Anda di halaman 1dari 24

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM-


BASED LEARNING PADA PELAJARAN AQIDAH
AKHLAK MATERI ADAB TERHADAP ORANGTUA
DAN GURU DI KELAS VIII – A MTS SWASTA
TELADAN GEBANG

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh


Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam

OLEH

RAHMANSYAH

Nomor Pokok :
NIRM :

PROGRAMSTUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA
LANGKAT
2018
DAFTAR IS

DAFTAR ISI.............................................................................................................i

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.1 Identifikasi Masalah..................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................5

1.3 Tujuan penelitian.......................................................................................5

1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................6

1.6 Indikator Pariabel......................................................................................6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA............................................................8

2.1 Kajian Teori...................................................................................................8

2.2 Kerangka Konseptual..............................................................................20

2.3 Penelitian yang Relevan..........................................................................21

2.4 Hipotesis Tindakan..................................................................................21

DAFTAR REFERENSI.........................................................................................22

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga ditemukan

pengajar yang memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai

individu yang harus dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat

mematikan potensi peserta didik. Dan dalam keadaan tersebut peserta didik hanya

mendengarkan pidato guru di depan kelas, sehingga mudah sekali peserta didik

merasa bosan dengan materi yang diberikan. Akibatnya, peserta didik tidak paham

dengan apa yang baru saja disampaikan oleh guru.

Berdasarkan hasil obervasi peneliti di MTs Swasta Teladan Gebang ,

masih banyak siswa yang memperoleh hasil belajar yang rendah pada pelajaran

Aqidah Akhlak Materi Adab Kepada Guru dan Orang Tua Materi Adab Kepada

Guru dan Orang Tua di Kelas VIII A. Rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat

dari nilai tes ulangan serta latihan-latihan yang diberikan guru. Bahkan banyak

siswa yang tidak mencapai nilai kriteria ketuntasan minimun (KKM). Dari KKM

yang telah ditentukan sekolah yakni 80 masih banyak siswa yang mendapatkan

nilai di bawah KKM. Nilai rata-rata siswa yang didapat pada saat ulangan

maupun nilai tugas-tugas hanya 70, bahkan ada siswa lain yang mendapatkan

nilai 60-50.

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, hasil belajar siswa Kelas VIII A

MTs Swasta Teladan Gebang khususnya pada pelajaran Aqidah Akhlak Materi

Adab Kepada Guru dan Orang Tua masih dikatakan rendah. Hal ini disebabkan

oleh kemampuan siswa dalam menerima pelajaran yang kurang baik dan siswa

kurang tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung

1
karena guru hanya menggunakan metode konvensioal yaitu ceramah. Guru

kurang berinovasi dalam menggunakan model pembelajaran sehingga kurang

memotivasi siswa untuk belajar. Selain itu siswa tidak diikutsertakan atau kurang

aktif dalam menerima pelajaran karena guru yang lebih aktif dari siswa.

Dengan memotivasi yang tinggi siswa akan belajar menjadi lebih giat.

Seolah-olah tak akan merasa lelah dan bosan karena metode yang digunakan

seorang guru berpariasi. Sebaliknya tanpa motivasi seorang siswa akan merasa

belajar tanpa gairah karena tidak ada rangsangan yang mendorong untuk lebih

minat belajar.

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru saat ini cenderung pada

pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan

konsep bukan pada pemahaman dan praktek. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan

pembelajaran didalam kelas yang selalu di dominasi oleh guru. Dalam

penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, di mana

siswa hanya duduk, mencatat dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan

sangat sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya.

Dari sinilah diperlukan kreativitas yang harus dilakukan semua pihak, baik

guru maupun siswa, kepada siswa dituntut dapat belajar aktif dengan arahan yang

diberikan guru, dan guru diharapkan kreatif menggunakan Metode pembelajaran

baru agar dapat memotivasi siswa untuk belajar.

Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga

siswa menjadi pasif. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa tidak terlepas dari

berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif

yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh siswa.

2
Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan

menggunakan metode pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh

kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat

diperoleh hasil belajar yang optimal.

Motivasi adalah sebagai pendorong bagi siswa untuk menjadi lebih aktif

dalam proses pembelajaran. Dengan intelegensi yang dimiliki anak sangat

berpengaruh terhadap hasil belajar. Karena media yang digunakan guru didalam

kelas sangat memotivasi siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Bidang studi Aqidah Akhlak Materi Adab Kepada Guru dan Orang Tua

dimaksudkan untuk meningkatkan potensi spiritual dan membentuk siswa agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan

Beakhlak Mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai

perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup

pengenalan, pemahaman, penanaman nilai-nilai keagamaan.

Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model

pembelajaran yang lainnya, dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah

menyodorkan berbagai masalah, memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi

investigasi dan dialog. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

menetapkan topik masalah yang akan dibahas, walaupun sebenarnya guru telah

menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Hal yang paling utama adalah

guru menyediakan perancah atau kerangka pendukung yang dapat meningkatkan

kemampuan penyelidikan dan intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses

pembelajaran diarahkan agar peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara

sistematis dan logis. Model pembelajaran ini dapat terjadi jika guru dapat

3
menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas itu sendiri

merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta didik dalam menanggapi berbagai

masalah.

Jika dilihat dari sudut pandang psikologi belajar, model pembelajaran ini

berdasarkan pada psikologi kognitif yang berakar dari asumsi bahwa belajar

adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Melalui model

pembelajaran ini peserta didik dapat berkembang secara utuh, artinya bukan hanya

perkembangan kognitif, tetapi peserta didik juga akan berkembang dalam bidang

affektif dan psikomotorik secara otomatis melalui masalah yang dihadapi.

Model pembelajaran berbasis masalah mengambil psikologi kognitif

sebagai dukungan teoritisnya. Fokus pembelajaran pada model ini menekankan

pada apa yang peserta didik pikirkan selama mereka terlibat dalam proses

pembelajaran, bukan pada apa yang mereka kerjakan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian Tentang “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan

Menggunakan Metode Problem-based Learning Pada Pelajaran Aqidah Akhlak

materi Adab Terhadap guru dan Orang Tua Di Kelas VIII A MTs Swasta

Teladan Gebang ”.

1.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang dikemukakan

diatas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan yang dapat mempengaruhi

hasil belajar sebagai berikut:

1. Perserta didik kurang motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran

4
2. Peserta didik yang tidak memperhatikan pelajaran ketika guru menerangkan

pelajaran.

3. Peserta didik tidak terlibat aktif dalam pembelajaran

4. Metode yang digunakan oleh guru kurang bervariasi.

5. Kurang tepatnya memilih metode dalam menyampaikan mata pelajaran

Akidah Akhlak Materi Adab terhadap guru dan Orang Tua

6. Rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran Akidah Akhlak

7. Kurang persiapan guru untuk menerapkan Metode Problem-based Learning

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penerapan Metode Problem-based Learning dapat meningkatkan

Hasil Belajar VII A MTs Swasta Teladan Gebang ”

2. Bagaimana hasil belajar peserta didik pada pelajaran Akidah Akhlak Materi

Adab terhadap guru dan Orang Tua setelah menggunakan Metode

Problem-based Learning pada siswa di kelas VIII A MTs Swasta Teladan

Gebang ?

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pelajaran Akidah

Akhlak Materi Adab terhadap guru dan Orang Tua menggunakan metode

Problem-based Learning pada siswa di kelas VIII A MTs Swasta Teladan

Gebang ”

5
2. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik pada pelajaran Akidah Akhlak

Materi Adab terhadap guru dan Orang Tua setelah menggunakan Metode

Problem-based Learning pada siswa di kelas VIII A MTs Swasta Teladan

Gebang ”

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan diadakan hasil penelitian ini diharapkan mendapat beberapa

manfaat. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi guru Dapat memberikan masukan dan informasi secara teori Metode

Problem-based Learning pada pembelajaran Akidah Akhlak Materi Adab

terhadap guru dan Orang Tua

2. Bagi sekolah Sebagai bahan dan masukan serta informasi bagi sekolah

dalam mengembangkan peserta didiknya terutama dalam hal proses

pembelajaran agama islam, khususnya peningkatan keaktifan dan hasil

belajar.

3. Bagi peserta didik Diharapkan para peserta didik dapat terjadi peningkatan

hasil belajar pada pembelajaran Akidah Akhlak

4. Bagi mahasiswaDapat menambah pengalaman dan pengetahuan baru

khususnya proses pembelajaran dengan Metode Problem-based Learning

pada pembelajaran Akidah Akhlak

1.6 Indikator Pariabel

1. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran

2. Meningkatakan perhatian Peserta didik terhadap pelajaran ketika guru menerangkan.

3. Meningkatkan keaktifan Peserta didik dalam pembelajaran

4. Guru dapat mengunakan metode yang bervariasi dalam pembelajaran

6
5. Guru dapat memilih metode yang tepat dalam menyampaikan mata pelajaran

Akidah Akhlak

6. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Akidah Akhlak

7. Meningkatkan persiapan guru untuk menerapkan Metode Problem-based

Learning.

7
BAB II

KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Belajar

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada

semua orang dan berlangsung seumur hidup sejak masih bayi (bahkan dalam

kandungan) hingga liang lahat.1

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih,

berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Menurut M. Ngalim Purwanto, belajar merupakan suatu perubahan

dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku

yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku

yang lebih buruk. Belajar juga merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui

latihan atau pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan

oleh pertumbuhan kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar. Untuk

dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relative mantap, harus

merupakan akhir dari pada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa

lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi

perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin

berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan, ataupun bertahun-tahun.

Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut


1
Eveline Siregar. (2011). Teori Belajar dan Pembelajaran. (Bogor: Ghalia
Indonesia) h 3

8
berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti, perubahan dalam

pengertian, pemecahan suatu masalah, keterampilan, kecakapan, kebiasaan,

ataupun sikap.2

Menurut James O. Whittaker yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah

belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui

latihan atau pengalaman.

Cronchbach, berpendapat bahwa belajar adalah suatu aktifitas yang

ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Dari

dua tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses dimana

tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan sehingga

dapat mengembangkan pemikiran siswa.

Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi

dengan lingkungannya. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif,

afektif, dan psikomotor.3

Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Belajar adalah proses

perubahan tingkah laku pada diri individu dengan individu dan individu dengan

lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan

lingkungannya.
2
Ngalim Purwanto. (1999). Psikologi Pendidikan. (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya) h. 81-82
3
Syaiful Bahri Djamarah. (1999). Psikologi Belajar. (Bandung : rineka cipta) h. 22

9
Belajar sebagai perubahan perilaku yang relative tetap yang disebabkan

praktik atau pengalaman yang sampai dalam situasi tertentu. Belajar sebagai

suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungannya. Dari

pengertian-pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa pengertian belajar

adalah „perubahan‟ yang menyangkut pengetahuan sikap, prilaku, kebiasaan,

kecakapan, keterampilan dan kepribadian yang terjadi sebagai interaksi dengan

lingkungan seperti guru, bahan ajar dan lain-lain.4

2.1.2 Hakikat Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan

pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar

yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang

kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah

perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam

himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari

suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar

di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil

belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.5

Menurut Sudjana hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito (dalam Depdiknas,

mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya

4
Dirman. (2014). Teori Belajar dan Prinsip-prinsip Pembelajar yang
Mendidik. (Jakarta: PT RINEKA CIPTA)h . 5
5
Dimyati dan Mudjiono. (2009) . Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta.h. 3

10
perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang

belajar. Sehubungan dengan pendapat itu, maka Wahidmurni, dkk. menjelaskan

bahwa sesorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu

menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di

antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya

terhadap suatu objek.6

Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang dalam

taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain) yaitu domain

kognitif atau kemampuan berpikir, domain afektif atau sikap, dan domain

psikomotor atau keterampilan. Sehubungan dengan itu, Gagne (dalam Sudjana,

2010: 22) mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara

lain: (1) hasil belajar intelektual merupakan hasil belajar terpenting dari sistem

lingsikolastik; (2) strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berfikir

seseorang dalam arti seluas-luasnya termaksuk kemampuan memecahkan

masalah; (3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional

dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku

terhadap orang dan kejadian; (4) informasi verbal, pengetahuan dalam arti

informasi dan fakta; dan (5) keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi

untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang.

Untuk mengetahui hasil belajar seseorang dapat dilakukan dengan

melakukan tes dan pengukuran. Tes dan pengukuran memerlukan alat sebagai

pengumpul data yang disebut dengan instrumen penilaian hasil belajar. Menurut

Wahidmurni, dkk. instrumen dibagi menjadi dua bagian besar, yakni tes dan non

Nana Sudjana. (2010).  Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV).
6

Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya. h. 22

11
tes. Selanjutnya, menurut Hamalik memberikan gambaran bahwa hasil belajar

yang diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa setelah

belajar dengan sungguh-sungguh. Hasil belajar tampak terjadinya perubahan

tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur melalui perubahan

sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan

dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.7

1.1.3 Hakikat Metode Problem-based Learning

A.    Pengertian

Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John

Dewey. Menurut Dewe) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi

antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar

dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada peserta didik

berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi

menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi

dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.

Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris

Problem-based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan

masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat

menyelesaikannya.8

Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based

learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru

7
Armai Arief. ( 2002). Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: PT.
Intermasa.h.65
8

12
menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang

penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan

memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih

realistik (nyata).

Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam

proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik,

yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan

belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam

kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks

sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan

melakukan kerja kelompok antar peserta didik. peserta didik menyelidiki

sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya

di bawah petunjuk fasilitator (guru).9

Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta didik

untuk mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang

relevan. Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan kepada

peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik lebih

diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan

atau arahan guru sementara pada pembelajaran tradisional, peserta didik

lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang diberikan secara

terstruktur oleh seorang guru.

Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning),

selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran

inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik.
9
Armai Arief. ( 2002).Ibid. h. 66

13
PBL adalah suatu model pembelajaran vang, melibatkanpeserta didik

untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah

sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan

dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk

memecahkan masalah.

Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran

dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang

dengan baik mulai dari penyiapan masalah yang yang sesuai dengan

kurikulum yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari

peserta didik, peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang

digunakan. Pengajar yang menerapkan pendekatan ini harus

mengembangkan diri melalui pengalaman mengelola di kelasnya, melalui

pendidikan pelatihan atau pendidikan formal yang berkelanjutan.

Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan

pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi.

Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk memproses informasi

yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka

sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk

mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.10

B.     Komponen-Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah

Komponen-komponen pembelajaran berbasisi masalah dikemkakan oleh

Arends, diantaranya adalah :

10
Armai Arief. ( 2002).Ibid. h. 67

14
a.       Permasalahan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah

mengorganisasikan masalah nyata yang penting secara sosial dan

bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang dihadapi peserta

didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban yang

sederhana.

b.      Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir

struktural dan belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan.

c.       Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi

yang nyata. Peserta didik diwajibkan untuk menganalisis dan

menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan membuat

prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan

eksperimen, membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.

d.      Produk. Peserta didik dituntut untuk membuat produk hasil

pengamatan.produk bisa berupa kertas yang dideskripsikan dan

didemonstrasikan kepada orang lain.

e.       Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk

mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.

C.     Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah

John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika

memaparkan 6 langkah dalam pembelajaran berbasis masalah ini :11

a.       Merumuskan masalah. Guru membimbing peserta didik untuk

menentukan masalah yang akan dipecahkan dalam proses

pembelajaran, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan masalah

tersebut.
11
Muhaimin, dkk. ( 2006.). Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: CV. Citra Media.h.52

15
b.      Menganalisis masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah

secara kritis dari berbagai sudut pandang.

c.       Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan berbagai

kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.

d.      Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari dan

menggambarkan berbagai informasi yang diperlukan untuk

memecahkan masalah.

e.       Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan

mengambil kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan

hipotesis yang diajukan12

f.       Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah peserta didik

menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan

hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

2.1.3 Adab Terhadap Orangtua dan Guru

A. Pengertian Adab Kepada Orang Tua

Adab menurut bahasa ialah norma/aturan. Menurut istilah adab

ialah norma atau atauran mengenai sopan santun yang di dasarkan atas

aturan agama, terutama agama islam. Sedangkan orang tua adalah orang

yang lebih tua dari kita, yang telah merawat,mendidik dan membesarkan

kita, semenjak dalam kandungan sampai kita dewasa yang biasa disebut

ayah dan ibu. Jadi adab kepada orang tua adalah norma atau aturan

12
Muhaimin, dkk. ( 2006.)Ibid. h. 55

16
mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama terutama

agama islam terhadap orang yang sudah membesarkan kita, merawat serta

mendidik kita yaitu terutama ayah dan ibu.13

Dalil tentang adab kepada orang tua dan guru

Seorang anak dilarang membentak, memarahi atau bersuara keras

terhadap kedua orang tua. Lebih bertambah umur kedua orang tua,

hendaknya lebih diperhatikan oleh anak – anaknya. Kedua hal diatas

sesuai dengan Firman Allah dalam Qs. Al – Isra : 23 “Dan tuhanmu telah

mewajibkan supaya kamu jangan menyembah selain dari pada – Nya dan

berbuat baiklah kamu kepada kedua ibu bapak .Apabila mereka atau salah

seorang  dari mereka telah tua, janganlah kamu berkata kepada keduanya

dengan perkataan “ ah “ dan jangalah engkau gertak mereka tetapi

ucapkanlah kepada mereka dengan kata – kata yang sopan lagi lembut”

Guru adalah orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik murid-

muridnya untuk menjadi lebih baik sebagaimana yang diridhoi Alloh ‘azza

wa jalla. Sebagaimana wajib hukumnya mematuhi kedua orang tua, maka

wajib pula mematuhi perintah para guru selama perintah tersebut tidak

bertentangan dengan syari’at agama.

Di antara akhlaq kepada guru adalah memuliakan, tidak menghina

atau mencaci-maki guru, sebagaimana sabda Rosululloh saw :

َ ِ‫ْس ِمنَّا َم ْن لَ ْم ي َُوقِّرْ َكب‬


َ ‫يرنَا َو يَرْ َح ْم‬
‫ص ِغي َرنَا‬ َ ‫لَي‬      

13
https://ahmadwahyumaruto.blogspot.com/2017/04/rpp-adab-terhadap-orang-tua-
dan-guru.html. diakses 18 November 2018 . 20: 10WIB.

17
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang

lebih tua dan tidak menyayangi orang yang lebih muda.” ( HSR. Ahmad

dan At-Tirmidzi )

B. Macam-macam Adab kepada Orang Tua dan guru

a.       Patuh terhadap perintah orang tua dan guru14

Hendaklah kita selalu tunduk dan patuh kepada kedua oramg tua dalam

segala hal yang baik-baik.”Dan kami perintahkan kepada manusia

(berbuat baik) ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam

keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua

tahun. Bersyukurlah kepada Ku dan kedua orang tua ibu bapakmu,

hanya kepada Kulah kamu kembali. Dan jika keduanya memaksamu

untuk mempersekutukan dengan Aku dengan sesuatu yang tidak ada

pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti

keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik…….”(QS.

Luqman [31] : 14 - 15)

b.      Tidak Berkata Kasar Kepada Orang Tua dan guru

Kita dilarang berkata kasar, membentak misalnya berkata hus / ah dan

kata kata sejenisnya, yang termasuk ungkapan yang tidak baik. Karena

Allah berfirman.”Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan

menyembah selain Dia dan agar kamu berbuat baik kepada ibu

bapakmu dengan sebaik-baiknya, jika salah seorang diantara

kedduanya sampai berusia lanjut atau keddua-keduanya sampai berusia

14
https://ahmadwahyumaruto.blogspot.com/2017/04/rpp-adab-terhadap-orang-tua-
dan-guru.html. diakses 18 November 2018 . 20: 10WIB.

18
lanjut daam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu

mengatakan”ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan

ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra [17] :

23)Merawat Orang Tua Ketika Usianya Sudah Lanjut. Allah

Berfirman: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan

penuh kasih sayang dan ucapkanlah”wahai Tuhanku kasihanilah

mereka keduanya, sebagaimana (kasih mereka) mendidikku waktu

kecil.” (QS. Al- Isra [17] : 240)

c.       Berusaha Menyenangkan Hati Orang Tua dan guru

Nabi bersabda: “Dari „Abdullah bin „Amr bin „Ash radhiyallaahu

„anhuma, bahwa Rasulullah shallallaahu „alaihi wa sallam bersabda:

“Ridha Allah bergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah

bergantung kepada kemurkaan orang tua”

d.      Selalu Mendoakan Orang Tua dan guru

Contohnya:”Ya Allah Tuhanku, ampunilah segala dosaku, dan dosa

kedua orang tuaku, kasihanilah dan sayangilah mereka sebagaimana

(mereka) mendidik/merawatku di waktu kecil.

Hikmah berbakti kepada orang tua dan guru

Hikmah berbakti kepada orang tua dan guru adalah sebagai berikut.15

a.       Merupakan amal yang paling utama

b.      Apabila orang tua dan guru ridha, maka Allah pun ridha, atas amal

yang kita perbuat

15
https://ahmadwahyumaruto.blogspot.com/2017/04/rpp-adab-terhadap-orang-tua-
dan-guru.html. diakses 18 November 2018 . 20: 10WIB.

19
c.        Dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu dengan

bertawasul dengan amal shaleh tersebut.

d.      Diluaskan rezeki dan panjang umur.

e.      Dimasukkan kedalam surga oleh Allah swt.

2.2 Kerangka Konseptual


       Metode Problem-based Learning adalah salah satu alternative,

metode/cara yang dapat dipakai oleh seorang guru di kelas dengan tujuan dapat

memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat siswa.

 Macam-macam diskusi : Diskusi Formal, Diskusi Informal, Diskusi Panel,

Diskusi dalam bentuk Symposium, Lecture Discussion, Whole Group, Buzz

Group, Sundicate Group, Rain Storming Group dan Fish Bowl

Adapun tujuan penggunaan Metode Problem-based Learning adalah untuk

berpikir secara demokratis. Pemecahan masalah secara demokratis. Partisipasi

peserta didik dalam proses pembelajaran serta membimbing peserta didik untuk

saling menghormati dan menerima pendapat orang lain.

 Manfaat Metode Problem-based Learning salah satu diantaranya ialah

Untuk membiasakan siswa mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda

dengan pendapatnya sendiri, dan membiasakan sikap toleran

 Dalam Metode Problem-based Learning juga terdapat kelebihan dan

kekurangan tersendiri dan metode ini pun diaplikasikan salah satunya untuk

mendorong siswa berpikir secara kritis

 Metode Problem-based Learning sangat diperlukan dalam pembelajaran

bahasa Indonesia, karena Metode Problem-based Learning menjadikan siswa

untuk berpikir secara rasional dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

20
 Metode Problem-based Learning merupakan salah satu metode yang

berhasil dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran

khususnya pembelajaran Aqidah Akhlak di Kelas VIII – A MTs Swasta teladan

Gebang

2.3 Penelitian yang Relevan

1. Muhammad Ridho (2013) Upaya meningkatkan Hasil Belajar belajar

siswa dengan metode role Playing di MAS Yaspen Muslim.

2. Pujiani ( 2015) Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata

Pelajaran Al-Qur’an Hadis dengan menggunakan Metode Problem-based

Learning di kelas VIII MTS Tarbiyah Waladiyah Pulau Banyak.

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan Penelitian. Untuk

mencari jawaban dari permasalahan. Hiipotesis dalam penelitian ini adalah

pembelajaran dengan menggunakan Metode Problem-based Learning dapat

meningkatkan Hasil belajar pada pelajaran Aqidah Akhlak siswa di Kelas VIII –

A MTs Swasta teladan Gebang

21
DAFTAR REFERENSI

Ahmadi. Abu. ( 2009). Metode Khusus Pendidikan Agama Islam. Jakarta : PT.

Bima Aksara.

Arief. Armai . ( 2002). Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam.

Jakarta: PT. Intermasa.

Dimyati dan Mudjiono. ( 2009) Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Muhaimin, dkk. ( 2006.). Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: CV. Citra Media

Suryabrata, Sumardi. ( 2002). Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindi

Persada

Syah. Muhibin ( 2004).Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung:

PT.Remaja Rosda karya.

Syamsudin. Abin. (2009). Psikologi Kependidikan.Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Winataputra. Udin dkk. ( 2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:

Universitas Terbuka.

https://ahmadwahyumaruto.blogspot.com/2017/04/rpp-adab-terhadap-orang-tua-

dan-guru.html. diakses 18 November 2018 . 20: 10WIB.

22

Anda mungkin juga menyukai