Conceptual Framework
Conceptual Framework
A CONCEPTUAL FRAMEWORK
Disusun Oleh :
Syahwa Uswatun Nikmah (120110150005)
Lailatur Rahmi (120110150008)
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT. Berkat rahmat, dan hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul ”A Conceptual Framework”
dengan tujuan agar dapat bermanfaat bagi orang banyak. Tugas makalah ini disusun
berdasarkan dari sumber buku.
Penulis ucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Memed Sueb S.E., MS., Ak. selaku dosen pengampu mata kuliah Teori
Akuntansi.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................................3
BAB I..................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..............................................................................................................................4
1.2Rumusan Masalah......................................................................................................................4
1.3Tujuan Pembahasan....................................................................................................................4
BAB II................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................................5
2.3.7Qualitative Characteristics.................................................................................................12
2.4.2Circularity of Reasoning....................................................................................................14
2.4.4Positive Research...............................................................................................................15
BAB III.............................................................................................................................................19
PENUTUP.........................................................................................................................................19
3.1Simpulan...................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................20
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.2Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran Conceptual Framework?
2. Apa tujuan Conceptual Framework?
3. Bagaimana mengembangkan Conceptual Framework?
4. Bagaimana kritik terhadap proyek Conceptual Framework?
5. Bagaimana Conceptual Framework untuk standard auditing?
1.3Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui dan memahami peran Conceptual Framework?
2. Mengetahui tujuan Conceptual Framework?
3. Mengetahui dan memahami cara mengembangkan Conceptual Framework?
4. Mengetahui dan memahami kritik terhadap proyek Conceptual Framework?
5. Mengetahui dan memahami Conceptual Framework untuk standard auditing?
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Conceptual Framework itu sendiri didefinisikan oleh FASB sebagai berikut :
“Sistem yang koheren dari tujuan yang saling berkaitan & fundamental yang diharapkan
dapat menyebabkan standar yang konsisten dan yang mengatur dasar, fungsi dan batas-batas
akuntansi keuangan dan pelaporan”. Namun tidak semua akuntan memiliki pendapat yang
sama terhadap kehadiran conceptual framework ini. Beberapa akuntan berpendapat bahwa
membuat general theory melalui sebuah conceptual framework tidak diperlukan. Mereka
beralasan bahwa mereka dapat tetap bertahan didalam pelaksanaan profesi akuntan tanpa
sebuah teori.
Pernyataan tersebut memang benar, namun muncul beberapa masalah terkait praktik
didalam akuntansi karena tidak adanya general theory of accounting yang terstruktur. Salah
satunya adalah, praktik akuntansi dinilai sangat permissivedan tidak konsisten. Tiap-tiap
entitas diperbolehkan untuk memilih metode akuntansinya sendiri.
Oleh karena itu, conceptual frameworkmemiliki beberapa manfaat dan peran penting,
yaitu :
1. Financial reporting requirements dapat lebih konsisten dan logis. Misalnya, kini
seluruh entitas diharuskan menggunakan fair value dalam penilaian aset-nya.
2. Adanya regulations yang memaksa pihak-pihak yang bertanggungjawab untuk
membuat laporan yang sesuai dengan framework.
3. Pihak-pihak yang menyusun financial report dapat lebih bertanggung jawab, karena
seluruh requirements dalam membuat financial report telah tertera jelas didalam
framework.
4. Meminimalisir resiko dari over-regulation.
5. Baik preparers maupun auditors dapat lebih memahami financial reporting
requirementsyang mereka buat atau periksa.
6. Pengaturan financial reporting requirementsdapat lebih economical, karena tiap
issues yang muncul tidak perlu diperdebatkan kembali dari berbagai sudut pandang.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari laporan keuangan adalah untuk
memberikan informasi yang:
1. Bermanfaat dalam membuat keputusan kredit dan investasi oleh pihak yang ingin
memahahi kegiatan ekonomi dan bisnis perusahaan.
2. Membantu kreditor dan investor yang ada atau potensial, serta users lain dalam
menentukan jumlah, waktu dan ketidakpastian cash flow di masa yang akan datang.
3. Mengenai sumber-sumber ekonomi, tuntutan terhadap sumber ekonomi, dan
perubahan di dalamnya.
Namun, IASB sendiri memiliki beberapa peraturan yang cenderung bersifat rule-
based, dan ini bertentangan dengan tujuan awalnya. Salah satunya adalah IAS 39 (Financial
Instruments: Recognition and Measurement). Menurut Christopher Nobes, pakar akuntansi
dari University of London, akan lebih baik jika reasons standard menjadi rules-based
9
karena mereka tidak menjadi tidak konsisten dengan conceptual frameworks of standard
setters. Perubahan ini sendiri tentu akan membawa benefit lebih banyak, karena dapat
memperjelas komunikasi mengenai peraturan dan meningkatkan ketelitian tanpa perlu
peraturan yang lebih detail lagi. Lebih lanjut lagi, Nobes mengidentifikasi enam contoh
peraturan yang lebih bersifat rules-based, yakni mengenai lease accounting, employee
benefits, financial assets, government grants, subsidiaries dan equity accounting.
Hal tersebut adalah perdebatan antara rules-based dan principles-based. Jika dilihat
dari segi kelebihan dan kekurangannya, keuntungan rules-based antara lain dapat
meningkatkan komparabilitas dan verifiabilitas untuk auditor dan regulators. Selain itu,
rules-based juga mampu mengurangi kesempatan terjadinya earning management; walau
mereka memperbolehkan specific restructuring of transaction selama masih dalam koridor
peraturan.
Information for decision making secara tidak langsung mencakup lebih luas dari
informasi mengenai stewardship. Pertama, karena pengguna dari financial information luas
dan mencakup seluruh menyedia sumber daya. Kedua, informasi akuntansi dilihat sebagi
input data untuk prediksi model bagi users. Maka, kita harus memastikan data apakah yang
benar-benar dibutuhkan untuk memprediksi performa masa depan dan posisinya. Ketiga,
ketika stewardship berfokus pada kejadian di masa lalu untuk melihat apa saja yang sudah
dicapai, prediksi berpatokan pada masa depan. Informasi akuntansi untuk pihak eksternal
memang berdasarkan kejadian di masa lalu, namun masa depan tidak dapat diabaikan begitu
saja ketika masa depan secara tegas dijadikan objective of accounting.
Overall
Accounting Theory THE DECISION THEORY PROCESS
11
2.3.3International Developments: The IASB and FASB Conceptual Framework
Pada Oktober 2004, FASB dan IASB bekerja sama untuk mengembangkan
conceptual framework. FASB menyatakan bahwa project tersebut akan melakukan:
a. Fokus pada perubahan dalam environment sejak orginal frameworks pertama kali
diisukan, demikian juga terhadap kelalaian di original frameworks, dengan tujuan
untuk dapat menciptakan framework yang berkembang, utuh, dan dapat mencakup
frameworks yang telah ada secara efektif dan efisien
b. Memberikan prioritas untuk menujukan dan mendiskusikan tiap isu di setiap fase yang
memiliki kemungkinan menguntungkan Boards dalam jangka pendek; yakni cross-
cutting issues yang memberi dampak tertentu dalam project mereka, baik untuk
standar baru maupun standar yang sudah direvisi. Sekaligus, tahap dari project
tersebut akan dilakukan secara simultan dan Boards akan mengharapkan keuntungan
dari terlaksananya project tersebut
c. Awalnya mempertimbangkan konsep yang dapat diaplikasikan di private sector
business entities. Selanjutnya, Boards akan bergabung dalam mempertimbangkan
aplikasi dari konsep tersebut ke private sector not-for-profit organizations.
Representatif dari public sectorstandard-setting Boards akan memonitor projects
tersebut, dan di kasus-kasus tertentu akan mempertimbangkan dampak potensial dari
diskusi private sector untuk public entities.
Fase Topik
C Measurement
D Reporting Entity
12
G Applicability to the Not-for-Profit Sector (Inactive)
2.3.7Qualitative Characteristics
IASBFramework mencantukam empat prinsip qualitative characteristics, yakni:
understability,
relevance,
13
reliability, dan
comparability.
Dopuch dan Sunder berpendapat bahwa conceptual framework yang dikeluarkan oleh
FASB tidak cukup membantu dalam menyelesaikan isu kontemporer pada measurement dan
disclosure. Menurut mereka, terdapat tiga isu yang masih ambigu:
1. Definisi liabilities masih terlalu umum sehingga sulit untuk menentukan posisi
deferred taxes.
2. Conceptual framework mendukung dua prinsip akuntansi yang bertolak belakang
yaitu full cost dan successful efforts. Pada prinsip successful efforts, perusahaan
diperbolehkan untuk mengkapitalisasi hanya beban-beban yang berkaitan dengan
penemuan lokasi tambang minyak dan gas alam yang berhasil, jika tidak berhasil,
maka beban tersebut dikurangi langsung terhadap pendapatan pada periode tersebut.
Sedangkan, pada prinsipfull cost, semua beban yang berkaitan dengan penemuan
lokasi tambang minyak dan gas alam baru (tanpa memperhatikan hasilnya) boleh
dikapitalisasi.
3. Tidak menyelesaikan masalah estimasi.
14
2.4.1Ontological and Epistemological Assumptions
Tujuan dari pembentukan conceptual framework adalah untuk menghasilkan laporan
keuangan yang objektif dan tidak bias. Namun, dasar suatu framework dipertanyakan,
apakah teori tersebut netral, independen, dan bebas dari bias. Jika dihubungkan dengan
conceptual framework yang ada ternyata benar adanya, bahwa conceptual framework tidak
pernah secara resmi diuji kebenarannya berdasarkan bukti logis dan empiris karena isi dari
conceptual framework itu sendiri merupakan opini dari badan atau individual yang
berkuasa.
2.4.2Circularity of Reasoning
Dalam sudut pandang yang dangkal terhadap conceptual framework mengindikasikan
bahwa paling tidak akuntan mengikuti satu jalur ilmiah, yaitu menarik kesimpulan dari
prinsip dan praktik yang disamaratakan. Namun, banyak pula negara yang conceptual
framework-nya ditandai dengan adanya internal circularity, maksudnya satu kualitasnya,
bergantung pada kualitas aspek yang lain.
15
Pendekatan positive accounting menghasilkan taksonomi akuntansi sebagai sains.
Sedangkan pendekatan normative accounting menghasilkan taksonomi akuntansi sebagai
art.Hingga saat ini, positive accounting theory masih dalam proses yang dapat dijadikan
dasar dalam proses pembentukan akuntansi menjadi sains.
2.4.4Positive Research
Tujuan utama dari dibuatnya conceptual framework adalah untuk menyediakan
informasi keuangan yang dapat membantu pengguna menentukan economic decision dan
untuk meyakinkan pengguna laporan keuangan dapat mendapatkan informasi yang berguna
untuk proses pengambilan keputusan.
Menurut Tinker, terdapat cara lain untuk mengesahkan tingkat teoritikal yaitu dengan
pendekatan deskriptif. Deskriptive theories adalah usaha untuk menemukan hubungan yang
sebenarnya terjadi. Panalaran Induktif biasanya disebut dengan teori deskriptif. Pendekatan
deskriptif memiliki implikasi untuk menentukan apakan conceptual framework merupakan
refleksi dari nilai professional.
Kirk berpendapat bahwa standard yang dibuat berdasarkan consensus adalah bagian
dari mempercayaistandar yang merupakan ketentuan dan terbentuk karena persetujuan.
Beliau mengembangkan bahwa sebuah conceptual framework disajikan untuk kepentingan
publik karena merupakan pendekatan konseptual. Sedangkan standardyang dibuat
berdasarkan consensus tidak digunakan untuk kepentingan publik, karena merupakan
16
pendekatan politik. Hal ini menjadi masalah karena kepentingan publik diwakili oleh
pengguna dengan kebutuhan yang bertentangan. Sedangkan menurut pendapat Miller,
standard yang dibuat menurut consensus hanya akan menghasilkan ketidakkonsistenan.
Pada tahun 1980, fokus debat secara teoritis berfokus pada struktur dan cara
perhitungan dalam hal mengumpulkan bukti dan proses evaluasi. Knecehel menjelaskan ini
sebagai pertumbuhan pesat pada praktik audit, peningkatan teknologi, dan kebutuhan untuk
mengurangi biaya pada audit proses.
Pada tahun 1990, Knechel menghadapi hambatan yang mencakup tekanan dari klien
kepada auditor untuk mengurangi biaya dan memberikan nilai yang lebih. Hal ini membuat
praktik audit menjadi lebih bergantung pada memeriksa sistem kontrol klien dan juga
17
mencari dan mengumpulkan bukti dari financial statement yang dibuat sendiri oleh sistem
tersebut, dibandingkan dengan direct testing pada transaksi dan account balance.
Resiko bisnis audit adalah suatu bentuk audit yang mempertimbangkan resiko klien
sebagai bagian dari prosesaudit evidence (1970).Audit risk model meminta auditor untuk
memperhatikan resiko dari opini audit yang tidak sepantasnya sebagai fungsi dari inherent
risk, resiko dimana sistem kontrol dari klien tidak dapat mencegah dan mendeteksi
kesalahan tersebut, dan resiko dimana prosedur auditpun tidak dapat mendeteksi kesalahan
tersebut.
Berdasarkan sumber lainnya, Risiko audit adalah risiko dimana auditor menyimpulkan
bahwa laporan keuangan dinyatakan dengan wajar dan oleh karenanya dapat dikenakan
pendapat wajar tanpa pengecualian. Audit tidak dapat diharapkan untuk mengungkapkan
semua kesalahan laporan keuangan yang material. Kesalahan yang disembunyikan dengan
sangat rapi sulit ditemukan.
18
Jenis Resiko Audit, yaitu :
1. Resiko Bawaan (Inherent Risk), yaitu kerentanan suatu saldo akun atau golongan
transaksi terhadap suatu salah saji yang material. Biasanya resiko ini telah ada dari
awal dikarenakan sifat bisnis dari entitas yang bersangkutan.
2. Resiko Pengendalian (Control Risk), merupakan resiko yang baru akan muncul dan
terdeteksi pada saat pemeriksaan internal control. Entitas yang rentan akan fraud
biasanya internal controlnya lemah.
3. Resiko Deteksi (Detection Risk), adalah resiko yang muncul karena auditor tidak
mampu menemukan kesalahan dikarenakan kurang menggunakan tehnik atau
prosedur
BAB III
PENUTUP
3.1Simpulan
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang
terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan
bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas- batas dari
akuntansi keuangan dan laporan keuangan Tujuan dari pelaporan keuangan menurut SFAC
NO. 1 (Statement of Financial Accounting Concepts) : Pelaporan keuangan memberikan
informasi yang bermanfaat bagi investor dan kreditor, dan pemakai lainnya dalam
mengambil keputusan investasi, kredit dan yang serupa secara rasional. Informasi tersebut
harus bersifat comprehensive bagi mereka yang memiliki pemahaman yang rasional tentang
kegiatan bisnis dan ekonomi dan memiliki kemauan untuk memelajari informasi dengan
cara yang rasional.
19
Relevansi dan Reliability, berkaitan dengan : timeliness, predictive value dan feedback
value · Comparability dan Consistency, yang merupakan kualitas sekunder · Cost – benefit
dan Materiality , merupakan kriteria untuk mengakui informasi akuntansi
DAFTAR PUSTAKA
20