Analisis Nilai Konstitusi Nkri Yang Pernah Dan Sedang Berlaku Menurut Karl Loewenstein
Analisis Nilai Konstitusi Nkri Yang Pernah Dan Sedang Berlaku Menurut Karl Loewenstein
MAKALAH
Diajukan sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah Konstitusi dan Kelembagaan
Pemerintahan
Dosen,
Disusun oleh
171520200509
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul “Analisis Nilai Konstitusi
NKRI yang Pernah dan Sedang Berlaku Menurut Karl Loewenstein” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Konstitusi dan Kelembagaan Pemerintahan. Selain itu, penulisan makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang klasifikasi dinamika perubahan konstitusi yang
pernah dan sedang berlaku di Indonesia.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Nandang A. Deliarnoor,
S.H., M.Hum selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugass ini sehingga bisa
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Rayi Retriananda
Maulana
ii
DAFTAR PUSTAKA
Halaman Judul ..........................................................................................................................
Kata Pengantar .........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
KLASIFIKASI EKSISTENSI KONSTITUSI NKRI YANG PERNAH
DAN MASIH BERLAKU MENURUT K.C. WHEARE
A. UNDANG-UNDANG DASAR 1945 (18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949) ..........3
B. KONSTITUSI RIS 1950 ...............................................................................................4
C. UNDANG-UNDANG DASAR 1960 ...........................................................................6
D. KEMBALI PADA UUD 1945 ......................................................................................7
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konstitusi adalah hukum tertinggi suatu Negara. Sebab tanpa konstitusi negara tidak
mungkin terbentuk. Dengan demikian konstitusi menempati posisi yang sangat vital dalam
kehidupan ketatanegaraan suatu Negara. Dengan kata lain, konstitusi membuat suatu
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai salah satu bentuk konstitusi tertulis adalah
induk dari segala perundang-undangan dalam Negara Republik Indonesia yang memberikan
landasan hukum untuk pembuatan segala peraturan dan berlakunya peraturan-peraturan itu.
yaitu:
Indonesia menurut K.C. Wheare, selanjutnya mahasiswa diminta untuk menganalisis nilai-
nilai yang tertuang dalam kontitusi NKRI yang pernah berlaku dan masih berlaku hingga saat
B. Rumusan Masalah
Bagaimana analisis dari konstitusi NKRI yang pernah berlaku dan masih berlaku
hingga saat ini sesuai dengan pendapat Karl Loewenstein yang membagi nilai konstitusi
1
BAB II
bernilai semantik. Contohnya UUD 1945 pada zaman Orde baru dan Orde lama pada waktu
itu berlaku secara hukum, tetapi dalam praktiknya keberlakuan itu semata-mata hanya untuk
kepentingan penguasa saja dengan dalih untuk melaksanakan Undang-Undang dasar 1945.
Kenyataan itu dapat kita lihat dalam masa Orde Lama ikut campur penguasa dalam hal ini
esekutif (Presiden) dalam bidang peradilan, yang sebenarnya dalam pasal 24 dan 25 Undang-
Undang dasar 1945 harus bebas dan tidak memihak, hal tersebut dapat terlihat dengan adanya
Pada masa Orde Baru konstitusi pun menjadi arena pelanggengan kekuasaan hal
tersebut terlihat dengan rigidnya sifat konstitusi yang “sengaja” dibuat dengan membuat
peraturan atau prosedur perubahan demikian sulit, padahal Undang-Undang Dasar pada saat
itu dibentuk dengan tujuan sebagai Undang-Undang Dasar sementara, mengingat kondisi
negara yang pada waktu itu telah memproklamirkan kemerdekaan maka diperlukanlah suatu
Undang-Undang dasar sebagai dasar hukum tertinggi. Namun dikarenakan konstitusi tersebut
memberikan nilai lain pada konstitusi kita. Dalam pasal - pasal konstitusi kita memiliki nilai
nominal. Misal pada pasal 28B ayat (2) tentang HAM, yang berbunyi “Setiap orang berhak
atas kekeluargaan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
2
kekerasan dan diskriminasi. Walaupun dalam ayat tersebut terdapat hak atas perlindungan
diskriminasi penduduk pribumi keturunan. Kemudian pasal 29 ayat (2), yang berbunyi “
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. Perkataan Negara
menjamin kemerdekaan menjadi sia-sia kalau agama yang diakui di Indonesia hanya 5 dan 1
kepercayaan. Hal tersebut menjadi dilematis dan tidak konsekuen, bila memang kenyataan
demikian, mengapa tidak dituliskan secara eksplisit dalam ayat tersebut. Hal lain adalah
dalam pasal 31 ayat (2), yang berbunyi “ Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan
pemerintah membiayai seluruh pendidikan dasar tanpa terdikotomi dengan apakah sekolah
tersebut swasta atau negeri, karena kata wajib disana tidak merujuk pada sekolah dasar negeri
saja, seperti yang dilaksanakan pemerintah tahun ini, tetapi seluruh sekolah dasar. Pasal
selanjutnya adalah pasal 33 ayat (3), yang berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
kemakmuran rakyat”. Kata dipergunakan dalam ayat tersebut tampaknya masih jauh dari
kenyataan, betapa tidak banyak eskploitasi sumber daya alam bangsa ini yang dikuras habis
oleh perusahaan asing yang sebagian besar keuntungannya di bawa pulang ke negara asal
mereka. Kondisi demikian masih jauh dari tujuan pasal tersebut yakni kemakmuran rakyat
bukan kemakmuran investor. Selanjutnya pasal 34 ayat (1), yang berbunyi “ fakir miskin dan
anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara”. Kata dipelihara disini bukan berarti fakir
miskin dan anak-anak terlantar dibiarkan “berpesta ngemis” atau bergelandang tanpa dicari
solusi dan menjamin jaminan sosial dimana sesuai dengan tujuan awal, yakni kemakmuran
Dari penjelasan tersebut, tampaknya UUD 1945 mempunyai nilai nominal. Sebab
3
walaupun secara hukum konstitusi ini berlaku dan mengikat peraturan dibawahnya, akan
tetapi dalam kenyataan tidak semua pasal dalam konstitusi berlaku secara menyeluruh, yang
hidup dalam arti sepenuhnya diperlukan dan efektif dan dijalankan secara murni dan
konsekuen.
B.