Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di zaman yang serba canggih ini terkadang kita lupa akan latar belakang
lahirnya hukum yang kita kenal dalam lingkungan kehidupan sosial di
Indonesia dan negara-negara asia lainnya seperti jepang sebagai negara yang
hampir sama dalam latar ideologi yaitu adanya sumber dimana  peraturan-
peraturan hukum yang tidak tertulis tumbuh dan berkembangserta
dipertahankan dengan adat istiadat yang dianut oleh masyarakat tersebut dan
dijadikan sebagai acuan (pedoman).
Latar belakang dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memahami
istilah dan penerapan hukum adat dan kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam
masyarakat khususnya masyarakat hukum adat, serta sebagai implementasi
sosial dan kekerabatan dalam lingkungan masyarakat. Khususnya masyarakat
indonesia yang masih sangat kuat dan eksistensinya tertanam hingga saat in
menjadi pedoman yang tak bisa dipisahkan dengan hukum yang berlaku
sekarang ini. Maka dari itu mari simak beberapa istilah dari “Asas-asas Hukum
Adat”.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini  adalah untuk mengetahui:
1. Apa pengertian Asas Hukum?
2. Bagaimana asas-asas hukum adat?

C. Tujuan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini  adalah untuk mengetahui:
1. Mengetahui pengertian Asas Hukum
2. Mengetahui asas-asas hukum adat

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asas Hukum.


Asas adalah dasar, basis, pondasi, landasan. Sedangkan hukum adalah
seperangkat aturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang isinya berupa
larangan, perintah, maupun dispensasi yang sifatnya memaksa, mengikat dan
ada sanksi ketika terjadi pelanggaran. Jika dihubungkan dengan hukum, yang
dimaksud dengan asas adalah kebenaran yang dipergunakan sebagai tumpuan
berfikir dan alasan pendapat terutama dalam penegakan dan pelaksanaan
hukum. untuk membentuk suatu peraturan perundang-undangan diperlukan
asas hukum, karena asas hukum ini memberikan pengarahan terhadap perilaku
manusia di dalam masyarakat.1
Jadi yang dimaksud dengan asas hukum adalah pokok pikiran yang
bersifat umum yang menjadi latar belakang dari peraturan hukum yang konkret
(hukum  positif).Sebagaimana dikatakan oleh Van Apeldoorn bahwa asas
hukum adalah asas  yang melandasi peraturan hukum positif  yang khusus atau
yang melandasi pranata-pranata hukum tertentu, atau melandasi suatu bidang
hukum tertentu
J. J. H. Bruggink, menyatakan bahwa asas hukum adalah kaidah yang
berpengaruh terhadap kaidah perilaku, karena asas hukum memainkan peranan
pada interprestasi terhadap aturan hukum dan dengan itu menentukan wilayah
penerapan kaidah hukum. Sedangkan menurut E. Utrecht, asas hukum adalah
dasar dari pada peraturan-peraturan hukum, yang mengkualifikasikan beberapa
peraturan hukum, sehingga peraturan-peraturan hukum itu bersama-sama
merupakan satu lembaga hukum.
Satjipto Rahardjo mengatakan bahwa asas hukum adalah jiwanya peraturan di
dalam hukum (Equality before the law), setiap orang harus diperlakukan sama,
hal ini disebabkan :

1 Keebet von Benda-Beckmann. Pluraisme Hukum. (Jakarta: Ford Fondation. 2006)H.66

2
1. Asas hukum merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu
peraturan hukum.
2. Asas hukum sebagai alasan bagi lahirnya peraturan hukum.

B. Asas-asas Pokok Hukum Adat


Asas-asas Pokok dalam Hukum Adat diantaranya :
1. Asas Religio Magis (Magisch-Religieus)
Asas Religio Magis (Magisch-Religieus) adalah pembulatan atau
perpaduan kata yang mengandung unsur beberapa sifat atau cara berpikir
seperti prelogika, animisme, pantangan, ilmu gaib dan lain-lain.
Kuntjaranigrat menerangkan bahwa alam pikiran religiomagis itu
mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:2
Kepercayaan kepada makhluk-makhluk halus, rokh-rokh dan
hantu-hantu yang menempati seluruh alam semesta dan khusus gejala-
gejala alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, tubuh manusia dan benda-benda.
Kepercayaan kepada kekuatan sakti yang meliputi seluruh alam semesta
dan khusus terdapat dalam peristiwa-peristiwa luar biasa, tumbuh-
tumbuhan yang luas biasa, binatang-binatang yang luar biasa, benda-benda
yang luar biasa dan suara yang luar biasa.
Anggapan bahwa kekuatan sakti yang pasif itu dipergunakan
sebagai “magische kracht” dalam berbagai perbuatan ilmu gaib untuk
mencapai kemauan manusia atau menolak bahaya gaib. Anggapan bahwa
kelebihan kekuatan sakti dalam alam menyebabkan keadaan krisis,
menyebabkan timbulnya berbagai macam bahaya gaib yang hanya dapat
dihindari atau dihindarkan dengan berbagai macam pantangan.
Bushar Muhammmad tentang pengertian religio-magis
mengemukakan kata “participerend cosmisch” yang mengandung
pengertian komplek. Orang Indonesia pada dasarnya berpikir, merasa dan
bertindak didorong oleh kepercayaan (religi) kepada tenaga-tenaga gaib

2 Soekanto. Meninjau Hukum Adat Indonesoia. (Jakarta: CV.Rajawali. 1981)h.66

3
(magis) yang mengisi, menghuni seluruh alam semesta (dunia kosmos) dan
yang terdapat pada orang, binatang, tumbuh-tubuhan besar dan kecil,
benda-benda; dan semua tenaga itu membawa seluruh alam semesta dalam
suatu keadaan keseimbangan. Tiap tenaga gaib itu merupakan bagian dari
kosmos, dari keseluruhan hidup jasmaniah dan rokhaniah, “participatie”,
dan keseimbangan itulah yang senantiasa harus ada dan terjaga, dan apabila
terganggu harus dipulihkan. Memulihkan keadaan keseimbangan itu
berujud dalam beberapa upacara, pantangan atau ritus (rites de passage).
2. Asas Komun (Commun)
Asas Komun berarti mendahulukan kepentingan umum daripada
kepentingan diri sendiri. Asas korum merupakan segi atau corak yang khas
dari suatu masyarakat yang masih hidup sangat terpencil atau dalam
hidupnya sehari-hari masih sangat tergantung kepada tanah atau alam pada
umumnya. Dalam masyarakat semacam itu selalu terdapat sifat yang lebih
mementingkan keseluruhan; lebih diutamakan kepentingan umum daripada
kepentingan individual. Dalam masyarakat semacam itu individualitas
terdesak ke belakang. Masyarakat, desa, dusun yang senantiasa memegang
peranan yang menentukan, yang pertimbangan dan putusannya tidak boleh
dan tidak dapat disia-siakan. Keputusan Desa adalah berat, berlaku terus
dan dalam keadaan apapun juga harus dipatuhi dengan hormat, dengan
khidmat
Biasanya dalam masyarakat Indonesia transaksi itu bersifat contant
(tunai) yaitu prestasi dan contra prestasi dilakukan sekaligus bersama-sama
pada waktu itu juga.
3. Asas Contant (Tunai)
Asas contant atau tunai mengandung pengertian bahwa dengan
suatu perbuatan nyata, suatu perbuatan simbolis atau suatu pengucapan,
tindakan hukum yang dimaksud telah selesai seketika itu juga, dengan
serentak bersamaan waktunya tatkala berbuat atau mengucapkan yang
diharuskan oleh Adat. Dengan demikian dalam Hukum Adat segala sesuatu
yang terjadi sebelum dan sesudah timbang terima secara contan itu adalah

4
di luar akibat-akibat hukum dan memang tidak tersangkut patu atau tidak
bersebab akibat menurut hukum. Perbuatan hukum yang dimaksud yang
telah selesai seketika itu juga adalah suatu perbuatan hukum yang dalam
arti yuridis berdiri sendiri. Dalam arti urutan kenyataan-kenyataan,
tindakan-tindakan sebelum dan sesudah perbuatan yang bersifat contan itu
mempunyai arti logis satu sama lain. Contoh yang tepat dalam Hukum Adat
tentang suatu perbuatan yang contant adalah: jual-beli lepas, perkawinan
jujur, melepaskan hak atas tanah, adopsi dan lain-lain.
4. Asas Konkrit (Visual)
Pada umumnya dalam masyarakat Indonesia kalau melakukan
perbuatan hukum itu selalu konkrit (nyata); misalnya dalam perjanjian jual-
beli, si pembeli menyerahkan uang/uang panjer. Di dalam alam berpikir
yang tertentu senantiasa dicoba dan diusahakan supaya hal-hal yang
dimaksudkan, diinginkan, dikehendaki atau akan dikerjakan
ditransformasikan atau diberi ujud suatu benda, diberi tanda yang kelihatan,
baik langsung maupun hanya menyerupai obyek yang dikehendaki (simbol,
benda yang magis).
Di samping itu, asas-asas hukum yang diperlukan bagi
pembentukan peraturan perundang-undangan dapat dibedakan ke dalam :
a. Asas hukum yang menentukan politik.
b. Asas hukum yang menyangkut proses pembentukan peraturan
perundang-undangan (proses legislasi).
c. Asas hukum yang menyangkut aspek-aspek formal/struktural
/organisatoris dari tata hukum nasional.
d. Asas hukum yang menentukan ciri dan jiwa tata hukum nasional.
e. Asas hukum yang menyangkut subtansi peraturan perundang-undangan.
Itulah inti dari asas-asas yang akan mendasari terbentuknya suatu hukum,
5 asas pokok itulah yang menjadi sari pati pembentukan hukum atau istilah
lainnya yakni asas universal.Oleh karena asas hukum yang bukan universal
dipengaruhi oleh tempat dan waktu, maka asas hukum pada suatu negara itu
berbeda.

5
Secara rinci asas hukum Nasional di Indonesia antara lain :
a. Asas manfaat : segala usaha dan kegiatan pembangunan harus dapat
dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi masyarakat, bagi peningkatan
kesejateraan masyarakat dan bagi pengembangan pribadi warga negara.
b. Asas usaha bersama dan kekeluargaan : bahwa usaha mencapai cita-cita
dan aspirasi-aspirassi bangsa harus merupakan usaha bersama dari bangsa
dan seluruh rakyat yang dilakukan secara gotong-royong dan dijiwai oleh
semangat kekeluargaan.
c. Asas demokrasi : demokrasi berdasarkan pancasila yang meliputi bidang-
bidang politik, sosial dan ekonomi serta yang dalam penyelesaian masalah-
masalah nasional berusaha sejauh mungkin menempu jalan
permusyawaratan untuk mencapai mufakat.
d. Asas adil dan merata : bahwa hasil-hasil materil dan spiritual yang dicapai
dalam pembangunan harus dapat dinikmati merata oleh seluruh bangsa dan
bahwa tiap-tiap warga negara berhak menikmati hasil-hasil pembangunan
yang layak diperlukan bagi kemanusiaan dan sesuai dengan nilai darma
baktinya yang diberikannya kepada bangsa dan negara.
e. Asas perikehidupan dalam keseimbangan : keseimbangan antara
kepentingan-kepentingan, yaitu antara kepentingan duniawi dan akhirat,
antara kepentingan materiil dan spiritual, antara kepentingan jiwa dan raga,
antara kepentingan individu dan masyarakat, antara kepentingan nasional
dan internasional.
f. Asas kesadaran hukum : setiap warga negara Indonesia selalu sadar dan
taat pada hukum, dan mewajibkan negara menegakkan dan menjamin
kepastian hukum.
g. Asas kepercayaan pada diri sendiri : yaitu perwujudan kepulauan nusantara
sebagai satu kesatuan politik, satu kesatuan sosial budaya, satu kesatuan
ekonomi, dan satu kesatuan pertahanan dan keamanan. Dalam pengertian
kesatuan politik tercakup pengertian bahwa seluruh kepulauan nusantara
merupakan satu kesatuan hukum, hanya ada satu hukum nasional yang
mengabdi pada kepentingan nasional.           

6
Demikianlah asas-asas hukum nasional yang dirumuskan simposium dan
yang telah disebutkan sebagai asas-asas hukum yang ditemukan dalam
pancasila dan UUD 1945.
Satjipto Rahardjo menyatakan, asas hukum merupakan jantungnya
peraturan hukum, karena ia merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya
peraturan hukum. Asas hukum juga merupakan alasan bagi lahirnya peraturan
hukum. Asas hukum ini tidak akan habis kekuasaannya karena telah
melahirkan suatu peraturan hukum, melainkan akan tetap saja ada dan akan
melahirkan peraturan hukum selanjutnya.
Asas hukum itu mengandung nilai-nilai dan tuntutan-tuntutan etik.
Karenanya asas hukum merupakan jembatan antara peraturan-peraturan hukum
positif dengan cita-cita sosial dan pandangan etik masyarakat. Melalui asas
hukum ini peraturan-peraturan hukum berubah sifatnya menjadi bagian-bagian
dari suatu tatanan etik. Karena adanya ikatan internal antara asas-asas hukum,
maka hukum merupakan suatu sistem, yaitu sistem hukum.
Asas-asas hukum sesungguhnya tidak hanya yang kami sebutkan di atas
tetapi ada lebih banyak lagi, di bawah ini kami akan menyebutkan asas-asas
hukum yang ada dalam berbagai bidang kehidupan.
Berikut ini terdapat beberapa asas hukum yang menjadi rujukan dalam
proses pembentukan hukum yang kami kutip dalam buku pengantar ilmu
hukum, antara lain :
1. Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali ( tiada suatu
perbuatan dapat dihukum, kecuali atas kekuatan ketentuan pidana dalam
undang-undang yang telah ada lebih dahulu daripada perbuatan itu ).
2. Opinio necessitatis (keyakinan atas sesuatu menurut hukum adalah perlu
sebagai syarat untuk timbulnya hukum kebiasaan ).
3. Pacta sunt servanda (setiap perjanjian itu mengikat para pihak dan harus
ditaati dengan itikad baik ).

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hukum adat merupakan hukum murni yang lahir di Indonesia, walau
tidak ditulis pada sebuah kitab tersendiri, namun hukum adat tetap mendapat
tempat di masing-masing hati masyarakat Indonesia dan dipatuhi sama halnya
dengan hukum tertulis lainnya. Perlu kita sadari bahwa mempelajari,
memahami, dan mengaplikasikan hukum adat sangatlah penting, karna hukum
adat merupakan jati diri dari bangsa kita yang mampu memperkokoh persatuan
bangsa. Walau terdapat perbedaan hukum di tiap-tiap daerah, namun perbedaan
itulah yang menjadikan kita sebagai bangsa yang besar dan berbeda dengan
negara lain.

B. Saran
Demikianlah makalah ini saya persembahkan.Tentunya masih banyak
kekurangan dan kesalahan dalam penyususnan makalah ini mengingat
keterbatasan penulis sebagai manusia biasa yang tidak biasa terlepas dari
skhilaf dan salah.Kritik dan saran dari pembaca yang konstruktif sangat
penulis harapkan sebagai bahan evaluasi agar selanjutnya dapat menjadi lebih
baik lagi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Keebet von Benda-Beckmann. 2006. Pluraisme Hukum. Jakarta: Ford Fondation.


Soekanto. 1981. Meninjau Hukum Adat Indonesoia. Jakarta: CV.Rajawali.
Soepomo. 1993. Hukum Adat. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Warjiyati, Sri. 2006. Memahami Hukum Adat. Surabaya: IAIN Surabaya.

9
DAFTAR ISI.

KATA PENGANTAR ......................................................................................


DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................
C. Tujuan Masalah................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Asas Hukum..................................................................
B. Asas-asas hukum adat.....................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
10
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim
Alhamdulillah, Puji beserta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
mampu menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini berisikan tentang penjelasan “Asas-asas Hukum Adat”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini .
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir . Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita . Amin .

Sungai Penuh, Maret 2018

i11
12

Anda mungkin juga menyukai