Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KELOMPOK 4

MATA KULIAH : PEMBELAJARAN PKN KELAS RENDAH

MATERI :
”EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN PKN DI SD KELAS RENDAH”

KELOMPOK 4

1. Natalia Dolompaha 19105150


2. Syeli S. Lakumani 19105210
3. Kyrie A. Akualing 19105206
4. Ni Nyoman Mentiani 19105001
5. Rayhart Kantohe 19105117
6. Olanda C. Umbure 19105055

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FALKUTAS ILMU PENDIDIKAN

PRODI PGSD

2021
KATA PENGANTAR

Pujian dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat dan
cinta kasihnya, kami kelompok dapat menyelesaikan Makalah kami tentang Evaluasi dalam
pembelajaran PKn di SD kelas rendah dapat selesai dengan tepat waktu. Kami menyadari
semata-mata bahwa ini bukan karena kekuatan kami tapi karena berkat kemampuan dari Tuhan.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah kami Pembelajaran PKn
Kelas Rendah. Dalam penyusunan makalah kami ini kami menyadari bahwa terdapat kekurangan
baik teknis maupun materi. Karena itu kami kelompok meminta saran dan kritik agar
kedepannya makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.

Kiranya Makalah kami ini dapat bermanfaat dan berguna bagi setiap pembaca dan dapat
dijadikan salah satu sumber pengetahuan. Akhir kata kiranya Tuhan Memberkati kita semua.

TOMOHON, 2021

PENYUSUN
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………… I

DAFTAR ISI……………………………………………………………………... II

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………… 1

Rumusan Masalah

Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Evaluasi dalam pembelajaran PKN di SD Kelas Rendah……………. 2


B. Prinsip Evaluasi………………………………………………………………. 3
C. Tujuan Evaluasi………………………………………………………………. 4
D. Manfaat Evaluasi……………………………………………………………… 5
E. Prosedur evaluasi dalam pembelajaran PKN di SD…………………………… 9
F. Model – model alat penilaian PKN SD kelas rendah…………………………. 10
G. Pengembangan Alat Penilaian Kognitif dan Non-Kognitif…………………… 12

BAB III PENUTUP………………………………………………………………. 13

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 14

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evaluasi dalam pendidikan merupakan salah satu komponen yang tak kalah penting
dengan proses pembelajaran. Ketika proses pembelajaran dipandang sebagai proses
perubahan tingkah laku siswa, peran evaluasi proses pembelajaran menjadi sangat penting.
Evaluasi merupakan suatu proses untuk mengumpulkan, menganalisa dan
menginterpretasi informasi untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh
peseta didik.
Sistem evaluasi yang baik akan mampu memberikan gambaran tentang kualitas
pembelajaran sehingga pada gilirannya akan mampu membantu pengajar merencanakan
strategi pembelajaran. Bagi peserta didik sendiri, sistem evaluasi yang baik akan mampu
memberikan motivasi untuk selalu meningkatkan kemampuannya. Begitu pula pada Evaluasi
dalam pembelajaran PKn di SD kelas rendah.
Seperti halnya juga pada pembelajaran PKN di sd Kelas rendah, Evaluasi merupakan
faktor penting yang harus diperhatikan oleh seorang guru, untuk mengetahui Konsep, Prinsip,
tujuan, dan fungsi dari Evaluasi dalam Pembelajaran PKn
Pelaksanaan evaluasi dalam pembelajaran PKn di SD kelas rendah harus mengikuti
tahapan-tahapan yang teratur yang juga harus dipelajari oleh seorang guru.Pengembangan
model-model alat penilaian di SD kelas rendah juga merupakan faktor penting yang harus
diketahui oleh seorang guru SD.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Evaluasi ?
2. Apa yang menjadi Prinsip, Manfaat, serta Fungsi Evaluasi ?
3. Bagaimana Prosedur Evaluasi dalam Pembelajaran PKn di SD ?
4. Apa saja model-model alat penilaian PKn di SD ?
5. Bagaimana perkembangan Alat Kognitif dan Non-Kognitif ?

C. Tujuan
1. Mendefinisikan apa yang dimaksud dengan Evaluasi
2. Menjelaskan Prinsip, Manfaat, dan Fungsi Evaluasi
3. Mengetahui Prosedur Evaluasi pada pembelajaran PKn di SD
4. Mengetahu model dan perkembangan alat penilaian

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Evaluasi dalam pembelajaran PKN di SD Kelas Rendah


Istilah konsep, nilai, moral, dan norma dalam PKn merupakan Istilah dasar yang perlu di
pahami secara benar. Pengertian Konsep, Konsep merupakan pokok pengertian yang bersifat
abstrak yang menghubungkan orang dengan kelompok benda, peristiwa, atau
pemikiran.  Lahirnya konsep disebabkan oleh adanya kesadaran atas atribut kelas yang
ditunjukkan oleh simbol.
Apakah yang dimaksud dengan evaluasi? Evaluasi adalah proses sistematis pengumpulan
data atau informasi dengan tujuan untuk memberikan penilaian (judgement). Terdapat
beberapa istilah yang erat kaitannya dengan evaluasi, yaitu penilaian dan pengukuran. Beda
ketiga istilah tersebut terletak pada sifat umum atau khusus, kualitatif atau kuantitatif.
Evaluasi lebih luas daripada penilaian dan pengukuran. Evaluasi dapat bersifat kuantitatif dan
kualitatif. Penilaian dan pengukuran lebih bersifat kuantitatif. Sesuai dengan definisi evaluasi
tersebut, sistem evaluasi atau sistem penilaian di sini dimaksudkan sebagai proses sistematis
pengumpulan data atau informasi baik yang berkenaan dengan proses maupun hasil
pembelajaran untuk digunakan memberikan penilaian (judgement) terhadap pembelajaran. Di
samping dilakukan secara sistematis, sistem evaluasi juga dilaksanakan secara
berkesinambungan. Dengan sistem evaluasi secara sistematis dan berkelanjutan diharapkan
dapat diperoleh informasi yang bermakna dan lengkap mengenai proses dan hasil
pembelajaran yang kita laksanakan. Pada gilirannya, informasi tersebut bermanfaat sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pembelajaran. Alat ukur yang digunakan
untuk mengumpulkan data dalam evaluasi dapat berbentuk tes dan non tes. Tes yang baik
harus mewakili domain yang diukur serta mengukur tingkat berfikir yang tepat seperti untuk
menentukan kelulusan, perbaikan, dan pengayaan. Sistem evaluasi dalam pembelajaran PKn
bertujuan untuk menentukan sampai seberapa jauh standar kompetensi dan kompetensi dasar
dalam mata pelajaran Kewarganegaraan telah dikuasai siswa. Di samping sebagai alat untuk
mengetahui ketercapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) sistem evaluasi
juga berfungsi untuk :
2
1. Mengetahui kemajuan dan kesulitan belajar siswa Evaluasi yang dilaksanakan pada
saat program pembelajaran sedang berlangsung, bermanfaat untuk menilai kemajuan
belajar siswa. Di satu pihak, kita dapat mengetahui siswa yang telah menguasai SK-
KD yang kita ajarkan. Di lain pihak, kita dapat mengetahui siswa yang mengalami
kesulitan dalam mencapai SK-KD yang ita ajarkan.
2. Memberikan umpan balik
Informasi yang diperoleh dari pelaksanaan evaluasi, baik evaluasi formatif maupun
evaluasi sumatif bermanfaat sebagai umpan balik, baik bagi Guru maupun bagi siswa.
3. Melakukan perbaikan kegiatan pembelajaran Hasil evaluasi merupakan umpan balik
bagi Guru maupun bagi siswa. Terhadap hasil evaluasi yang berperan sebagai umpan
balik tersebut, perlu ada tindak lanjut. Tindak lanjut yang dimaksud dapat berupa
penyelenggaraan program pengayaan maupun remedial. Pengayaan diberikan kepada
siswa yang lebih cepat mencapai kompetensi dasar. Remedial atau perbaikan
diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai kompetensi
dasar. Untuk keperluan perbaikan perlu dicari upaya yang berbeda dengan cara yang
pernah dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran sebelumnya.

B. Prinsip Evaluasi
1. Sistematis
Evaluasi dilakasnakan berdasar atas prinsip sistematis berarti dalam melaksanakan evalusi
harus didasarkan atas tujuan yang jelas. Berdasar tujuan yang telah ditentukan, dicari
alaternatif strategi atau cara untuk melaksanakan evaaluasi. Setelah strategi dipilih, kemudian
dilaksanakan, dilihat hasilnya, dan direvisi jika terjadi kekurangan.
2. Berkelanjutan
Evaluasi didasarkan atas prinsip berkelanjutan berarti dalam melaksanakan evaluasi harus
menyeluruh dan terus-menerus. Tidak boleh melaksanakan evaaluasi hanya sepenggal-
sepenggal.
3. Adil dan obyektif
Masalah evaluasi adalah masalah pembearian penilaian (judgement). Oleh karena itu eveluasi
harus didasarkan atas prinsip keadilan an obyektivitas. Perlu dihindarkan keberpihakan dan
ketidakadilan. Penilaian harus diberikan berdasar data yang ada, tidak boleh didasarkan atas
subyektivitas.
3
C. Tujuan Evaluasi
Jika kita ingin melakukan kegiatan evaluasi, terlepas dari jenis evaluasi apa yang digunakan,
maka guru harus mengetahui dan memahami terlebih dahulu tentang tujuan dan fungsi evaluasi.
Bila tidak, maka guru akan mengalami kesulitan merencanakan dan melaksanakan evaluasi.
Hampir setiap orang yang membahas evaluasi membahas pula tentang tujuan dan fungsi
evaluasi.
Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem
pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan, materi, metode, media, sumber belajar,
lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri. Sedangkan tujuan khusus evaluasi pembelajaran
disesuaikan dengan jenis evaluasi pembelajaran itu sendiri, seperti evaluasi perencanaan dan
pengembangan, evaluasi monitoring, evaluasi dampak, evaluasi efisiensi-ekonomis, dan evaluasi
program komprehensif.

Dalam konteks yang lebih luas lagi, Sax  mengemukakan tujuan evaluasi dan pengukuran
adalah untuk “selection, placement, diagnosis and remediation, feedback : norm-referenced and
criterion-referenced interpretation, motivation and guidance of learning, program and
curriculum improvement : formative and summative evaluations, and theory
development”. (seleksi, penempatan, diagnosis dan remediasi, umpan balik : penafsiran acuran-
norma dan acuan-patokan, motivasi dan bimbingan belajar, perbaikan program dan kurikulum :
evaluasi formatif dan sumatif, dan pengembangan teori).

Perlu Anda ketahui bahwa evaluasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan
kegiatan, antara lain bimbingan dan penyuluhan, supervisi, seleksi, dan pembelajaran. Setiap
bidang atau kegiatan tersebut mempunyai tujuan yang berbeda. Dalam kegiatan bimbingan,
tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi secara menyeluruh mengenai karakteristik
peserta didik, sehingga dapat diberikan bimbingan dengan sebaik-baiknya. Begitu juga dalam
kegiatan supervisi, tujuan evaluasi adalah untuk menentukan keadaan suatu situasi pendidikan
atau pembelajaran, sehingga dapat diusahakan langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan
mutu pendidikan di madrasah. Dalam kegiatan seleksi, tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui
tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai peserta didik untuk jenis pekerjaan,
jabatan atau pendidikan tertentu.

4
1. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah
diberikan.
2. Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap peserta didik
terhadap program pembelajaran.
3. Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta didik
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
4. Untuk mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Keunggulan peserta didik dapat dijadikan dasar bagi guru
untuk memberikan pembinaan dan pengembangan lebih lanjut, sedangkan
kelemahannya dapat dijadikan acuan untuk memberikan bantuan atau bimbingan.
5. Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai dengan jenis
pendidikan tertentu.
6. Untuk menentukan kenaikan kelas.
7. Untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

D. Fungsi Evaluasi
Cronbach (1963 : 236) menjelaskan “evaluation used to improved the course while it is still
fluid contributes more to improvement of education than evaluation used to appraise a product
already on the market”. Cronbach nampaknya lebih menekankan fungsi evaluasi untuk
perbaikan, sedangkan Scriven (1967) membedakan fungsi evaluasi menjadi dua macam, yaitu
fungsi formatif dan fungsi sumatif. Fungsi formatif dilaksanakan apabila hasil yang diperoleh
dari kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu atau sebagian besar bagian
kurikulum yang sedang dikembangkan. Sedangkan fungsi sumatif dihubungkan dengan
penyimpulan mengenai kebaikan dari sistem secara keseluruhan. Fungsi ini baru dapat
dilaksanakan jika pengembangan program pembelajaran telah dianggap selesai.

Fungsi evaluasi memang cukup luas, bergantung kepada dari sudut mana Anda melihatnya.
Bila kita lihat secara menyeluruh, fungsi evaluasi adalah :

1. Secara psikologis, peserta didik selalu butuh untuk mengetahui hinggamana kegiatan yang
telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Peserta didik adalah manusia
yang belum dewasa. Mereka masih mempunyai sikap dan moral yang heteronom,
membutuhkan pendapat orang-orang dewasa (seperti orang tua dan guru)
5
sebagai pedoman baginya untuk mengadakan orientasi pada situasi tertentu. Dalam
menentukan sikap dan tingkah lakunya, mereka pada umumnya tidak berpegang kepada
pedoman yangberasal dari luar dirinya. Dalam pembelajaran, mereka perlu mengetahui
prestasi belajarnya, sehingga ia merasakan kepuasan dan ketenangan.
2. Secara sosiologis, evaluasi berfungsi untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup
mampu untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti peserta didik dapat berkomunikasi
dan beradaptasi terhadap seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya. Lebih
jauh dari itu, peserta didik diharapkan dapat membina dan mengembangkan semua potensi
yang ada dalam masyarakat. Hal ini penting, karena mampu-tidaknya peserta didik terjun ke
masyarakat akan memberikan ukuran tersendiri terhadap institusi pendidikan yang
bersangkutan. Untuk itu, materi pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3. Secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan
peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya masing-
masing serta membantu guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajarannya.
4. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui kedudukan peserta didik dalam kelompok, apakah ia
termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang pandai. Hal ini berhubungan dengan sikap
dan tanggung jawab orang tua sebagai pendidik pertama dan utama di lingkungan keluarga.
Anda dan orang tua perlu mengetahui kemajuan peserta didik untuk menentukan langkah-
langkah selanjutnya.
5. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh program
pendidikannya. Jika peserta didik sudah dianggap siap (fisik dan non-fisik), maka program
pendidikan dapat dilaksanakan. Sebaliknya, jika peserta didik belum siap, maka hendaknya
program pendidikan tersebut jangan dulu diberikan, karena akan mengakibatkan hasil yang
kurang memuaskan.
6. Evaluasi berfungsi membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baik dalam
rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan, maupun kenaikan kelas. Melalui evaluasi,
Anda dapat mengetahui potensi peserta didik, sehingga dapat memberikan bimbingan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Begitu juga tentang kenaikan kelas. Jika peserta didik belum
menguasai kompetensi yang ditentukan, maka peserta didik tersebut jangan dinaikkan ke
kelas berikutnya atau yang lebih tinggi. Kegagalan ini merupakan hasil keputusan evaluasi,
karena itu Anda perlu mengadakan bimbingan yang lebih profesional.

6
7. Secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta
didik kepada orang tua, pejabat pemerintah yang berwenang, kepala sekolah, guru-guru dan
peserta didik itu sendiri. Hasil evaluasi dapat memberikan gambaran secara umum tentang
semua hasil usaha yang dilakukan oleh institusi pendidikan.

Sementara itu, Stanley dalam Oemar Hamalik (1989 : 6) mengemukakan secara spesifik
tentang fungsi tes dalam pembelajaran yang dikategorikan ke dalam tiga fungsi yang saling
berinterelasi, yakni “fungsi instruksional, fungsi administratif, dan fungsi bimbingan”.

1. Fungsi intruksional
 Proses konstruksi suatu tes merangsang Anda untuk menjelaskan dan merumuskan kembali
tujuan-tujuan pembelajaran (kompetensi dasar) yang bermakna. Jika Anda terlibat secara
aktif dalam perumusan tujuan pembelajaran (kompetensi dasar dan indikator), maka Anda
akan terdorong untuk memperbaiki program pengalaman belajar bagi peserta didik, di
samping akan memperbaiki alat evaluasi itu sendiri. Anda juga akan merasakan bahwa
kompetensi dasar dan indikator yang telah dirumuskan itu akan bermakna bagi Anda dan
peserta didik, sehingga akan memperkaya berbagai pengalaman belajar.
 Suatu tes akan memberikan umpan balik kepada guru. Umpan balik yang bersumber dari
hasil tes akan membantu Anda untuk memberikan bimbingan belajar yang lebih bermakna
bagi peserta didik. Tes yang dirancang dengan baik dapat dijadikan alat untuk
mendiagnosis diri peserta didik, yakni untuk meneliti kelemahan-kelemahan yang
dirasakannya sendiri.
 Tes-tes yang dikonstruksi secara cermat dapat memotivasi peserta didik melakukan
kegiatan belajar. Pada umumnya setiap peserta didik ingin berhasil dengan baik dalam
setiap tes yang ditempuhnya, bahkan ingin lebih baik dari teman-teman sekelasnya.
Keinginan ini akan mendorongnya belajar lebih baik dan teliti. Artinya, ia akan bertarung
dengan waktu guna menguasai materi pelajaran yang akan dievaluasi itu.
 Ulangan adalah alat yang bermakna dalam rangka penguasaan atau pemantapan
belajar (overlearning). Ulangan ini dilaksanakan dalam bentuk review, latihan,
pengembangan keterampilan dan konsep-konsep. Pemantapan, penguasaan dan
pengembangan ingatan (retention) akan lebih baik jika dilakukan ulangan secara periodik
dan kontinu.

7
Kendatipun peserta didik dapat menjawab semua pertanyaan dalam tes, tetapi ulangan ini
tetap besar manfaatnya, karena penguasaan materi pelajaran akan bertambah mantap.

2. Fungsi administratif
 Tes merupakan suatu mekanisme untuk mengontrol kualitas suatu sekolah atau suatu sistem
sekolah. Norma-norma lokal maupun norma-norma nasional menjadi dasar untuk melihat
untuk menilai keampuhan dan kelemahan kurikuler sekolah, apalagi jika daerah setempat
tidak memiliki alat yang dapat dipergunakan untuk melaksanakan evaluasi secara periodik.
 Tes berguna untuk mengevaluasi program dan melakukan penelitian. Keberhasilan suatu
program inovasi dapat dilihat setelah diadakan pengukuran terhadap hasil program sesuai
dengan tujuan khusus yang telah ditetapkan. Percobaan metode mengajar untuk menemukan
cara belajar efektif dan efisien bagi para peserta didik, baru dapat dilaksanakan setelah
diadakan serangkaian kegiatan eksperimen, selanjutnya dapat diukur keberhasilannya dengan
tes
 Tes dapat meningkatkan kualitas hasil seleksi. Seleksi sering dilakukan untuk menentukan
bakat peserta didik dan kemungkinan berhasil dalam studinya pada suatu lembaga
pendidikan. Apakah seorang calon memilih keterampilan dalam mengemban tugas tertentu,
apakah peserta didik tergolong anak terbelakang, dan sebagainya. Hasil seleksi sering
digunakan untuk menempatkan dan mengklasifikasikan peserta didik dalam rangka program
bimbingan. Anda juga dapat menggunakan hasil tes untuk menentukan apakah peserta didik
perlu dibimbing, dilatih, diobati, dandiajari.
 Tes berguna sebagai alat untuk melakukan akreditasi, penguasaan (mastery), dan sertifikasi.
Tes dapat dipergunakan untuk mengukur kompetensi seorang lulusan. Misalnya, seorang
calon guru sudah dapat dikatakan memiliki kompetensi yang diharapkan setelah dia mampu
mendemonstrasikan kemampuannya di dalam kelas. Untuk mengetahui tingkat penguasaan
kompetensi, kemudian memberikan sertifikat, diperlukan pengukuran dengan alat tertentu,
yaitu tes.

3. Fungsi bimbingan

Tes sangat penting untuk mendiagnosis bakat-bakat khusus dan kemampuan (ability) peserta


didik.

8
Bakat skolastik, prestasi, minat, kepribadian, merupakan aspek-aspek penting yang harus
mendapat perhatian dalam proses bimbingan. Informasi dari hasil tes standar (standarized
test) dapat membantu kegiatan bimbingan dan seleksi ke sekolah yang lebih tinggi, memilih
jurusan/program studi, mengetahui kemampuan, dan sebagainya. Untuk memperoleh informasi
yang lengkap sesuai dengan kebutuhan bimbingan, maka diperlukan alat ukur yang memadai,
seperti tes.

E. Prosedur evaluasi dalam pembelajaran PKN di SD

Pada hakikatnya evaluasi pembelajaran mata pelajaran PKn adalah sebuah proses. Oleh
karena itu pelaksanaan evaluasi pembelajaran mata pelajaran PKn meliputi beberapa tahap.
Secara umum tahapan evaluasi pembelajaran terdiri atas 4 tahap, yaitu (1) tahap persiapan, (2)
tahap pelaksanaan, (3) tahap pengolahan hasil, dan (4) tahap tindak lanjut. Berikut ini penjelasan
singkat tentang keempat tahap evaluasi pembelajaran tersebut.

1. Tahap Persiapan

Menurut Damaianti (2007: 8) tahap ini disebut juga tahap perencanaan dan perumusan kriterium.
Langkahnya meliputi:

 perumusan tujuan evaluasi;


 penetapan aspek-aspek yang akan dievaluasi;
 menetapkan metode dan bentuk evaluasi (tes/nontes);
 merencanakan waktu evaluasi;
 melakukan uji coba (untuk tes) agar dapat mengukur validitas dan reliabilitasnya.

Untuk evaluasi yang menggunakan tes, hasil dari tahap ini adalah kisi-kisi soal dan
seperangkat alat tes: soal, lembar jawaban (untuk tes tulis), kunci jawaban, dan pedoman
penilaian.

2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan atau disebut juga dengan tahap pengukuran dan pengumpulan data adalah
tahap untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan objek evaluasi (siswa) dengan
menggunakan teknik tes atau nontes. Bila menggunakan teknik tes, soal yang digunakan
sebaiknya sudah teruji validitas dan reliabilitasnya. Tes yang digunakan dapat berbentuk tes
tulis, lisan, atau praktik.

3. Tahap Pengolahan Hasil


Tahap pengolahan hasil adalah tahap pemeriksaan hasil evaluasi dengan memberikan skor.
Skor yang diperoleh siswa selanjutnya diubah menjadi nilai. Pada tes tulis pemeriksaan hasil
dilakukan setelah tes selesai, sedangkan pada tes lisan dan praktik, pemberian nilai dilakukan
bersamaan dengan waktu pelasanaan tes tersebut.

9
4. Tahap Tindak Lanjut
Tahap tindak lanjut atau disebut juga tahap penafsiran adalah tahap untuk mengambil
keputusan berdasarkan nilai yang dihasilkan pada tahap pengolahan hasil, misalnya:

 Memperbaiki proses belajar mengajar


 Memperbaiki kesulitan belajar siswa
 Memperbaiki alat evaluasi
 Membuat laporan evaluasi (rapor).

F. Model – model alat penilaian PKN SD kelas rendah

Model-model penilaian matapelajaran PKn SD dengan memperhatikan tiga domain dari


taksonomi Bloom. Masih ingatkah Anda, apa tiga domain tersebut? Tiga domain dari taksonomi
Bloom itu adalah (1) pengetahuan (kognitif), (2) sikap (afektif), dan(3) ketrampilan
(psikomotor). Di samping tiga taksonomi Bloom, penilaian PKn untuk anak usia sekolah dasar
perlu memperhatikan aspek psikologis, sosiokultural, spiritual. Bahkan, menurut Lickona (1996),
evaluasi pembelajaran terhadap nilai moral hendaknya mencakup dimensi-dimensi moral
knowing, moral feeling, dan moral action (Akbar, dkk,2002)
Tentu Anda sudah membaca buku dan mencermati isi video tentang pengembangan alat
penilaian PKn SD. Untuk memperjelasnya, kita akan membahasnya lebih lanjut. Perhatikan
bagan yang menggambarkan garis besar pengembangan alat penilaian PKn SD di bawah ini!

a) Pengembangan Alat Penilaian dengan Teknik Tes


b) Pengembangan Alat Penilaian dengan Teknik Non Tes
c) Pengembangan Alat Penilaian Kognitif dan Non Kognitif
d) Pengembangan Alat Penilaian Kognitif
e) Pengembangan Alat Penilaian Afektif
f) Pengembangan Alat Penilaian Psikomotor

a. Pengembangan Alat Penilaian dalam Bentuk Tes dan Non-Tes


Sebagaimana diketahui sebelumnya, Anda tentu sudah memahami penilaian pembelajaran di
SD, termasuk di antaranya penilaian dalam matapelajaran PKn yang dapat dilakukan melalui dua
cara, yaitu dengan teknik tes dan teknik non-tes.
Pembahasan mengenai pengembangan alat penilaian pada kedua teknik tersebut dapat Anda baca
pada berikut.

1. Pengembangan Alat Penilaian dengan Teknik Tes


Teknik tes merupakan salah satu alat, cara, dan langkah-langkah yang sistematik untuk
digunakan dalam mengukur sejumlah perilaku tertentu siswa.
Berdasarkan cara pelaksanaannya, teknik tes dikelompokkan sebagai berikut.
a) Tes tertulis, yaitu alat penilaian yang bentuk dan pelaksanaanya dilakukan secara tertulis.
Tes ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara lebih cermat
dan mendalam karena secara prosedural tes tertulis tidak memerlukan jawaban secara
langsung (spontan).
10
b) Tes lisan, yaitu alat penilaian yang bentuk dan pelaksanaanya dilakukan secara lisan.
Dalam tes lisan seperti ini, semua pertanyaan guru maupun jawaban siswa dilaksanakan
secara lisan. Tes lisan menuntut siswa untuk menjawab secara langsung (spontan), tetapi
hendaknya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir. Kelemahannya,
kadang-kadang tes lisan dapat menimbulkan grogi/cemas, sehingga dapat mempengaruhi
kualitas jawaban siswa.
c) Tes perbuatan, yaitu alat penilaian yang baik pertanyaan maupun jawabannya dilakukan
secara tertulis maupun lisan, seperti praktek di laboratorium, praktik kesenian, simulasi,
dan deklamasi. Tes perbuatan ini selain dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan
intelektual anak, dapat juga digunakan untuk mengetahui kemampuan gerakan
fisik/psikomotor. Misalnya, pada tes berdeklamasi penilaian dilakukan terhadap
kelancaran olah vokal dan penjiwaan dalam olah fisiknya.

2. Pengembangan Alat Penilaian dengan Teknik Non-Tes


Teknik non-tes adalah alat penilaian yang prosedurnya tidak sistematis sebagaimana teknik
tes. Akan tetapi, teknik non tes ini dapat dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai
karakteristik minat, sikap, atau kepribadian siswa.

Berdasarkan cara pelaksanaannya, teknik non-tes dikelompokkan sebagai berikut.


a) Skala sikap, yaitu alat penilaian yang digunakan untuk mengungkapkan sikap siswa
melalui tugas tertulis. Sikap artinya pendirian seseorang terhadap suatu peristiwa atas
objek. Skala sikap alat penialain yang mengukur pendirian seseorang seperti sangat
setuju, ragu-ragu, setuju dan sangat tidak setuju. Contoh: setujukan kamu
menyeberangkan orang trua di jalan raya, sedangkan kamu harus buru-buru ke
sekolah? Hampir dapat dipastikan siswa akan selalu memilih jawaban yang baik-baik
saja, meski mungkin siswa tidak akan melakukan tindakan tersebut dalam tindakan
nyata. Inilah salah satu kelemahan mendasar yang sering terjadi pada aspek penilaian
sikap, yaitu sulit diukur.
b) Check list, yaitu alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh guru atas dasar
pengamatan terhadap perilaku siswa. Dalam tes pengamatan, siswa tidak perlu selalu
diberitahu sebelumnya bahwa perilaku mereka sedang diamati. Hal ini dimaksudkan
untuk menjaga kealamiahan perilaku siswa.
Namun, pada hal-hal tertentu siswa memang perlu diberitahu sebelumnya agar siswa
menjaga perilakunya.
c) Quesioner, yaitu alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya dilakukan
dengan cara tertulis. Penyusunan angket diarahkan untuk menyaring infomasi
mengenai berbagai faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar.
d) Catatan harian, yaitu suatu catatan mengenai perilaku siswa yang dipandang
mempunyai kaitan dengan perkembangan kepribadiannya. Misalnya, catatan
mengenai siswa yang memperlihatkan perilaku khusus seperti, suka terlambat,
mengambil milik teman, suka mengganggu, atau membuat gaduh.
Perilaku khusus yang dicatat tidak selalu berupa perilaku negatif.

11
Perilaku positif yang tidak biasa dilakukan siswa pun perlu ditulis dalam catatan
harian, misalnya siswa yang biasanya suka mengganggu teman tiba-tiba menjadi suka
menolong teman, atau siswa yang biasanya sering membuat gaduh tiba-tiba menjadi
pendiam di kelas.
e) Portofolio, yaitu penilaian berdasarkan koleksi atau kumpulan bahan pilihan yang
dikembangkan oleh siswa/guru, berfungsi untuk menelaah proses,usaha,
perbaikan, dan pencapaian kinerja siswa secara objektif. Ada beberapa prinsip yang
perlu Anda perhatikan dalam penggunaan portofolio, yaitu (1) saling percaya antara
guru dan siswa (mutual trust), (2) milik bersama antara guru dan siswa(joint
ownership), (3) keberhasilan bersama antara guru dan siswa (confidentiality), (4)
kepuasan (satisfaction), serta (5) kesesuaian (relevance).

G. Pengembangan Alat Penilaian Kognitif dan Non-Kognitif

Dalam taksonomi Bloom, penilaian non-kognitif meliputi penilaian afektif dan penilaian
psikomotor. Untuk dapat melengkapi pengetahuan Anda tentang alat penilaian kognitif dan non-
kognitif, perhatikan pembahasan berikut ini
1. Pengembangan Alat Penilaian Kognitif
Tes kognitif terdiri dari tes objektif dan tes esai. Baik tes objektif maupun tes esai yang
berbentuk tertulis dan bermanfaat untuk mengukur semua tujuan pembelajaran. Kedua
bentuk tes tersebut dapat mendorong siswa untuk mempelajari konsep dasar dan untuk
mencari solusi permasalahan. Di samping itu, bentuk tes tersebut dapat menghasilkan
skor yang nilainya tergantung pada objektivitas dan keterhandalan (reliability) tersebut
(Gronlund, 1996). Menurut Bloom, penilaian ranah kognitif ada enam gradasi. Keenam
gradasi tersebut dijelaskan pada bagian berikut.
 Pengetahuan, mencakup kemampuan ingatan dari apa yang telah dipelajari, berkaitan
denga fakta, peristiwa, pengertian
 Pemahaman, mencakup kemampuan menerima arti dan makna dari apa yang telah
diterima.
 Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan pada masalah yang nyata.
 Analisis, mencakup kemampuan menganalisa apa yang dapat dimengerti menjadi lebih
paham lagi.
 Sintesis, mencakup kemampuan membentuk pola baru yang dianggap lebih tepat.
 Evaluasi, mencakup kemampuan untuk menilai hasil ujian atu hal lain sesuai dengan
standart yang telah ada.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

https://evaluasipembelajaranelghazy.blogspot.com/2016/02/tujuan-fungsi-dan-prinsip-
evaluasi.html
https://dewigtgs.blogspot.com/2017/09/pkn-kelas-rendah_20.html
http://eprints.umsida.ac.id/3603/1/BUKU%20AJAR%20%20PKN%20PGSD%20versi%20full
%20book.pdf
https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/16/pembelajaran-pkn-di-sd/

Anda mungkin juga menyukai