Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

TREND DAN ISU KEPERAWATAN JIWA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen pengampu: Ns. Siti Nuryanti S.Kep.,M.Pd

Disusun oleh:

Tito Prasetiyo P07220116118

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


KALIMANTANTIMUR JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII
KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN
2017/2018

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Tren dan Isu Keperawatan Jiwa”. Meskipun masih banyak kekurangan
didalamnya.

Dan juga berterima kasih atas beberapa pihak yang telah membantu dan memberi
tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai keperawatan jiwa dan beberapa
hal yang bersangkutan dengan materi tersebut. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu
kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Balikpapan, 8 Agustus 2018

Penyusun

DAFTAR ISI

1
KATA PENGANTAR........................................................................................................1

DAFTAR ISI......................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3

A. Latar Belakang..............................................................................................................3

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................3

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................................5

A. Pengertian Kesehatan Jiwa...........................................................................................5

B. Ciri-ciri Jiwa Yang Sehat..............................................................................................6

C. Pandangan Perawat terhadap pasien penyakit jiwa......................................................7

D. Tujuan Keperawatan Kesehatan Jiwa...........................................................................8

E. Peran dan Fungsi Perawat dalam Praktek Keperawatan Kesehatan Jiwa....................8

F. Pengertian Keperawatan Jiwa......................................................................................10

G. Trend dan Isu dalam Keperawatan Jiwa.....................................................................11

BAB III PENUTUP.........................................................................................................22

A. Kesimpulan.................................................................................................................22

B. Saran............................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada saat ini masalah kesehatan jiwa menjadi masalah yang paling mengancam

di dunia. Setiap tahun korban akibat gangguan jiwa selalu meningkat. Hal ini disebabkan

oleh beban hidup yang semakin lama semakin berat. Gangguan jiwa ini tidak hanya

terjadi pada kalangan bawah tetapi juga kalangan pejabat dan kalangan menengah ke

atas. Pada saat ini penyakit gangguan jiwa tidak hanya dialami oleh orang dewasa dan

lansia tetapi juga oleh anak-anak dan remaja. Seseorang yang terkena gangguan jiwa

akan melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan seperti menggunakan obat-obatan

terlarang dan melakukan bunuh diri.

Kasus bunuh diri sudah menjadi masalah besar di beberapa Negara di dunia

seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, Inggris dan lain-lainnya. Selain factor diatas

penyebab seseorang mengalami gangguan jiwa juga disebabkan oleh perkembangan otak

ketika masih janin yang menyebabkan penyakit skizofrenia. Oleh karena itu saat ini

seluruh Negara di dunia berusaha meningkatkan kesehatan jiwa warga negaranya.

Begitu juga dengan Indonesia yang berusaha meningkatkan pelayanan pada pasiennya

dengan meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan jiwa.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan permasalahan dan tema yang diangkat maka masalah dapat

dirumuskan sebagai berikut:


1) Apakah yang dimaksud dengan Kesehatan Jiwa?
2) Bagaimana ciri-ciri jiwa yang sehat?
3) Bagaimana pandangan perawat tentang kesehatan jiwa?
4) Apakah yang dimaksud dengan Keperawatan Jiwa?
5) Bagaimana tren dan isu dalam keperawatan jiwa?
6) Manfaat keperawatan jiwa bagi pasien dan perawat?

C. TUJUAN PENULISAN

Penulisan makalah ini beertujuan untuk memahami tentang keperawatan jiwa,

bagaimana 14 trend keperawatan jiwa, bagaimana peran perawat dalam melaksanakan

keperawatan jiwa dan bagaimana manfaatnya kepada pasien dan perawat.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

Menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak gangguan jiwa
melainkan mengandung berbagai karakteristik yang bersifat positif yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan
kedewasaan kepribadian yang bersangkutan.

Menurut K. Maslow, kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan seseorang


berkembang secara optimal baik fisik, emosional, dan intelegensi dan berjalan selaras
dan serasi dengan orang lain.

Kesehatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan
ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik
dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan
kesehatan mental masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations).

Kesehatan jiwa merupakan salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan
masyarakat. Indikator kesehatan jiwa dimasa yang akan datang bukan lagi masalah
klinis seperti prevalensi gangguan jiwa, melainkan berorientasi pada konteks kehidupan
sosial. Oleh karena itu upaya menjamin kesehatan jiwa merupakan tanggung jawab
pemerintah, masyarakat dan melibatkan berbagai profesi termasuk keperawatan.
Menurut Danardi dari bagian psikiatri FKUI, fokus kesehatan jiwa adalah kondisi
optimal yang ideal dalam perilaku dan kemampuan fungsi sosial (Yosep, 2007)
B. CIRI - CIRI JIWA YANG SEHAT

Setiap orang ingin memiliki jiwa yang sehat, tetapi tidak semua orang bisa
mengontrol emosi dan mengelola stresnya. Sehingga banyak orang yang memilih jalan
yang salah yaitu dengan mengakhiri hidupnya. Jiwa yang sehat memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :

1. Menurut WHO :

a. Menyesuaikan diri secara konstruktif walaupun kenyataan sangat buruk


b. Memperoleh kepuasan dari hasil usaha
c. Merasa lebih puas memberi daripada menerima
d. Hubungan antar manusia saling menolong dan memuaskan
e. Menerima kekecewaan sebagai pelajaran
f. Rasa bermusuhan diselesaikan secara kreatif dan konstruktif
g. Mempunyai kasih sayang

2. Menurut Abraham Maslow

a. Memiliki persepsi realita yang efektif.


b. Menerima diri sendiri
c. Spontan
d. Sederhana dan wajar

3. Menurut Jahoda

a. Sikap positif terhadap diri sendiri


b. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri
c. Integrasi: keseimbangan ekspresi dan represi,konflik internal suasana hati dan
emosi
d. Otonomi :keseimbangan tergantung dan mandiri, menerima konsekuensi atas
perilakunya,bertanggung jawab terhadap diri sendiri, keputusannya, tindakannya
dan perasaannya.
e. Persepsi realitas : kemampuan individu memiliki penerimaan tentang dunia luar
melalui pengalaman berfikir.
f. Menguasai lingkungan : individu merasa sukses dalam menjalankan perannya
dalam masyarakat atau kelompok menghadapi dunia luar secara efektif,
mendapatkan kepuasan hidup.
C. PANDANGAN PERAWAT TERHADAP PASIEN PENYAKIT JIWA

Bukan hanya kesehatan fisik saja yang penting, tetapi kesehatan jiwa juga harus
dijaga agar bisa menjalankan kehidupan dengan baik. Menjaga kesehatan jiwa sangat
sulit karena masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Bagi seseorang yang tidak mampu
mengelola emosi dan stressnya akan menyebabkan gangguan pada jiwanya. Walaupun
begitu seorang perawat memiliki pandangan positif terhadap seseorang yang mengalami
gangguan jiwa, yaitu sebagai berikut :

1. Gangguan jiwa tidak pernah merusak seluruh kepribadian dan perilaku manusia.

2. Perilaku manusia selalu bisa diarahkan pada respon yang baru.

3. Perilaku manusia selalu dipengaruhi oleh factor lingkungan yang dapat


menguatkan dan melemahkan

Seorang perawat akan selalu berfikir positif tentang pasiennya, walaupun pasien
tersebut mengalami gangguan kejiwaan. Selain itu seorang perawat juga akan
melakukan evaluasi tentang kesehatan pada jiwa pasiennya, yaitu sebagai berikut :

1. Status fungsional : kemampuan melakukan tugas sehariandan memenuhi peran


yang menantang

2. Status psikologi ; (alarm emosional dan intelektual) perasaan kesejahteraan, status


mental dan emosi, persepsi kualitas hidup, sumber daya memaksimalkan
potensi pribadi

3. Status klinis : dimensi kesehatan fisik.

D. TUJUAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Tujuan keperawatan kesehatan jiwa adalah untuk menolong klien agar kembali
kemasyarakat sebagai individu yang mandiri dan berguna. Tujuan ini dapat dicapai
dengan proses komunikasi, melalui Perawatan umum yang menitikberatkan pada kondisi
fisik, tapi tidak mengabaikan psikososial/mentalnya dan Perawatan kesehatan mental
yang menitikberatkan pada mental/psikiatri, tapi tidak mengabaikan masalah fisik.
Diharapkan dengan melakukan perawatan, klien dapat menerima dirinya, dapat
berhubungan dengan orang lain atau lingkungannya serta mandiri.

E. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN


KESEHATAN JIWA

Menurut Stuart dan Sundeen (1995) dalam memberikan asuhan dan pelayanan
keperawatan kesehatan jiwa, perawat dapat melakukan aktivitas pada tiga area utama:

1) Memberikan asuhan keperawatan secara langsung

2) Aktivitas komunikasi

3) Aktivitas dalam pengelolaan atau manajemen keperawatan.

Dalam hubungan perawat dengan klien, ada beberapa peran perawat dalam
keperawatan kesehatan jiwa, meliputi :

1. Kompetensi klinik

2. Advokasi klien dan keluarga

3. Tanggung jawab keuangan

4. Kerja sama antar disiplin ilmu di bidang keperawatan

5. Tanggung gugat sosial

6. Parameter etik-legal

Pada setiap tingkatan pelayanan kesehatan jiwa, perawat mempunyai peran dan fungsi
tertentu :

a. Peran dan fungsi perawat dalam prevensi primer:

1). Memberikan penyuluhan tentang prinsip sehat jiwa.


2). Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan,tingkat kemiskinan dan
pendidikan.

3). Memberikan pendidikan dalam kondisi normal,pertumbuhan dan perkembangan


dan Pendidikan seks.

4). Melakukan rujukan yang sesuai sebelum terjadi gangguan jiwa.

5). Membantu klien di rumah sakit umum untuk menghindari masalah psikiatri .

6). Bersama keluarga untuk memberikan dukungan pada anggotanya untuk


meningkatkan Fungsi kelompok.

7). Aktif dalam kegiatan masyarakat atau politik yang berkaitan dengan kesehatan
jiwa.

b. Peran dan fungsi perawat dalam prevensi sekunder:

1). Melakukan skrining dan pelayanan evaluasi kesehatan jiwa.

2). Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan penanganan di rumah.

3). Memberikan pelayanan kedaruratan psikiatri di rumah sakit umum.

4). Menciptakan lingkungan terapeutik.

5). Melakukan supervisi klien yang mendapatkan pengobatan.

6). Memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri.

7). Memberi konsultasi.

8). Melaksanakan intervensi krisis.

9). Memberikan psikoterapi pada individu,keluarga dan kelompok pada semua usia.

10).Memberikan intervensi pada komunitas dan organisasi yan teridentifikasi

masalah.

c. Peran dan fungsi perawat dalam prevensi tersier:


1). Melaksanakan latihan vokasional dan rehabilitasi.
2). Mengorganisasi pelayanan perawatan pasien yang sudah pulang dari rumah sakit
jiwa untuk memudahkan transisi dari rumah sakit ke komunitas.

3).Memberikan pilihan perawatan rawat siang pada klien.

F. PENGERTIAN KEPERAWATAN JIWA

Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan


dan mempertahankan perilaku yang mengkontribusi pada fungsi yang terintegrasi.
(Stuart, Sunden 1995)

Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu


perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan
respons psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial,
dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa (komunikasi terapeutik
dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa) melalui pendekatan proses
keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan
masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok komunitas).

Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang


menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri
secara teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental
klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada. (American Nurses
Associations)

G. TREN DAN ISU DALAM KEPERAWATAN JIWA

1. Definisi Tren

Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren
juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat
ini yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Trend adalah sesuatu yang
sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta.

2. Definisi Isu

Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak
terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik,
hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang
krisis. Isu adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas
faktannya atau buktinya.

3. Definisi Tren dan Isu Keperawatan

Trend dan Isu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyak orang
tentang praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun tidak, trend
dan issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan.

Tren atau isu dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sedang hangat
dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap ancaman
atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan
regional maupun global.

Ada beberapa tren penting yang menjadi perhatian dalam keperawatan jiwa di
antaranya adalah sebagai berikut:

1. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi

Masalah kesehatan jiwa harus dimulai dari masa konsepsi bahkan harus dimulai dari
masa pernikahan. Banyak penelitian yang menunjukan adanya keterkaitan masa didalam
kandungan dengan kesehatan fisik dan mental seseorang dimasa yang akan datang.

Dahulu bila berbicara masalah kesehatan jiwa biasanya dimulai pada saat onset
terjadinya sampai klien mengalami gejala-gejala. Di Indonesia banyak gangguan jiwa
terjadi mulai pada usia 19 tahun dan kita jarang sekali melihat fenomena masalah
sebelum anak lahir. Perkembangan terkini menyimpulkan bahwa berbicara masalah
kesehatan jiwa harus dimulai dari masa konsepsi malahan harus dimulai dari masa
pranikah.banyak penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan masa dalam
kandungan dengan kesehatan fisik dan mental seseorang di masa yang akan datang.
Penelitian-penelitian berikut membuktikan bahwa kesehatan mental seseorang dimulai
pada masa konsepsi.

Van de carr (1979) menemukan bahwa seorang pemusik yang hebat terlahir dari
seorang ayah yang menggeluti musik, pola-polanya sudah dipelajari sejak dalam
kandungan pada saat bayi belum lahir yang sudah terbiasa terpapar oleh suara-suara
komposisi lagu yang teratur. Marc Lehrer, seorang ahli dari university of California
menemukan bahwa dari 3000 bayi yang diteliti serta diberikan stimulasi dini berupa
suara, musik, cahaya, getaran dan sentuhan, ternyata setelah dewasa memiliki
perkembangan fisik, mental dan emosi yang lebih baik. Kemudian Craig Ramey,
meneliti bahwa stimulasi dini, bonding and attachment pada bayi baru lahir dapat
meningkatkan inteligensi bayi antara 15-30%.

2. Tren peningkatan kasus kesehatan jiwa

Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi, penderita tidak lagi didominasi
masyarakat kelas bawah, kalangan pejabat dan masyarakat menengah ke atas, juga
memiliki gangguan psikotik dan depresif. Klien gangguan jiwa dari kalangan menengah
ke atas, sebagian besar disebabkan oleh ketidakmampuan dalam mengelola stress, dan
mungkin akibat dari pemecatan atau mutasi jabatan.

3. Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa

Terjadinya konflik, lilitan ekonomi berkepanjangan merupakan salah satu pemicu


yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.
Golongan penyebab gangguan jiwa ini antara lain:

a) Gangguan fisik, biologis. Penyebabnya antara lain berasal dari:

- Faktor keturunan, kelainan pada otak, kecanduan obat dan alkohol, dan lain-
lain.
- Gangguan mental, emosional atau kejiwaan. Penyebabnya, karena salah diam
pola pengasuhan hubungan yang patologis diantara anggota keluarga
disebabkan oleh frustasi, konflik, dan lain-lain.

b) Gangguan sosial atau lingkungan. Penyebabnya dapat berupa stressor psikososial


(perkawinan, masalah keuangan, hukum, perkembangan fisik, dan lain-lain.)

4. Kecenderungan situasi di era global

Era globalisasi merupakan era dimana tidak ada lagi pembatas antara negara
khususnya dibidang informasi, ekonomi, dan politik. Perkembangan IPTEK yang begitu
cepat dan perdagangan bebas yang merupakan ciri era ini, berdampak pada semua sektor
termasuk sektor kesehatan.

Perkembangan IPTEK yang begitu cepat dan perdagangan bebas sebagai ciri
globalisasi, akan berdampak pada semua faktor termasuk kesehatan. Perawat dituntut
mampu memberikan asuhan keperawatan yang profesional dan dapat mempertanggung
jawabkan secara ilmiah. Perawat dituntut senantiasa mengembangkan ilmu dan
teknologi di bidang keperawatan khususnya keperawatan jiwa. Perawat jiwa dalam era
global harus membekali diri dengan bahasa internasional, kemampuan komunikasi dan
pemanfaatan teknologi komunikasi, skill yang tinggi dan jiwa
entrepreneurship/kewirausahaan.

5. Globalisasi dan perubahan orientasi sehat

Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan keperawatan adalah tersedianya


alternatif pelayanan dan persaingan penyelenggaraan pelayanan. Tenaga kesehatan
(perawat “jiwa”) harus mempunyai standar global dalam memberikan pelayanan
kesehatan, jika tidak ingin ketinggalan. Fenomena masalah kesehatan jiwa bukan lain
merupakan masalah klinis melainkan berorientasi pada kehidupan sosial. Konsep
kesehata jiwa bukan lagi tentang sehat atau sakit, tetapi kondisi optimal yang ideal
dalam perilaku dan kemampuan fungsi sosial.

6. Kecenderungan penyakit jiwa


Masalah kesehatan jiwa akan menjadi “The global burdan of disease“ (Michard &
Chaterina, 1999). Hal ini akan menjadi tantangan bagi ”Public Health Policy” yang
secara tradisional memberi perhatian yang lebih pada penyakit. Standar pengukuran
untuk kebutuhan kesehatan global secara tradisional adalah angka kematian akibat
penyakit. Ini telah menyebabkan gangguan jiwa seolah-olah bukan masalah. Dengan
adanya indikator baru, yaitu DALY (Disability Adjusted Life Year) diketahuilah bahwa
gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan utama secara internasional. Perubahan
sosial ekonomi yang amat cepat dan situasi sosial politik yang tidak menentu
menyebabkan semakin tigginya angka pengangguran, kemiskinan, dan kejahatan, situasi
ini dapat meningkatkan angka kejadian krisis dan gangguan jiwa dalam kehidupan
manusia ( Antai Otong, 1994).

Untuk menjawab tantangan ini diperlukan tenaga-tenaga- kesehatan seperti


psikiater, psilolog, social Worker, dan perawat psikiatri yang memadai baik dari segi
kuantitas. Saat terjadinya tsunami di Aceh, banyak orang yang terpapar dengan kejadian
Traumatis, yang mengalami serta menyaksikan kejadian-kejadian yang berupa ancaman
kematian atau kematian yang sebenarnya dan mereka yang cedera serta yang dalam
ancaman terhadap integritas fisik diri sendiri atau orang lain. Respons yang terjadi
berupa rasa takut yang kuat serta tidak berdaya, sedangkan bagi anak-anak apa yang
menghadapinya akan diekspresikan dengan perilaku yang kacau.

Trauma itu merupakan sesuatu yang katastropik, yaitu trauma diluar rentang.
Pengalaman trauma yang umum dialami manusia dalam kejadian sehari-hari.
Pengalaman katastropik dalam berbagai bentuk, baik peperangan (memang sedang
terjadi), pemerkosaan (banyak dialami sebagian wanita di Aceh), maupun bencana alam,
(gempa dan bencana tsunami), sungguh mengerikan. Ini akan membuat mereka dalam
keadaan stress berkepanjangan dan berusaha untuk tidak mengalami stress yang
sedemikian. Dalam kriteria klinik seperti yang disusun dalam Diagnostic and Statical
Manual Of Mental Disorder lll dan Lv serta Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
gangguan jiwa lll di Indonesia menyatakan, gejala yang ditemukan pada mereka itu
menggambarkan suatu yang stress yang terjadi berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
Dengan demikian mereka menjadi manusia yang invalid dalam kondisi kejiwaan dengan
akibat dan resultante akhir penderita ini akan menjadi tidak produktif.

7. Meningkatnya post traumatik sindrom

- Trauma yang katastropik, yaitu trauma diluar rentang pengalaman trauma yang
umum di alami manusia dalam kejadian sehari-hari. Mengakibatkan stress
berkepanjangan dan berusaha untuk tidak mengalami stress yang demikian. Trauma
bukan gejala kejiwaan yang bersifat individual, trauma muncul sebagai akibat saling
keterkaitan antara ingatan sosial dan ingatan pribadi tentang peristiwa yang
mengguncang kejiwaan.

- Lingkup kesehatan jiwa sangat luas dan kompleks, juga saling berhubungan
dengan segala aspek kehidupan manusia

8. Meningkatnya kasus psikososial

Lingkup kesehatan jiwa sangat luas dan kompleks, juga saling berhubungan dengan
segala aspek kehidupan manusia. Mengacu pada UU No. 23 1992 tentang Kesehatan
Dan Ilmu Psikiatri, masalah kesehatan jiwa secara garis besar digolongkan menjadi :

a) Masalah perkembangan manusia yang harmonis dan peningkatan kualitas hidup,


yaitu masalah kejiwaan yang berkaitan dengan makna dan nilai-nilai kehidupan
manusia.

Misalnya:

o Masalah kesehatan jiwa yang berkaitan dengan lifecycle kehidupan manusia,


mulai dari persiapan pranikah, anak dalam kandungan, balita, anak, remaja,
dewasa, usia lanjut.

o Dampak dari menderita penyakit menahun yang menimbulkan disabilitas.

o Pemukiman yang sehat.

o Pemindahan tempat tinggal.


b) Masalah psikososial yaitu masalah psikis atau kejiwaan yang timbul akibat
terjadinya perubahan sosial, meliputi :

o Psikotik gelandangan (seseorang yang berkeliaran di tempat umum dan


diperkirakan menderita gangguan jiwa psikotik dan dianggap mengganggu
ketertiban/keamanan lingkungan).

o Pemasungan penderita gangguan jiwa

o Masalah anak jalanan

o Masalah anak remaja (tawuran, kenakalan)

o Penyalaggunaan Narkotik dan psikotropik

o Masalah seksual (penyimpangan seksual, pelecehan seksual dll)

o Tindak kekerasan sosial (kemiskinan, penelantaran tdk diberi nafkah, korban


kekerasan pd anak, dll) Stress pasca trauma (ansietas, gangguan emosional,
berulang kali merasakan kembali suatu pengalaman traumatik, bencana alam,
ledakan, kekerasan, penyerangan/ penganiayaan fisik/ seksual, termasuk
pemerkosaan, terorisme, dll)

o Stress pascatrauma (ansietas, gangguan emosional, berulangkali merasakan


kembali suatu pengalaman traumatik, bencana alam, ledakan, kekerasaan,
penyerangan/penganiyaan secara fisik atau seksual, termasuk pemerkosaan,
terorisme dan lain-lain).

o Migrasi ( masalah psikis/ kejiwaan akibat perubahan sosial, spt cemas, depresi,
stress pasca trauma, dll)

o Masalah usia lanjut yang terisolasi (penelataran, penyalahgunaan fisik, gangguan


psikologis, gangguan penyesuaian diri terhadap perubahan, perubahan minat,
gangguan tidur, kecemasan, depresi, gangguan pada daya ingat, dll).

o Masalah kesehatan tenaga kerja di tempat kerja (penurunan produktivitas, stress


di tempat kerja, dll)
9. Tren bunuh diri pada anak

Bunuh diri merupakan masalah psikologis dunia yang sangat mengancam, angka
kejadian terus meningkat dan sangat mengancam Sejak tahun 1958, dari 100.000
penduduk Jepang 25 orang diantaranya meninggal akibat bunuh diri. Sedangkan untuk
negara Austria, Denmark, dan Inggris, rata-rata 25 orang. Urutan pertama diduduki
Jerman dengan angka 37 orang per 100.000 penduduk. Di Amerika tiap 24 menit
seorang meninggal akibat bunuh diri. Jumlah usaha bunuh diri yang sebenarnya 10 kali
lebih besar dari angka tersebut, tetapi cepat tertolong. Kini yang mengkhawatirkan trend
bunuh diri mulai tampak meningkat terjadi pada anak-anak dan remaja. Di Benua Asia,
Jepang dan Korea termasuk Negara yang sering diberitakan bahwa warganya melakukan
bunuh diri. Di Jepang, harakiri (menikam atau merobek perut sendiri) sering dilakukan
bawahan untuk melindungi nama baik atasannya. Sebagai contoh, sekretaris pribadi
mantan Perdana Menteri Takeshita melakukan bunuh diri, ketika skandal suap
perusahaan Recruits Cosmos terbongkar pada tahun 1984 atau yang paling terkenal
kasus bunuh dirinya sopir pribadi mantan Perdana menteri Tanaka, ketika skandal suap
Lockheed terbongkar. Sang sopir menusuk perutnya, demi menjaga kehormatan
pimpinannya.

Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa
satu juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau terjadi dalam seiap 40 detiknya.
Bunuh diri juga termasuk satu dari tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun,
selain faktor kecelakaan. Metode yg paling disukai = menggunakan pistol, menggantung
diri dan minum racun. Keberhasilan BD pd pria lebih banyak 3 x dr wanita. Bunuh diri :
suatu tindakan mencabut nyawa sendiri dengan sengaja (jalan pntas yang dikutuk
Tuhan). Latar belakangnya beragam, seperti asmara, pekerjaan, cek-cok rmh tangga,
ekonomi, perasaan malu dan terlilit utang.

10. Kasus AIDS & NAPZA


Gangguan penggunaan zat adiktif ini sangat berkaitan dan merupakan dampak dari
pembangunan serta teknologi dari suatu negara yang semakin maju. Hal terpenting yang
mendukung merebaknya NAPZA di negara kita adalah perangkat hukum yang lemah
bahkan terkadang oknum aparat hukum seringkali menjadi backing, ditambah dengan
keragu-raguan penentuan hukuman bagi pengedar dan pemakai, sehingga dampaknya
SDM Indonesia kalah dengan Malaysia yang lebih bertindak tegas terhadap pengedar
dan pemakai NAPZA. Kondisi ini akan semakin menigkat untuk masa yang akan datang
khususnya dalam era globalisasi. Dalam era globalisasi tersebut terdapat gerakan yang
sangat besar yang disebut dengan istilah “Gerakan Kafirisasi“. Bila beberapa dekade
yang lalu kita mengenal istilah zionisme, maka dengan ini sejalan dengan globalisasi
kita berhadapan dengan dengan ideologi kafirisasi yang disebut dengan Neozionisme,
sebuah ideologi yang ingin menciptakan tatanan dunia global yang sekuler dan terlepas
sama sekali dari ajaran agama yang mereka anggap sebagai kepalsuan, racun, dan
dogmatis fundamentalis.

Gerakan konspirasi mereka telah membuat carut marut dan tercabiknya wajah kaum
beragama, utamanya umat muslim, mereka menuduh umat islam sebagai fundamentalis,
ekstrimis, dan tiran. Bahkan Hungtington (Misionaris Yahudi) pernah mengatakan :
“Musuh Barat terbesar setelah Rusia hancur adalah Islam“. Salah satu program mereka
adalah menghancurkan islam melalui penghancuran generasi mudanya dengan cara
menebarkan narkotik dan zat adiktif lainnya (NAPZA).

Sekarang para imperalis dan konspirasi Yahudi telah memanfaatkan energi yang
tersimpan dalam generasi negeri ini (1,3 juta orang pemuda) yang berusia 15-25 tahun
melalui NAPZA (Narkotik dan Zat Adikif lainnya) dan telah membunuh 30 orang
perbulannya. Masalah lainnya muncul seiring dengan merebaknya pemakaian NAPZA.
Menjelang tahun 2008 pertumbuhan HIV AIDS di dunia dapat mencapai 4 orang
permenit. Ini merupakan ancaman hilangnya kehidupan dan runtuhnya peradaban.

Dikhususkan kepada tim kesehatan harus merasa terpanggil menyelamatkan


generasi penerus bangsa dari cangkraman NAPZA (Narkotika, Alkohol, psikotropika,
dan Zat Adiktif lainnya). Perawat merupakan komponen terbesar dari seluruh tim
kesehatan, maka upaya-upaya pengcegahan dan penatalaksanaan keperawatan menjadi
hal yang sangat penting karena perawat senantiasa berada di sisi klien dalam rentang
waktu yang lama di banding tim kesehatan lainnya. Melalui forum presentasi orientasi
keperawatan jiwa kami berusaha memaparkan suatu topic dengan tema Asuhan
Keperawatan pada Pengguna NAPZA.

11. Pattern of parenting

Dengan banyaknya kasus bunuh diri dan depresi, maka pola asuh keluarga kembali
menjadi sorotan Pola asuh yang baik adalah pola asuh dimana orang tua menerapkan
kehangatan yang tinggi disertai dengan kontrol yang tinggi. Kehangatan adalah
Bagaimana orang tua menjadi teman curhat, teman bermain, teman yang menyenangkan
bagi anak terutama saat rekreasi, belajar dan berkomunikasi. Berbagai upaya agar anak
dekat dan berani bicara pada orangtuanya saat memiliki masalah. Orangtua menjadi
teman dalam ekspresi perasaan anak sehingga anak menjadi sehat jiwanya. Kontrol yang
tinggi adalah bagaimana anak dilatih mandiri dan mengenal disiplin di rumahnya.
Kemandirian menjadi hal yg sangat penting dalam kesehatan jiwa, karena akan memiliki
self confidence yang cukup. Orang tua juga melatih anak bertanggung jawab
mengerjakan tugas-tugas di rumah seperti mencuci, menyiram bunga dll.

Tipe Pola Asuh yang dapat diterapkan yaitu:

• Autoratif = Kontrol tinggi & kehangatan tinggi

• Otoriter = Kontrol tinggi, kehangatan rendah

• Permisif = Kontrol rendah, kehangatan tinggi

• Neglected = Kontrol rendah, kehangatan Rendah

12. Perspektif life span history


Menurut pakar perkembangan masa hidup, Paul Baltes (1987), perspektif masa
hidup (life span perspective) mencakup tujuh kandungan dasar, meliputi:

1. Perkembangan adalah seumur hidup (lifelong). Tidak ada periode usia yang
mendominasi perkembangan. Para peneliti semakin mempelajari pengalaman
dan orientasi psikologis orang dewasa pada saat yang berbeda dalam
perkembangan mereka. Perkembangan meliputi keuntungan dan kerugian, yang
berinteraksi dalam cara yang dinamis sepanjang siklus kehidupan.

2. Perkembangan adalah multidimensional. Perkembangan terdiri atas dimensi


biologis, kognitif, dan sosial. Bahkan dalam satu dimensi semacam inteligensi,
ada banyak komponen, seperti inteligensi abstrak, inteligensi nonverbal,
inteligensi sosial, dan lain-lain.

3. Perkembangan adalah multidireksional. Beberapa dimensi atau komponen dari


suatu dimensi dapat meningkat dalam pertumbuhan, sementara dimensi atau
komponen lain menurun.

4. Perkembangan adalah plastis (lentur). Bergantung pada kondisi kehidupan


individu, perkembangan dapat mengambil banyak jalan kecil. Suatu agenda
penelitian perkembangan yg utama ialah pencarian akan kelenturan dan
hambatan-hambatannya.

5. Perkembangan adalah melekat secara kesejarahan (historically embedded).


Pengalaman orang-orang yang berusia 40 tahun yang hidup pada masa depresi
berat, sangat berbeda dari pengalaman orang-orang yang berusia 40 tahun yang
hidup pada penghujung perang dunia dua. Orientasi karir kebanyakan perempuan
berusia 30 tahun pada tahun 1990-an sangat berbeda dari orientasi karir
kebanyakan perempuan berusia 30 tahun pada tahun 1950-an.

6. Perkembangan adalah multidisiplin, dipelajari oleh sejumlah disiplin ilmu. Para


pakar psikologis, sosiologi, antropologi, neurosains, dan peneliti kesehatan
semuanya mempelajari perkembangan manusia dan berbagi persoalan untuk
membuka misteri perkembangan sepanjang masa hidup.
7. Perkembangan adalah kontekstual. Individu secara terus menerus merespons dan
bertindak berdasarkan konteks, yang meliputi makeup biologis, lingkungan fisik,
serta konteks sosial, kesejarahan, dan kebudayaan seseorang. Dalam pandangan
kontekstual, individu dilihat sebagai makhluk yang sedang berubah di dalam
dunia yang sedang berubah.

13. Kekerasan

Kekerasan, baik dalam fisik maupun psikis dapat memicu perasaan seseorang
menjadi tertekan. Rasa takut, malu, dendam dan amarah menjadi satu. Jika tidak segera
mendapatkan cara untuk menyelesaikan masalah tersebut, maka dapat menimbulkan
perasaan traumatik yang berakhir pada masalah yang lebih serius, yaitu stress dan dapat
berujung pada gangguan kejiwaan.

14. Kasus ekonomi & kemiskinan

Kasus ekonomi dan kemiskinan juga memicu timbulnya penyakit kejiwaan.


Sejatinya, banyak manusia yang menginginkan hidup enak, mewah serta berkecukupan,
sementara tidak memperhatikan situasi kondisi kehidupannya yang nyata. Akibatnya,
tidak banyak manusia yang enggan menerima kondisi tersebut, mereka cenderung
frustasi dalam memikirkan hal tersebut karena tidak menemukan pemecahan masalah
yang benar.

Pengangguran telah menyebabkan rakyat indonesia semakin terpuruk. Daya beli


lemah, pendidikan rendah, lingkungan buruk, kurang gizi, mudah teragitasi, kekebalan
menurun dan infrastruktur yg masih rendah menyebabkan banyak rakyat mengalami
gangguan jiwa. Masalah ekonomi paling dominan menjadi pencetus gangguan jiwa di
Indonesia. Hal ini bisa dibuktikan bahwa saat terjadi kenaikan BBM selalu dsertai
dengan peningkatan dua kali lipat angka gangguan jiwa. Hal ini diperparah dengan biaya
sekolah yang mahal, biaya pengobatan tak terjangkau dan penggusuran yang kerap
terjadi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesehatan jiwa seseorang bisa terganggu karena masalah-masalah yang didapat


selama hidup. Dalam menjalankan kehidupan setiap orang akan mendapatkan masalah.
Sebagian besar manusia tidak mampu mengontrol emosi dan mengelola stresnya,
sehingga akan melakukan yang hal-hal yang tidak baik bagi dirinya. Walaupun begitu
ada sebagian orang yang bisa melaluinya dengan baik. Kesehatan jiwa menjadi masalah
besar di dunia dan dianggap sangat mengancam. Seseorang yang mengalami gangguan
jiwa akan melakukan beberapa hal, seperti menggunakan NAPZA, melakukan bunuh
diri, melakukan kekerasan, dan lain-lain.. Setiap tahunnya kasus bunuh diri selalu
meningkat yang menyebabkan banyak orang yang meninggal. Pada saat sekarang ini
tren dan isu tentang keperawatan jiwa sangat berkembang. Gangguan jiwa bukan hanya
terjadi pada orang dewasa dan lansia saja tetapi juga terjadi pada anak-anak dan remaja.
Dan tidak hanya dialami oleh masyarakt kalangan bawah saja tetapi juga kalangan
menengah ke atas.

B. Saran

Banyaknya persoalan yang dihadapi selama hidup ini seperti ekonomi dan
kemiskinan dapat menyebabkan terganggunya kesehatan mental. Orang yang mengalami
depresi atau stress akan berusaha menghilangkan stresnya dengan menggunakan
NAPZA dan ada yang melakukan bunuh diri hingga melakukan kekerasan pada orang
lain. Untuk itu sebagai seorang perawat kita harus bisa merawat pasien dengan gangguan
jiwa secara baik agar tidak melakukan hal-hal yang tidak baik. Peningkatan pelayanan
terhadap pasien juga harus diperhatikan. Untuk mengurangi pasien penyakit jiwa bisa
dilakukan dengan dimensi spiritual, sehingga pasien harus lebih diperkenalkan dengan
agamanya dan memperkuat imannya.
DAFTAR PUSTAKA

Yosep Iyus, S.Kp, M.Si. 2009. Keperawatan Jiwa,Edisi Revisi.Bandung. PT. Refika
Aditama.

Santrock, John W. Life Span Development

Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.

Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition.
Lippincott- Raven Publisher: philadelphia..

Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC: Jakarta

http://pendidikans1-keperawatan.blogspot.com/2013/01/trend-dan-issue-tentang-
keperawatan-jiwa.html

http://ngandel.blogspot.com/2011/04/trend-current-issue-dan-kecendrungan.html

http://winantisiwi.weblog.esaunggul.ac.id/2015/03/10/materi-1-perspektif-sejarah-
mempelajari-perkembangan-manusia/

https://www.scribd.com/doc/102408728/Isu-Kesehatan-Jiwa

https://nurularindo.wordpress.com/2010/06/17/kesehatan-jiwa/

http://dosenmudaa.blogspot.com/p/blog-page_11.html

Anda mungkin juga menyukai