Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS NILAI KONSTITUSI NKRI YANG PERNAH DAN SEDANG

BERLAKU MENURUT KARL LOEWENSTEIN

MAKALAH

Diajukan sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah Konstitusi dan Kelembagaan
Pemerintahan

Dosen,

Prof. Dr. Nandang A Deliarnoor, S.H., M.Hum

Disusun oleh

Rayi Retriananda Maulana

171520200509

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul “Analisis Nilai Konstitusi
NKRI yang Pernah dan Sedang Berlaku Menurut Karl Loewenstein” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Konstitusi dan Kelembagaan Pemerintahan. Selain itu, penulisan makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang klasifikasi dinamika perubahan konstitusi yang
pernah dan sedang berlaku di Indonesia.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Nandang A. Deliarnoor,
S.H., M.Hum selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugass ini sehingga bisa
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Bandung, 01 Maret 2021

Rayi Retriananda
Maulana

ii
DAFTAR PUSTAKA
Halaman Judul ..........................................................................................................................
Kata Pengantar .........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
KLASIFIKASI EKSISTENSI KONSTITUSI NKRI YANG PERNAH
DAN MASIH BERLAKU MENURUT K.C. WHEARE
A. UNDANG-UNDANG DASAR 1945 (18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949) ..........3
B. KONSTITUSI RIS 1950 ...............................................................................................4
C. UNDANG-UNDANG DASAR 1960 ...........................................................................6
D. KEMBALI PADA UUD 1945 ......................................................................................7

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ...........................................................................................................................10

Daftar Pustaka

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konstitusi adalah hukum tertinggi suatu Negara. Sebab tanpa konstitusi negara tidak

mungkin terbentuk. Dengan demikian konstitusi menempati posisi yang sangat vital dalam

kehidupan ketatanegaraan suatu Negara. Dengan kata lain, konstitusi membuat suatu

peraturan pokok mengenai sendi-sendi pertama untuk menegakkan Negara.

Undang-Undang Dasar 1945 sebagai salah satu bentuk konstitusi tertulis adalah

induk dari segala perundang-undangan dalam Negara Republik Indonesia yang memberikan

landasan hukum untuk pembuatan segala peraturan dan berlakunya peraturan-peraturan itu.

Menurut Karl Loewenstein dalam bukunya “Reflection on the Value of

Constitutions” membedakan 3 macam nilai Konstitusi atau the values of the constitution,

yaitu:

1. Normative value (Nilai Normatif);

2. Nominal value (Nilai Nominal);

3. Semantical value (Nilai Semantik).

Setelah menganalisis klasifikasi konstitusi yang pernah dan masih berlaku di

Indonesia menurut K.C. Wheare, selanjutnya mahasiswa diminta untuk menganalisis nilai-

nilai yang tertuang dalam kontitusi NKRI yang pernah berlaku dan masih berlaku hingga saat

ini berdasarkan menurut Karl Loewenstein.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana analisis dari konstitusi NKRI yang pernah berlaku dan masih berlaku

hingga saat ini sesuai dengan pendapat Karl Loewenstein yang membagi nilai konstitusi

menjadi 3 bagian; a) Nilai normatif, b) Nilai Nominal, c) Nilai semantik.

1
BAB II

ANALISIS NILAI-NILAI KONSTITUSI

A. Undang-Undang Dasar 1945

UUD 1945 sebelum amandemen memiliki kecenderungan bersifat konstitusi yang

bernilai semantik. Contohnya UUD 1945 pada zaman Orde baru dan Orde lama pada waktu

itu berlaku secara hukum, tetapi dalam praktiknya keberlakuan itu semata-mata hanya untuk

kepentingan penguasa saja dengan dalih untuk melaksanakan Undang-Undang dasar 1945.

Kenyataan itu dapat kita lihat dalam masa Orde Lama ikut campur penguasa dalam hal ini

esekutif (Presiden)  dalam bidang peradilan, yang sebenarnya dalam pasal 24 dan 25 Undang-

Undang dasar 1945 harus bebas dan tidak memihak, hal tersebut dapat terlihat dengan adanya

Undang-undang No. 19 tahun 1965.

Pada masa Orde Baru konstitusi pun menjadi arena pelanggengan kekuasaan hal

tersebut terlihat dengan rigidnya sifat konstitusi yang “sengaja” dibuat dengan membuat

peraturan atau prosedur perubahan demikian sulit, padahal Undang-Undang Dasar pada saat

itu dibentuk dengan tujuan sebagai Undang-Undang Dasar sementara, mengingat kondisi

negara yang pada waktu itu telah memproklamirkan kemerdekaan maka diperlukanlah suatu

Undang-Undang dasar sebagai dasar hukum tertinggi. Namun dikarenakan konstitusi tersebut

masih dimungkinkan untuk melanggengakan kekuasaan, maka konstitusi tersebut

dipertahankan. Maka timbulah adigium negatif “Konstitusi akan dipertahankan sepanjang

dapat melanggengkan kekuasaan”.

Kemudian, Pasca perubahan Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-4,

memberikan nilai lain pada konstitusi kita. Dalam pasal - pasal konstitusi kita memiliki nilai

nominal. Misal pada pasal 28B ayat (2) tentang HAM, yang berbunyi “Setiap orang berhak

atas kekeluargaan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari

2
kekerasan dan diskriminasi. Walaupun dalam ayat tersebut terdapat hak atas perlindungan

dari kekerasan dan diskriminasi namun kenyataannya masih banyak diskriminasi-

diskriminasi penduduk pribumi keturunan. Kemudian pasal 29 ayat (2), yang berbunyi “

Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-

masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. Perkataan Negara

menjamin kemerdekaan menjadi sia-sia kalau agama yang diakui di Indonesia hanya 5 dan 1

kepercayaan. Hal tersebut menjadi dilematis dan tidak konsekuen, bila memang kenyataan

demikian, mengapa tidak dituliskan secara eksplisit dalam ayat tersebut. Hal lain adalah

dalam pasal 31 ayat (2), yang berbunyi “ Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan

dasar dan pemerintah wajib membiayainya” . Kata-kata wajib membiayainya seharusnya

pemerintah membiayai seluruh pendidikan dasar tanpa terdikotomi dengan apakah sekolah

tersebut swasta atau negeri, karena kata wajib disana tidak merujuk pada sekolah dasar negeri

saja, seperti yang dilaksanakan pemerintah tahun ini, tetapi seluruh sekolah dasar. Pasal

selanjutnya adalah pasal 33 ayat (3), yang berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang

terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat”. Kata dipergunakan dalam ayat tersebut tampaknya masih jauh dari

kenyataan, betapa tidak banyak eskploitasi sumber daya alam bangsa ini yang dikuras habis

oleh perusahaan asing yang sebagian besar keuntungannya di bawa pulang ke negara asal

mereka. Kondisi demikian masih jauh dari tujuan pasal tersebut yakni kemakmuran rakyat

bukan kemakmuran investor. Selanjutnya pasal 34 ayat (1), yang berbunyi “ fakir miskin dan

anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara”. Kata dipelihara disini bukan berarti fakir

miskin dan anak-anak terlantar dibiarkan “berpesta ngemis” atau bergelandang tanpa dicari

solusi dan menjamin jaminan sosial dimana sesuai dengan tujuan awal, yakni kemakmuran

seluruh rakyat Indonesia.

Dari penjelasan tersebut, tampaknya UUD 1945 mempunyai nilai nominal. Sebab

3
walaupun secara hukum konstitusi ini berlaku dan mengikat peraturan dibawahnya, akan

tetapi dalam kenyataan tidak semua pasal dalam konstitusi berlaku secara menyeluruh, yang

hidup dalam arti sepenuhnya diperlukan dan efektif dan dijalankan secara murni dan

konsekuen.

B.

Anda mungkin juga menyukai