NIM : 201910330311058
Jurusan : Pendidikan Kedokteran
C. Keanggotaan Muhammadiyah
Keanggotaan Muhammadiyah secara resmi diatur dalam Anggaran Dasar (AD)
Muhammadiyah Bab IV, pasal 8, ayat 1,dimana sebagai anggota Muhammadiyah trdiri atas
: Anggota Biasa, Anggota Luar Biasa, dan Anggota Kehormatan. Sebagai anggota
Muhammadiyah mempunyai hak dan kewajiban yang diatur secara rinci dalam Anggaran
Rumah Tangga (ART) Muhammadiyah pasal 4.
D. Keorganisasian Muhammadiyah
Susunan dan penciptaan organisasi Muhammaiyah diatur dalam AD Muhammadiyah Bab
V. Susunan organisasi Muhammadiyah diatur dalam ADM (Bab V, pasal 9) terdiri atas :
- Ranting, adalah kesatuan anggota di suatu tempat atau kawasan yang terdiri atas
sekurang-kurangnya 15 orang yang berfungsi melakukan pembinaan dan
pemberdayaan anggota. Ranting dijelaskan dalam ART Muhammadiyah pasal 5.
- Cabang, adalah kesatuan ranting disuatu tempat yang terdiri atas sekurang-kurangnya
tiga ranting yang berfungsi untuk melakukan pembinaan, pemberdayaan, dan
korrdinasi rating, dan sebagainya. Cabang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
pasal 6.
- Daerah, yaitu kesatuan cabang dalam satu kota atau kabupaten yang terdiri atas
sekurang kurangnya tiga cabang yang berfungsi untuk penyelanggaraan, pembinaan,
dan pengawasan pengelolaan Muhammadiyah, dan sebagainya. Daerah diatur salam
Anggaran Rumah Tangga pasal 7.
- Wilayah adalah kesatuan Daerah di provinsi yang terdiri atas sekurang-kurangnya tiga
Daerah yang berfungsi untuk penyelanggaraan, pembinaan, dan pengawasan amal
usaha, dan sebagainya. Wilayah diatur dalam Angaran Rumah Tangga pasal 8.
- Pusat adalah kesatuan Wilayah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berfungsi untuk melakukan pembinaan, pemberdayaan, dan koordinasi Wilayah dan
sebagainya. Pusat diatur dalam Anggaran Rumah Tangga pasal 9.
Memasuki abad kedua , Muhammadiyah dihadapkan pada tugas dan tantangan yang makin
berat, bukan hanya karena makin kompleknya perkembangan masyarakat yang menuntut
berbagai penyesuaian, namun juga kemunculan banyak organisasi Islam baru yang
mengharuskan Muhammadiyah memperbaharui strategi dakwah dan perjuangannya. Padahal
seharusnya Cabang dan Ranting berperan sebagai ujung tombak dalam kinerja. Secara
kuantitas jumlah cabang dan terutama ranting masih terhitung minim. Sebuah organisasi relatif
mapan, ada mekanisme, dan tentu ada nilai-nilai dasar yang disebut corporate culture, budaya
korporat. Kondisi cabang dan ranting Muhammadiyah diatas terjadi karena kurangnya
kaderisasi, dimana kaderisasi merupakan keharusan dan sebagai nafas organisasi. Oleh karena
itu Muhammadiyah wajib memperhatikan, membina dan memfasilitasi gerak langkah dari para
kaderny agar apa yang menjadi harapan dan cita-cita organisasi terus dan kesinambungan
dalam mewujudkan tujuan Muhammadiyah.