Anda di halaman 1dari 21

“UPAYA MENINGKAKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN

PENDIDIKN AGAM ISLAM DAN BUDI PEKERTI MATERI JUJUR


DAN ADIL DENGAN METODE PROBELEM BASED LEARNING
KELAS 8B DISEKOLAH SMP ISLAM BRAWIJAYA
KOTA MOJOKERTO TAHUN PELAJARAN
2018 - 2019 ”

Guru Pamong :Khoirul Huda,S.Pd.I

SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto : Khoirulhuda22@rocketmail.com

Program Studi pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah

Raden Wijaya Mojokerto

Oleh : Ahmad Bushro Habibi

ABSTRAK
UPAYA MENINGKAKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA

PELAJARAN PENDIDIKN AGAM ISLAM DAN BUDI PEKERTI

MATERI JUJUR DAN ADIL DENGAN METODE PROBELEM BASED

LEARNING KELAS 8B DISEKOLAH SMP ISLAM BRAWIJAYA KOTA

MOJOKERTO TAHUN PELAJARAN 2018 - 2019

Oleh : Ahmad Bushro Habibi

Kata Kunci: Prestasi Belajar, Metode Problem Based Learning

Keberhasilan proses belajar mengajar di dalam kelas sangat ditentukan

oleh strategi pembelajaran, bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen

lain, tanpa diimplementasikan melalui strategi yang tepat, maka komponen-

komponen tersebut tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian

tujuan. Oleh karena itu setiap akan mengajar guru diharuskan untuk

menerapkan strategi atau metode tertentu dalam pelaksanaan pembelajaran.

Penelitian ini berdasarkan permasalahan: (a) Bagaimanakah peningkatan

prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti model pembelajaran

Problem Based Learning? (b) Bagaimanakah pengaruh Model pembelajaran

Problem Based Learning terhadap Prestasi belajar siswa?

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Ingin mengetahui

peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya strategi pembelajaran

peningkatan kemampuan berpikir, (b) Ingin mengetahui pengaruh prestasi

belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Problem Based Learning.


Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak

tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan

dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas

VIII_E Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi

kegiatan belajar mengajar.

Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami

peningkatan dari siklus I sampai siklus II yaitu, Pre-Test (11,00%), siklus I

(64,00%), siklus II (94,00%).

Simpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran Problem Based

Learning dapat berpengaruh positif terhadap Prestasi belajar siswa, serta model

pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran

PAI.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan

bangsa dan negara, maka hampir seluruh negara didunia ini menangani

secara langsung masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan.

Secara umum pengertian pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan

secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak

didik menuju terbentuknya kepibadian yang utama.1

Pendidikan dilakukan oleh seorang pendidik (guru), sebab guru adalah

salah satu element yang penting dalam pendidikan yang secara langsung

berhubungan dengan seseorang (anak didik) oleh karena itu pendidik (guru)

1 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Offset, 2012, 36.
harus berperan aktif dan mampu menempatkan kedudukannya sebagai

tenaga professional yang dituntut untuk melakukan transformasi

pengetahuan agar tercapai perkembangan anak didik secara maksimal yang

positif.2

Tujuan pembelajaran yang utama untuk membekali Siswa adalah

dengan kemampuan. Atas dasar ini diperlukan metode pembelajaran yang

sesuai pada setiap pokok bahasan. Yang lebih penting lagi adalah agar

Siswa dalam proses pembelajaran Agama terutama mata pelajaran

Pendidikan agama Islam dan Budi Pekerti dapat merasa asyik, senang, dan

menikmatinya.3

Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, baik dan berhasil

apabila seseorang pendidik (guru) mampu menguasai materi dan memilih

metode pengajaran yang tepat atau sesuai untuk mata pelajaran. Untuk itu

seorang pendidik (guru) yang professional akan tercermin dalam

pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik

dalam penguasaan materi maupun pemilihan metode guna kelangsungan

proses belajar mengajar.4

Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh

pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung

pada cara mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut

2 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Offset, 2012, 38.

3 Sutrisno, Revolusi Pendidikan Islam di Indonesia , Jogyakarta: Ar-Ruz Media, 2005,


22.
4 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan sukses dalam sertifikasi guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2010, 47.
siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang

diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku

pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya

hidupnya.5

Namun berdasarkan proses belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam dan Budi pekerti siswa kelas VIII-B SMP Islam Brawijaya

kota Mojokerto diketahui bahwa masih terdapat beberapa masalah yang

kiranya perlu dipecahkan oleh guru sehingga tujuan pembelajaran

Pendidikan agama islam dan budi pekerti dapat tercapai secara maksimal.

Masalah-masalah tersebut antara lain :

1) Dari sisi guru : Metode pembelajaran yang sering digunakan pada

mata  pelajaran PAI dan budi pekerti adalah metode ceramah, hal tersebut

tidak selamanya salah, hanya saja dalam beberapa hal siswa terkesan

monoton. Dan hampir tidak ada kesempatan bagi siswa untuk menuangkan

kreatifitasnya dan menyampaikan gagasannya. Hal tersebut menyebabkan

proses pembelajaran tidak menggairahkan, siswa tampak bosan, jenuh dan

kurang semangat dalam mengikuti pelajaran agama. Metode mengajar guru

menjadi permasalahan inti dalam proses pembelajaran. Karena metode

adalah cara mengajar atau cara menyampaikan materi pengajaran kepada

siswa yang kita ajar.

2) Dari sisi murid antara lain : Banyak murid yang kurang bahkan

tidak mengajukan pertanyaan dari materi yang diajarkan, tidak memberikan

5 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,Bandung : PT


Remaja Rosdakarya,2012,269.
jawaban atas pertanyaan guru, kurangnya perhatian murid terhadap materi

yang dijelaskan guru, hal lainnya yaitu murid kurang antusias mengikuti

pelajaran PAI dan Budi Pekerti..

Oleh karena itu untuk dapat mencapai tujuan pengajaran yang

diharapkan. Guru harus pandai memilih metode yang tepat dan sesuai

dengan kebutuhan anak didik. Supaya anak didik merasa senang dalam

belajar.

Disini penulis menggunakan bahan penulisan yaitu, upaya

meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran PAI dan Budi pekerti

materi macam-macam sujud melalui metode Problem Based Learning,sebab

dengan metode ini penulis berharap dapat mengetahui bagaimana prestasi

belajar siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Metode Problem Based Learning adalah “cara penyajian bahan

pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta

didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik

sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai penjelasan lisan”.6

Sedangkan Saiful Bahri Djamarah dalam bukunya ‟Prestasi Belajar

dan Kompetensi Guru’’,yang mengutip dari Mas'ud Hasan Abdul Qahar,

bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan,hasil pekerjaan, hasil

yang menyenangkan hasil yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.7

6 Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar mengajar, Jakarta: Rineka Cipta,
2000,102.

7 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Cet. IV,Surabaya:
Usaha Nasional, 2010,20-21.
Guru bisa melihat prestasi belajar siswa setelah menggunakan metode

Problem Based Learning. Dimana dengan menggunakan metode Problem

Based Learning ini siswa akan menjadi lebih kreatif, berpikir kritis,

berpartisipasi, demokrasi dan menghargai pendapat orang lain. Pada saat

pembelajaran berdasarkan metode Problem Based Learning (tayangan video

edukatif bab sujud) berjalan guru bisa memantau setiap kelompok jangan

sampai ada siswa yang pasif. Pada saat tayangan video selesai guru bisa

memberikan beberapa soal untuk dijawab atau dipecahkan oleh setiap

kelompok. Disinilah guru dapat menilai prestasi belajar siswa setelah

menggunakan metode Problem Based Learning.

Dengan berpijak dari latar belakang diatas untuk melihat dari aplikasi

metode, maka perlu kiranya diadakan penelitian tindakan kelas. Dalam hal

ini penulis mengangkat judul. UPAYA MENINGKAKAN HASIL

BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PENDIDIKN AGAM ISLAM

DAN BUDI PEKERTI MATERI JUJUR DAN ADIL DENGAN

METODE PROBELEM BASED LEARNING KELAS 8B

DISEKOLAH SMP ISLAM BRAWIJAYA KOTA MOJOKERTO

TAHUN PELAJARAN 2018 - 2019

Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada Latar Belakang masalah di atas, maka penulis akan

merumuskan penelitian ini dengan tujuan sebagai berikut:

a. Meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran PAI dan budi pekerti

materi macam-macam sujud di luar sholat di Kelas VIII SMP Islam

Brawijaya Kota Mojokerto.

b. Mempelajari bagaimana metode Problem Based Learning diterapkan

sehingga siswa dapat belajar aktif di kelas VIII SMP Islam Brawijaya

Kota Mojokerto.

c. Meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran PAI dan budi

pekerti materi macam-macam sujud diluar sholat melalui metode

Problem Based Learning di Kelas VIII SMP Islam Brawijaya Kota

Mojokerto.

B. Kajian Pustaka
1.
Prestasi Belajar PAI

a. Pengertian Belajar

Kata belajar berasal dari kata dasar “ajar” yang mendapat awalan ber-

menjadi belajar, yang berarti “berusaha supaya memperoleh kepandaian,

ilmu dan sebagainya.”8

Pengertian tentang belajar itu sangat kompleks, sehingga banyak

pengertian yang dapat diambil dari padanya. Akan tetapi belajar

mempunyai cirri–ciri kegiatan yang antara lain adalah: “Belajar

8 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :


Balai Pustaka, 2006), Cet. Ke-XIII, 787
merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui suatu pengalaman atau

latihan.”

Manusia belajar dengan tujuan agar terjadi perubahan di dalam aspek

kehidupannya, baik manusia itu sebagai makhluk psichophisis maupun

sebagai makhluk socioindividual ataupun sebagai makhluk culturreligius.

Sebagai makhluk psichophisis manusia belajar nampak dengan

usahanya untuk mencari keseimbangan kehidupan individu dalam hidup

bermasyarakat. Sedangkan sebagai makhluk culturreligius nampak dengan

usahanya untuk membudayakan lingkungan dan kestabilan beragama.

Belajar merupakan suatu proses internal yang kompleks, yang terlibat

dalam proses internal adalah yang meliputi unsur afektif, dalam matra

afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi, dan

penyesuaian perasaan sosial.9

Beberapa prinsip dalam belajar yaitu: Pertama, belajar berarti mencari

makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar,

rasakan dan alami. Kedua,kontruksi makna adalah proses yang terus

menerus. Ketiga, belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi

merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang

baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, tetapi perkembangan itu

sendiri. Keempat, hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar

dengan dunia fisik dan lingkungannya. Kelima, hasil belajar seseorang

tergantung pada apa yang telah diketahui, siswa belajar, tujuan dan

9 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2002,18.
motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang

dipelajari.10

Berdasarkan kajian teori di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang

menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil

interaksi dengan lingkungannya. Kata kunci dari pengertian belajar

adalah “perubahan” dalam diri individu yang belajar.Perubahan yang

dikehendaki oleh pengertian belajar. Karena belajar merupakan suatu

proses usaha, maka di dalamnya terdapat tahapan-tahapan yang harus

dilalui untuk sampai kepada hasil belajar itu sendiri yaitu aspek kognitif,

afektif dan psikomotor.

b. Pengertian Prestasi belajar

Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata,

yakni"prestasi" dan "belajar", yang mempunyai arti yang berbeda.

Prestasi adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik

secara individual atau kelompok.

Adapun pengertian prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah "penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai

tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.11

10 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers,
2011,38.
11 Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Kartika, 1997, 418.
Sedangkan Saiful Bahri Djamarah dalam bukunya „‟Prestasi Belajar

dan Kompetensi Guru’’,yang mengutip dari Mas'ud Hasan Abdul Qahar,

bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan,hasil pekerjaan,

hasil yang menyenangkan hasil yang diperoleh dengan jalan keuletan

kerja. Dalam buku yang sama Nasrun Harahap, berpendapat bahwa

prestasi adalah "penilaian pendidikan tentang perkembangan dan

kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang

disajikan kepada siswa.12

Berdasarkan kajian teori di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar merupakan hasil belajar seseorang yang diperoleh dari suatu

proses pembelajaran dan hasil belajar yang diperolehnya merupakan hasil

dari evaluasi atau penilaian yang dilakukan oleh guru kepada siswanya.

Penilaian tersebut diinterprestasikan dalam bentuk nilai. Maka jelaslah

bahwa prestasi belajar itu adalah hasil maksimal yang diperoleh siswa

dalam jangka waktu tertentu setelah mengikuti berbagai program latihan

dan program pengajaran yang telah disusun dan direncanakan sedemikian

rupa.

Prestasi belajar siswa dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa

yang berupa nilai Ulangan Harian pada mata pelajaran PAI dan budi

pekerti yang diperoleh siswa di SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto.

12 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Cet. IV (Surabaya:
Usaha Nasional, 2010), 20-21
c. Pengertian Metode Problem Based Learning

1. Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “metha” dan “hodos”

metha berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara, jadi metode

adalah jalan atau cara yang dilalui untuk mencapai tujuan.13

Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengajaran. Salah satu

metode yang digunakan dalam pengajaran adalah metode Problem Based

Learning. Metode Problem Based Learning merupakan metode mengajar

yang sangat efektif, karena dapat membantu peserta didik untuk melihat

secara langsung proses terjadinya sesuatu.

Adapun beberapa ahli mendefinisikan, pengertian metode Problem

Based Learning:

a. Tayar Yusuf, “Problem Based Learning berasal dari kata yang berarti

memperagakan atau memperlihatkan proses kelangsungan sesuatu.14

b. Metode Problem Based Learning adalah “suatu metode mengajar

dimana seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta murid

sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang sesuatu proses

suatu kaifah melakukan sesuatu”.15

Jadi kesimpulannya metode Problem Based Learning adalah suatu

metode mengajar dimana seorang guru atau murid sendiri

memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau bagaimana

13 Armai Arif, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam,Jakarta: Ciputat Pers,


2002,40.
14 Tayar Yusuf dkk, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: Raja
Grafindo, 2000, 45.
15 Muhammad Zein, Metodologi Agama,Yogyakarta: AK Group dan Indra Buana,
2008,177.
melakukan jalannya suatu perbuatan tertentu kepada orang lain dalam

bab ini mempraktikkan sujud diluar sholat.


2.
Fungsi Metode Problem Based Learning

Problem Based Learning sebagai suatu metode mengajar tentunya

mempunyai fungsi dalam proses belajar mengajar antara lain:

a. Memberi gambaran yang jelas dan pengertian yang konkrit tentang

suatu proses atau ketrampilan dalam mempelajari konsep ilmu fiqih

dari pada hanya dengan mendengar penjelasan atau keterangan lisan

saja dari guru

b. Menunjukkan dengan jelas langkah-langkah suatu proses atau

ketrampilan-ketrampilan ibadah pada peserta didik

c. Lebih mudah dan efisien dibanding dengan metode ceramah atau

diskusi karena peserta didik bisa mengamati secara langsung

d. Memberi kesempatan dan sekaligus melatih peserta didik mengamati

sesuatu secara cermat

e. Melatih peserta didik untuk mencoba mencari jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan guru.
3.
Langkah-langkah Peggunaan Metode Problem Based Learning

Adapun langkah-langkah dalam penggunaan metode Problem Based

Learning antara lain:

a. Mulailah Problem Based Learning dengan kegiatan-kegiatan yang

metangsang peserta didik untuk berfikir, misalnya melaui


pertanyaan-pertayaan yang mengandung teka teki sehingga

mendorong peserta didik untuk tertarik memperhatikan demonstrai.

b. Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana

yang menegangkan.

c. Yakin bahwa semua peserta didik mengikuti jalannya Problem

Based Learning dengan memperhatikan seluruh reaksi peserta didik.

d. Berikan kesempatan pada peserta didik untuk secara aktif

memikirkan lebih lajut sesuai denagn apa yag dilihat dari proses

Problem Based Learning itu.

C. Metode Penelitian

1. Setting dan penelitian

Penelitian ini dilaksanakn di SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto

selama 2 bulan mulai bulan oktober sampai dengan bulan november 2018.

Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII-B SMP Islam

Brawijaya Kota Mojokerto dengan jumlah 18 anak, seorang guru PAI dan

Budi Pekerti dan seorang pengamat.

Pengambilan data dilakukan dengan teknik tes dan non tes. Teknik tes

meliputi ulangan harian pada siklus I dan akhir siklus II dan non tes

meliputi observasi aktivitas peserta didik, observasi terhadap pembeljaran

guru serta angket tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran guru.

Sebagai tolak ukur penelitian ini, apabila rata-rata nilai ulangan harian

peserta didik dalam kelas mencapai diatas KKM. Indikator keberhasilan

(tolak ukur) penelitian tindakan kelas ini adalah : apabila sekurang-


kurangnya 85% peserta didik memperoleh nilai minimal 75 dengan

rentang nilai 0 sampai dengan 100. meningkatnya aktivitas peserta didik

dalam proses pembeljaran, yaitu apanbila skor aktivitas peserta didik

minimal mencapai 70%.

Prosedur penelitian ini terdiri atas empat kegiatan yang dilakukan

dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus,

yaitu 1).Perencanaan, 2) Tindakan, 3) Pengamatan, 4)Refleksi.

2. Proses tindakan siklus I

Perencanaan.

Dalam perencanaan yang perlu disiapkan meliputi : silabus, rencana

pembelajaran, sistem penilaian dan instrumen penilaian.

Pelaksanaan tindakan.

Pada tahap awal peserta didik diberi penjelasan singkat tentang tugas

yang harus diselesaikan dengan cara diskusi kelompok yang terdiri 3-5

anak. Pada kegiatan ini belum menggunakan Problem Based Learning

dalam materi macam-macam sujud diluar sholat.

Observasi.

Observasi dilakukan bersamaan dengan tindakan, peneliti/pengamat

mengamati kecermatan dan aktivitas siswa dalam diskusi kelompok

dengan membuat catatan lapangan yang dapat digunakan saat refleksi.

Refleksi.

Pada akhir siklus diadakan refleksi dengan cara pemberian tes tertulis

pada peserta didik. Hasil tes dan observasi aktivitas peserta didik
dijadikan dasar perbaikan dan perubahan pada siklus II. Kekurangan

pada siklus I diupayakan untuk diperbaiki dan hal-hal yang baik

dipertahankan dan ditingkatkan pada siklus berikutnya.

3. Proses tindakan siklus II

Perencanaan.

Dalam perencanaan yang perlu disiapkan meliputi : silabus, rencana

pembelajaran, sistem penilaian dan instrumen penilaian.

Pelaksanaan tindakan.

Pada tahap awal peserta didik diberi penjelasan singkat tentang tugas

yang harus diselesaikan dengan cara diskusi kelompok yang terdiri 3

anak. Pada kegiatan ini telah menggunakan metode Problem Based

Learning dalam materi macam-macam sujud diluar sholat.

Observasi.

Observasi dilakukan bersamaan dengan tindakan, peneliti/pengamat

mengamati kecermatan dan aktivitas siswa dalam diskusi kelompok

dengan membuat catatan lapangan yang dapat digunakan saat refleksi.

Refleksi.

Pada akhir siklus diadakan refleksi dengan cara pemberian tes tertulis

pada peserta didik. Hasil tes dan observasi aktivitas peserta didik

dijadikan dasar pengolahan data.

D. Hasil penelitian dan pembahasan


Pada kondisi awal hasil belajar yang rendah, minat dan prestasi siswa

dalam mengikuti pembelajaran PAI dan Budi Pekerti masih kurang, siswa

belum berani mengajukan pertanyaan, susah berlatih soal, tidak berani

mengemukakan pendapat dan kurang aktif. Hal tersebut dijadikan tolak ukur

untuk meningkatkan minat dan prestasi siswa sehingga didapatkan proses dan

hasil pembelajaran yang lebih baik, khusunya pada peningkatan hasil belajar

PAI dan Budi Pekerti materi macam-macam sujud diluar sholat.

Berikut tabel hasil ulangan harian pada kondisi awal

Tabel Kondisi Awal Pre-Test

No Uraian Pre-Test
1 Nilai terendah 55

2 Nilai tertinggi 85

3 Nilai rata-rata 72,5

Berdasarkan tabel diatas dapat direkap, nilai tertinggi 85 dan nilai

terendah 55 dengan rata-rata nilai 72,5 pada pra siklus.

Hasil penelitian siklus I

1. Perencanaan tindakan terdiri dari :a. kegiatan pendahuluan, b. kegiatan inti

peserta didik dibagi kelompok terdiri dari 3-5 siswa, c. penutup.


2. Pelaksanaan tindakan: tindakan dilakukan dengan menggunakan

pembelajaran kontekstual secara berkelompok besar (tiap kelompok 3-5

siswa) pada materi macam-macam sujud diluar sholat.

3. Hasil belajar: berdasarkan analisis hasil diskusi kelompok diperoleh hasil

dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 55. hal ini berarti nilai hasil

diskusi kelompok belum seperti yang diharapkan. Berdasarkan analisis

hasil evaluasi mandiri diperoleh hasil dengan nilai rata-rata 72,5 dan

presentase ketuntasan 33% ini juga berarti nilai hasil belajar belum seperti

yang diharapkan.

4. Hasil refleksi: berdasarkan analisis hasil pengamatan guru, hasil

pengamatan siswa maka dapat diketahui bahwa siklus I indikator

keberhasilan belum tercapai sehingga perlu diadakan tindakan perbaikan

pada silklus II agar hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan.

Hasil penelitian siklus II

a. Hasil observasi terhadap guru: presentase skor 83% artinya secara

keseluruhan hasil observasi sangat baik, hasil ini lebih baik jika dibanding

siklus I.

b. Hasil observasi terhadap siswa: kerjasama siswa dalam kelompok,

keaktifan siswa dalam berdiskusi, keberanian siswa dalam

mempresentasikan hasil diskusi sudah baik. Presentase skor 83% artinya

secara keseluruhan hasil observasi siswa sudah baik.


c. Hasil belajar : berdasarkan analisis hasil evaluasi mandiri diperoleh hasil

dengan nilai rata-rata 82 dan presentase ketuntasan 83%, ini menunjukan

hasil belajar peserta didik sudah sesuai harapan.

Berikut tabel hasil siklus I dan siklus II

Tabel hasil siklus I


No Uraian Siklus I
1 Nilai terendah 70
2 Nilai tertinggi 90
3 Nilai rata-rata 78

Tabel Hasil Siklus II


No Uraian Siklus II
1 Nilai terendah 72
2 Nilai tertinggi 95
3 Nilai rata-rata 82

Berdasarkan tabel diatas dapat direkap, nilai tertinggi 90 dan nilai terendah

70 dengan rata-rata nilai 78 pada siklus I,sedangkan siklus II, nilai tertinggi 95

dan nilai terendah 72 dengan rata-rata 82..

G. Pembahasan

Dari hasil kajian diatas pada pelaksanaan siklus II menunjukan adanya

peningkatan hasil belajar. Diperoleh data pada pre-test hasil belajar 6 siswa

atau 33% tuntas belajar sedangkan 12 siswa atau 67% tidak tuntas belajar.

Hal ini disebabkan karena siswa masih belum tumbuh keaktifan belajarnya,

artinya dengan sebagian dari siswa yakni 12 siswa atau 67% yang
memperoleh nilai dibawah KKM 75. Oleh karena itu perlu perbaikan pada

siklus 1 dan siklus 2.

Setelah adanya perbaikan pembelajaran siklus 1 dan siklus 2, prestasi

belajar siswa mengalami peningkatan 15 siswa yang tuntas belajar dengan

prosentase 83%, sedangkan siswa yang belum tuntas pada siklus 1

berjumlah 12 siswa atau 67%. Dan pada siklus 2 diperoleh nilai-nilai diatas

75 sebanyak 15 siswa atau 83% sedangkan siswa yang mengalami

ketrelambatan sebanyak 3 siswa atau 17%.

H. Penutup

Simpulan : Berdasarkan hasil belajar melalui perbaikan pembelajaran

persiklus diperoleh kesimpulan, bahwa penggunaan metode Problem Based

Learning dapat meningkatkan Prestasi belajar siswa tentang sujud diluar

sholat pada siswa kelas VIII-B semester ganjil SMP Islam Brawijaya Kota

Mojokerto tahun pelajaran 2018/2019.

Saran : berdasarkan hasil penelitian maka dapat diajukan saran-saran

sebagai berikut.

1. Guru Pendidikan Agama Islam SMP Islam Brawijaya kota Mojokerto

sebaiknya menggunakan metode Problem Based Learning untuk

meningkatkan prestasi belajar

2. Hasil penelitian ini sebaiknya digunakan untuk refleksi bagi guru, kepala

sekolah dan orangtua peserta didik.


3. Guru harus pandai dalam memilih model pembelajaran yang sesuai

dalam mata pelajaran sejarah kebudayaan islam sebagai alternatif

pembelajaran .

4. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

agar peserta didik tidak bosan.

Anda mungkin juga menyukai