Bu Hartini mengajar kelas V di satu SD di daerah pegunungan yang dikelilingi oleh hutan.
Jika kita memandang ke arah utara dari halaman SD akan terlihat hutan pinus di kaki
pegunungan yang indah, sedangkan jika kita memandang ke arah barat, mata kita akan
terpaku melihat hutan belantara yang sangat lebat dan dekat. Burung-burung terlihat
berterbangan karena jarak antara hutan dan SD tersebut tidak jauh. Udara di sana cukup sejuk
dengan hawa pegunungan yang terasa cukup segar.
Di kelas V terdapat 15 orang anak. Meskipun secara resmi, bahasa pengantar yang digunakan
adalah Bahasa Indonesia, namun dalam berkomunikasi baik guru maupun murid
menggunakan bahasa daerah. Oleh karena itu nuansa daerah sangat terasa bai di dalam
maupun diluar kelas. Ketika seorang tamu dari luar daerahnya bertanya kepada anak-anak
mereka menjawab dengan bahasa Indonesia dengan patah-patah sehingga sukar dipahami
maksudnya. Bu Hartini membantu memperbaiki jawaban anak tersebut sehingga dapat
dipahami oleh tamunya.
Suatu hari dalam pelajaran IPS, salah satu topik yang akan disampaikan adalah hutan
homogen dan hutan heterogen. Seperti biasa ketika masuk kelas Bu Hartini mengucapkan
salam yang disambut dengan salam serempak oleh anak-anak. kemudian Bu Hartini meminta
anak-anak mengeluarkan buku IPS dan selanjutnya Bu Hartini memulai pelajaran dengan
menuliskan pokok bahasan sumber daya alam, dengan topik/subtopik hutan heterogen dan
hutan homogen. Setelah itu terjadi peristiwa seperti berikut.
Bu Hartini : "anak-anak, hari ini kita akan belajar tentang hutan homogen dan heterogen,
siapa yang tahu apa itu hutan homogen dan hutan heterogen."
Anak-anak terdiam, tidak ada yang menjawab. Sebagian dari mereka ada yang menjawab
dalam bahasa daerah, tetapi jawaban tersebut diajukan kepada temannya bukan kepada guru,
setelah itu terdengar suara cekikikan.
Bu Hartini menuliskan definisi atau pengertian hutan homogen dan hutan heterogen di papan
tulis, kemudian meminta salah seorang siswa membacanya. Anak yang ditunjuk, membaca
dengan terbata-bata dan ucapannya tidak begitu jelas. Bu Hartini kemudian meminta anak-
anak mencatat definisi tersebut dan menhafalkannya. Lima menit kemudian Bu Hartini
menghapus tulisan di papan tulis dan meminta anak-anak secara bergiliran menyebutkan apa
yang dimaksud dengan hutan homogen dan hutan heterogen. Ternyata tidak ada anak yang
mampu menyebutkan definisi itu dengan benar, bahkan mengucapkan kata homogen dan
heterogenpun masih susah.
Pertanyaan: