Anda di halaman 1dari 3

Nama : Amani Zaskia Puteri

NPM : 160112200081
Judul Artikel Jurnal : “Pengaruh Apical Plug MTA Versus CEM Terhadap Resistensi Fraktur
pada Simulasi Gigi Imatur yang Diberi Perawatan Endodontik dan
Direstorasi dengan Pasak Logam Cor: Studi In‑Vitro”

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan MTA!


Jawaban: MTA atau Mineral Trioxide Aggregate dikenal sebagai bahan dalam bentuk bubuk
dengan komposisi yang tersusun atas trikalsium silikat (CaSiO4), dikalsium silikat, bismuth
oksida (Bi2O3), kalsium karbonat (CaCO3), kalsium sulfat (CaSO4), dan kalsium aluminat
(CaAl2O4). Bubuk MTA bersifat hidraulik yaitu akan setting bila bereaksi dengan air.
Kandungan bismuth oksida berperan sebagai pemberi radioopasitas agar dapat diidentifikasi
dalam pemeriksaan radiografi. MTA mulai diperkenalkan pada tahun 1993. Pada awalnya,
MTA dikembangkan karena belum ditemukannya bahan pengisi ujung akar (root-end filling
pada surgical endodontic) yang dianggap ideal. Karakteristik ideal tersebut meliputi
kemampuan sealing/menutup jalur yang menghubungkan ruang saluran akar dengan
permukaan eksternal akar, disertai dengan sifat non-toksik, non-kariogenik, non-genotoksik,
biokompatibel, tidak larut dalam cairan, dan dimensi yang stabil. Selain sebagai bahan pengisi
ujung akar, MTA juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan dalam perawatan lainnya seperti pulp
capping, pulpotomi, penutup ujung akar (root-end closure/apical plug) pada gigi imatur
dengan apeks terbuka, penutup perforasi saluran akar, dan pengisi saluran akar.

2. Jelaskan Mekanisme kerja MTA sebagai bahan sealing!


Jawaban: Bubuk MTA yang telah dicampur dengan air akan membentuk gel yang akan
mengeras seiring waktu yang mengandung kalsium oksida pada bagian dalamnya; serta ion
kalsium, fosfor, oksigen, silika, bismuth, karbon, klorida, alumunium, dan magnesium pada
bagian permukaannya. Ketika diaplikasikan dan berkontak dengan jaringan tubuh, MTA akan:
1) Membentuk kalsium hidroksida yang melepas ion Ca++ dan OH- untuk perlekatan dan
proliferasi sel serta menciptakan lingkungan antibakteri karena pH-nya yang basa (12.5)
2) Mengatur produksi sitokin
3) Memacu diferensiasi dan migrasi sel yang berperan dalam pembentukan jaringan keras
4) Membentuk hidroksi apatit (tersusun atas kalsium fosfat) pada permukaannya sebagai seal
biologis. Hidroksi apatit yang terbentuk tersebut merepresentasikan fase mineralisasi dari
jaringan keras tubuh, seperti tulang, sementum, dan dentin. Lapisan hidroksi apatit akan
mengisi celah/defek yang terdapat pada permukaan saluran akar serta membentuk ikatan
kimiawi antara MTA dengan dinding dentin. Hal ini menunjukkan bahwa MTA tergolong
bahan bioaktif (salah satu karakteristik bahan bioaktif yaitu memiliki kemampuan untuk
membentuk lapisan menyerupai apatit ketika berkontak dengan cairan fisiologis/cairan
tubuh)
Oleh karena rangkaian mekanisme aksi tersebut, MTA dianggap sebagai bahan yang memiliki
kemampuan sealing yang baik, mampu menciptakan lingkungan yang ideal untuk penyembuhan,
mampu menginduksi regenerasi dan remineralisasi jaringan keras, serta bersifat biokompatibel.

3. Apakah MTA berbeda dengan kalsium hidoksida? Jelaskan!


Jawaban:
• Berdasarkan kegunaan utamanya, MTA termasuk ke dalam kelompok bahan pengisi
ujung akar; sedangkan kalsium hidroksida merupakan bahan medikamen intrakanal.
Namun, kedua bahan tersebut memiliki persamaan terkait kegunaannya dalam
perawatan pulpa lain. Contohnya, kalsium hidroksida telah sejak lama dipilih sebagai
bahan dalam perawatan pulp capping dan apeksifikasi. Di sisi lain, MTA kini juga
banyak digunakan sebagai bahan pulp capping serta apical plug untuk menstimulasi
terbentuknya apical barrier guna merawat kasus apeks terbuka.
• Berdasarkan komposisi utamanya, MTA tersusun atas kalsium silikat, bismuth oksida,
kalsium karbonat, kalsium sulfat, dan kalsium aluminat; sedangkan kalsium hidroksida
hanya tersusun atas satu senyawa saja. Ketika berkontak dengan jaringan tubuh, MTA
akan membentuk kalsium hidroksida sehingga MTA juga punya kemampuan yang
dimiliki oleh bahan kalsium hidroksida (efek antibakteri dan proliferasi sel). Selain itu
dengan kandungan komposisi yang lainnya, MTA mampu memproduksi hidroksi apatit
(sebagai sealing biologis). Oleh karena itu, MTA memiliki kemampuan sealing yang
lebih baik dan pembentukan apical barrier yang lebih cepat dalam perawatan kasus
apeks terbuka ketimbang kalsium hidroksida.

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan CEM!


Jawaban: CEM atau Calcium Enriched Mixture diformulasikan dengan menggunakan
gabungan berbagai kalsium yang berbeda yakni logam alkali tanah oksida & hidroksida (seperti
kalsium oksida & kalsium hidroksida), kalsium fosfat, kalsium karbonat, kalsium silikat,
kalsium sulfat, dan kalsium klorida. CEM pertama kali diperkenalkan pada tahun 2006. CEM
mampu memberikan kemampuan sealing yang baik dengan membentuk hidroksi apatit,
memiliki efek antimikroba yang menyerupai kalsium hidroksida, dan mampu menginduksi
pembentukan jaringan keras. Pengaplikasian klinis CEM kurang lebih serupa dengan MTA
antara lain sebagai bahan pulp capping, pengisi ujung akar, dan apical plug.

5. Jelaskan perbedaan antara MTA dan CEM!


Jawaban: CEM dan MTA masing-masing tersusun atas komposisi yang berbeda. CEM
memiliki ukuran partikel yang lebih kecil daripada MTA. Hal tersebut menyebabkan partikel
CEM mampu berpenetrasi masuk ke dalam tubulus dentin sehingga memberikan kemampuan
sealing yang lebih baik. Ukuran partikel CEM yang kecil juga menyebabkan sifat fisiknya lebih
kuat, setting time-nya lebih pendek, serta ketebalan film dan daya alirnya lebih baik. Selain itu,
CEM mampu membentuk lebih banyak kalsium hidroksida yang kemudian terpecah menjadi
ion hidroksil sehingga terjadi peningkatan nilai pH yang berperan dalam menciptakan
lingkungan antibakteri. Hal tersebut mengindikasikan bahwa CEM memiliki efek antibakteri
yang lebih baik ketimbang MTA.

6. Jelaskan ada berapa macam material yang anda ketahui


Jawaban: Dalam perawatan penutupan ujung akar pada gigi imatur dengan apeks terbuka,
bahan yang dapat digunakan antara lain MTA dan CEM sebagai apical plug, atau kalsium
hidroksida untuk menginduksi apeksifikasi. Selain itu, dapat juga digunakan amalgam atau
reinforced zinc oxide eugenol (IRM / Intermediate Restorative Material dan Super EBA /
Eugenol and Ethoxy Benzoic Acid).

7. Pelajaran apa yang saudara dapat dari artikel jurnal yang dibahas?
Jawaban: Berdasarkan nilai resistensi frakturnya, perawatan penutupan ujung akar pada gigi
imatur dengan apeks terbuka yang menggunakan bahan apical plug MTA setebal 5 mm
memberikan hasil yang secara signifikan lebih baik ketimbang yang tidak menggunakan bahan
apical plug. Penelitian tersebut juga menunjukkan nilai resistensi fraktur yang hampir sama
untuk MTA dan CEM (nilai MTA setebal 5 mm sedikit lebih tinggi). Selain itu, nilai resistensi
fraktur juga tercatat hampir sama untuk ketebalan apical plug 3 mm dan 5 mm. Hal ini
menunjukkan bahwa MTA dan CEM dapat dipilih sebagai bahan apical plug karena dapat
memberikan daya tahan yang baik terhadap terjadinya fraktur akar. Keputusan pemilihan bahan
apical plug tidak dapat ditentukan hanya berdasarkan sifat mekaniknya saja, kemampuan
sealing juga perlu menjadi perhatian.

Anda mungkin juga menyukai