Anda di halaman 1dari 3

Nama : Aulia Ayu Istiqomah

NIM : 201910330311058
Jurusan : Pendidikan Kedokteran

MUQADDIMAH ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH

A. Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah


1. Sejarah Perumusan
Bagi Muhammadiyah, konsep Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dapat
dikatakan sebagai rumusan ideologi Muhammadiyah dalam bentuk yang berupa
prinsip-prinsip yang dirumuskan pada tahun 1942 di era Ki Bagus Hadikusumo yang
lahir di Kauman Yogyakarta, 24 November 1890 dan wafat 3 September 1954. Sebagai
tokoh yang memiliki kepedulian terhadap nasib rakyat dan umat islam Ki Bagus pernah
aktif di Partai Islam Indonesia (PII), Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), dan
masyumi. Tertarik oleh pembukaan UUD 1945, Ki Bagus Hadikusumo kemudian
berpendapat perlunya disusun pula Mukaddimah A. D. Muhammadiyah.
2. Pokok-Pokok Pikiran Muqaddimah A. D. Muhammadiyah
Muqaddimah A. D. Muhammadiyah mengandung 6 macam pokok pikiran, yaitu :
- Pertama, hidup manusia haruslah mentauhidkan Allah, berTuhan, beribadah serta
tunduk dan taat hanya kepada Allah.
- Kedua, hidup manusia adalah bermasyarakat
- Ketiga, hanya hukum Allah satu-satunya hukum yang dapat dijadikan sendi
pembentuk pribadi utama dan mengatur tertib hidup bersama menuju kehidupan
bahagia sejahtera yang hakiki dunia dan akhirat.
- Keempat, berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk
mewujudkan masyarakat Islam untuk mewujudkan masyarakat Isalam yang sebenar-
benarnya adalah kewajiban bagi orang yang mengaku ber-Tuhan kepada Allah
- Kelima, perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-sebenarnya hanya akan berhasil bila
mengikuti jejak perjuangan para Nabi, terutama perjuangan Nabi Muhammad SAW.
- Keenam, perjuangan mewujudkan maksud dan tujuan di atas hanya akan dapat tercapai
apabila dilaksanakan dengan berorganisasi

B. Identitas dan Asas Muhammadiyah


Identitas/hakekat Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar ma’aruf nabi
Munkar dan Tajdid, bersumber pada Al-Quran dan Sunnah. Muhammadiyah sejak berdiri
tahun 1912 telah menentukan jati dirinya sebagai gerakan Islam yang melaksanakan
dakwah dan tajdid. Langkah-langkah dakwah dan tajdid Muhammadiyah tersebut
tercermin dalam kepeloporan mendirikan sekolah islam modern, pelayanan kesehatan dan
kesejahteraan dengan mendirikan PKU (Penolong Kesengsaraan Umum, kini Pembina
Kesejahteraan Umat), penyantunan anak-anak yatim dan miskin melalui gerakan Al-Ma’un
dan mendobrak Praktik dan pemikiran Islam yang Jumud (statis, beku) dengan ijtihad.
Gerakan Muhammadiyah yang berkarakter dakwah dan tajdid tersebut dilakukan melalui
sistem organisasi dan bersifat ekspansi. Dari perjalanan awal Muhammadiyahtersebut
makin jelas sekali karakter yang kuat dari Persyarikatan, yaitu sebagai Gerakan Islam yang
menjalankan dakwah dan tajdid melalui sistem organisasi yang selalu dinamin dan
berkemajuan. Dengan demikian, karakter gerakan Muhammadiyah itu dakwah dan tajdid,
yang juga mengandung dimensi permunian sekaligus pembaruan. Karakter pembaruan
inilah yang membedakan Muhammadiyah dengan gerakan-gerakan Isalam lainnya, Hatta
dengan gerakan modernis lainnya seperti Persatuan Islam yang sama-sama berlairan
modern. Artinya, jka dihubungkan dengan situasi saat ini maka Muhammadiyah secara
teologis dan idelogi memiliki perbedaan dengan gerakan-gerakan Islam yang berkarakter
seperti Persatuan Islam, Ikwanul Muslimin, Sarekat Islam dan paham ideologi. Dengan
karakter tersebut, maka Muhammadiyah berhasil dalam meneguhkan keyakinan Islam yang
kuat di kalangan umta Islam, sekaligus membawa pada kemajuan hidup. Muhammadiyah
menampilkan Islam yang otentik dan berkemajuan sebagaimana domain tandhif dan tajdid.

C. Keanggotaan Muhammadiyah
Keanggotaan Muhammadiyah secara resmi diatur dalam Anggaran Dasar (AD)
Muhammadiyah Bab IV, pasal 8, ayat 1,dimana sebagai anggota Muhammadiyah trdiri atas
: Anggota Biasa, Anggota Luar Biasa, dan Anggota Kehormatan. Sebagai anggota
Muhammadiyah mempunyai hak dan kewajiban yang diatur secara rinci dalam Anggaran
Rumah Tangga (ART) Muhammadiyah pasal 4.

D. Keorganisasian Muhammadiyah
Susunan dan penciptaan organisasi Muhammaiyah diatur dalam AD Muhammadiyah Bab
V. Susunan organisasi Muhammadiyah diatur dalam ADM (Bab V, pasal 9) terdiri atas :
- Ranting, adalah kesatuan anggota di suatu tempat atau kawasan yang terdiri atas
sekurang-kurangnya 15 orang yang berfungsi melakukan pembinaan dan
pemberdayaan anggota. Ranting dijelaskan dalam ART Muhammadiyah pasal 5.
- Cabang, adalah kesatuan ranting disuatu tempat yang terdiri atas sekurang-kurangnya
tiga ranting yang berfungsi untuk melakukan pembinaan, pemberdayaan, dan
korrdinasi rating, dan sebagainya. Cabang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
pasal 6.
- Daerah, yaitu kesatuan cabang dalam satu kota atau kabupaten yang terdiri atas
sekurang kurangnya tiga cabang yang berfungsi untuk penyelanggaraan, pembinaan,
dan pengawasan pengelolaan Muhammadiyah, dan sebagainya. Daerah diatur salam
Anggaran Rumah Tangga pasal 7.
- Wilayah adalah kesatuan Daerah di provinsi yang terdiri atas sekurang-kurangnya tiga
Daerah yang berfungsi untuk penyelanggaraan, pembinaan, dan pengawasan amal
usaha, dan sebagainya. Wilayah diatur dalam Angaran Rumah Tangga pasal 8.
- Pusat adalah kesatuan Wilayah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berfungsi untuk melakukan pembinaan, pemberdayaan, dan koordinasi Wilayah dan
sebagainya. Pusat diatur dalam Anggaran Rumah Tangga pasal 9.
Memasuki abad kedua , Muhammadiyah dihadapkan pada tugas dan tantangan yang makin
berat, bukan hanya karena makin kompleknya perkembangan masyarakat yang menuntut
berbagai penyesuaian, namun juga kemunculan banyak organisasi Islam baru yang
mengharuskan Muhammadiyah memperbaharui strategi dakwah dan perjuangannya. Padahal
seharusnya Cabang dan Ranting berperan sebagai ujung tombak dalam kinerja. Secara
kuantitas jumlah cabang dan terutama ranting masih terhitung minim. Sebuah organisasi relatif
mapan, ada mekanisme, dan tentu ada nilai-nilai dasar yang disebut corporate culture, budaya
korporat. Kondisi cabang dan ranting Muhammadiyah diatas terjadi karena kurangnya
kaderisasi, dimana kaderisasi merupakan keharusan dan sebagai nafas organisasi. Oleh karena
itu Muhammadiyah wajib memperhatikan, membina dan memfasilitasi gerak langkah dari para
kaderny agar apa yang menjadi harapan dan cita-cita organisasi terus dan kesinambungan
dalam mewujudkan tujuan Muhammadiyah.

Anda mungkin juga menyukai