Anda di halaman 1dari 12

JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI

VOLUME 5 NOMOR 2, MARET 2018

TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN PREOPERATIF PADA PROTOKOL ENHANCED


RECOVERY AFTER SURGERY (ERAS)

Juni Kurniawaty, Sudadi, Mohammad Pradhana Anindita*


Dokter anestesi dan staff pengajar program pendidikan dokter spesialis I Anestesiologi dan Terapi Intensif
FK UGM / RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
*Peserta program pendidikan dokter spesialis I Anestesiologi dan Terapi Intensif
FK UGM / RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

ABSTRAK
Pembedahan dan trauma menyebabkan respon kompleks metabolik, hormonal, hematologi, dan imunologi
tubuh serta mengaktivasi sistem saraf simpatis. Secara umum, respon stress yang terjadi akibat pembedahan
bisa menyebabkan efek yang berbahaya bagi pasien. Enhanced Recovery After Surgery (ERAS) adalah
penatalaksanaan perioperatif yang berbasis multimodal multidisiplin yang didesain untuk menurunkan
respon stress selama operasi, mengurangi komplikasi, lama rawat, dan mempercepat waktu pemulihan.
Protokol ERAS (ERAS pathway) meliputi manajemen preoperasi, intraoperasi, sampai dengan postoperasi.
Manajemen preoperatif ERAS dimulai sejak preadmisi. Manajemen preadmisi meliputi informasi dan konseling
pasien dan keluarga, menghentikan rokok dan konsumsi alkohol, skrining nutrisi, dan optimalisasi kondisi
kesehatan pasien dan medikasi penyakit penyerta. Manajemen preoperasi meliputi terapi karbohidrat, protokol
puasa, terapi karbohidrat, profilaksis antibiotic, profilaksis tromboemboli, dan profilaksis mual muntah.

Kata Kunci: ERAS, Preoperatif, Protokol Anestesi

ABSTRACT
Surgery and trauma stimulate metabolic, hormonal, haematological, immunological complex response and
activate sympathetic nerve systems. Generally, stress response induced by surgery may causes dangerous
impacts. Enhanced Recovery After Surgery (ERAS) is multimodal and multidisciplinary perioperative
management approach designed for minimizing stress response, patient complication, length of hospital
stay, and enhancing patient recovery.
ERAS protocol or pathway includes preoperative, intraoperative, and postoperative management. ERAS
preoperative management is started at preadmission phase. Preadmission management includes patient
and family education and counseling, alcohol and smoking cessation, nutritional screening, patient’s
health condition optimizing and coexist disease medication optimizing. Preoperative management includes
carbohydrate treatment, fasting protocol, preoperative antibiotic prophylaxis, preoperative thromboembolic
prophylaxis, and prophylaxis against nausea and vomit.

Keywords: ERAS, Preoperative, Anesthesia Protocol

PENDAHULUAN sudah mulai ditinggalkan. Perubahan – perubahan


Penatalaksanaan perioperatif bedah mengalami ini yang kemudian di formulasikan ke dalam protocol
pergeseran paradigma, dimana paradigm baru yang disebut ERAS (Enhanced Recovery After
tradisional seperti waktu pemanjangan waktu puasa Surgery). ERAS merupakan penatalaksanaan
preoperasi yang lama (nil by mouth from midnight), perioperasi yang berbasis multimodal untuk
pembersihan saluran pencernaan, dan pemberian mendapatkan pemulihan segera kondisi pasien
nutrisi kembali setelah 3-5 hari setelah operasi setelah dilakukan operasi dengan cara menjaga

61
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 5 Nomor 2, Maret 2018

fungsi organ preoperasi dan menurunkan respon Efek stimulasi sistem saraf simpatis
stress selama operasi. Kunci utama pada protokol sudah banyak diketahui, diantaranya
ERAS meliputi konseling preoperasi, optimalisasi aktivasi aktifasi alfa-1-adenoreseptor yang
nutrisi, penggunaan obat anestesi dan analgesi menyebabkan vasokonstriksi perifer dan
sesuai standard, serta mobilisasi dini. Pada Literatur splanknik, glikogenolisis hepar, dilatasi pupil,
– literatur sebelumnya banyak dibahas penggunaan dan relaksasi otot polos intestinal. Peran
protokol ERAS ini pada operasi kanker kolorektal, aktivasi alfa-2-adenoreseptor tidak begitu jelas
namun saat ini penggunaannya sudah luas dan bisa tapi berhubungan dengan agregasi platelet
diaplikasikan pada banyak operasi.1 dan sedasi. Aktivasi yang lain adalah aktivasi
Protokol ERAS meliputi spektrum luas reseptor beta yang menyebabkan peningkatan
perioperatif, dimulai dari preadmisi, preoperasi, kontraktilitas dan laju jantung, relaksasi otot
intraoperasi sampai paska operasi yang melibatkan polos yang menyebabakan vasodilatasi perifer
tim multidisiplin yang terdiri dari dokter anestesi, dan bronnkhodilatasi. Aktivasi reseptor ini juga
dokter bedah, perawat dan ahli gizi. Penelitian menyababkan efek metabolic.2
– penelitian terbaru membuktikan bahwa ERAS Sebagai hasil proses tersebut, akan terjadi
berkontribusi dalam meningkatkan hasil operasi hipertensi, takikardia, pelepasan renin dan
yang optimal pada pasien, mengurangi komplikasi glukagon. Efek kardiovaskular menjaga cardiac
paska operasi, percepatan pemulihan paska operasi, output dan fungsi organ penting. Pelepasan
dan mendukung pemulangan pasien dari bangsal renin mengakibatkan konversi angiotensin 1
yang lebih cepat, sehingga akan berimplikasi pada menjadi angiotensin 2 yang mengakibatkan
pengeluaran biaya yang semakin sedikit.1 konstriksi perifer dan pelepasan aldosterone
dari korteks adrenal akan menghasilkan retensi
TINJAUAN PUSTAKA air dan natrium. Pelepasan glukagon dari sel
A. Respon Stress Akibat Pembedahan Dan alfa Islet Langerhans di pancreas meningkat
Trauma glikogenolisis di hati dan otot, menyebabkan
Pembedahan dan trauma menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa dan laktat
r e s p o n ko m p l e k s m e t a b o l i k , h o r m o n a l , serta memobilisasi asam lemak bebas. Efek
hematologi, dan imunologi tubuh serta metabolik sistem saraf simpatis tidak terlalu
mengaktivasi sistem saraf simpatis. Stimulus berperan dibanding efek dari insulin.2
awal terjadi karena munculnya sitokin terutama
interleukin-6 (IL-6) dan tumor necrosis factor (TNF) 2) Perubahan Hormonal dan Metabolik
yang dilepaskan oleh leukosit dan sel endotel di Perubahan secara umum yang terjadi pada
lokasi luka yang mengakibatkan efek lokal dan respon ini melibatkan katabolisme protein
sistemik. Serabut saraf eferen nosiseptif (A-delta untuk menyediakan substrat energi. Protein
dan serabut tipe C) mentransmisikan impuls nyeri dari otot rangka dan gliserol yang diproduksi
ke sistem saraf pusat dari saraf perifer melalui dari perombakan sel lemak dimanfaatkan
traktus spinotalamikus.2 untuk glicogenolisis di hati. Asam lemak
1) Efek Sistem Saraf Simpatis dimetabolisme menjadi badan keton yang bisa
Aktivasi sistem saraf simpatis penyebab digunakan sebagai sumber energi oleh banyak
respon stress pada pembedahan dan trauma organ.2
distimulasi oleh hipotensi via baroreseptor, ACTH (Hormon Adrenokortikotropik) dan
hipoksemia dan asidosis metabolik via Cortisol
kemoreseptor, nyeri, kecemasan, dan distress Selama pembedahan, hipotalamus
via sistem limbik dan korteks serebri, stimulasi menstimulasi lepasnya hormon pituitary
saraf autonom aferen, aktivasi secara langsung seperti hormon adrenokortikotropik (ACTH)
sistem saraf simpatis.2 yang menyebabkan sekresi kortisol dari korteks

62
Manajemen Preoperatif pada Protokol Enhanced Recovery ...

adrenal yang terjadi dalam hitungan menit radikal bebas yang berperan dalam perbaikan
setelah dimulainya operasi. Kortisol yang jaringan dan memperbesar atau memodifikasi
meningkat kadarnya dalam tubuh menyebabkan respon imun.2
hiperglikemi dan resistensi insulin perifer. Selain
itu kortisol juga menstimulasi sintesis glikogen 3) Perubahan Hematologi dan Imunologi
hepar dan memiliki efek imunomodulasi dan Hiperkoagualan dan fibrinolisis terjadi
anti peradangan. Aksi mineralokortikoid karena efek dari sitokin dan protein fase
menyebabkan efek retensi natrium dan air pada akut melalui jalur koagulasi. Leukositosis dan
sistem saraf simpatis dan hormon diuretic.2 limfositosis juga terjadi, efek imunosupresi
ADH (Hormon Antidiuretik) dan GH (Hormon juga terjadi akibat efek langsung dari sekresi
Pertumbuhan) kortisol.2
Hormon-hormon ini disekresikan oleh Secara umum, respon stress yang terjadi
kelenjar pituitari menyebabkan retensi natrium akibat pembedahan bisa menyebabkan
dan air dan mobilisasi substrat energi secara efek yang berbahaya bagi pasien, meliputi:
berturut-turut. Peningkatan GH proporsional Peningkatan kebutuhan oksigen otot
terhadap keparahan perlukaan jaringan dan efek jantung yang meningkatkan risiko iskemia,
metabolik terjadi melalui GH yang menyerupai hipoksemia, vasokonstriksi splanknik yang
insulin, khususnya insulin-like growth factor-1 bisa mempengaruhi proses penyembuhan
(IGF-I). IGF-I menyebabkan terjadinya sintesis anastomosis, kehilangan suplai energi dan
protein, penghambatan pemecahan protein hilangnya massa otot yang apabila berat
dan menyebabkan terjadinya lipolysis. Secara dapat mengakibatkan kelemahan otot perifer
umum GH berperan dalam menjaga otot dan otot pernafasan, terhambatnya proses
rangka dengan cara menghambat katabolisme penyembuhan luka dan meningkatkan risiko
protein yang terjadi dan sebagai promotor infeksi, hiperkoagulabilitas, serta retensi
perbaikan jaringan. GH juga bisa menstimulasi natrium dan air.2
glikogenolisis oleh hati.2
Insulin Tabel 1. Respon Stress Pembedahan diambil dari
Kadar insulin tidak terpengaruh secara Enhance Recovery After Surgery (ERAS) Anesthesia
Tutorial of The Week 204.2
semestinya terhadap hiperglikemia dan
katabolisme yang terjadi akibat perubahan yang Kesimpulan Respon Stres Pembedahan

dibahas sebelumnya, hal tersebut meungkin Hormon yang meningkat ACTH


Cortisol
terjadi akibat inhibisi oleh sistem saraf GH
simpatis terhadap sel beta pancreas (efek alfa- IGF-1
ADH
adrenergik). Tingkat keparahan hiperglikemia
Glukagon
proporsional dengan kerusakan jaringan, dan
Hormon yang turun/ rendah (tidak Insulin
kadar gula darah serum cerminan dari respon semestinya)
katekolamin. Resistensi insulin di jaringan Mobilisasi substrat Glicogenolisis
perifer juga terjadi, yang mengakibatkan Perombakan
otot rangka
berkurangnya pemanfaatan glukosa yang Pembentukan
berakibat hiperglikemia.2 protein fase
Lainnya akut
Lipolisis
Beta endorphin dan prolaktin dihasilkan
Secara umum
oleh kelenjar pituitari, tetapi perannya pada
Berkurangnya kemampuan untuk merespon dan
respon stress tidak jelas. Protein fase akut mengontrol hiperglikemi.
dihasilkan oleh hati. Mereka adalah mediator Pemanfaatan senyawa alternative seperti badan
keton sebagai substrat energi
inflamasi, antiproteinase, dan pembersih

63
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 5 Nomor 2, Maret 2018

B. Definisi ERAS C. Tujuan ERAS


Enhanced Recovery After Surgery (ERAS) dikenal Secara umum ERAS bertujuan untuk
juga sebagai fast track surgery atau Enhanced mengoptimalkan persiapan operasi, mencegah/
Recovery Protocol (ERP) adalah penatalaksanaan menghindari cedera iatrogenik intraoperative,
perioperasi yang berbasis multimodal yang didesain meminimalkan respon stress setelah pembedahan,
untuk menurunkan morbiditas, lama rawat inap, mengurangi atau mengatasi perubahan metabolik
meningkatkan waktu pemulihan paska operasi dan yang terjadi, mempercepat penyembuhan dan
meminimalkan komplikasi paska operasi. ERAS kembalinya fungsi normal, mendeteksi sedini
menggabungkan beberapa teknik perioperasi yang mungkin adanya proses penyembuhan yang tidak
bertujuan untuk mobilisasi dini paska operasi dan normal dan melakukan intervensi sedini mungkin
menurunkan respon stress selama operasi.3 jika diperlukan.3

D. Alur ERAS
Tabel 2. Alur ERAS diambil dari Ljundqvist O, Scott M, Fearon KC. 2017.
Enhanced Recovery After Surgery: A Review.3

No. Elemen Efek positif

Preadmisi
Menghentikan rokok dan konsumsi Mengurangi komplikasi
1
alcohol
Skrining preoperative, jika diperlukan Mengurangi komplikasi
2
dilakukan asesmen dan support nutrisi
Mengoptimalkan medikasi penyakit kronis Mengurangi komplikasi
3
yang diderita pasien
Preoperatif
Konseling dan edukasi preoperatif pada Mengurangi kecemasan pasien melibatkan keluarga
1 pasien dan keluarga untuk meningkatkan kepatuhan terhadap protokol
perawatan
Terapi karbohidrat preoperative Mengurasi resistensi insulin, improve well-being,
2
percepatan pemulihan
3 Profilaksis antitrombosis preoperatif Mengurangi komplikasi tromboemboli
4 Profilaksis antibiotik preoperative Mengurangi angka infeksi
Profilaksis mual muntah perioperatif Mengurangi keluhan mual muntah postoperatif
5

Intraoperatif
Tehnik pembedahan yang invasive Mengurangi komplikasi, pemulihan yang cepat,
1
mungurangi nyeri.
Anestesi yang tersetandar, menghindari Menghindari atau mengurangi risiko ileus
2
penggunaan opioid yang long acting postoperatif.
Menjaga keseimbangan cairan Mengurangi komplikasi, mengurangi ileus
untuk menghindari terjadinya over/ postoperative
3 underhydration, mengadministrasikan
vasopressor untuk mensupport tekanan
darah
Anestesi epidural untuk pembedahan Mengurangi respon stress, insulin resisten, dan
4
terbuka manajemen dasar postoperatif
Merestriksi penggunaan drain Mensupport mobilisasi, mengurangi nyeri dan
5
ketidaknyamanan, tidak ada manfaat yang terbukti
Melepas NGT sebelum pasien Mengurangi risiko pneumonia, mensupport intake
6
dibangunkan oral padat

64
Manajemen Preoperatif pada Protokol Enhanced Recovery ...

No. Elemen Efek positif

Mengontrol suhu tubuh menggunakan Mengurangi komplikasi


7 selimut aliran-udara-hangat dan cairan
intravena yang dihangatkan
Postoperatif
1 Mobilisasi dini (hari operasi) Mensupport pemulihan pergerakan normal
Intake cair dan padat secara oral sedini Mensupport suplai energi dan protein, mengurangi
2
mungkin (ditawarkan di hari operasi) resistensi insulin yang disebabkan kelaparan.
Pelepasan kateter urin sedini mungkin dan Mensupport ambulasi dan mobilisasi
3
cairan intravena (pagi setelah operasi)
Menggunakan permen karet dan agen Mensupport pemulihan fungsi usus
4. laksatif dan agent penghambat opioid
(jika menggunakan opioid)
Intake suplemen nutrisi kaya protein dan Meningkatkan energi dan intake protein sebagai
5
energi tambahan makanan normal
Pendekatan multimodal untuk kontrol Kontrol nyeri, mengurangi resistensi insulin, support
6
nyeri hemat opioid mobilisasi
Pendekatan multimodal untuk mengontrol Meminimalkan mual muntah postoperatif dan
7
mual muntah support energi dan intake protein
Melakukan perencanaan pemulangan Menghindari penundaan pemulangan karena sebab
8
pasien yang tidak perlu
Mengaudit proses luaran tim Memonitor dan evaluasi pelayanan (kunci perbaikan
9 multiprofesional dan multidisiplin secara luaran)
teratur

1. Preadmisi b. Optimasi kondisi pasien dan optimasi


a. Informasi preadmisi, edukasi dan konseling. manajemen penyakit kronis (program
Pasien seharusnya mendapatkan informasi prehabilitasi).
yang cukup mengenai prosedur pembedahan Optimasi preoperatif meliputi manajemen
dan pembiusan yang akan dialami pasien dan anemia, diabetes, tekanan darah tinggi, dan
idealnya pasien dan keluarga bertemu dengan masalah kesehatan yang lain. Asesmen
dokter bedah, anestesi dan perawat untuk preoperatif harus dilakukan dilanjutkan dengan
diskusi.4 Hal ini bisa mengurangi ketakutan optimasi lebih lanjut dan startifikasi risiko.2
dan kecemasan pasien, mempercepat Akhir-akhir ini diperkenalkan istilah
pemulihan pasien dan pemulangan pasien prehabilitasi dengan pendekatan multimodal.
dari rumah sakit. 4 Konseling psikologis Prehabilitasi adalah sinergi optimasi nutrisi
bertujuan untuk menurunkan kecemasan dengan latihan fisik preoperasi, optimasi
yang bisa mempercepat penyembuhan luka medikamentosa, dan relaksasi. Hasil dari
dan pemulihan setelah operasi.5 Konseling metaanilisis menunjukkan bahwa terapi
personal, selebaran atau informasi multimedia latihan berkontribusi terhadap turunnya angka
yang diberikan pada pasien bisa membentuk komplikasi postoperasi dan memendeknya lama
keterlibatan keterlibatan pasien dalam nutrisi rawat pasien bedah jantung dan abdomen.8
perioperasi, mobilisasi, kontrol nyeri, fisioterapi, Latihan otot-otot inspirator berhubungan
dan mengurangi prevalensi komplikasi.6,7 dengan turunnya komplikasi pulmoner
postoperative.9

65
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 5 Nomor 2, Maret 2018

c. Menghentikan rokok dan konsumsi alkohol nutrisi yang kurang adalah salah satu risiko
Merokok dan konsumsi alkohol harus komplikasi postoperasi. Kelaparan saat terjadi
dihentikan empat minggu sebelum operasi 4. stres metabolik karena cedera yang diakibatkan
Merokok dan konsumsi alkohol adalah faktor oleh apapun termasuk operasi berbeda dengan
risiko morbiditas perioperatif pada semua puasa pada kondisi fisiologis.16
operasi elektif maupun operasi emergensi Systemic Inflammatory Response Syndrome
baik pada pasien laki-laki maupun perempuan. (SIRS), adalah dampak mayor metabolism
Program intervensi sejak 3-8 minggu sebelum yang terjadi. Sindrom tersebut menyebabkan
operasi secara bermakna akan mengurangi katabolisme glikogen, lemak, dan protein
insidensi beberapa komplikasi paskaoperasi dengan lepasnya glukosa, asam lemak bebas,
yang serius, seperti komplikasi luka operasi, dan asam amino ke sirkulasi. Substrat-substrat
komplikasi kardipulmoner, dan infeksi.10 tersebut dialihkan dari fungsi normalnya untuk
Jika pasien dicurigai penyalah guna alkohol, penyembuhan dan respon imun.4
harus dilakukan pemeriksaan kardiovaskuler Untuk mencapai proses penyembuhan yang
(hipertensi, aritmia, dan tanda gagal jantung) semestinya dan pemulihan fungsi dibutuhkan
dan pemeriksaan fungsi saraf (gangguan terapi nutrisi khususya jika pasien dalam kondisi
penglihatan, gangguan koordinasi, atau malnutrisi dan respon stress/inflamasi yang
gangguan fungsi kognitif, atau neuropati memanjang. Kesuksesan operasi tidak hanya
perifer maupun pusat), serta kemungkinan tergantung dari keahlian teknik operasi, terapi
gangguan hati juga harus dicari. Pengguna intervensi metabolik juga memiliki andil dalam
kronis alcohol kebutuhan dosis agen anestesi menyokong fungsi metabolik dan nutrisi untuk
saat operasi meningkat. Dosis efektif propofol, mencapai penyembuhan.17
thiopental, dan opioid seperti alfentanil Disease Related Malnutrition seringkali tidak
meningkat. Peningkatan kebutuhan anestesi disadari sehingga tidak diatasi dan berkontribusi
ini dapat memperburuk risiko ketidakstabilan pada risiko komplikasi paskaoperasi. Risiko
kardiovaskular pada pasien yang mungkin metabolik terkait Disease Related Malnutrition
menderita kardiomiopati, gagal jantung, atau dapat dideteksi dengan mudah menggunakan
dehidrasi.11 “Nutritional Risk Score”. Untuk kepentingan
Merokok adalah faktor lain selain alkohol klinis preoperatif data yang dibutuhkan adalah:
yang meningkatkan risiko komplikasi luka dan skrining malnutrisi menggunakan Nutritional
komplikasi pulmoner.12 Satu bulan periode Risk Score (NRS) pada saat preadmisi atau
bebas rokok preoperatsi mengurangi insiden kontak pertama, observasi dan dokumentasi
komplikasi.12-15 intake oral, follow up berat badan dan BMI
secara regular, konseling nutrisi. 18
d. Skrining nutrisi preoperasi, jika diperlukan Untuk menentukan pasien bedah dengan
dilanjutkan penilaian dan manejemen risiko risiko gizi buruk adalah dengan adanya setidaknya
nutrisi pasien. satu dari kriteria berikut: penurunan berat badan
Untuk membuat rencana dukungan nutrisi >10-15% dalam 6 bulan, BMI <18,5 kg/m2,
yang sesuai pada pasien operasi, penting sekali Subjective Global Asessmen (SGA) grade C atau
untuk memahami perubahan metabolisme NRS > 5, preoperative serum albumin < 3,0 g/dl
yang terjadi akibat cedera, dan bahwa status (tanpa bukti adanya gangguan hati atau ginjal).19

66
Manajemen Preoperatif pada Protokol Enhanced Recovery ...

Tabel 3. Nutritional Risk Score. Diambil dari Are Patients at Nutritional Risk More Prone to Complications
Urological Surgery? 2013. The Journal of Urology 190, issue 6, 2126-2132. Pasien yang skornya > 3 berisiko.20
Skor Status Nutrisi Keparahan Penyakit/ pembedahan Umur
0 Normal Normal < 70 tahun
1 Penurunan BB > 5% selama 3 bu- Penyakit kronis, fraktur pinggul, kanker, > 70 tahun
lan atau masukan makanan <75% pembedahan minor.
2 Penurunan BB > 5% selama 2 bu- Pembedahan mayor, infrak miokard, peneu-
lan atau masukan makanan <50% monia, limfoma, leukemia
atau BMI 18,5-20,5
3 Penurunan BB > 5% selama 1 bu- Trauma kepala, transplantasi, pasien per-
lan atau masukan makanan <25% awatan intensif
atau BMI <18,5

Berdasarkan table di atas nilai NRS didapatkan Strategi profilaksi non farmakologis
dari penjumlahan skor status nutrisi, skor keparahan meliputi elastic compression stocking dan alat
penyakit/ pembedahan, dan skor umur pasien. intermitten pneumatic compression (IPC) yang
Pasien yang berisisko adalah pasien dengan total digunakan pada pasien yang memiliki risiko
skor > 3. perdarahan perioperatif yang besar. Strategi
2. Preoperatif farmakologi meliputi unfractionated heparin
a. Terapi karbohidrat (UFH), low-molecular weight heparin (LMWH),
“Pengkondisian metabolik” pada pasien antikoagulan aksi langsung per oral (dabigatran,
terfokus pada pencegahan dan terapi resistensi rivaroxaban, apixaban), dan asam asetilsalisilat
insulin, yang bertujuan untuk mengurang yang dapat digunakan secara tunggal maupun
komplikasi setelah dilakukan operasi besar. kombinasi dengan strategi nonfarmakologis.22
Karbohidrat preoperatif dapat mengurangi Pada semua pasien, mobilisasi dini sangat
resistensi insulin, mencegah hipoglikemia dan ditekankan. fondaparinux, Penggunaan
dapat mengurangi stress. Memperhatikan profilaksis TVE perioperasi yang sesuai
besarnya peradangan yang disebabkan adalah pilar utama ERAS karena dua alasan:
oleh stres dan kemampuan pasien untuk 1). Pemberian profilaksis antikoagulan yang
menghasilkan respon host yang memadai sesuai (dosis dan waktu) penting baik untuk
telah menghasilkan konsep “imunonutrisi” mengurangi risiko TVE maupun perdaran
yang kemudian disebut “ecoimmunonutrition” luka operasi untuk memfasilitasi pemberian
ketika menggunakan pre- dan probiotik untuk anestesi operatif dan postoperative, yang
menjaga keseimbangan microbiome di usus dan kesemuanya memfasilitasi pemulihan pasien.22
meningkatkan imunitas mukosa usus.21 2). Mobilisasi dini adalah komponen penting
dalam mengurangi risiko perioperasi TVE, telah
b. Profilaksis antitrombosis preoperatif mengurangi angka TVE setelah operasi hip and
Tromboemboli vena (TVE) adalah hal knee replacement.23
yang serius akan tetapi merupakan komplikasi Poin-poin kunci strategi profilaksis
hospitalisasi yang dapat dicegah pada TVE perioperasi adalah sebagai berikut: 1).
pasien operasi. TVE selama ini sangat tinggi strategi yang tepat untuk profilaksis TVE
menyebabkan morbiditas dan mortalitas pasien harus mengevaluasi risiko pendarahan dan
operasi. Banyaknya bekuan darah, emboli, trombosis pasien, bedah, dan anestesi. 2).
sindrom post thrombosis, dan hipertensi Low-molecular-weight heparin adalah strategi
pulmoner tromboembolik kronik adalah profilaksis farmakologis standar pasca
komplikasi TVE yang membenarkan perlunya operasi berdasarkan beberapa percobaan
implementasi strategi pencegahan yang sesuai randomisasi berkualitas tinggi. Fondaparinux
dengan sumber daya yang ada.22 harus digunakan pada pasien dengan riwayat

67
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 5 Nomor 2, Maret 2018

HIT atau kontraindikasi lainnya terhadap artroplasti pinggul atau lutut elektif, operasi
LMWH. 3). antikoagulan oral langsung, terdiri patah tulang pinggul, dan operasi kanker
dari dabigatran, rivaroxaban dan apixaban, perut / panggul. 5). dosis LMWH yang lebih
menunjukkan khasiat dan keamanan yang tinggi harus dipertimbangkan pada pasien
umumnya serupa dengan LMWH dalam uji dengan BMI 30 kgm-2. 6). Tromboemboli
coba secara acak, namun hanya diindikasikan vena adalah komplikasi paskaoperasi yang
untuk pasien yang memiliki artroplasti pinggul umum terjadi, namun strategi profilaksis
atau lutut. Data untuk prosedur ortopedi yang efektif, termasuk cara non farmakologis
lainnya dan prosedur bedah non-ortopedi dan farmakologis, telah mengurangi angka
kurang. 4). durasi profilaksis harus diteruskan kejadiannya.22-24
sampai 28-35 hari untuk pasien yang menjalani

Tabel 4. The Caprini RAM adalah instrumen asesmen risiko VTE pada operasi penyakit kritis yang
sahih dan dapat dipercaya 25
Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3 Nilai 5
(masing-masing) (masing-masing) (masing-masing) (masing-masing)
Umur 41-60 Umur 61-74 Umur > 75 Artroplasti sendi
Rencana pembedahan mi- Pembedahan besar (>45 Riwayat TEV Fraktur pinggul, panggul,
nor menit) atau tungkai (< 1 bulan)
Vena varicose Pembedahan artroskopi Riwayat keluarga TEV Stroke (<1 bulan)
Riwayat Inflammatory Pembedahan laparoskopik Faktor 5 Leiden Trauma (<1 bulan)
Bowel Disease (IBD) (> 45 menit)
Pembengkakan kaki keganasan atau riw kega- Prothrombin 20210A Cedera medulla spinalis (<1
nasan bulan)
BMI > 25 Pasien harus diatas bed (> Serum homosistein menin-
72 jam) gkat
Infak miokard akut Immobilisasi plaster cast (< Antikoagulan lupus positif
1 bulan)
Gagal jantung (< 1 bulan) Akses vena sentral Trombositopenia karena
heparin
Sepsis (1 bulan)
Penyakit paru berat (<1 bu-
lan)
Fungsi paru tidak abnormal
Pasien dalam perawatan
bed rest
Kehamilan/ postpartus
Dalam terapi hormonal
Keguguran yang tidak bisa
dijelaskan
Risiko sangat rendah: nilai 0; risiko rendah: nilai 1-2; risiko sedang: nilai 3-4; risiko tinggi: nilai >4; IMT= indeks
massa tubuh; TVE= tromboemboli vena

68
Manajemen Preoperatif pada Protokol Enhanced Recovery ...

Pasien dijadwalkan
operasi

Penilaian risiko TEV

Risiko rendah Risiko sedang Risiko tinggi

Tindakan dasar

Risiko perdarahan LMWH LMWH

rendah SKE SKE

Risiko perdarahan LMWHLMWH


tinggi SKE SKE

Gambar 1. Algoritma yang disederhanakan untuk penilaian risiko tromboemboli vena (VTE) dan
Gambar 1. Algoritma yang disederhanakan untuk penilaian
tromboprofilaksis risiko tromboemboli
perioperatif. 22 vena (VTE) dan
tromboprofilaksis perioperatif. 22
Setiap pasien bedah harus menjalani pada operasi yang lama karena berkaitan
Setiapmenyeluruh
penilaian risiko pasien bedah harus menjalani penilaian
berdasarkan dengan wakturisiko menyeluruh
paruh berdasarkan
antibiotik yang digunakan.
hubungan
hubungan pasien
pasien dan faktor
dan faktor risiko. Sementara pasien
risiko. Sementara dalam
Persiapan semua
lapang kategori
operasi dengan risiko VTE
chlorhexidine-
pasien dalam semua
seharusnya menerimakategori
tindakan risiko VTE
dasar alkohol
(basic measure)
4
.
tromboprofilaksis seperti mobilisasi
seharusnya menerima tindakan dasar (basic
dini, latihan gerak aktif atau pasif, dan menghindari dehidrasi. Tromboprofilaksis
measure) tromboprofilaksis seperti mobilisasi d. Profilaksis mual muntah preoperasi
farmakologis rutin (lebih disarankan
dini, latihan gerak aktif atau pasif, dan LMWH), hanya
Sayangnya diindikasikan
tidak adapada
agen pasien di
antiemetic
intermediate
menghindari atau berisiko
dehidrasi. tinggi terhadap VTE.yang
Tromboprofilaksis Kecuali
efektifada kontraindikasi
digunakan yang jelas
secara tunggal untuk
farmakologis rutin (lebih disarankan LMWH), mengurangi insidensi PONV. Kombinasi
terhadap sistemik antikoagulan (mis., karena adanya risiko pendarahan yang berlebihan),
hanya diindikasikan pada pasien di intermediate antiemetik direkomendasikan pada pasien
metode mekanis seperti stoking kompresi elastis (SKE) seharusnya tidak digunakan
atau berisiko tinggi terhadap VTE. Kecuali dengan risiko tinggi PONV. Terapi kombinasi
22
adasendiri untuk profilaksis
kontraindikasi VTE terhadap
yang jelas dalam kategori intermediet dandaripada
lebih efektif berisikoterapi
tinggi.tunggal. Semua
sistemik antikoagulan (mis., karena adanya pasien dengan 1-2 faktor risiko PONV harus
risiko pendarahan yang berlebihan), metode diberikan profilaksis kombinasi dua antiemetik.
c. Profilaksis antibiotik preoperasi
mekanis seperti stoking kompresi elastis (SKE) Pasien dengan 3-4 faktor risiko diberikan 2-3
seharusnyaProfilaksis rutin sendiri
tidak digunakan menggunakan
untuk antibiotik intravena
antiemetik diberikan
dan total 30-60 menit
anestesi intravena (TIVA)
profilaksis VTE dalam
sebelum kategori
operasi intermediet
dimulai. Dosisdan dengan propofol
tambahan diberikan dan strategi
pada operasi opioid-sparing
yang lama karena
berisiko tinggi. 22 harus dilakukan.26
15 Contoh antiemetik adalah agonist serotonin
c. Profilaksis antibiotik preoperasi seperti ondansentron 4mg i.v. atau antagonist
Profilaksis rutin menggunakan antibiotik dopamine seperti dropidol 0,625-1,25 mg i.v
intravena diberikan 30-60 menit sebelum diberikan diakhir operasi atau scopolamine
operasi dimulai. Dosis tambahan diberikan transdermal patch dipasang semalam sampai

69
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 5 Nomor 2, Maret 2018

dengan 2 jam sebelum operasi. Dexamethasone E. Manfaat ERAS


4-5 mg i.v setelah induksi anestesi menunjukkan Implementasi ERAS pada pasien operasi memilik
hasil efektif. Dosis dexametason yang lebih manfaat baik untuk pasien maupun penyedia layanan
tinggi tidak ada perbedaannya tapi berkaitan kesehatan. Jika proses ERAS dimulai sejak preadmisi
dengan gangguan tidur. Dexametason atau bahkan dimulai pada setting pelayanan
sebaiknya tidak digunakan pada pasien diabetes kesehatan primer, pasien akan lebih siap dioperasi
yang membutuhkan insulin dan tidak diberikan saat admisi, yang secara tidak langsung akan
pada pasien sebelum induksi anestesi karena mengurangi waktu tunggu operasi elektif. Di rumah
nyeri perineal.26 sakit, ketika ERAS diimplementasikan bersama
dengan pelayanan lainnya yang berbasis bukti,
e. Puasa (menghindari puasa sepanjang malam) maka tidak ada perubahan fisiologi yang berarti
Intake cairan jernih diperbolehkan sampai sehingga proses pemulihanpun akan berlangsung
2 jam sebelum induksi anestesi. Makanan cepat. Nyeri, disfungsi usus postoperative (pada
padat diperbolehkan sampai 6 jam sebelum operasi colorectal) dan imobilisasi terminimalkan.
induksi. Terapi karbohidrat preoperatif oral Hasilnya, lama rawat pasien di rumah sakit akan
aman diadministrasikan kecuali pasien lebih singkat, risiko komplikasi terkait perawatan
memiliki gangguan pengosongan lambung, dan risiko infeksi nosokomial berkurang. ERAS
gangguan motilitas lambung dan pasien yang dapat meningkatkan hubungan baik antar pasien
membutuhkan operasi emergensi.26 dan professional pemberi asuhan (dokter, perawat,
Puasa sejak dini hari meningkatkan ahli gizi, dll), meningkatkan kepercayaan pasien
resistensi insulin, pasien tidak nyaman, dan kerjasama pasien 2 serta mampu meningkatkan
potensi menurunkan cairan intravaskuler. 27 kepuasan pasien1.
Terkait kekhawatiran komplikasi aspirasi saat Sistem ERAS sangat relevan diimplementasikan
operasi faktanya berdasarkan meta analisis di era Jaminan Kesehatan Nasional karena mampu
isi lambung pasien setelah puasa dengan cara mewujudkan pelayanan yang efisien tanpa
ERAS dibanding setelah puasa dari dini hari meninggalkan prinsip keselamatan pasien (patient
sama atau lebih rendah. Penelitian imaging safety) dan pelayanan berfokus pada pasien (patient
juga menunjukkan diperbolehkan minum air centered care).
jernih 2 jam sebelum induksi memperlihatkan
pengosangan lambung secara total terjadi DAFTAR PUSTAKA
dalam 90 menit. 28 1. Aart MA, Okrainec A, Wood T, Pearsall EA,
Terapi karbohidrat oral preoperative McLeod RS. 2013. Enhance Recovery After
menggunakan karbohidrat kompleks Surgery Guideline: A Quality initiative of the
(maltodextrin dengan konsentrasi tinggi Best Practice in General Surgery Part of CAHO’s
(12,5%), dengan 100 g (800ml) yang diberikan ARTIC Program [Accessed 20 September 2017,
pada malam hari sebelum operasi dan 50 g (400 20: 56]. http://anesthesiology.queensu.ca/
ml) 2-3 jam sebelum induksi anestesi, mampu assets/iERAS_GUIDELINE_April_2013.pdf
mengurangi catabolic state yang disebabkan 2. Matthews C. 2010. Enhance Recovery After
oleh puasa sepanjang malam dan proses Surgery (ERAS) Anesthesia Tutorial of The
operasi. Peningkatan kadar insulin karena Week 204. World Federation of Societies of
terapi karbohidrat mengurangi resistensi Anesthesiologist [Accessed 20 September
insulin postoperatf, menjaga cadangan 2017, 21: 30]. http://www.frca.co.uk/
glikogen, mengurangi pemecahan protein dan Documents/204%20Enhanced%20recovery%20
menyokong kekuatan otot.29 after%20surgery%20(ERAS).pdf

70
Manajemen Preoperatif pada Protokol Enhanced Recovery ...

3. Ljundqvist O, Scott M, Fearon KC.2017. Journal of Anesthesia: Vol. 9, Issue 1, pp. 10 – 13


Enhanced Recovery After Surgery: A Review. 12. Sørensen LT. 2012. Wound healing and infection
Jama Surgery: Vol 152 No.3 pp :292-298. in surgery. The clinical impact of smoking and
4. Gustafsson UO, Scott MJ, Schwenk W, smoking cessation: a systematic review and
Demartines N, Roulin D, Francis N, McNaught meta-analysis. JAMA Surgery: Vol.147(4), pp.
CE, MacFie J, Liberman AS, Soop M, Hill A, 373-383
Kennedy RH, Lobom DN, Fearon K, Ljungqvist 13. Agostini P, Cieslik H, Rathinam S, Bishay E,
O. 2012. Guidelines for perioperative care in Kalkat MS, Rajesh JB, Steyn RS, Singh S, Naidu
elective colonic surgery: Enhanced Recovery B.2010. Postoperative pulmonary complications
After Surgery (ERAS) Society recommendations. following thoracic surgery: are there any
World Journal of Surgery: Vol. 37, Issue 2, pp.259- modifiable risk factors? JAMA Surgery: Vol. 65,
28 pp. 815-818
5. Kahokehr A, Broadbent E, Wheeler BR, Sammour 14. Lindstrom D, Sadr Azodi O, Wladis A, Tonnesen
T, Hill AG. 2012. The effect of perioperative H, Linder S, Nasell H, et al. 2008. Effects of a
psychological intervention on fatigue after perioperative smoking cessation intervention
laparoscopic cholecystectomy: a randomized on postoperative complications: a randomized
controlled trial. Surgery Endoscoscopy; Vol. trial. Annals of Surgery; Vol. 248(5), pp.739-745.
26(6), pp.1730-1736. 15. Thomsen T, Villebro N, Moller AM. 2010.
6. Halaszynski TM, Juda R, Silverman DG. Interventions for preoperative smoking
2004 Optimizing postoperative outcomes cessation. Cochrane Database of Systematic
with efficient preoperative assessment and Reviews: Wiley Online Library [Accessed
management. Critical Care Medicine; Vol 32(4 September 2017, 21: 45]. http://onlinelibrary.
Suppl), pp.76-86. wiley.com
7. Forster AJ, Clark HD, Menard A, Dupuis N, 16. Soeters P, Bozzetti F, Cynober L, Elia M,
Chernish R, Chandok N, et al. 2005 Effect of Shenkin A, Sobotka L. 2016. Meta-analysis is
a nurse team coordinator on outcomes for not enough: the critical role of pathophysiology
hospitalized medicine patients. Am J Med; in determining optimal care in clinical nutrition.
Vol.118(10) pp.1148-1153. Clinical Nutrition Journal; Vol. 35, pp. 748-757.
8. Valkenet K, van de Port IG, Dronkers JJ, de 17. Yeh DD, Fuentes E, QUrashi SA, Cropano
Vries WR, Lindeman E, Backx FJ. 2011. The C, Kaafarani H, Lee J, et al. 2016. Adequate
effects of preoperative exercise therapy on Nutrition May Get You Home: Effect Of Caloric/
postoperative outcome: a systematic review. Protein Deficits On The Discharge Destination
Clinical Rehabilitation; Vol. 25, pp.99-111. Of Critically Ill Surgical Patients. Journal of
9. Weimann A, Braga M, Carli F, Higashiguchi T, Parenter Enteral Nutrition; Vol. 40, pp.37-44
Hübner M, Klek S, Laviano A, Ljungqvist O, 18. Kondrup J, Allison SP, Elia M, Vellas B, Plauth
Lobo DN, Martindale R, Waitzberg DL, Bischoff M. 2003. Educational and Clinical Practice
SC, Singer P. 2017. ESPEN guideline: Clinical Committee, European Society of Parenteral and
nutrition in surgery. Clinical Nutrition Vol. 36, Enteral Nutrition (ESPEN). ESPEN guidelines
pp.623-650. for nutrition screening 2002. Clinical Nutrition
10. Tonnesen H, Nielsen PR, Laurittzen JB, Moller Journal; Vol. 22, pp. 415-421
AM. 2009. Smoking and alcohol intervention 19. Weimann A, Braga M, Carli F, Higashiguchi T,
before surgery: evidence for best practice. BJA: Hübner M, Klek S, Laviano A, Ljungqvist O,
British Journal of Anaesthesia, Vol. 102, Issue 3, Lobo DN, Martindale R, Waitzberg DL, Bischoff
pp. 297–306. SC, Singer P. 2017. ESPEN guideline: Clinical
11. Chapman R, Plaat F. Continuing Education in nutrition in surgery. Clinical Nutrition Journal:
Anaesthesia Critical Care & Pain. 2009. British Vol.36 pp. 623-650.

71
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 5 Nomor 2, Maret 2018

20. Cerantola Y, Valerio M, Hubner M, Iglesias PK. 2015. Validation of the Caprini Venous
K, Vaucher L and Jichlinski P. Are Patients at Thromboembolism Risk Assessment Model in
Nutritional Risk More Prone to Complications Critically Ill Surgical Patients. JAMA Surgery.
Urological Surgery? 2013. The Journal of Urology: Vol.150(10), pp. 941-948.
Vol.190, issue 6, pp. 2126-2132 26. Feldheiser A, Aziz O, Baldini G, Cox BPBW,
21. Gianotti LMorelli L, Galbiati F, Rocchetti S, Fearon KCH, Feldman LS, Gan TJ, Kennedy
Coppola S, Beneduce A, Gialardini C, et al. 2010 A RH, Ljungqvist O, Lobo DN, Miller T, Radtke
randomized double-blind trial on perioperative FF, Garces TR, Schricker T, Scott MJ, Thacker JK,
administration of probiotics in colorectal cancer Ytrebø LM, Carli F. 2016. Enhanced Recovery
patients. World Journal Gastroenterology; 16:167- After Surgery (ERAS) for Gastrointestinal
175. Surgery, part 2: Consensus Statement for
22. Bel BR, Bastien PE, Douketis JD. 2015.On Behalf Anaesthesia Practice Corresponding Author
of Thrombosis Canada Prevention of venous 3. Acta Anaesthesiologica Scandinavica; Vol.
thromboembolism in the Enhanced Recovery 60(3), pp. 289–334.
After Surgery (ERAS) setting: an evidence-based 27. Brady M, Kinn S, Ness V, O’Rourke K, Randhawa
review 2014. Canadian Journal of Anesthesia N, Stuart P. 2009. Preoperative Fasting for
62:194–202. Preventing Perioperative Complications in
23. Pebanco GD, Kaiser SA, Haines ST. 2013. New Children. Cochrane Database of Systematic
pharmacologic methods to prevent venous Reviews: Wiley Online Library (4):CD005285.
thromboembolism in older adults: a meta- 28. Lobo DN, Hendry PO, Rodrigues G, Marciani
analysis. The Annalsof Pharmacotherapy. Vol. L, Totman JJ, Wright JW, Preston T, Gowland P,
47, pp. 605-16. Spiller RC, Fearon KC. 2009. Gastric Emptying
24. Falck-Ytter Y, Francis CW, Johanson NA, Curley of Three Liquid Oral Preoperative Metabolic
C, Dahl OE, Schulman S, Olter TL, Pauker Preconditioning Regimens Measured by
SG, Colwell JE Jr. 2012. Prevention of VTE in Magnetic Resonance Imaging in Healthy
orthopedic surgery patients: Antithrombotic Adult Volunteers: a Randomised Double‐Blind,
Therapy and Prevention of Thrombosis, 9th ed: Crossover Study. Clinical Nutrition Journal. Vol.
American College of Chest Physicians Evidence- 28, pp.636–41.
Based Clinical Practice Guidelines. 141(2 Suppl), 29. Ljungqvist O. 2009. Modulating Postoperative
pp. 278-325. Insulin Resistance by Preoperative Carbohydrate
25. Obi AT, Pannucci CJ, Nackashi A, Abdullah Loading. Best Practice and Research. Clinical
N, Alvarez R, Bahl V, Wakefield TW, Henke Anaesthesiology; Vol.23, pp. 401–9

72

Anda mungkin juga menyukai