pneumonia, mensupport intake
6
dibangunkan oral padat
64
Manajemen Preoperatif pada Protokol Enhanced Recovery ...
65
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 5 Nomor 2, Maret 2018
c. Menghentikan rokok dan konsumsi alkohol nutrisi yang kurang adalah salah satu risiko
Merokok dan konsumsi alkohol harus komplikasi postoperasi. Kelaparan saat terjadi
dihentikan empat minggu sebelum operasi 4. stres metabolik karena cedera yang diakibatkan
Merokok dan konsumsi alkohol adalah faktor oleh apapun termasuk operasi berbeda dengan
risiko morbiditas perioperatif pada semua puasa pada kondisi fisiologis.16
operasi elektif maupun operasi emergensi Systemic Inflammatory Response Syndrome
baik pada pasien laki-laki maupun perempuan. (SIRS), adalah dampak mayor metabolism
Program intervensi sejak 3-8 minggu sebelum yang terjadi. Sindrom tersebut menyebabkan
operasi secara bermakna akan mengurangi katabolisme glikogen, lemak, dan protein
insidensi beberapa komplikasi paskaoperasi dengan lepasnya glukosa, asam lemak bebas,
yang serius, seperti komplikasi luka operasi, dan asam amino ke sirkulasi. Substrat-substrat
komplikasi kardipulmoner, dan infeksi.10 tersebut dialihkan dari fungsi normalnya untuk
Jika pasien dicurigai penyalah guna alkohol, penyembuhan dan respon imun.4
harus dilakukan pemeriksaan kardiovaskuler Untuk mencapai proses penyembuhan yang
(hipertensi, aritmia, dan tanda gagal jantung) semestinya dan pemulihan fungsi dibutuhkan
dan pemeriksaan fungsi saraf (gangguan terapi nutrisi khususya jika pasien dalam kondisi
penglihatan, gangguan koordinasi, atau malnutrisi dan respon stress/inflamasi yang
gangguan fungsi kognitif, atau neuropati memanjang. Kesuksesan operasi tidak hanya
perifer maupun pusat), serta kemungkinan tergantung dari keahlian teknik operasi, terapi
gangguan hati juga harus dicari. Pengguna intervensi metabolik juga memiliki andil dalam
kronis alcohol kebutuhan dosis agen anestesi menyokong fungsi metabolik dan nutrisi untuk
saat operasi meningkat. Dosis efektif propofol, mencapai penyembuhan.17
thiopental, dan opioid seperti alfentanil Disease Related Malnutrition seringkali tidak
meningkat. Peningkatan kebutuhan anestesi disadari sehingga tidak diatasi dan berkontribusi
ini dapat memperburuk risiko ketidakstabilan pada risiko komplikasi paskaoperasi. Risiko
kardiovaskular pada pasien yang mungkin metabolik terkait Disease Related Malnutrition
menderita kardiomiopati, gagal jantung, atau dapat dideteksi dengan mudah menggunakan
dehidrasi.11 “Nutritional Risk Score”. Untuk kepentingan
Merokok adalah faktor lain selain alkohol klinis preoperatif data yang dibutuhkan adalah:
yang meningkatkan risiko komplikasi luka dan skrining malnutrisi menggunakan Nutritional
komplikasi pulmoner.12 Satu bulan periode Risk Score (NRS) pada saat preadmisi atau
bebas rokok preoperatsi mengurangi insiden kontak pertama, observasi dan dokumentasi
komplikasi.12-15 intake oral, follow up berat badan dan BMI
secara regular, konseling nutrisi. 18
d. Skrining nutrisi preoperasi, jika diperlukan Untuk menentukan pasien bedah dengan
dilanjutkan penilaian dan manejemen risiko risiko gizi buruk adalah dengan adanya setidaknya
nutrisi pasien. satu dari kriteria berikut: penurunan berat badan
Untuk membuat rencana dukungan nutrisi >10-15% dalam 6 bulan, BMI <18,5 kg/m2,
yang sesuai pada pasien operasi, penting sekali Subjective Global Asessmen (SGA) grade C atau
untuk memahami perubahan metabolisme NRS > 5, preoperative serum albumin < 3,0 g/dl
yang terjadi akibat cedera, dan bahwa status (tanpa bukti adanya gangguan hati atau ginjal).19
66
Manajemen Preoperatif pada Protokol Enhanced Recovery ...
Tabel 3. Nutritional Risk Score. Diambil dari Are Patients at Nutritional Risk More Prone to Complications
Urological Surgery? 2013. The Journal of Urology 190, issue 6, 2126-2132. Pasien yang skornya > 3 berisiko.20
Skor Status Nutrisi Keparahan Penyakit/ pembedahan Umur
0 Normal Normal < 70 tahun
1 Penurunan BB > 5% selama 3 bu- Penyakit kronis, fraktur pinggul, kanker, > 70 tahun
lan atau masukan makanan <75% pembedahan minor.
2 Penurunan BB > 5% selama 2 bu- Pembedahan mayor, infrak miokard, peneu-
lan atau masukan makanan <50% monia, limfoma, leukemia
atau BMI 18,5-20,5
3 Penurunan BB > 5% selama 1 bu- Trauma kepala, transplantasi, pasien per-
lan atau masukan makanan <25% awatan intensif
atau BMI <18,5
Berdasarkan table di atas nilai NRS didapatkan Strategi profilaksi non farmakologis
dari penjumlahan skor status nutrisi, skor keparahan meliputi elastic compression stocking dan alat
penyakit/ pembedahan, dan skor umur pasien. intermitten pneumatic compression (IPC) yang
Pasien yang berisisko adalah pasien dengan total digunakan pada pasien yang memiliki risiko
skor > 3. perdarahan perioperatif yang besar. Strategi
2. Preoperatif farmakologi meliputi unfractionated heparin
a. Terapi karbohidrat (UFH), low-molecular weight heparin (LMWH),
“Pengkondisian metabolik” pada pasien antikoagulan aksi langsung per oral (dabigatran,
terfokus pada pencegahan dan terapi resistensi rivaroxaban, apixaban), dan asam asetilsalisilat
insulin, yang bertujuan untuk mengurang yang dapat digunakan secara tunggal maupun
komplikasi setelah dilakukan operasi besar. kombinasi dengan strategi nonfarmakologis.22
Karbohidrat preoperatif dapat mengurangi Pada semua pasien, mobilisasi dini sangat
resistensi insulin, mencegah hipoglikemia dan ditekankan. fondaparinux, Penggunaan
dapat mengurangi stress. Memperhatikan profilaksis TVE perioperasi yang sesuai
besarnya peradangan yang disebabkan adalah pilar utama ERAS karena dua alasan:
oleh stres dan kemampuan pasien untuk 1). Pemberian profilaksis antikoagulan yang
menghasilkan respon host yang memadai sesuai (dosis dan waktu) penting baik untuk
telah menghasilkan konsep “imunonutrisi” mengurangi risiko TVE maupun perdaran
yang kemudian disebut “ecoimmunonutrition” luka operasi untuk memfasilitasi pemberian
ketika menggunakan pre- dan probiotik untuk anestesi operatif dan postoperative, yang
menjaga keseimbangan microbiome di usus dan kesemuanya memfasilitasi pemulihan pasien.22
meningkatkan imunitas mukosa usus.21 2). Mobilisasi dini adalah komponen penting
dalam mengurangi risiko perioperasi TVE, telah
b. Profilaksis antitrombosis preoperatif mengurangi angka TVE setelah operasi hip and
Tromboemboli vena (TVE) adalah hal knee replacement.23
yang serius akan tetapi merupakan komplikasi Poin-poin kunci strategi profilaksis
hospitalisasi yang dapat dicegah pada TVE perioperasi adalah sebagai berikut: 1).
pasien operasi. TVE selama ini sangat tinggi strategi yang tepat untuk profilaksis TVE
menyebabkan morbiditas dan mortalitas pasien harus mengevaluasi risiko pendarahan dan
operasi. Banyaknya bekuan darah, emboli, trombosis pasien, bedah, dan anestesi. 2).
sindrom post thrombosis, dan hipertensi Low-molecular-weight heparin adalah strategi
pulmoner tromboembolik kronik adalah profilaksis farmakologis standar pasca
komplikasi TVE yang membenarkan perlunya operasi berdasarkan beberapa percobaan
implementasi strategi pencegahan yang sesuai randomisasi berkualitas tinggi. Fondaparinux
dengan sumber daya yang ada.22 harus digunakan pada pasien dengan riwayat
67
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 5 Nomor 2, Maret 2018
HIT atau kontraindikasi lainnya terhadap artroplasti pinggul atau lutut elektif, operasi
LMWH. 3). antikoagulan oral langsung, terdiri patah tulang pinggul, dan operasi kanker
dari dabigatran, rivaroxaban dan apixaban, perut / panggul. 5). dosis LMWH yang lebih
menunjukkan khasiat dan keamanan yang tinggi harus dipertimbangkan pada pasien
umumnya serupa dengan LMWH dalam uji dengan BMI 30 kgm-2. 6). Tromboemboli
coba secara acak, namun hanya diindikasikan vena adalah komplikasi paskaoperasi yang
untuk pasien yang memiliki artroplasti pinggul umum terjadi, namun strategi profilaksis
atau lutut. Data untuk prosedur ortopedi yang efektif, termasuk cara non farmakologis
lainnya dan prosedur bedah non-ortopedi dan farmakologis, telah mengurangi angka
kurang. 4). durasi profilaksis harus diteruskan kejadiannya.22-24
sampai 28-35 hari untuk pasien yang menjalani
Tabel 4. The Caprini RAM adalah instrumen asesmen risiko VTE pada operasi penyakit kritis yang
sahih dan dapat dipercaya 25
Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3 Nilai 5
(masing-masing) (masing-masing) (masing-masing) (masing-masing)
Umur 41-60 Umur 61-74 Umur > 75 Artroplasti sendi
Rencana pembedahan mi- Pembedahan besar (>45 Riwayat TEV Fraktur pinggul, panggul,
nor menit) atau tungkai (< 1 bulan)
Vena varicose Pembedahan artroskopi Riwayat keluarga TEV Stroke (<1 bulan)
Riwayat Inflammatory Pembedahan laparoskopik Faktor 5 Leiden Trauma (<1 bulan)
Bowel Disease (IBD) (> 45 menit)
Pembengkakan kaki keganasan atau riw kega- Prothrombin 20210A Cedera medulla spinalis (<1
nasan bulan)
BMI > 25 Pasien harus diatas bed (> Serum homosistein menin-
72 jam) gkat
Infak miokard akut Immobilisasi plaster cast (< Antikoagulan lupus positif
1 bulan)
Gagal jantung (< 1 bulan) Akses vena sentral Trombositopenia karena
heparin
Sepsis (1 bulan)
Penyakit paru berat (<1 bu-
lan)
Fungsi paru tidak abnormal
Pasien dalam perawatan
bed rest
Kehamilan/ postpartus
Dalam terapi hormonal
Keguguran yang tidak bisa
dijelaskan
Risiko sangat rendah: nilai 0; risiko rendah: nilai 1-2; risiko sedang: nilai 3-4; risiko tinggi: nilai >4; IMT= indeks
massa tubuh; TVE= tromboemboli vena
68
Manajemen Preoperatif pada Protokol Enhanced Recovery ...
Pasien dijadwalkan
operasi
Tindakan dasar
Gambar 1. Algoritma yang disederhanakan untuk penilaian risiko tromboemboli vena (VTE) dan
Gambar 1. Algoritma yang disederhanakan untuk penilaian
tromboprofilaksis risiko tromboemboli
perioperatif. 22 vena (VTE) dan
tromboprofilaksis perioperatif. 22
Setiap pasien bedah harus menjalani pada operasi yang lama karena berkaitan
Setiapmenyeluruh
penilaian risiko pasien bedah harus menjalani penilaian
berdasarkan dengan wakturisiko menyeluruh
paruh berdasarkan
antibiotik yang digunakan.
hubungan
hubungan pasien
pasien dan faktor
dan faktor risiko. Sementara pasien
risiko. Sementara dalam
Persiapan semua
lapang kategori
operasi dengan risiko VTE
chlorhexidine-
pasien dalam semua
seharusnya menerimakategori
tindakan risiko VTE
dasar alkohol
(basic measure)
4
.
tromboprofilaksis seperti mobilisasi
seharusnya menerima tindakan dasar (basic
dini, latihan gerak aktif atau pasif, dan menghindari dehidrasi. Tromboprofilaksis
measure) tromboprofilaksis seperti mobilisasi d. Profilaksis mual muntah preoperasi
farmakologis rutin (lebih disarankan
dini, latihan gerak aktif atau pasif, dan LMWH), hanya
Sayangnya diindikasikan
tidak adapada
agen pasien di
antiemetic
intermediate
menghindari atau berisiko
dehidrasi. tinggi terhadap VTE.yang
Tromboprofilaksis Kecuali
efektifada kontraindikasi
digunakan yang jelas
secara tunggal untuk
farmakologis rutin (lebih disarankan LMWH), mengurangi insidensi PONV. Kombinasi
terhadap sistemik antikoagulan (mis., karena adanya risiko pendarahan yang berlebihan),
hanya diindikasikan pada pasien di intermediate antiemetik direkomendasikan pada pasien
metode mekanis seperti stoking kompresi elastis (SKE) seharusnya tidak digunakan
atau berisiko tinggi terhadap VTE. Kecuali dengan risiko tinggi PONV. Terapi kombinasi
22
adasendiri untuk profilaksis
kontraindikasi VTE terhadap
yang jelas dalam kategori intermediet dandaripada
lebih efektif berisikoterapi
tinggi.tunggal. Semua
sistemik antikoagulan (mis., karena adanya pasien dengan 1-2 faktor risiko PONV harus
risiko pendarahan yang berlebihan), metode diberikan profilaksis kombinasi dua antiemetik.
c. Profilaksis antibiotik preoperasi
mekanis seperti stoking kompresi elastis (SKE) Pasien dengan 3-4 faktor risiko diberikan 2-3
seharusnyaProfilaksis rutin sendiri
tidak digunakan menggunakan
untuk antibiotik intravena
antiemetik diberikan
dan total 30-60 menit
anestesi intravena (TIVA)
profilaksis VTE dalam
sebelum kategori
operasi intermediet
dimulai. Dosisdan dengan propofol
tambahan diberikan dan strategi
pada operasi opioid-sparing
yang lama karena
berisiko tinggi. 22 harus dilakukan.26
15 Contoh antiemetik adalah agonist serotonin
c. Profilaksis antibiotik preoperasi seperti ondansentron 4mg i.v. atau antagonist
Profilaksis rutin menggunakan antibiotik dopamine seperti dropidol 0,625-1,25 mg i.v
intravena diberikan 30-60 menit sebelum diberikan diakhir operasi atau scopolamine
operasi dimulai. Dosis tambahan diberikan transdermal patch dipasang semalam sampai
69
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 5 Nomor 2, Maret 2018
70
Manajemen Preoperatif pada Protokol Enhanced Recovery ...
71
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 5 Nomor 2, Maret 2018
20. Cerantola Y, Valerio M, Hubner M, Iglesias PK. 2015. Validation of the Caprini Venous
K, Vaucher L and Jichlinski P. Are Patients at Thromboembolism Risk Assessment Model in
Nutritional Risk More Prone to Complications Critically Ill Surgical Patients. JAMA Surgery.
Urological Surgery? 2013. The Journal of Urology: Vol.150(10), pp. 941-948.
Vol.190, issue 6, pp. 2126-2132 26. Feldheiser A, Aziz O, Baldini G, Cox BPBW,
21. Gianotti LMorelli L, Galbiati F, Rocchetti S, Fearon KCH, Feldman LS, Gan TJ, Kennedy
Coppola S, Beneduce A, Gialardini C, et al. 2010 A RH, Ljungqvist O, Lobo DN, Miller T, Radtke
randomized double-blind trial on perioperative FF, Garces TR, Schricker T, Scott MJ, Thacker JK,
administration of probiotics in colorectal cancer Ytrebø LM, Carli F. 2016. Enhanced Recovery
patients. World Journal Gastroenterology; 16:167- After Surgery (ERAS) for Gastrointestinal
175. Surgery, part 2: Consensus Statement for
22. Bel BR, Bastien PE, Douketis JD. 2015.On Behalf Anaesthesia Practice Corresponding Author
of Thrombosis Canada Prevention of venous 3. Acta Anaesthesiologica Scandinavica; Vol.
thromboembolism in the Enhanced Recovery 60(3), pp. 289–334.
After Surgery (ERAS) setting: an evidence-based 27. Brady M, Kinn S, Ness V, O’Rourke K, Randhawa
review 2014. Canadian Journal of Anesthesia N, Stuart P. 2009. Preoperative Fasting for
62:194–202. Preventing Perioperative Complications in
23. Pebanco GD, Kaiser SA, Haines ST. 2013. New Children. Cochrane Database of Systematic
pharmacologic methods to prevent venous Reviews: Wiley Online Library (4):CD005285.
thromboembolism in older adults: a meta- 28. Lobo DN, Hendry PO, Rodrigues G, Marciani
analysis. The Annalsof Pharmacotherapy. Vol. L, Totman JJ, Wright JW, Preston T, Gowland P,
47, pp. 605-16. Spiller RC, Fearon KC. 2009. Gastric Emptying
24. Falck-Ytter Y, Francis CW, Johanson NA, Curley of Three Liquid Oral Preoperative Metabolic
C, Dahl OE, Schulman S, Olter TL, Pauker Preconditioning Regimens Measured by
SG, Colwell JE Jr. 2012. Prevention of VTE in Magnetic Resonance Imaging in Healthy
orthopedic surgery patients: Antithrombotic Adult Volunteers: a Randomised Double‐Blind,
Therapy and Prevention of Thrombosis, 9th ed: Crossover Study. Clinical Nutrition Journal. Vol.
American College of Chest Physicians Evidence- 28, pp.636–41.
Based Clinical Practice Guidelines. 141(2 Suppl), 29. Ljungqvist O. 2009. Modulating Postoperative
pp. 278-325. Insulin Resistance by Preoperative Carbohydrate
25. Obi AT, Pannucci CJ, Nackashi A, Abdullah Loading. Best Practice and Research. Clinical
N, Alvarez R, Bahl V, Wakefield TW, Henke Anaesthesiology; Vol.23, pp. 401–9
72