Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

Kerja Otot Polos(Jantung)

Disusun Oleh :

Apilina Ikawati 2443014077 / T

PROGAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI
BAB 1. TUJUAN PRAKTIKUM.

Untuck memahami efek pemberian obat-obatan pada kerja jantung.

BAB 2. LANDASAN TEORI.

Mekanisme kontraksi otot melibatkan suatu perubahan dan


kedudukan relatif dari filamen aktin dan myosin. Selama kontraksi
filamen-filamen aktin yang tipis yang terikat pada garis Z bergerak
dalam pita A, meskipun filamen sendiri tidak berubah dalam panjang
namun pergeseran tersebut menghasilkan perubahan dalam
penampilan sarkomer, yakni penghapusan sebagian atau sepenuhnya
dari band H. Filamen myosin menjadi terletak sangat dekat dengan
garis-garis Z, pita-pita I, dan sarkomernya berkurang lebarnya dan
gerakan ini terjadi (Hadikastowo, 1982).

Jantung terletak dalam mediastinum di rongga dada, yaitu di


antara kedua paru-paru. Lapisan yang mengitari jantung (pericardium)
terdiri dari dua bagian : lapisan sebelah dalam atau “pericardium
visceral” dan lapisan sebelah luar atau “pericardium parietal”. Kedua
lapisan pericardium ini dipisahkan oleh sedikit cairan pelumas, yang
berfungsi mengurangi gesekan pada gerakan memompa dari jantung itu
sendiri. Bagian depan dari pericardium itu melekat pada tulang dada
(sternum) bagian bawahnya melekat pada tulang punggung, sedang
bagian bawah pada diafragma. Pericardium visceral mempunyai
hubungan langsung dengan permukaan jantung (Wulangi, 1993).
Jantung itu sendiri terdiri dari tiga lapisan :
1. Epikardium : Merupakan lapisan jantung sebelah luar yang merupakan
selaput pembungkus terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan parietal dan
visceral yang bertemu dipangkal jantung membentuk kantung jantung.
2. Miokardium : Merupakan lapisan inti dari jantung yang terdiri dari otot-
otot jantung, otot jantung ini membentuk bundalan-bundalan otot yaitu
bundalan otot atria, bundalan otot ventrikel, dan bundalan otot
atrioventrikuler.
3. Endokardium : Merupakan lapisan jantung yang terdapat di sebelah
dalam yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir yang
melapisi permukaan rongga jantung.

Sistem kerja jantung seperti pompa memiliki dua mekanisme


gerak, yaitu sistole dan diastole. Sistole adalah suatu keadaan saat
ventrikel menyempit dan mengalami kontraksi, sedangkan diastole
adalah suatu keadaan saat ventrikel mengembang dan mengalami
relaksasi. Dua gerak mekanisme ini dapat diamati dengan alat yang
disebut Elegtrocardiogram (ECG). Selama diastole, tekanan ventra aorta
menurun katup – katup conus dan bulbus menutup, dan tekanan
menyimpan sama seperti darah yang meninggalkan aorta (Hadikastowo,
1982).

Menurut Frandson (1992), kontraksi otot jantung dipengaruhi oleh


beberapa faktor antara lain :
1. Treppe, summasi, tetani, fatique dan ragor. treppe atau staircase effect
adalah meningkatnya kekuatan kontraksi berulang kali pada suatu
serabut otot karena stimulasi berurutan berseling beberapa detik.
Pengaruh ini disebabkan karena konsentrasi ion Ca 2+ didalam serabut
otot yang meningkatkan aktivitas miofibril.
2. Summasi berbeda dengan treppe, pada summasi tiap otot berkontraksi
dengan kekuatan yang berbeda yang merupakan hasil penjumlahan
kontraksi dua jalan (summasi unit motor berganda dan summasi
bergelombang).
3. Tetani yaitu peningkatan frekuensi stimulus dengan cepat sehingga
tidak ada peningkatan frekuensi.
4. Fatique adalah menurunnya kapasitas bekerja karena pekerjaan itu
sendiri.
5. Rigor dan rigor mortis adalah apabila sebagian besar ATP dalam otot
telah dihabiskan, sehingga kalsium tidak ada lagi dapat dikembalikan ke
RE sarkoplasma.

Menurut Syarif (2006). Fungsi dari larutan asetilkolin adalah


memberikan rangsangan kimiawi pada otot jantung katak, selain itu
menggunakan larutan ringer katak yang berguna sebagai larutan
fisiologis yang dapat memelihara sel-sel otot katak agar tetap dapat
hidup. Penggunaan larutan ringer disaat mengamati kontraksi otot
gastroknemus bertujuan supaya sel otot tetap hidup dan dapat
memberikan respon terhadap rangsangan yang diberikan berupa arus
listrik. Alat yang sangat penting saat pengamatan ini adalah kimograf.
kimograf adalah alat untuk pembelajaran dan penelitian kontraksi otot
dan biasanya menggunakan otot gastroknemus katak.

BAB 3. ALAT DAN BAHAN.

3.1. Kimograf
3.2. Kertas kimogram
3.3. Lampu spiritus3.4. Penulis otot
3.5. Benang jahit halus
3.6. Statif + klem-klem
3.7. Larutan Tyrode
3.8. Cairan fiksasi
3.9. Papan katak
3.10. Katak
BAB 4. TATA KERJA
Dalam praktikum ini dipakai katak sebagai binatang percobaan. Bunuhlah
katak seperti telah dijelaskan dalam petunjuk.

4.1. Membuka Rongga Dada


1. Hewan / katak difixir dalam keadaan terlentang di atas papan fiksasi.
2. Kulit bagian perut dan dada digunting, dipotong dan diambil akan terlihat
jantung yang terbungkus pericardium.
3. Potong pericardium yang membungkus jantung mulai di-apex cordis
sehinga jantung tampak seluruhnya.
4. Pelajari dengan seksama bagian-bagian dari jantung katak serta pembuluh-
pembuluh darahnya. Untuk mempelajari bagian dorsal jantung, angkat dan
balik vertikalnya.
Perhatikan kontraksi dari berbagai bagian jantung ini.
Perhatikan : jangan terlalu sering memegang jantung, terutama ventrikel,
akan terjadi fibrilasi.
5. Ikat frenulum cordis yang terletak pada ventrikel dengan seutas benang dan
benang dihubungkan dengan pencatat jantung.
6. Diusahakan agar ujung-ujung pencatat jantung dan tanda waktu
menyinggung tromol dalam garis yang sinkron.
7. Kimograf dijalankan hingga terjadi registrasi dari kontraksi jantung.

4.2. Pengaruh Suhu


1. Teteskan larutan Ringer dengan suhu ± 40ºC, kemudian perhatikan dan
catat apa yang terjadi.
2. Setelah denyut jantung normal kembali (kontrol), maka lakukan tindakan
no. 1 dengan larutan Ringer diteteskan dari suhu 5ºC.
3. Catatan : susunan larutan Ringer setiap liternya adalah :
A. NaCl : 6,5 gram
B. NaHCO : 0,20 gram
C. KCl : 0,20 gram
D. CaCl : 0,20 gram

4.3. Pengaruh Adrenalin dan Acetylcholine


1. Setelah denyut jantung normal kembali, maka teteskan larutan adrenalin
1/10.000, kemudian perhatikan dan catat apa yang terjadi.
2. Jantung dibersihkan dari larutan adrenalin dengan ditetesi larutan Ringer.
3. Lakukan tindakan no. 1 dengan meneteskan larutan acetylcholine 1/10.000
dan perhatikan serta catat apa yang terjadi.
4. Jantung dibersihkan dari larutan acetylcholine seperti tindakan pada no. 2.

4.4. Blok pada Jantung : Hukum “all or none”


1. Jepit Gaskell dipasang pada batas antara atrium dan ventrikel.
2. Mencatat beberapa kali denyutan kontrol dari atrium dan ventrikel.
3. Kimograf dihentikan, kemudian jepitan Gaskell disempitkan, ditunggu kira-
kira 1 (satu) menit sambil memperhatikan denyut atrium dan ventrikel.
4. Bila irama denyut atrium dan ventrikel sudah berlainan (blok parsiil), maka
kimograf dijalankan lagi.
5. Lakukan tindakan no. 3 dan 4. Dengan jepitan Gaskell dijepit kuat-kuat
sehingga denyut atrium tidak lagi diikuti oleh denyut ventrikel (blok total).
Catat denyut atrium saja.

4.5. Otomasi Jantung


Jantung dibebaskan dari semua alat-alat yang melekat. Pembuluh-pembuluh
darah dan jaringan-jaringan sekitarnya dipotong, jantung diangkat dan
diletakkan di atas papan fiksasi. Perhatikan sifat otomasi jantung meski sudah
diisolir.

BAB 5. HASIL PRAKTIKUM


5.1 Perubahan suhu terhadap kontraksi otot jantung.

Tabel 1 : Hasil Percobaan hasil Heart Rate akibat pengaruh suhu

5.1. a) Kontraksi otot jantung ketika suhu diturunkan hingga 5°C

Kontraksi otot jantung katak sangat dipengaruhi oleh suhu. Hal ini dapat pada
gambar ketika suhu diturunkan menjadi 5°C, kontraksi otot jantung akan
mengalami penurunan. Pada perlakuan ini diperoleh perubahan pada heart rate
yaitu 49. Heart rate tersebut mengalami penurunan bila dibanding pada kondisi
normal yaitu nilai heart rate 59. Frekuensi denyut jantung pun akan semakin pelan.
5.1. b) Kontraksi otot jantung pada keadaan normal suhu 23°C

Kontraksi otot jantung katak ketika pada suhu normal, akan bersifat ritmik dan
stabil. Tidak adanya fase peningkatan atau penurunan kontraksi yang signifikan.
Heart rate yang dihasilkan berada pada kondisi normal yaitu 59. Berbeda bila
dilakukan perlakuan perubahan suhu, kontraksi otot jantung akan meningkat atau
menurun.

5.1. C) Kontraksi otot jantung ketika suhu dinaikkan hingga 32°C

Kontraksi otot jantung katak sangat dipengaruhi oleh suhu. Hal ini dapat pada
gambar tidak hanya suhu diturunkan otot jantung mengalami perubahan kontraksi
namun ketika suhu dinaikkan menjadi 32°C, kontraksi otot jantung akan
mengalami peningkatan. Pada perlakuan ini diperoleh perbedaan pada heart rate
yaitu 69. Heart rate tersebut mengalami peningkatan bila dibanding pada kondisi
normal yaitu nilai heart rate 59. Frekuensi denyut jantung pun akan semakin
berdenyut lebih kencang.

5.2 Pengaruh multiple stimuli

5.2. a) Diberikan stimuli ganda untuk mengetahui perbedaan detak jantung pada
saat stimuli tunggal dan stimuli ganda.

Tabel 2 : Pengaruh penambahan bahan obat terhadap kontraksi otot


jantung
5.3. a) Kontraksi otot jantung dalam kondisi normal tanpa pengaruh obat

5.3. b) Kontraksi otot jantung ketika pemberian Epinefrin

Pada ini, jantung katak ditetesi dengan epinefrin, maka diperoleh frekuensi
percobaan yaitu dengan nilai heart rate 80. Heart rate mengalami peningkatan bila
dibanding heart rate pada kondisi normal yaitu 68. Epinefrin mempunyai efek yang
sama seperti perangsangan saraf simpatis. Efek tersebut diantaranya epinefrin
bersifat adrenergik yang berfungsi untuk mempercepat kontraksi dan relaksasi otot
jantung sehingga waktu sistolik dan diastolik menjadi pendek.
5.3. c) Kontraksi otot jantung ketika pemberian Pilokarpin

Pada percobaan ini, jantung katak ditetesi dengan pilocarpin, maka


diperoleh frekuensi percobaan yaitu dengan nilai heart rate 46. Heart rate
mengalami penurunan bila dibanding heart rate pada kondisi normal yaitu 68. Hal
ini menunjukkan kontraksi otot jantung menurun.

5.3. d) Kontraksi otot jantung ketika pemberian Atropin

Pada percobaan tersebut, jantung katak ditetesi dengan sulfat atropin, maka
diperoleh frekuensi percobaan yaitu dengan nilai heart rate 71. Heart rate
mengalami peningkatan bila dibanding heart rate pada kondisi normal yaitu 68.
5.3. e) Kontraksi otot jantung ketika pemberian Digitalis

Pada percobaan ketika jantung katak ditetesi dengan Digitalis maka


diperoleh frekuensi percobaan yaitu dengan heart rate 42. Dengan penambahan
digitalis maka heart rate mengalami penurunan bila dibanding heart rate dalam
keadaan normal yaitu 68.

BAB 6. PEMBAHASAN

6. 6.1. Pengaruh rangsangan stimulus terhadap kontraksi otot jantung

Frekuensi denyut jantung dipengaruhi adanya rangsangan stimulus sehingga


jantung dapat memompa darah, makin banyak darah yang dipompa jantung
tersebut akan berkontraksi makin cepat. Selain itu periode sistolik yang terjadi
diantara kontraksi akan sangat memendek sehingga darah tidak dapat mengalir
secara kuat dari atrium ke dalam ventrikel.

7. 6.2. Pengaruh Suhu terhadap Kontraksi Otot Jantung

6.2.1. Percobaan dengan suhu ditingkatkan


Dari hasil percobaan kontraksi otot pada jantung katak dengan kondisi diberi
larutan ringer dengan suhu 32oC, maka diperoleh frekuensi percobaan yaitu
dengan nilai heart rate 69. Dari perlakuan ini, heart rate meningkat bila
dibanding heart rate pada kondisi normal. Hal ini menunjukkan kontraksi otot
jantung meningkat. Meningkatnya kontraksi otot jantung ini disebabkan oleh
permeabilitas membran sel otot jantung terhadap ion meningkat sehingga ion
yang keluar masuk meningkat, terjadilah depolarisasi. Saat potensial membran
mencapai nilai ambang maka terjadilah potensial aksi yang dikonduksikan dari
SA node menuju ke AV node, lalu ke berkas His, kemudian ke saraf purkinje
dan akhirnya seluruh otot ventrikel berkontraksi cepat. Akibatnya frekuensi
denyut jantung meningkat.

6.2.2. Percobaan dengan suhu diturunkan


Pada percobaan kedua, jantung katak disiram dengan larutan ringer dengan
suhu diturunkan hingga 5oC, maka diperoleh frekuensi percobaan yaitu dengan
nilai heart rate 49. Dari perlakuan ini, heart rate mengalami penurunan bila
dibanding heart rate pada kondisi normal yaitu 59. Hal ini menunjukkan
kontraksi otot jantung menurun. Menurunnya kontraksi otot jantung ini
disebabkan oleh permeabilitas membran sel otot jantung terhadap ion menurun,
sehingga diperlukan waktu yang lama untuk mencapai nilai ambang agar
terjadinya potensial aksi pada seluruh otot jantung.

6.2.3. Percobaan dengan penambahan Epinefrin (Adrenalin)

Pada ini, jantung katak ditetesi dengan epinefrin, maka diperoleh frekuensi
percobaan yaitu dengan nilai heart rate 80. Dari perlakuan ini, heart rate
mengalami peningkatan bila dibanding heart rate pada kondisi normal yaitu 68.
Epinefrin mempunyai efek yang sama seperti perangsangan saraf simpatis. Efek
tersebut diantaranya epinefrin bersifat adrenergik yang berfungsi untuk
mempercepat kontraksi dan relaksasi otot jantung sehingga waktu sistolik dan
diastolik menjadi pendek.

Selain itu pemberian epinefrin dapat meningkatkan frekuensi dan amplitudo


denyut jantung. Hal ini terjadi karena adrenalin meningkatkan permeabilitas
membran sel otot terhadap Na dan Ca. Di dalam SA node, peningkatan
permeabilitas membran terhadap Na menyebabkan penurunan potensial
membran sampai nilai ambang. Sementara di dalam AV node peningkatan
permeabilitas membran terhadap Na akan mempermudah tiap sabut otot
jantung untuk mengkonduksi impuls kepada sabut otot berikutnya. Sehingga
mengurangi waktu pengkonduksian impuls dari atrium ke ventrikel. Sedang
peningkatan permeabilitas membran terhadap Ca menyebabkan kontraksi
meningkat.

6.2.4. Percobaan dengan penambahan Pilokarpin

Pada percobaan ini, jantung katak ditetesi dengan pilocarpin, maka


diperoleh frekuensi percobaan yaitu dengan nilai heart rate 46. Dari perlakuan
ini, heart rate mengalami penurunan bila dibanding heart rate pada kondisi
normal yaitu 68. Amplitudo percobaan lebih kecil daripada amplitudo kontrol.
Hal ini menunjukkan kontraksi otot jantung menurun. Ini sesuai dengan teori
dimana obat pilocarpin bersifat kolinergik yang berfungsi untuk memperlambat
kontraksi dan relaksasi otot jantung. Penurunan kontraksi otot jantung karena
pilocarpin meningkatkan permeabilitas membran sel terhadap ion K sehingga
terjadi hiperpolarisasi. Di dalam AV node, hiperpolarisasi menyebabkan
perlambatan rangsangan pada AV node untuk memompa darah ke ventrikel
sehingga terjadi perlambatan kontraksi impuls yang akhirnya menyebabkan
penurunan kontraksi.

6.2.5. Percobaan dengan penambahan Atropin

Pada percobaan tersebut, jantung katak ditetesi dengan sulfat atropin, maka
diperoleh frekuensi percobaan yaitu dengan nilai heart rate 71. Dari perlakuan
ini, heart rate mengalami peningkatan bila dibanding heart rate pada kondisi
normal yaitu 68. Amplitudo percobaan lebih besar daripada amplitudo kontrol.
Hal ini menunjukkan kontraksi otot jantung meningkat. Ini sesuai dengan teori
dimana obat sulfat atropin bersifat anti-kolinergik yang berfungsi untuk
mempercepat kontraksi dan relaksasi otot jantung.
6.2.6. Percobaan dengan penambahan Digitalis

Pada percobaan ketika jantung katak ditetesi dengan Digitalis maka


diperoleh frekuensi percobaan yaitu dengan heart rate 42. Dengan penambahan
digitalis maka heart rate mengalami penurunan bila dibanding heart rate dalam
keadaan normal yaitu 68. Digitalis memiliki karakter atau sifat yang sama
seperti penambahan pilokarpin. Hal ini menunjukkan kontraksi otot jantung
menurun. Ini sesuai dengan teori dimana digitalis bersifat kolinergik yang
berfungsi untuk memperlambat kontraksi dan relaksasi otot jantung. Digitalis
juga memperpanjang periode depolarisasi otot jantung dalam proporsi kurang
lebih sama besar otot ventrikel.

7.2. Pembahasan Pertanyaan Buku PhysoEx


6.2.1. Stimulasi Saraf Parasimpatik
1. Jelaskan bagaimana efek stimulasi vagus nerve pada jantung!
2. Jelaskan bagaimana jantung menanggulangi kelebihan stimulasi
parasimpatik!
3. Deskipsikan bagaimana saraf simpatik dan parasimpatik bekerja bersama
untuk mengatur denyut jantung!
Saraf simpatik bekerja dengan cara mempercepat denyut jantung, sedangkan
sistem parasimpatik bekerja dengan cara memperlambat denyut jantung.
Sistem saraf simpatik terletak pada medula spinalis yang kerjanya
cenderung berlawanan dengan sistem saraf parasimpatik.
4. Apa yang terjadi pada denyut jantung jika saraf parasimpatik putus?
Saraf parasimpatik memperlamban denyut jantung, jika saraf parasimpatik
putus maka kerja saraf simpatik tidak akan terhambat, akibatnya denyut
jantung akan berdegup kencang tanpa adanya perlambatan.

6.2.2. Efek Penambahan Obat pada Denyut Jantung


1. Jelaskan bagaimana efek dari penambahan Pilocarpin pada jantung dan
mengapa efek tersebut dapat terbentuk!
2. Atropin bekerja antagonis bagi Asetilkolin. Apakah Atropin mengahangi
efek dari Asetilkolin? Jelaskan hasilnya dan bagaimana cara Atropin
berkolerasi dengan cara kerja obat!
3. Jelaskan keuntungan dari obat pengatur digitalis!
Pada penderita jantung lemah, obat-obatan digitalis memberikan waktu yang
cukup untuk vena kembali setelah berkontraksi, dan meningkatkan volume
pompa jantung sehingga meningkatkan gaya kontraksi namun menurunkan
denyut jantung (tidak ada peningkatan degup).
4. Bedakan antara obat kolinergik dan adrenergik. Sertakan juga contohnya!
Adrenergik adalah zat-zat atau obat yang kerjanya melawan efek perangsang
saraf simpatis. Berdasarkan mekanisme dapat dibedakan menjadi
a. Alfa Bloker : zat yang memblokir dan menduduki reseptor alfa, untuk
melawan
vasokontriksi perifer yang disebabkan noradrenalin.
(contoh : Derivat haloalkamin)
b. Beta Bloker : Zat yang menduduki reseptor beta sehingga melawan efek
dari noradrenalin pada jantung dan bronchodilatasinya.
Digunakan pada Angina Pectoris. (contoh : propanol)

Kolinergik adalah zat-zat yang dapat menimbulakan efek yang serupa


dengan adanya pelepasan asetilkolin pada ujung neuronnya. Tugasnya adalah
untuk mengumpulkan energi dan makanan untuk penghematan pengguanaan.
Efek yang ditimbulkan adalah adanya stimulasi saluran cerna, memperkuat
peristaltik, dll.

BAB 7. KESIMPULAN

7. 1. Bila suhu rendah, kerja jantung mengalami penurunan pada detak jantung /
perlambatan karena terjadi pembekuan atau sejenis hipotermia.
7. 2. Bila suhu tinggi, kerja jantung mengalami peningkatan pada detak jantung.
7. 3. Larutan epinephrine dan atropine memberikan efek simpatik pada detak
jantung.
7. 4. Larutan pilocarpine dan digitalis memberikan efek parasimpatik pada detak
jantung.
7. 5. Semakin meningkatnya rangsangan stimulus yang diberikan, akan memacu
kontraksi kerja jantung

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2006, Textbook of Medical Physiology, 11th ed.,
Elsevier, Singapore.
Kelly, L., 2006, Essentials of Human Physiology for Pharmacy, CRC Press, Bocca
Raton.
Guyton, A. C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku
kedokteran EGC, Jakarta.

Hadikastowo. 1982. Zoologi Umum. Alumni, Bandung.

Syarif, I. 2006. Kimoinstrumentation : Alat Pengukuran Karakteristik


Otot Gastroknemus Katak Berbasis Komputer. Departemen Fisiska ITB,
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai