Anda di halaman 1dari 7

Paraf Asisten

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK


Judul : DISTILASI MINYAK ATSIRI

Tujuan Percobaan : 1. Mempelajari teknik pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan titik


didih.
2. Mempelajari metode ekstraksi minyak atsiri menggunakan prinsip
hidrodistilasi.
Pendahuluan

Distilasi merupakan teknik pemisahan yang berdasarkan perbedaan titik didik atau titik
cair dari masing-masing zat penyusun dari campuran homogen. Terdapat dua tahap pada proses
distilasi yaitu tahap penguapan dan dilanjutkan dengan tahap pengembangan kembali uap
menjadi cair atau padatan, berdasarkan hal ini maka perangkat peralatan distilasi menggunakan
alat pemanas dan alat pendingin. Istilah distilasi sederhana umumnya berkaitan dengan
pemisahan suatu campuran yang terdiri dua atau lebih cairan melalui pemanasan. Pemanasan
digunakan untuk menguapkan komponen-komponen yang lebih mudah menguap (titik didih
lebih rendah) dan kemudian uap yang diperoleh dikondensasikan kembali menjadi cair dan
kemudian ditampung dalam suatu bejana penerima. Proses distilasi ini diawali dengan
pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap. Uap tersebut
bergerak menuju kondensor yaitu pendingin, proses pendinginan terjadi karena kita mengalirkan
air kedalam dinding (bagian luar kondenser), sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair.
Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya dapat memisahkan seluruh senyawa-senyawa
yang ada dalam campuran homogen tersebut. Beriku ini merupakan set alat distilasi :

(Cook dan Cullen, 1986).


Percobaan kali ini akan dilakukan isolasi minyak atsiri dari berbagai macam spesies
menggunakan teknik hidrodistilasi minyak atsiri. Minyak atsiri terdapat dalam seluruh bagian
tanaman, namun umumnya dalam batang, daun, bunga dan biji-bijian. Minyak atsiri merupakan
salah satu produk yang dibutuhkan pada berbagai industri seperti industri kosmetik, obat-obatan,
makanan dan minuman. Minyak atsiri juga dapat digunakan sebagai aromaterapi (Nurdjannah,
2004).

Beberapa jenis bahan tumbuhan di gunakan dalam pengobatan karena kandungan minyak
atsirinya contohnya adalah serai, cengkeh dan pala. Beberapa kasus minyak atsiri digunakan
sendiri sebagai obat setelah diekstraksi atau disuling dari sumbernya, misalnya minyak kayu
putih. Minyak atsiri larut dengan baik di dalam lemak, sehingga kebanyakan minyak atsiri dapat
menimbulkan iritasi pada kulit dan selaput lendir. Secara konvensional ada beberapa metode
yang bisa diterapkan untuk memperoleh minyak atsiri dari tumbuhan asalnya. Metode
konvensional itu adalah penyulingan, ekspresi, ekstraksi dengan pelarut mudah menguap,
pengikatan dengan lemak padat, dan lain sebagainya (Agusta, 2000).

Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap pada temperatur kamar tanpa
mengalami dekomposisi tetapi minyak atsiri dapat rusak karena penyimpanan jika minyak atsiri
dibiarkan lama. Minyak atsiri akan mengabsorpsi oksigen dari udara sehingga akan berubah
warna, aroma, dan kekentalan sehingga sifat kimia minyak atsiri tersebut akan berubah Minyak
atsiri tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik, dan berbau harum sesuai dengan tanaman
penghasilnya (Ketaren, 1985).

Ditinjau dari segi kimia fisika, minyak atsiri hanya mengandung dua golongan senyawa,
yaitu oleoptena dan stearoptena. Oleoptena adalah bagian hidrokarbon didalam minyak atsiri dan
berwujud cairan. Steroptena adalah senyawa hidrokarbon teroksigensi yang umunya berwujud
padat. Pada dasarnya semua minyak atsiri mengandung campuran senyawa kimia dan biasanya
senyawa tersebut sangat kompleks tetapi biasanya tidak melebihi 300 senyawa. Beberapa tipe
senyawa organik mungkin terkandung dalam minyak atsiri, seperti hidrokarbon, alkohol, oksida,
ester, aldehida, dan eter. Senyawa yang menentukan aroma minyak atisri biasanya komponen
yang presentasinya tinggi. Minyak atsiri dari setiap tanaman memiliki aroma yang berbeda
dengan minyak atsiri dari tanaman lain bahkan kebanyakan minyak atsiri memiliki aroma yang
spesifik, hal ini tidak lain karena setiap minyak atsiri mempunyai komponen kimia yang berbeda.
Komposisi atau kandungan masing-masing komponen kimia tersebut adalah hal yang paling
mendasar dalam menentukan aroma maupun kegunaan (sebagai bahan pengharum, kosmetik,
obat, dan lain lain) jadi penentuan komponen penyusun dan komposisi masing-masing
komponen tersebut di dalam minyak atsiri merupakan hal yang sangat penting dalam
menentukan kegunaan, kualitas, ataupun mutu dari suatu minyak atsiri (Agusta, 2000).

Prinsip Kerja

Prinsip pemisahan secara distilasi yaitu berdasarkan pada perbedaan titik didih komponen-
komponennya. Komponen zat yang lebih rendah titik didihnya akan menguap terlebih dahulu
sedangkan yang memiliki titik didih lebih tinggi akan tertampung pada labu distilat.
Alat

Pisau, set alat distilasi, gelas ukur 5 mL

Bahan

Sampel, magnesium sulfat anhidrat, batu didih.

Prosedur Kerja

Sampel Dipotong-potong kecil (daun, bunga, atau batang) yang sudah bersih dan kering (dengan
jumlah air minimum). Set alat distilasi dipersiapkan sesuai dengan gambar dibawah ini.
Dimasukkan 50 g sampel kedalam labu alas bulat 250 mL. Labu dipenuhi dengan aquades
hingga setengah volume total labu. Ditambahkan batu didih. Dipasang kembali labu pada set up
alat distilasi. Labu dipanaskan pada mantel pemanas secara perlahan-lahan. Distilasi dihentikan
jika sudah diperoleh distilat sebanyak 100 mL atau telah dipanaskan selama 1-1.5 jam. Dicatat
volume distilat yang diperoleh. Dibiarkan distilat beberapa saat hingga nantinya diperoleh dua
fasa, aqueous phase dan organik phase. Dipisahkan minyak atsiri dari air yang ada dalam
campuran distilat, lalu ditambahkan sedikit magnesium sulfat pada distilat minyak atsiri. Minyak
atsiri diperoleh dengan cara dekantasi. Dicatat volume minyak atsiri yang diperoleh. Dihitung
rendemen minyak atsiri yang diperoleh . Diamati bau dan warna dari minyak atsiri tersebut.

Waktu yang dibutuhkan


No. Kegiatan Pukul Waktu
Preparasi 07.00 – 07.30 ± 30 menit
1.
bahan
Preparasi alat 07.30-08.00 ± 20 menit
2.
distilasi
3 Pemanasan 08.00-10.30 ± 90 menit
labu pada
mantel
pemanas

4 Pemisahan 10.30-11.00 ± 30 menit


minyak atsiri

Total waktu yang dibutuhkan : 3 jam 10 menit

Data dan Perhitungan

No Berat Massa jenis Volume Perubahan yang


Sampel terjadi
. cengkeh atsiri minyak atsiri

Minyak bewarna
1. Cengkeh 50 gram 1,0315 g/cm-3 3 mL kuning kecoklatan dan
terdapat bau

- Massa minyak atsiri:


Massa Minyak Atsiri=ρ× volume minyak atsiri
=1,0315 g/cm3 ×3mL
=3,0945 g
- Rendemen (%)
massa minyak atsiri
= ×100%
massa cengkeh
3,0945 g
= ×100 %
50 g
=6,189 %
Hasil

Pengamatan % Rendemen

Volume
Sampel
minyak Perubahan yang terjadi
atsiri
Minyak bewarna kuning kecoklatan
Cengkeh 3 mL 6,189%
dan terdapat bau
Pembahasan Hasil

Praktikum kelima adalah distilasi minyak atsiri yang bertujuan untuk memisahkan senyawa
berdasarkan perbedaan titik didih dan mempelajari metode ekstraksi minyak atsiri dengan prinsip
hidrodistilasi. Minyak atsiri merupakan suatu zat berbau yang terkandung dalam tanaman.
Minyak atsiri atau disebut juga volatil oil atau essensial oil adalah istilah yang digunakan untuk
minyak mudah menguap. Minyak atsiri bukanlah senyawa murni, akan tetapi merupakan
campuran senyawa organik yang terdiri dari beberapa senyawa yang berlainan. Minyak atsiri
diperoleh dalam tanaman yaitu dalam daun, bunga, buah, kulit batang dan akar dengan cara
distilasi. Tanaman yang digunakan untuk diambil minyak atsirinya pada percobaan ini adalah
cengkeh. Pemilihan tanaman cengkeh untuk digunakan sebagai sampel karena dalam tanaman
cengkeh memiliki kandungan minyak atsiri dengan jumlah yang cukup besar, baik dalam bunga,
tangkai ataupun daun. Bunga cengkeh mengandung 10-20% , tangkainya mengandung 5-10%
dan daun cengkeh mengandung 1-4% minyak atsiri. Kandungan utama minyak atsiri bunga
cengkeh adalah eugenol yaitu sebanyak 70-80%.
Proses pemisahan minyak atsiri dari cengkeh pada percobaan ini menggunakan metode
hidrodistilasi. Metode hidrodistilasi yaitu penyulingan suatu campuran yang berwujud cairan
yang tidak saling bercampur, hingga membentuk dua fase atau dua lapisan. Proses ini dilakukan
dengan bantuan air maupun uap air. Hidrodistilasi dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan cara
penanganan bahan yang diproses yaitu: distilasi air, distilasi uap dan air serta distilasi uap
langsung. Teknik yang digunakan pada percobaan ini yaitu teknik distilasi air. Distilasi air
merupakan sistem penyulingan dengan air di mana bahan yang akan disuling langsung berkontak
dengan air mendidih. Cara penyulingan seperti ini disebut juga dengan penyulingan langsung
(Direct Destillation). Metode distilasi air digunakan karena minyak atsiri umumnya akan
terdekomposisi pada suhu tinggi. Keuntungan dari penggunaan metode ini adalah karena sistem
ini baik digunakan untuk menyuling bahan yang berbentuk tepung, dan tumbuh-tumbuhan yang
mudah membentuk gumpalan jika terkena panas, akan tetapi metode ini juga memiliki
kelemahan yaitu tidak baik digunakan untuk bahan yang larut dalam air dan bahan yang disuling
dapat hangus jika suhu tidak diawasi.
Perlakuan pertama untuk memperoleh minyak atsiri dari tanaman cengkeh yaitu
menghaluskan cengkeh terlebih dahulu, hal ini bertujuan agar komponen-komponen dalam
cengkeh dapat dipisahkan dengan mudah karena dengan memperluas bidang kontak dengan air,
minyak atsiri pada cengkeh akan lebih mudah untuk keluar. Sampel yang digunakan pada
percobaan ini yaitu sebanyak 50 gram. Sampel tersebut kemudian dimasukkan kedalam labu alas
bulat serta ditambahkan air dan batu didih. Penambahan air pada sampel bertujuan untuk
memudahkan minyak atsiri terpisah atau keluar dari sampel cengkeh tersebut. Penambahan batu
didih batu didih berfungsi agar proses pemanasan dapat menyebar secara merata serta
mempercepat proses pendidihan sampel dan batu didih juga dapat mencegah terjadinya proses
ledakan pada saat pemanasan.
Proses selanjutnya yaitu proses distilasi. Prinsip dasar dari proses distilasi ini yaitu komponen zat
yang memiliki titik didih yang lebih rendah akan menguap terlebih dahulu dan uap tersebut
melewati kondensor atau pendingin yang mendinginkan komponen zat tersebut sehingga akan
terkondensasi atau berubah dari wujud uap menjadi wujud cair. Proses distilasi dilakukan dengan
pemanasan pada labu labu alas bulat yang telah dihubungkan dengan kondensor. Kondensor
berfungsi untuk mengubah uap menjadi zat cair kembali sehingga dihasilkan destilat. Adanya
aliran air melalui kondensor membantu menurunkan suhu dari uap destilat sehingga yang berupa
uap air yang menempel pada dinding kondensor akan diembunkan oleh suhu dari air dingin
sehingga menjadi tetesan cairan atau biasa yang disebut dengan destilat. Destilat yang dihasilkan
ditampung pada beaker glass yang sudah ditutup dengan plastik. Penutupan ini bertujuan untuk
mencegah adanya kebocoran dan agar hasil yang diperoleh lebih akurat. Destilat yang dihasilkan
terdiri dari dua fase cair yaitu minyak dan air hal disebabkan karena adanya perbedaan massa
jenis, di mana bagian atas merupakan lapisan minyak dan bagian bawah merupakan air. Minyak
atsiri dipisahkan dengan air dengan menggunakan teknik dekantasi untuk memperoleh hasil
minyak atsiri tanpa ada campuran air maka dapat ditambahkan MgSO4 anhidrat. Penambahan
MgSO4 anhidrat ini yaitu untuk menarik air yang mungkin masih terkandung dalam destilat
minyak atsiri.
Berdasarkan hasil praktikum minyak atsiri yang didapat dari distilasi 50 gram cengkeh
yaitu sebesar 3 mL dengan nilai rendemen sebesar 6,189%. Berdasarkan literatur, rendemen rata-
rata minyak sereh wangi sekitar 0,6-1,2%, tergantung jenis sereh wangi, serta penanganan dan
efektifitas penyulingannya. Persentase rendemen yang didapatkan dari percobaan ini sangat kecil
jika dibandingkan literatur. Hal ini disebabkan oleh kurangnya waktu distilasi karena terbatasnya
waktu praktikum, selain itu tanaman sereh yang didistilasi juga terlalu sedikit.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Minyak atsiri dari tanaman cengkeh dapat dipisahkan dengan menggunakan teknik
distilasi yang berprinsipkan pada perbedaan titik didih.
2. Rendemen minyak atsiri yang diperoleh dari 50 gram cengkeh yaitu sebesar 6,189%.

Referensi

Agusta, andria. 2000. Minyak atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. ITB: Bandung

Cook, T.M dan Cullen, D.J . 1986. Industri Operasi Kimia. Gramedia: Jakarta

Ketaren. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka: Jakarta

Nurdjannah, N. 1991. Diversifikasi penggunaan cengkeh. . [serial online].


http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/upload.files/File/publikasi/perspektif/Perspektif_vol_3_N
o_2_3_Nanan.pdf. [18 maret 2013]
Tim Kimia Organik. 2014. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Jember: FMIPA Universitas
Jember.
Saran

1. Hendaknya praktikan menghaluskan sampel terlebih dahulu sebelum praktikum dimulai


agar dapat mempersingkat waktu
2. Hendaknya praktikan lebih berhati-hati dalam penggunaan alat-alat laborotorium.

Nama Praktikan

Lailatul Badriyah 121810301036

Anda mungkin juga menyukai