Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

PROGRAM PASCA SARJANA


MAGISTER MANAJEMEN

Mata kuliah : Manajemen Operasi Kode mata kuliah: MAN720

Nama mahasiswa : Maria Findaria Fani Nomor mahasiswa : 205003319

Nama mahasiswa : Bella Marcelina Putri Nomor mahasiswa : 205003323

Dosen : Dr. J. Ellyawati, M.M Kelas : A

Judul Tugas : Chapter 9. Layout Strategies

Batas waktu penyerahan : Selasa, 06 April 2021

Sebelum tugas anda serahkan, silakan periksa sekali lagi apakah beberapa
ketentuan berikut ini sudah anda penuhi dengan cara memberi tanda centang (√)
pada masing-masing kotak yang tersedia.

(√) Disajikan dalam kertas ukuran A4 (√)spasi 1,5; TNR 12


(√) Margin 4 cm (samping kiri), 3 cm (atas, bawah samping ( )semua kertas dibendel
kanan)
(√) Pengetikan, ejaan, dan cara pengutipan sudah benar (√) halaman diberi nomor

PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa tugas yang kami serahkan semuanya
merupakan hasil karya sendiri kecuali beberapa bagian yang kami sebutkan
sebagai hasil karya orang lain.

Tanda tangan : Tanggal :

06 April 2021

(Maria Findaria Fani ) ( Bella Marcelina Putri)


A. Pentingnya Strategis Keputusan Tata Letak
Tata letak memiliki implikasi strategis karena selain untuk menentukan
efisiensi operasi jangka panjang, tetapi juga menetapkan prioritas kompetitif
organisasi dalam hal kapasitas, proses, fleksibilitas, dan biaya, serta kualitas
kehidupan kerja, kontak pelanggan, dan citra. Tata letak yang efektif dapat
membantu organisasi mencapai strategi yang mendukung diferensiasi, biaya
rendah, atau respon. Tujuan dari strategi tata letak adalah untuk mengembangkan
tata letak yang efektif dan efisien yang akan memenuhi persyaratan kompetitif
perusahaan. Terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam desain tata
letak, sebagai berikut:

 Pemanfaatan ruang, peralatan, dan orang yang lebih tinggi.


 Peningkatan arus informasi, materi, dan orang.
 Meningkatkan semangat kerja karyawan dan kondisi kerja yang lebih
aman.
 Meningkatkan interaksi pelanggan / klien.
 Fleksibilitas (apapun tata letaknya sekarang, itu perlu diubah).

B. Jenis Tata Letak


Tata letak yang efektif memfasilitasi aliran material, orang, dan informasi
di dalam dan antar area. Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat berbagai
pendekatan telah dikembangkan, yaitu:

1. Tata letak kantor: Menempatkan pekerja, peralatan, dan ruang / kantor


untuk menyediakan pergerakan informasi.
2. Tata letak ritel: Mengalokasikan ruang tampilan dan merespons perilaku
pelanggan.
3. Tata letak gudang: Mengatasi trade-off antara ruang dan penanganan
material.
4. Tata letak posisi tetap: Mengatasi persyaratan tata letak proyek besar dan
besar seperti kapal dan bangunan.
5. Tata letak berorientasi proses: Berhubungan dengan produksi bervolume
rendah dan bervariatif tinggi (juga disebut "bengkel kerja", atau produksi
berselang).

2
6. Tata letak sel kerja: Mengatur mesin dan peralatan untuk fokus pada
produksi satu produk atau kelompok produk terkait.
7. Tata letak berorientasi produk: Mencari personel terbaik dan pemanfaatan
mesin dalam produksi berulang atau berkelanjutan.

C. Tata Letak Kantor


Tata letak kantor memerlukan pengelompokan pekerja, peralatan, dan
ruang untuk memberikan kenyamanan, keamanan, dan pergerakan informasi.
Perbedaan utama dari tata letak kantor adalah pentingnya ditempatkan pada arus
informasi. Tata letak kantor terus berubah seiring perubahan teknologi yang
melanda masyarakat mengubah cara fungsi kantor. Oleh karena itu, manajer
memeriksa pola komunikasi elektronik dan konvensional, kebutuhan pemisahan,
dan kondisi lain yang memengaruhi efektivitas karyawan. Alat yang berguna
untuk analisis semacam itu adalah bagan hubungan atau Muther Grid. Bagan ini,
disiapkan untuk perusahaan perangkat lunak, menunjukkan bahwa operasi harus
dekat dengan akuntansi dan pemasaran, tetapi tidak perlu dekat dengan staf seni
grafis.

D. Tata Letak Toko Eceran/Ritel


Tata letak ritel didasarkan pada gagasan bahwa penjualan dan profitabilitas
bervariasi secara langsung dengan eksposur pelanggan ke produk. Dengan
demikian, sebagian besar manajer operasi ritel mencoba mengekspos pelanggan
ke sebanyak mungkin produk. Manajer operasi dapat mengubah eksposur dengan
pengaturan toko dan alokasi ruang untuk berbagai produk dalam pengaturan itu.

Terdapat lima hal untuk menentukan penataan, yaitu:

1. Temukan item menarik tinggi di sekitar pinggiran toko.


2. Gunakan lokasi yang menonjol untuk item dengan impuls tinggi dan
margin tinggi.
3. Distribusikan barang yang mungkin mendominasi perjalanan pembelian.
4. Gunakan lokasi konter ujung lorong dan kasir untuk item dengan margin
tinggi dan impuls karena tingkat eksposurnya yang sangat tinggi.

3
5. Sampaikan misi toko dengan memilih posisi departemen pengantar secara
cermat.
Tujuan utama tata letak ritel adalah untuk memaksimalkan keuntungan per
kaki persegi ruang lantai (atau, di beberapa toko, di kaki linier ruang rak).
Masalah lain, dalam tata letak ritel disebut slotting. Biaya slotting adalah biaya
yang dibayarkan produsen untuk mendapatkan barang mereka di rak di toko ritel
atau rantai supermarket.

Meskipun tujuan utama tata letak ritel adalah untuk memaksimalkan


keuntungan melalui eksposur produk, ada aspek lain dari layanan yang
dipertimbangkan manajer. Istilah servicescape menggambarkan lingkungan fisik
tempat layanan diberikan dan bagaimana lingkungan memiliki efek humanistik
pada pelanggan dan karyawan. Untuk memberikan tata letak layanan yang baik,
perusahaan mempertimbangkan tiga elemen, yaitu:

 Kondisi ambien, yaitu karakteristik latar belakang seperti pencahayaan,


suara, bau, dan suhu. Semua ini memengaruhi pekerja dan pelanggan dan
dapat memengaruhi berapa banyak yang dihabiskan dan berapa lama
seseorang tinggal di dalam gedung.
 Tata letak dan fungsi spasial, yang melibatkan perencanaan jalur sirkulasi
pelanggan, karakteristik lorong (seperti lebar, arah, sudut, dan jarak rak),
dan pengelompokan produk.
 Tanda, simbol, dan artefak, yang merupakan karakteristik desain bangunan
yang membawa makna sosial (seperti area berkarpet di department store
yang mendorong pembeli untuk bersantai dan melihat-lihat).

E. Tata Ruang bagi Gudang dan Tempat Penyimpanan


Tata Ruang Gedung adalah suatu desain yang berupaya memminimalkan
biaya total dengan memusatkan perhatian pada trade off antara ruang dan
penanganan material. Beranekaragam barang yang disimpan dan jumlah barang
yang “dipungut” memiliki pengaruh langsung terhadap tata ruang optimal.
Manajemen pergudangan modern dalam kebanyakan contoh merupakan suatuu

4
prosedur otomatis menggunakan automated storage and retrieved systems
(ASRS).
Docking silang adalah upaya menghindari penempatan material atau
pasokan dalam gudang melalui pemrosesan langsung begitu diterima. Docking
silang memerlukan (1) penjadwalan yang benar maupun (2) identifikasi produk
akurat di bagian dalam. Penyetokan acak adalah penggunaan pergudangan di
bagian dalam guna melokasikan stok setiap kali terdapat suatu tempat terbuka.
Kustomisasi yaitu menggunakan pergudangan guna menambakan nilai pada suatu
produk melalui modifikasi komponen, perbaikan, pelabelan, dan pengemasan.

F. Tata Ruang Posisi Tetap


Tata Ruang Posisi Tetap yaitu suatu sistem yang memusatkan perhatian
pada persyaratan tata ruang proyek tidak bergerak. Contoh bagi jenis proyek ini
adalah kapal, jalan raya, jembatan, rumah dan meja operasi di sebuah ruang
operasi rumah sakit.
Teknik dalam membangun tata ruang posisi tetap adalah terdiri dari 3
faktor. Pertama, terdapat ruang terbatas pada hampir semua lokasi. Kedua, pada
bagian tahapan berbeda proyek, material yang berbeda-beda dibutuhkan sehingga
barang-barang berbeda menjadi sesuatu yang kritikal saat proyeknya berjalan.
Ketiga, volume material yang diperlukan adalah bersifat dinamik. Sebagai contoh
angka penggunaan panel baja bagi seluruh kapal berubah seiring dengan
berjalannya proyek.

G. Tata Ruang Berorientasi Proses


Suatu tata ruang yang menangani volume kecil, produk dengan keragaman
tinggi yang seperti mesin dan peralatan dikelompokkan bersama. Tata ruang
berorientasi proses juga khususnya baik bagi penanganan pabrikasi suku-suku
cadang dalam batch kecil atau lot pekerjaan (jobs lots) serta bagi produksi
beragam suku cadang dalam beragam ukuran serta bentuk. Sewaktu merancang
tata ruang, taktik paling umum adalah menata departemen atau pusat kerja
sehingga meminimalkan biaya penanganan material.

5
Biaya bagi penanganan material dalam pendekatan ini bergantung pada (1)
jumlah muatan ( orang) yang dipindahkan antar dua departemen pada periode
waktu tertentu dan (2) biaya terkait jarak dalam memindahkan muatan ( atau
orang ) antar departemen. Biaya diasumsikan sebagai suatu fungsi jarak antara
departemen. Dirumuskan sebagai berikut :

n = jumlah total pusat kerja atau departemen.


z = biaya total aliran material.
Cij = biaya memindah satu material dari departemen i ke departemen j , dengan
i≠j. .
Fij = aliran material dari departemen i ke departemen j , dengan I ≠ j.
Dij = jarak departemen i ke departemen j ,dengan i ≠ j.
i, j = departemen-departemen individual atau nomor departemen.

H. Sel-Sel Kerja
Ide sel kerja (work cell) adalah untuk mengatur ulang orang dan mesin
yang biasanya tersebar pada departemen proses yang beragam dan sewaktu-waktu
mengatur mereka dalam sebuah kelompok kecil, sehingga mereka dapat
memusatkan perhatian dalam membuat satu produk atau sekumpulan produk yang
saling berkaitan. Oleh karena itu, sel kerja dibangun di sekitar produk.

Mengisi dan Menyeimbangkan Sel Kerja


Jika sel kerja telah memiliki peralatan yang diperlukan dalam urutan yang
benar, tugas kita selanjutnya adalah mengisinya dengan staf dan
menyeimbangkannya. Produksi yang efisien dalam sel kerja membutuhkan
pengisian staf yang tepat. Hal ini melibatkan dua langkah, yaitu sebagai berikut:
 Menentukan waktu takt, yaitu laju produksi barang yang dibutuhkan untuk
memenuhi permintaan pelanggan.
 Menentukan jumlah operator yang dibutuhkan, artinya kita bagi waktu
operasi total dalam sel kerja dengan waktu takt.

6
I. Tata Ruang Repetitif dan Berorientasi Produk
Tata letak yang berorientasi pada produk disusun di sekeliling produk atau
keluarga produk yang sama yang memiliki volume tinggi dan bervariasi rendah.
Produksi yang berulang dan kontinu, menggunakan tata letak produk. Asumsi
yang digunakan adalah:

1. Volume yang ada mencukupi untuk utilisasi peralatan yang tinggi.


2. Permintaan produk cukup stabil untuk memberikan kepastian akan
penanaman modal yang besar untuk peralatan khusus.
3. Produk distandarisasi atau mendekati sebuah fase dalam siklus hidupnya,
yang memberikan penilaian adanya penanaman modal pada peralatan
khusus.
4. Pasokan bahan baku dan komponen mencukupi dan mempunyai kualitas
yang seragam (cukup terstandarisasi) untuk memastikan bahwa mereka
dapat dikerjakan dengan peralatan khusus tersebut.

Terdapat dua jenis tata letak yang berorientasi pada produk, yaitu lini
pabrikasi dan perakitan. Lini pabrikasi (fabrication line) membuat komponen
seperti ban mobil dan komponen logam sebuah kulkas pada beberapa mesin. Lini
perakitan (assembly line) meletakan komponen yang dipabrikasi secara bersamaan
pada sekumpulan stasiun kerja. Kedua lini ini merupakan proses yang berulang,
dan dalam kedua kasus, lini ini harus “seimbang”, yaitu waktu yang dihabiskan
untuk mengerjakan suatu pekerjaan harus sama atau seimbang dengan waktu yang
dihabiskan untuk mengerjakan pekerjaan pada mesin berikutnya pada lini
pabrikasi, sebagaimana waktu yang dihabiskan pada satu stasiun kerja oleh
seoarang pekerja di lini perakitan harus “seimbang” dengan waktu yang
dihabiskan pada stasiun kerja berikutnya yang dikerjakan oleh pekerja berikutnya.
Keuntungan utama dari tata letak yang berorientasi pada produk adalah:

1. Rendahnya biaya variabel per unit yang biasanya dikaitkan dengan produk
yang terstandarisasi dan bervolume tinggi.
2. Biaya penanganan bahan yang rendah.

7
3. Mengurangi persediaan barang setengah jadi.
4. Proses pelatihan dan pengawasan yang lebih mudah.
5. Hasil keluaran produksi yang lebih cepat.

Kelemahan tata letak yang berorientasi pada produk adalah:

1. Dibutuhkan volume yang tinggi, karena modal yang diperlukan untuk


menjalankan proses cukup besar.
2. Adanya pekerjaan yang harus berhenti pada setiap titik mengakibatkan
seluruh operasi pada lini yang sama juga terganggu.
3. Fleksibilitas yang ada kurang saat menangani beragam produk atau tingkat
produksi yang berbeda.

Karena permasalahan lini pabrikasi dan lini perakitan serupa, pembahasan


kali ini ditujukan pada lini perakitan. Pada sebuah lini perakitan, biasanya sebuah
produk berjalan melalui wahana yang otomatis, seperti sebuah ban berjalan,
melalui serangkaian stasiun kerja hingga selesai. Ini merupakan cara mobil
dirakit, televisi dan pemanggang kue dibuat, dan roti lapis pada restoran cepat saji
dibuat. Tata letak yang berorientasi pada produk menggunakan peralatan yang
lebih otomatis dan didesain secara khusus dari pada tata letak yang berorientasi
pada proses.

Penyeimbangan lini perakitan

Lini perakitan biasanya dilaksanakan untuk meminimalkan


ketidakseimbangan antara mesin atau karyawan dan memenuhi output yang
dibutuhkan dari lini perakitan. Untuk dapat memproduksi pada tingkat tertentu,
pihak manajemen harus mengetahui perkakas, peralalatan, dan metode kerja yang
digunakan. Kemudian persyaratan waktu untuk setiap tugas perakitan (seperti
membuat lubang, mengencangkan baut, atau mengecat komponen dengan cara
menyemprot) harus ditentukan. Manajemen juga harus mengetahui hubungan
prioritas antar aktivitas yaitu urutan beragam tugas yang harus dikerjakan.

Anda mungkin juga menyukai