Disusun oleh :
Rafika Nur Hafidah (185090200111002)
Sheila Ayu Syafitri (185090200111004)
Wanda Widya F (185090200111013)
Putri Ayu Maharani (185090200111019)
Zyola Griftiyani A (185090200111025)
Annindea Erza N (185090200111031)
Anita Aprillianti (185090200111046)
Nur Khasanah (185090201111017)
Salsabillah Faradila A.P (185090201111038)
Resti Susara (185090220111001)
i
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 2
BAB II........................................................................................................................................ 3
ii
2.6.8 Akhlak ketika memberi salam ........................................................................... 14
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa makna akhlak?
2. Apa saja karakteristik dari akhlak?
3. Apa saja faktor pembentuk akhlak?
4. Apa esensi dari akhlak dan implementasinya dalam kehidupan?
5. Mengapa berakhlakul karimah penting dalam kehidupan?
6. Apa saja aktualisasi akhlak dalam kehidupan bermasyarakat?
7. Apa saja prinsip nilai-nilai Islam dan kebhinekaan untuk menuju masyrakat Madani?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan makna akhlak.
2. Menjelaskan karakteristik-karakteristik dari akhlak.
3. Menyebutkan faktor-faktr pembentuk akhlak.
4. Menjelaskna esensi akhlak dan implementasinya dalam kehidupan.
5. Menjelaskan pentingnya berakhlakul karimah dalam kehidupan.
6. Menyebutkan contoh dari aktualisasi akhlak dalam kehidupan bermasyarakat.
7. Menyebutkan dan menjelaskan prinip nilai-nilai Islam dan kebhinekaan untuk menuju
masyarakat Madani.
2
BAB II
ANALISA DAN PEMBAHASAN
3
Rabbaniyah al-mashdar mempunyai makna bahwa konsep yang sudah
ditetapkan oleh islam guna mencapai tujuan akhir seperti di atas bersumber dari wahyu
Allah kepada Nabi Muhammad saw. Konsep/manhaj ini tidak dicetuskan sendiri oleh
Nabi Muhammad, namun merupakan kehendak dari Allah yang menginginkannya
sebagai hidayah dan nur, kabar gembira, penjelas, dan obat. Allah berfirman pada QS.
An-Nisa’ ayat 174
Artinya : Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari
Tuhanmu (yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam beserta mukjizatnya) dan
telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran).
Jadi, sudah jelas bahwa sumber dari akhlak dan semua ajaran dalam Islam
adalah Allah, dan Rasulullah hanya sebagai perantara untuk menyampaikan serta
menjelaskan kepada umat manusia perihal manhaj Islam.
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, mintalah kepada Allah dengan menetapi
kesabaran dan sholat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Kemudian zakat, selain sebagai wujud kepedulian dan tolong-menolong, zakat
juga memiliki aspek kemanusiaan bagi berbagai pihak. Zakat menjadi pembersih jiwa
bagi yang mengeluarkannya (muzakki) dan menjadi sarana untuk memnuhi kebutuhan
hidup bagi yang menerimanya (mustahiq).
4
Lalu puasa, ini melatih kesabaran bagi manusia serta meningkatkan kepekaan
terhadap penderitaan manusia lain sehingga dengan perasaan itu hatinya terdorong
untuk senantiasa membantu saudaranya yang membutuhkan pertolongan.
Setelah itu haji, dimana Allah mengundang seluruh umat muslim untuk memenuhi
panggilannya jika mampu menjalaninya, disebutkan dalam QS. Al-Hajj ayat 28
Artinya : … agar mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan agar mereka
menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan.
Dalam ayat itu disebutkan bahwa supaya kita menyaksikan berbagai manfaat,
jadi dalam semua ibadah yang dilakukan manusia itu tentu mendatangkan manfaat bagi
dirinya terutama dalam aspek kemanusiaan.
Meskipun hanya dijelaskan mengenai beberapa rukun Islam, tetapi manfaatnya
tidak hanya seperti contoh di atas. Jangkauan ibadah dalam Islam itu luas, mencakup
segala aktivitas yang dapat meningkatkan kualitas diri.
Artinya : Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqan (al-Quran) kepada hamba
dan Rasul-Nya yaitu Muhammad, agar menjadi pemberi peringatan kepada seluruh
alam.
Akhlak Islamiyah bukan hanya sebatas ritual absolut yang bersifat dogmatis
melainkan jaungkauannya itu menyeluruh terhadap segala bidang kehidupan, baik baik
rohani ataupun jasmani, agama ataupun duniawi, individu maupun sosial. Dan untuk
5
mengatur semua sisi kehidupan, Islam telah menetapkan manhaj (sistem) terbaiknya
pada setiap bidang kehidupan, telah tercakup secara sempurna.
Artinya : Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan mizan (keadilan).
Agar engkau tidak melampaui batas tentang mizan itu.
Islam merupakan moral yang seimbang, konsep penyucian jiwa dalam Islam
tidak sampai mengharamkan hal-hal yang baik, justru memerintahkan untuk memakan
semua yang halal dan bergizi yang tersedia di alam, menganjurkan untuk menikah dan
memiliki keturunan, bekerja dan mencari kekayaan, dan lain-lain. Islam membolehkan
melakukan semua itu, asalkan segala aktivitas tersebut tidak membuat manusia lupa
diri dan tenggelam dalam kesibukan dunia, lalu tidak menyiapkan bekal untuk
kehidupan yang abadi di akhirat. Hal tersebut tercantum dalam QS. Al-Qashash ayat
77.
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah engkau melupakan bagianmu dari
(kenikmatan) dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepadamu, dan janganlah engkau berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
6
2.3 Faktor Pembentuk Akhlak
Ada beberapa faktor pembentuk akhlak yang sangat penting, antara lain (Warasto, 2018):
1. Faktor pembawaan naluriyah
Faktor ini merupakan faktor bawaan dari lahir, dimana faktor ini paling
berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang. Faktor ini dapat berupa
kecenderungan, bakat, dan akal.
2. Faktor luar
Faktor ini juga berpengaruh terhadap pembentukan akhlak dari seseorang
karena dapat membentuk karakter seseorang. Faktor ini antara lain lingkungan sekitar
serta pendidikan dan pembinaan yang diberikan.
3. Faktor Sifat-sifat Keturunan (Al-Waritoh)
Memang benar adanya bahwa buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Faktor ini
merupakan sifat-sifat yang diturunkan oleh orang tua kepada anak dan cucunya.
7
a. memelihara kesucian diri baik lahir maupun batin
Orang yang dapat memelihara dirinya dengan baik akan selalu
berupaya untuk berpenampilan sebaik-baiknya, khususnya di hadapan
Allah, serta di hadapan manusia pada umumnya dengan memperhatikan
tingkah lakunya, penampilan fisiknya, juga pakaian yang dipakainya.
Pemeliharaan kesucian diri seseorang tidak terbatas hanya pada hal yang
bersifat fisik (lahir) saja melainkan juga pemeliharaan yang bersifat nonfisik
(batin).
b. Sabar
Sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai
karena mengharap rido dari Allah Swt. Tingkatan sabar menurut Nabi
Muhammad Saw., seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya,
ada tiga tingkatan, yaitu: 1) sabar dalam menghadapi musibah, 2) sabar
dalam mematuhi perintah Allah, dan 3) sabar dalam menahan diri untuk tidak
melakukan maksiat. Yang pertama merupakan tingkatan sabar yang
terendah dan yang ketiga merupakan tingkatan sabar yang tertinggi.
c. Wara’
Wara’ berarti menjauhkan diri dari hal-hal yang syubhat (hal-hal yang
belum jelas halal dan haramnya) karena dikhawatirkan akan jatuh ke dalam
hal-hal yang diharamkan.
d. Zuhud
Zuhud berarti membatasi diri dari ambisi-ambisi duniawi,
bersyukur terhadap setiap anugerah, dan menghindari apa yang telah
diharamkan oleh Allah Swt. Orang yang zuhud dapat diartikan sebagai orang
yang tidak mencintai dunia secara berlebihan.
e. Syaja’ah (berani)
Berani diartikan sebagai mempunyai hati yang mantap serta penuh
percaya diri dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dsb. Sehingga, berani
di sini adalah berani yang memiliki makna yang positif, bukan berani yang
bernilai negatif.
f. Contoh akhlak terhadap diri sendiri lainnya antara lain :
Istiqamah (konsisten), amanah (terpercaya), shiddiq (jujur), menepati
janji, adil, tawadlu’ (rendah hati), malu (berbuat jelek), pemaaf, berhati
8
lembut, setia, kerja keras, tekun, ulet, teliti, disiplin, berinisiatif, percara diri,
dan berpikir positif.
2. Akhlak dalam lingkungan keluarga
a. Mengikuti keinginan dan saran kedua orang tua dalam berbagai aspek
kehidupan
b. Menghormati dan memuliakan kedua orang tua dengan penuh rasa terima
kasih dan kasih sayang atas jasa-jasa keduanya
c. Membantu kedua orang tua secara fisik dan material
d. Mendoakan kedua orang tua agar selalu mendapatkan ampunan, rahmat, dan
karunia dari Allah.
3. Akhlak di tengah-tengah masyarakat
a. Menghormati dan menghargai orang lain
Orang lain bisa diartikan sebagai orang yang selain dirinya, baik
keluarganya maupun di luar keluarganya. Orang lain juga bisa diartikan
orang yang bukan termasuk dalam keluarganya, dapat berarti temannya,
tetangganya, atau orang yang selain keduanya. Dalam konteks beragama,
orang lain bisa juga diartikan orang yang tidak seiman dengan kita, atau
orang yang tidak memeluk agama Islam.
b. Terhadap orang lain yang seiman (sesama Muslim), kita harus membina tali
silaturrahim dan memenuhi hak-haknya seperti yang dijelaskan dalam
hadits Nabi Saw. Dalam salah satu haditsnya, Nabi Saw. menyebutkan ada
lima hak seorang Muslim terhadap Muslim lainnya, yaitu (HR. al-Bukhari
dan Muslim):
1) apabila bertemu, berilah salam kepadanya,
2) mengunjunginya, apabila ia (Muslim lain) sedang sakit,
3) mengantarkan jenazahnya, apabila ia meninggal dunia
4) memenuhi undangannya, apabila ia mengundang
5) mendoakannya, apabila ia bersin.
c. Terhadap suami atau isteri dan anak-anak kita, kita harus saling menjalin
hubungan kasih sayang demi ketenteraman keluarga kita.
d. Terhadap tetangga, kita harus selalu berbuat baik. Jangan sampai kita
menyakiti tetangga kita (HR. al-Bukhari).
e. Terhadap tamu, kita harus memuliakan dan menghormatinya. Nabi
memerintahkan kepada kita agar selalu memuliakan tamu (HR. al-Bukhari
9
dan Muslim), dan segera menyambut kedatangannya serta mengantarkan
kepergiannya.
f. Terhadap orang alim (ulama) dan cendekiawan, kita harus menghormati
keluasan ilmunya dan berusaha untuk selalu bergaul dan mendekatinya.
g. Terhadap para pemimpin, kita harus menaati mereka selama tidak
menyimpang dari aturan agama. Menaati pemimpin yang benar berarti
menaati Allah Swt. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
h. Adapun terhadap orang-orang yang lemah, seperti fakir miskin dan anak
yatim, kita harus berbuat baik dengan cara menyantuni mereka,memberikan
makanan dan pakaian kepada mereka, dan melindungi mereka dari
gangguan yang membahayakan mereka. Jangan sekali-kali kita berlaku
sewenang-wenang kepada anak yatim dan menghardik orang yang minta-
minta (QS. al-Dluha (93): 9-10).
10
hablumminannas, serta hubungan manusia dengan alam sekitarnya atau hablumminal’alam.
Dengan demikian, akhlak sangat berkaitan erat dengan keimanan. Kekuatan iman seseorang
yang kuat atau lemah dapat dilihat dan diketahui dari perilaku akhlaknya dalam kehidupan
sehari-hari. Secara umum dapat diartikan bahwa akhlak yang baik atau akhlakul karimah pada
dasarnya merupakan gabungan dari aqidah dan syariat yang bersatu secara sempurna dalam
diri seseorang. Menurut Amru Khalid, akhlakul karimah itu lebih utama dibandingkan shalat,
zikir, puasa, haji, doa, dan ibadah-ibadah lainnya. Karena pada dasarnya tujuan utama dari tiap
ibadah-ibadah tersebut adalah untuk memperbaiki akhlak dari manusia yang melakukannya.
Dengan berakhlakul karimah akan menjadikan seseorang yang melakukannya dapat
hidup bahagia. Selain itu, dengan berakhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari manusia
atau umat muslim akan berada dalam kebenaran dan selalu senantiasa berada di jalan yang
lurus, atau jalan yang telah digariskan oleh Allah SWT. Serta dengan berakhlakul karimah
Inilah yang akan mengantarkan umat muslim kepada kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Akhlak dari seseorang akan dianggap mulia jika perilaku dan perbuatannya telah bercermin
pada nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an. Adapun tujuan dari pentingnya berakhlakul
karimah antara lain (Firdaus, 2017):
1. Mempersiapkan manusia yang memiliki iman yang akan selalu beramal sholeh. Tidak
ada sesuatu apapun yang sebanding dengan amal saleh dalam melakukan akhlak mulia
ini. Tidak ada pula yang sebanding dengan akhlak mulia dalam mencerminkan
keimanan seseorang kepada Allah SWT dan konsistensinya kepada manhaj Islam.
2. Mempersiapkan umat yang beriman dan saleh yang dalam menjalani kehidupannya
sesuai dengan ajaran Islam, kemudian melaksanakan apa yang diperintahkan agama
dengan tidak melakukan apa yang diharamkan, dan menikmati hal-hal yang baik serta
dijauhkan dengan segala sesuatu yang dilarang, hina, buruk, keji tercela, dan munkar.
3. Mempersiapkan umat yang beriman dan saleh yang dapat berinteraksi secara baik
dengan sesamanya, baik dengan sesama muslim maupun nonmuslim. Mampu
bersaudara dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya dengan tujuan mencari
ridha Allah SWT, yakni dengan mengikuti ajaran-Nya dan petunjuk Nabi-Nya.
4. Mempersiapkan umat yang beriman dan saleh yang mampu dan dapat mengajak orang
lain ke jalan kebenaran yakni jalan Allah, berjuang fii sabilillah demi tegaknya agama
islam dan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar.
5. Mempersiapkan umat yang beriman dan saleh, yang akan merasa bangga dengan tali
persaudaraannya sesama muslim dan akan selalu memberikan hak-hak persaudaraan
11
tersebut, yakni mencintai dan membenci namun hanya karena Allah, dan sedikitpun
tidak sedih atau marah oleh celaan orang hasad selama kita berada di jalan yang benar.
6. Mempersiapkan umat yang beriman dan saleh yang merasa menjadi bagian dari
seluruh umat islam dari daerah, Bahasa, suku yang sama. Dan umat yang siap
melaksanakan kewajibannya demi seluruh umat islam selama seseorang itu mampu.
Mempersiapkan umat yang beriman dan saleh yang merasa akan selalu bangga dengan
loyalitas terhadap agama islam dan akan berusaha dengan sekuat tenaga demi tegaknya panji
islam di muka bumi ini. Dan umat yang akan rela mengorbankan harta, waktu, jiwa, dan
kedudukannya demi tegaknya syari’at Islam.
12
nya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah
dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?". Tidak usah
kamu minta ma`af, karena kamu kafir sesudah beriman". (At-Taubah: 65-66).
13
2.6.7 Akhlak ketika makan dan minum
Makan dan minum baiknya dilakukan sebagai bentuk ibadah supaya
mendapatkan pahala. Carilah makanan dan minuman yang halal dan menerimanya apa
adanya secara ikhlas. Abu Hurairah Radhiallaahu anhu di dalam haditsnya
menuturkan: “Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam sama sekali tidak pernah
mencela makanan. Apabila suka sesuatu ia makan dan jika tidak, maka ia tinggalkan”.
(Muttafaq’alaih).
14
yang sakit. Mendo’akannya supaya cepat diberikan kesembuhan. Bagi orang yang sakit
hendaknya segera dan bersungguh – sungguh dalam berobat. Memohon kesembuhan
kepada-Nya dan selalu berbaik sangka kepada Allah SWT.
15
Terbentuknya masyarakat madani tidak terlepas dari demokrasi, perlu adanya
jaminan terjadinya demokratisasi melalui system perundang-undangan /
kelembagaan. Jika masyarakat madani dapat terbentuk dengan baik, maka
demokrasi juga dapat berjalan baik pula.
16
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan secara impulsive yang dapat berupa kebaikan
atau keburukan dari dalam diri. Akhlak mempunyai karakteristik yaitu Rabbaniyah atau
dinisbatkan kepada Rabb (Tuhan) sebagai tujuan akhir, insaniyah yang berupa moral yang
sesuai dengan fitrah dan tabiat manusia, syumuliah yaitu mencakup segala sisi kehidupan dan
wasathiyah yaitu seimbang dalam hal yang bertolak belakang misalnya spiritual dan material.
Akhlak dapat dibentuk dengan faktor-faktor, yaitu faktor pembawaan naluriyah, faktor
luar dan faktor sifat-sifat keturunan. Esensi dari akhlak berkaitan erat dengan aqidah dan
syariah. Akhlak yang islami bersumber kepada Allah dan Rasulullah yang dijadikan indikator
baik buruknya seorang muslim.
Implementasi akhlak dalam kehidupan dapat dilakukan kepada diri sendiri, lingkungan
keluarga dan kepada masyarakat. Contoh implementasi akhlak kepada siri sendiri sepeti
memelihara kesucian diri baik lahir maupun batin, bersabar, wara’, zuhud, syaja’ah (berani)
dan lain-lain. Contoh implementasi akhlak dalam lingkungan keluarga yaitu mengikuti
keinginan dan saran kedua orang tua, menghormati dan memuliakan kedua orang tua,
membantu kedua orang tua secara fisik dan mental dan mendoakan kedua orang tua selalu.
Contah implementasi akhlak di masyarakat dapat dalm bentuk menghormati dan menghargai
orang lain, menjalin tali silaturahmi dengan sesama muslim, menjalin kerukunan dengan
keluarga dan tetangga, menghormati dan memuliakan tamu, menghargai ilmu orang lain, selalu
bersedekah bagi orang yang lebih membutuhkan dan tetap mengahrgai orang yang beragama
lain dalam batasan-batasan tertentu.
Akhlak sangat penting bagi kehidupan karena berhubungan dengan keimanan.
Akhlakul karimah merupakan hal dasar yang dimiliki setiap manusia yang mendasari perilaku-
perilaku dalam kehidupan. Akhlak dari seseorang akan dianggap mulia jika perbuatanya baik
dan berdasar pada ajaran Allah dan Rasulullah yang terkandung di dalam al-Qur’an dan as-
Sunnah.
Aktualisasi akhlak dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat seperti akhlak
ketika berpendapat, akhlak ketika bercanda, akhlak ketika bergaul dengan orang lain, akhlak
ketika bertamu, akhlak ketika di jalan, akhlak ketika makan dan minum, akhlak ketika memberi
salam, akhlak ketika berbicara dan akhlak ketika menjenguk orang sakit.
17
Masyarakat madani yaitu masyarakat yang memiliki kesadaran akan hak-hak yang
dimiliki tiap warga masyarakat dan menjalankan setiap tanggung jawabnya. Kebhinekaan
merupakan keberagaman atau perbedaan dalam suatu kelompok dari aspek-aspek seperti
agama, suku dan ras. Prinsip islam dalam kebhinekaan tertulis dalam piagam madinah yaitu
prinsip harmoni, kebebasan HAM dan toleransi. Prinsip identikdalam masyarakat madani
antara lain semangat pluralism, tingginya sikap toleransi dan tegaknya prinsip demokrasi.
3.2 Saran
Dalam aspek kehidupan, kita harus selalu berbuat baik terhadap siapapun, membangun
hubungan yang baik dengan Allah (hablum minaallah) dan hubungan dengan manusia (hablum
minannas) agar terbentuknya akhlak yang baik sesuai dengan pedoman hidup umat muslim
yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah sehingga terciptanya masyarakat yang sejahtera.
18
DAFTAR PUSTAKA
19