Uts Manajemen Kep, Silfia Aulia (1810105030), Kep.7a, Dengan Buk As
Uts Manajemen Kep, Silfia Aulia (1810105030), Kep.7a, Dengan Buk As
MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI
S
U
S
U
N
Oleh :
Silfia Aulia
(1810105030)
Keperawatan 7 A
Dosen Pengampuh :
2021
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan seluruh
rahmat dan nikmatnya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
makalah Manajemen Keperawatan. Penulis sadar masih banyak kekurangan yang perlu
diperbaiki dalam membuat makalah ini.
Dapat kesempatan ini, penulis haturkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dimana pihak yang telah mendukung penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini. Penulis berharap semoga laporan ini bisa bermanfaat serta dapat membantu bagi
perkembangan STIKes Alifah Padang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
A. Latar Belakang....................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................3
C. Tujuan Masalah...................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
BAB III.....................................................................................................................................57
PENUTUP................................................................................................................................57
a. Kesimpulan.......................................................................................................................57
b. Saran.................................................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................58
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia. Untuk
mencapai tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan keperawatan, pasien
membutuhkan manajer perawat yang terdidik dalam pengetahuan dan ketrampilan tentang
perilaku manusia untuk mengelola perawat profesional serta pekerja keperawatan non
profesional.
Bawahan memerlukan rasa aman dan akan memperjuangkan untuk melindungi diri
dari ancaman yang bersifat semu atau yang benar – benar ancaman terhadap tidak
terpenuhinya kebutuhan dalam situasi kerja.
Untuk dapat melakukan hal tersebut di atas, baik atasan maupun bawahan perlu
memahami tentang pengelolaan kepemimpinan secara baik, yang pada akhirnya akan
terbentuk motivasi dan sikap kepemimpinan yang profesional.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Apa kepemimpinan efektif dalam manajemen keperawatan ?
2. Apa gaya kepemimpinan dan aplikasi dalam manajemen keperawatan ?
3. Apa model kepemimpinan dalam manajemen keperawatan ?
4. Apa prinsip dasar dan pilar manajemen keperawatan ?
C. Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah di atas mata tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui kepemimpinan efektif dalam manajemen keperawatan.
2. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan dan aplikasi dalam manajemen
keperawatan.
3. Untuk mengetahui model kepemimpinan dalam manajemen keperawatan.
4. Untuk mengetahui prinsip dasar dan pilar manajemen keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang sehingga
orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain bersedia dan dapat
menyelesaikan tugas – tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya.
b. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau
sekelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
c. Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang dimiliki
seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut secara sukarela mau dan bersedia
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan ( Georgy R. Terry ).
d. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam suatu situasi
tertentu ( Paul Hersay, Ken Blanchard ).
Dapat dipahami dari empat batasan di atas bahwa kepemimpinan akan muncul apabila
ada seseorang yang karena sifat – sifat dan perilakunya mempunyai kemampuan untuk
mendorong orang lain untuk berpikir, bersikap, dan ataupun berbuat sesuatu sesuai dengan
apa yang diinginkannya.
a. Teori Kepemimpinan
Teori orang besar ( the great men theory ) atau teori bakat ( Trait theory ) ini adalah
teori klasik dari kepemimpinan. Di sini disebutkan bahwa seorang pemimpin dilahirkan,
artinya bakat – bakat tertentu yang diperlukan seseorang untuk menjadi pemimpin
diperolehnya sejak lahir.
Bertolak belakang dengan teori bakat ialah teori situasi ( situasional theory ). Teori
ini muncul sebagai hasil pengamatan, dimana seseorang sekalipun bukan keturunan
pemimpin, ternyata dapat pula menjadi pemimpin yang baik. Hasil pengamatan tersebut
menyimpulkan bahwa orang biasa yang jadi pemimpin tersebut adalah karena adanya situasi
yang menguntungkan dirinya, sehingga ia memiliki kesempatan untuk muncul sebagai
pemimpin.
Sekalipun teori situasi kini banyak dianut, dan karena itu masalah kepemimpinan
banyak menjadi bahan studi, namun dalam kehidupan sehari – hari sering ditemukan adanya
seorang yang setelah berhasil dibentuk menjadi pemimpin, ternyata tidak memiliki
kepemimpinan yang baik. Hasil pengamatan yang seperti ini melahirkan teori ekologi, yang
menyebutkan bahwa seseorang memang dapat dibentuk untuk menjadi pemimpin, tetapi
untuk menjadi pemimpin yang baik memang ada bakat – bakat tertentu yang terdapat pada
diri seseorang yang diperoleh dari alam.
1) Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok. Memilih
pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan dan dalam bidang profesinya.
2) Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami kebutuhan sendiri
serta kebutuhan orang lain.
Dikatakan efektif bila pengikutnya melihat pemimpin sebagai seorang yang bersama – sama
mengidentifikasi tujuan dan menentukan alternatif kegiatan.
1) Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia
( hubungan antar manusia ).
Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok meliputi : norma, nilai – nilai
kemampuannya, pola komunikasi, tujuan, ekspresi dan keakraban kelompok.
Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting karena setiap individu unik
dan masing – masing mempunyai kontribusi yang berbeda.
Disebut juga kepemimpinan diktator atau directif. Orang yang menganut pendekatan ini
mengambil keputusan tanpa berkonsultasi dengan para bawahannya yang harus
melaksanakan keputusannya atau karyawan yang dipengaruhi keputusan tersebut.
Gaya kepemimpinan ini dikenal pula dengan kepemimpinan konsultif atau konsensus. Orang
yang menganut pendekatan ini melibatkan para karyawan yang harus melaksanakan
keputusan dalam proses perbuatannya. Sebenarnya yang membuat keputusan akhir adalah
pemimpin, namun sebelumnya telah menerima masukan dan rekomendasi dari anggota tim.
Gaya kepemimpinan ini juga dikenal dengan istilah kepemimpinan terbuka, bebas dan non
directif. Orang yang menganut pendekatan ini hanya sedikit memegang kendali dalam proses
pengambilan keputusan. Ia menyajikan informasi mengenai sesuatu permasalahan dan
memberikan kesempatan kepada anggota tim ( bawahan ) untuk mengembangkan strategi dan
pemecahannya.
Gaya kepemimpinan ini juga disebut kepemimpinan berdasarkan hasil-hasil atau sasaran.
Orang yang menganut pendekatan ini meminta anggota tim / bawahannya untuk memusatkan
perhatian hanya pada tujuan / sasaran yang ada.
Gaya kepemimpinan ini dikeanl sebagai kepemimpinan tidak tetap. Asumsi yang digunakan
dalam gaya ini adalah bahwa tidak ada suatupun gaya kepemimpinan yang tepat bagi setiap
manager dalam semua kondisi.
Pada era globalisasi, dalam dunia keperawatan para manager keperawatan tidak hanya
melakukan pendekatan terhadap 5 gaya kepemimpinan yang disebut diatas. Namun harus
memiliki gaya kepemimpinan yang berdasarkan nilai-nilai luhur keperawatan yang
didasarkan pada falsafah keperawatan dengan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat
melalui manajemen operasional dan manajemen asuhan keperawatan.
13. Gembira.
Menurut dalam bukunya "The Management of Patient Care " memaparkan tentang kegiatan-
kegiatan untuk mencapai kepemimpinan yang efektif melalui :
Adalah pekerjaan / kegiatan yang harus dilakukan oleh perawat. Untuk itu diperlukan
koordinasi sehingga semua kegiatan dapat dikerjakan dengan baik. Adalah menjadi suatu
kewajiban perawat menciptakan suasana yang memberikan kenyamanan dan keamanan pada
pasien melalui suatu pengorganisasian yang baik.
2. Membuat penegasan dan memberi pengarahan (making assigments and giving
directions)
Dengan berbagai metode dalam memberi penugasan di rumah sakit maka diperlukan
memberi pengarahan secara jelas dan singkat.
Bimbingan adalah suatu alat yang penting dalam keperawatan. Pemimpin harus memiliki
kemampuan untuk membantu stafnya dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan,
sehingga pasien mendapat kepuasan dalam asuhan keperawatan.
4. Mendorong kerja sama dan partisipasi (Encouraging cooperation and participation)
Kerjasama merupakan hubungan yang erat untuk dapat berpartisipasi, misalnya perawat
melakukan kesalahan maka berikan informasi dan jelaskan melalui suatu diskusi. Hargai
upaya yang telah dilakukan sehingga nanti dapat mengkoreksi kesalahannya. Oleh karena itu
proses kepemimpinan keperawatan dalam kerja sama tim (team work) adalah sangat penting
sehingga dapat meningkatkan kerja sama antara perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
Mengawasi staf perawat dan pekerjaannya merupakan tanggung jawab yang besar dari
seorang pemimpin keperawatan. Dibutuhkan kemampuan untuk meneliti asuhan keperawatan
yang dibedakan pada pasien dengan aspek individunya. Untuk dibutuhkan juga di dalam
pengawasan / observasi tidak hanya penampilan fisik tetapi kemungkinan emosi dan
pengertian dari staf dalam memberi asuhan keperawatan.
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menganalisa kekuatan dan kelemahan staf
dalam bekerja sehingga dapat mendorong mereka bekerja dengan baik. Seorang pemimpin
juga harus mengevaluasi dirinya sendiri baik sebagai perawat ataupun sebagai peminpin
secara jujur.
Berdasarkan pengalaman mengembangkan model PKP dan masukan dari berbagai pihak
perlu dipikirkan untuk mengembangkan suatu model PKP yang disebut Model Praktek
Keperawatan Profesional Pemula (PKPP). Ada beberapa jenis model PKP yaitu:
Manajemen melibatkan orang-orang sebagai upaya untuk bekerja dan mengelola suatu
pekerjaan untuk memperoleh hasil dan mencapai tujuan yang telah ditentukan.
“to manage” adalah kata kerja yang sering digunakan mengandung arti “control” yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi mengelola, menangani atau
mengendalikan.
Manajemen menggunakan manusia maupun sumber daya lainnya untuk mencapai sebuah
tujuan melalui proses yang meliputi: planning, organizing actuating and controlling.
1) Manajemen keperawatan selayaknya berlandaskan pada suatu perencanaan karena
melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan
keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana.
2) Manajemen keperawatan dapat dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif.
Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun suatu perencanaan
yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan sebelumnya.
Pengendalian yakni salah satu elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian
tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan sebuah
prinsip – prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan
memperbaiki kekurangan.
Membagi fungsi-fungsi pokok manajemen ke dalam empat proses, yaitu:
a. Planning
b. Organizing
c. Actuating
a) Pengklasifikasian Pasien
Berdasarkan metode triage yakni START (Simple Triage And Rapid Treatment) untuk
pengelompokkan pasien sesuai berat ringannya masalah pada pasien. Pengklasifikasian
pasien, antara lain:
1. Merah (High Priority) pasien cedera berat atau mengancam jiwa dan memerlukan
penanganan segera. a) Gagal napas
b) Cedera thoracoabdominal
c) Syok atau perdarahan berat
d) Luka bakarderajat III (Full Thickness)
2. Kuning (Intermediate Priority) pasien cedera yang dipastikan tidak mengancam
jiwa dalam waktu dekat. Dapat ditunda hingga beberapa jam. a) Cedera abdomen
tanpa syok
b) Cedera region thorac tanpa gangguan respirasi
c) Fraktur mayor tanpa syok
d) Cedera kepala atau servikal tanpa gangguan kesadaran
e) Lukar bakar derajat I (Superficial)
3. Hijau (Low Priority) pasien cedera ringan yang tidak memerlukan stabilisasi
segera, tidak mengancam jiwa dan tidak menimbulkan kecacatan.
a) Cedera jaringan lunak
b) Fraktur dan dislokasi ekstremitas
c) Cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas
d) Gawat darurat psikologis
4. Hitam pasien meninggal atau cedera fatal yang tidak memunginkan untuk
resusitasi.
b) Kebutuhan Tenaga Perawat
Nursalam (2014) memaparkan ada berbagai cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat
untuk suatu ruangan. Namun dalam kajian teori ini akan dipaparkan cara perhitungan
kebutuhan tenaga menurut Douglas. Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan
dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi pasien (tingkat ketergantungan).
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian atau organizing didefinisikan sebagai pengelompokan aktivitas
untuk mencapai tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara
dari pengkordinasian aktivitas yang tepat baik vertikal maupun horizontal serta
bertanggung jawab untuk mencapai tujuan. Bentuk pengorganisasian dalam ruangan
MPKP meliputi penyusunan struktur organsisasi, daftar dinas ruangan dan daftar pasien.
Penyusunan struktur organisasi dibuat untuk menunjukkan adanya pembagian kerja. Selain
itu struktur organisasi dibuat guna menunjukkan spesialisasi pekerjaan di dalam ruangan
MPKP.
1) Metode Penugasan
a) Metode Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan kelompok pasien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif. Metode ini digunakan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar
belakang pendidikan dan kemampuannya. Tujuan metode penugasan keperawatan tim
untuk memberikan keperawatan yang berpusat pada pasien.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2–3 tim/group yang terdiri dari tenaga professional, teknikal dan pembantu dalam
satu grup kecil yang saling membantu.
Kelebihan :Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung
pelaksanaan proses keperawatan, memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik
mudah diatasi dan memberi kepuasan pada anggota tim.Kelemahan: komunikasi antar
anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan
waktu, yang sulit dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Konsep Metode Tim menurut Kron & Gray pelaksanaan model tim harus berdasarkan
konsep berikut:
a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan teknik
kepemimpinan.
b) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
c) Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
d) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila
didukung oleh kepala ruang.
b) Dalam Pengorganisasian
• Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
• Merumuskan tujuan metode penugasan.
• Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.
• Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua tim, dan ketua
tim membawahi 2-3 perawat.
• Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain.
• Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
• Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
• Mendelegasikan tugas saat kepala ruangan tidak berada di tempat kepada ketua
tim.
• Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi psien
• Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya.
• Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
c) Dalam Pengarahan
• Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim. Memberi pujian
pada anggota tim
• Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
• Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berkaitan dengan askep
pasien.
• Melibatkan bawahan dari awal hingga akhir kegiatan.
• Membimbing bawahan yang kesulitan dalam melaksanakan tugasnya.
• Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
d) Dalam Pengawasan
• Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua
tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan.
• Melalui supervisi: (a) pengawasan langsung dilakukan melalui inspeksi,
mengamati sendiri, atau melalui laporan langsung secara lisan, dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelamahan yang ada saat itu juga, (b)
pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim, membaca
dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama atau
sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar
laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas, (c) evaluasi, (d) mengevaluasi
upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang
telah disusun bersama ketua tim, (e) audit keperawatan.
Skema penugasan pada metode penugasan tim dapat dilihat pada Gambar 2.
Kepala ruangan
Keperawatan Tim
b) Metode Primer
Metode primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana perawat
professional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan
pasien selama 24 jam. Menurut Nursalam (2014), metode penugasan dimana satu orang
perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien
mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Tanggung jawab meliputi pengkajian
pasien, perencanaan, implementasi, dan evaluasi askep dari sejak pasien masuk rumah
sakit hingga pasien dinyatakan pulang ini merupakan tugas utama perawat primer yang
dibantu oleh perawat asosiet. Perawat yang menggunakan metode keperawatan primer
dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse).
Pada metode keperawatan primer terdapat kontinuitas keperawatan dan bersifat
komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan. Setiap perawat primer biasanya
mempunyai 4–6 pasien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama pasien dirawat di
rumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan
koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana
pulang pasien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan
asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse).
Kelebihan:
• Bersifat kontinuitas dan komprehensif.
• Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri.
• Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit (Gillies,
dalam Nursalam).
• Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu
tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan,
proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model
primer karena senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu
diperbarui dan komprehensif. Kelemahan: metode ini hanya dapat dilakukan oleh
perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan
kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat,
menguasai keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mempu berkolaborasi
dengan berbagai disiplin ilmu.
Konsep Dasar Metode Primer
a) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
b) Ada otonomi.
c) Ketertiban pasien dan keluarga.
Tugas Perawat Primer
a) Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.
b) Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas.
d) Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin ilmu lain maupun perawat lain.
e) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
f) Menerima dan menyesuaikan rencana.
g) Meyiapkan penyuluhan untuk pulang.
h) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di
masyarakat.
i) Membuat jadwal perjanjian klinis.
j) Mengadakan kunjungan rumah.
Sekalipun dalam memberikan askep dengan menggunakan metode ini di lakukan oleh dua
hingga tiga perawat, tanggung jawab yang paling besar tetap ada pada perawat
professional. Perawat professional juga memiliki kewajiban untuk membimbing dan
melatih nonprofessional. Apabila perawat professional sebagai ketua tim tidak masuk
tugas dan tanggung jawab dapat digantikan oleh perawat professional lainnya. Peran
perawat kepala ruang diarahkan dalam hal membuat jadwal dinas dengan
mempertimbangkan kecocokan anggota untuk bekerja sama, dan berperan sebagai
fasilitator, pembimbing serta motivator.
Perawat Primer
a) Membuat perencanaan asuhan keperawatan
b) Mengadakan tindakan kolaborasi
c) Memimpin timbang terima
d) Mendelegasikan tugas
e) Memimpin ronde keperawatan
f) Mengevaluasi pemberian asuhan keperawatan
g) Bertanggung jawab terhadap pasien
h) Memberi petunjuk bila pasien akan pulang
i) Mengisi resume keperawatan
Perawat asosiate
a) Memberikan asuhan keperawatan
b) Mengikuti timbang terima
c) Melaksanakan tugas yang didelegasikan
d) Mendokumentasikan tindakan keperawatan
2) Membuat jadwal dinas dan daftar pasien
Daftar dinas ruangan mencakup jadwal dinas, nama perawat yang bertugas dan nama
perawat yang bertanggung jawab dalam jadwal dinas tersebut. Daftar dinas disusun
berdasarkan tim dan dibuat untuk kurun waktu 1 minggu. Hal ini mempermudah perawat
untuk mempersiapkan dan mengetahui tugas yang akan dilakukannya. Setiap tim memiliki
anggota yang berdinas pagi, sore dan malam serta yang lepas dinas atau libur.
Daftar pasien berisi informasi tentang nama pasien, nama dokter yang merawatnya,
nama perawat ketua tim, nama perawat pelaksana yang bertanggung jawab terhadap pasien
yang bersangkutan serta alokasi perawat saat menjalankan dinas pada setiap jadwal jaga.
Daftar pasien adalah daftar nama sejumlah pasien yang menjadi tanggung jawab tiap tim
selama 24 jam. Setiap pasien dalam ruangan MPKP memiliki perawat pada setiap jadwal
dinas yang bertanggung jawab terhadap pasien tersebut selama dirawat, sehingga terwujud
perawatan pasien yang holistik. Daftar pasien juga memberikan informasi kepada kolega
kesehatan lain dan keluarga agar dapat berkolaborasi tentang perkembangan dan perawatan
pasien. Daftar pasien diruangan diisi oleh ketua tim yang bersangkutan sebelum operan
dinas pagi ke dinas sore. Alokasi pasien terhadap perawat yang berdinas pagi, sore atau
malam dilakukan oleh ketua tim berdasarkan jadwal dinas.
a. Pengarahan
Pengarahan atau directing dalah suatu usaha untuk penerapan perencanaan dalam
bentuk tindakan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Ada
beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pengarahan dalam ruangan MPKP yaitu
menciptakan budaya motivasi, melakukan komunikasi efektif pada operan antar jadwal
dinas, preconference dan postconference, manajemen konflik, supervisi serta
pendelegasian. Di dalam ruangan MPKP penciptaan iklim motivasi diterapkan dengan
beberapa cara, diantaranya adalah :
a. Pemberian reinforcement positif yaitu menguatkan perilaku positif dengan
memberikan reward. Reward yang dimaksud adalah membudayakan dalam tim
untuk membudayakan pemberian pujian yang tulus antar karyawan.
b. Melakukan doa bersama sebelum memulai kegiatan yang dilakukan setiap
pergantian dinas. Hal ini bertujuan agar timbul kesadaran diri dan dorongan
spiritual.
c. Membantu mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah setiap personil
dengan cara kepala ruangan mampu untuk berkomunikasi intensif dengan semua
staf baik ketua tim maupun perawat pelaksana untuk mempererat hubungan.
d. Melakukan pengembangan jenjang karier dan kompetensi para staf.
e. Melakukan sistem reward yang adil sesuai dengan kinerja yang telah
dilakukan staf.
Seperti dalam semua organisasi, maka komunikasi juga berperan penting dalam penerapan
MPKP di dalam ruangan perawatan. Komunikasi yang tidak akan akan membawa dampak
yang tidak baik pula untuk kelangsungan organisasi dalam mencapai tujuan. Komunikasi
adalah tukar menukar pikiran, perasaan, pendapat dan saran yang terjadi antar dua manusia
atau lebih yang bekerja sama. Terdapat beberapa bentuk komunikasi di dalam ruangan
MPKP yaitu operan, preconference dan postconference.
1. Timbang Terima
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan
dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima
pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan
lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan
atau belum dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat
sehingga berkesinambungan dan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.
Timbang terima dilakukan oleh ketua tim keperawatan kepada ketua tim (penanggung
jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan. Manfaat timbang terima
yaitu:
Bagi perawat
• Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
• Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat.
• Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan.
• Perawat dapat mengikuti perkerbangan pasien secara paripurna.
Bagi pasien
Pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap
(Nursalam).
PASIEN
TINDAKAN
2. Komunikasi SBAR
Komunikasi SBAR adalah suatu cara atau standar untuk berkomunikasi yang
MASALAH : bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien karena membantu
1. TERATASI
individu berkomunikasi satu sama lain untuk mencap2.3. BELUM
TERATASITERATASI SEBAGIAN ai satu tujuan atau harapan. Komunikasi SBAR
adalah suatu strategi komunikasi yang 4. MUNCUL MASALAH BARU dipakai oleh tim
pelayanan kesehatan dalam melaporkan maupun menyampaikan keadaan pasien kepada
teman sejawat agar pesan yang diberikan dapat diterima dengan baik (Yasminah, 2000). Alur
Operan Pasien
Komunikasi SBAR dilakukan pada saat timbang terima (handover), pindah ruang
rawat maupun melaporkan kondisi pasien ke dokter atau tim kesehatan lain seperti tim
gizi, radiologi, laboratorium dan lain sebagainya.
3. Supervisi
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan
pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan
secara efisien dan efektif. Menurut Depkes, supervisi keperawatan adalah kegiatan
pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara
berkesinambungan oleh supervisi mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah
ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat.
Unsur–unsur pokok dalam supervisi adalah:
1) Pelaksana
Adalah atasan yang memiliki kelebihan dalam pengetahuan dan keterampilan. Tingkat
manajer dalam melakukan supervisi adalah:
a) Manajer puncak/top manager (misalnya : Kakanwil Depkes, Kadinkes daerah
dan Direktur RS)
b) Manajer menengah/middle manager (misal: kepala bagian tata usaha, kepala
bidang, Kasubdin Provinsi)
c) Manajer tingkat petama/First Line Manager( misal: Kepala Seksi dan Kepala
Urusan).
2) Sasaran
Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan yang
melakukan pekerjaan.
3) Frekuensi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berbeda. Supervisi yang dilakukan hanya
sekali, bukanlah supervisi yang baik. Tidak ada pedoman yang pasti tentang seberapa
sering supervisi dilakukan, tergantung derajat kesulitan pekerjaan.
4) Tujuan
Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung sehingga
bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan
dengan hasil baik.
5) Teknik
Kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya mencakup empat hal pokok yaitu
menetapkan masalah dan prioritas, menetapkan penyebab masalah atau prioritas/jalan
keluar, melaksanakan jalan keluar, menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut
berikutnya.
Langkah – langkah supervisi ada tiga yaitu:
1) Mengadakan persiapan pengawasan
2) Menjalankan pengawasan
3) Memperbaiki penyimpangan
Prinsip Supervisi :
1) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
2) Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan hubungan
antarmanusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan
kepemimpinan.
3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi, dinyatakan melalui
petunjuk dan peraturan, uraian tugas, serta standar.
4) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara supervisor dan
perawat pelaksana.
5) Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rancana spesifik.
6) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreatifitas,
dan motivasi.
7) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam pelayanan
keperawatan yang memberi kepuasan pasien, perawat, dan manajer.
Alur Supervisi
K epala Bidang
Keperawatan
Kepala Seksi
Keperawatan
Kepala Instalasi
Rawat Inap
PRA Menetapkan kegiatan dan tujuan serta Supervisi
instrumen/alat ukur
Kepala Ruangan
Langkah Supervisi
1) Pra Supervisi
• Menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
• Menetapkan tujuan.
2) Pelaksanaan Supervisi
• Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen yang telah
disiapkan.
• Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
• Supervisor memanggil Ketua Tim dan AN untuk mengadakan pembinaan dan
klarifikasi permasalahan.
• Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan memvalidasi data sekunder.
3) Pasca Supervisi
• Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair).
• Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi.
• Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan.
Teknik Supervisi
1) Proses Supervisi keperawatan terdiri atas 3 elemen kelompok, yaitu:
• Mengacu pada standar asuhan keperawatan
• Fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai pembanding untuk menetapkan
pencapain.
• Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kulitas asuhan
keperawatan
2) Area Supervisi
Secara aplikasi area supervisi keperawatan meliputi:
• Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien
• Pendokumentasian asuhan keperawatan Pendidikan kesehatan melalui
Perencanaan Pulang Pengelolaan logistik dan obat.
• Penerapan metode ronde keperawatan dalam menyelesaikan masalah keperawatan
pasien
• Pelaksanaan timbang terima.
Cara Supervisi
Supervisi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1) Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung dimana
supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, umpan balik dan perbaikan.
2) Secara tidak langsung
Supervisi dilakukan nelalui laporan baik tertulis maupun lisan. Supervisor tidak melihat
langsung apa yang terjadi di lapangan.
4. Preconference
Preconfrence adalah komunikasi yang dilakukan antara ketua tim dan perawat
pelaksana yang dilakukan setelah perawat-perawat dalam ruangan MPKP melakukan
operan. Preconference membahas tentang rencana kegiatan perawat dalam jadwaldinas
tersebut termasuk didalamnya adalah rencana masing-masing perawat (rencana harian) dan
rencana tambahan dari ketua tim.
5. Postconference
Poscofrenceadalah komunikasi antara ketua tim dan perawat pelaksana yang
membahas hasil-hasil kegiatan sepanjang jadwal dinas dan dilakukan sebelum
dilakukannya operan kepada jadwal dinas berikutnya. Dalam postconference dibicarakan
juga hasil dari asuhan keperawatan dari masing-masing perawat pelaksana dan hal-hal
penting apa yang akan disampaikan pada saat operan sebagai tindak lanjut asuhan
keperawatan.
6. Manajemen konflik
Dalam sebuah organisasi, konflik sangat mungkin terjadi antar individu yang bekerja
di suatu tempat yang sama. Konflik ini terjadi karena sekumpulan orang memiliki latar
belakang, sifat, karakter dan cara pandang yang berbeda. Ruangan MPKP pun tidak
terbebas dari konflik karena alasan-alasan tersebut. Penangananan konflik dapat berupa
melakukan kompetisi atau bersaing, berkolaborasi, menghindar, akomodasi atau
berkompromi. Tetapi penyelesaian konflik yang dianjurkan adalah dengan melakukan
kolaborasi, karena cara ini dapat untuk memuaskan kedua belah pihak yang sedang
mengalami konflik. Pihak yang sedang mengalami konflik didorong untuk menyelesaikan
masalah yang mereka hadapi dengan jalan mencari atau menemukan persamaan
kepentingan sehingga tidak ada salah satu pihakpun yang merasa dirugikan.
7. Pendelegasian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Pendelegasian sangat
diperlukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai tujuan organisasi.
Pendelegasian dalam ruangan MPKP dilaksanakan dalam bentuk pendelegasian kepala
ruangan kepada perawat primer atau ketua tim, dan perawat primer atau ketua tim kepada
perawat pelaksana atau perawat asosiet. Mekanisme pendelegasian ini adalah pelimpahan
tugas dan wewenang, dan dilakukan secara berjenjang. Dalam penerapannya,
pendelegasian terbagi atas pendelegasian terencana dan pendelegasian insidental (sewaktu-
waktu). Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi sebagai
konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan di ruang MPKP. Sedangkan pendelegasian
insidental terjadi jika salah satu personel dalam ruangan MPKP berhalangan hadir.
Beberapa prinsip yang dilakukan di dalam ruangan MPKP untuk pendelegasian adalah
sebagai berikut :
Pada pendelegasian tugas yang terencana harus menggunakan format pendelegasian tugas
dan uraian tugas harus jelas dan terinci baik secara verbal maupun tulisan.
1) Personil yang menerima pendelegasian tugas harus personil yang memiliki
kompetensi dan setara dengan kemampuan yang digantikan tugasnya.
2) Pejabat yang mengatur pendelegasian wajib mamantau pelaksanaan tugas dan
bersedia menjadi rujukan jika ditemukan adanya kesulitan dalam pelaksanaannya.
3) Setelah pendelegasian selesai, maka dilakukan serah terima tugas yang sudah
dilaksanakan beserta hasilnya.
8. Pengendalian
Pengendalian adalah proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih
menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan sebelumnya. Fayol mendefinisikan pengendalian sebagai pemeriksaan
mengenai apakah segala sesuatunya berjalan sesuai dengan rencana yang telah disepakati,
instruksi yang dikeluarkan, dan prinsip yang telah ditentukan yang bertujuan menunjukkan
kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengendalian meliputi penetapan standar dan
metode pengukuran prestasi kerja, melakukan pengukuran prestasi kerja, menetapkan
apakah prestasi kerja sesuai dengan standar serta mengambil tindakan korektif.
Pengendalian atau controlling meliputi pengendalian dalam indikator mutu umum, kondisi
pasien dan kondisi sumber daya manusia (SDM). Dalam indikator mutu umum maka harus
diperhatikan angka untuk Bed Occupancy Ratio (BOR), Average Lenght of Stay (ALOS),
turn over interval (TOI) dan angka terjadinya infeksi nosokomial. a. Bed Occupation Rate
Bed Occupancy Rate (BOR) adalah presentase pemakaian tempat tidur pada waktu tertentu
yang didefinisikan sebagai jumlah tempat tidur yang terpakai untuk perawatan pasien di
dalam ruangan terhadap jumlah tempat tidur yang tersedia. Standar nilai BOR menurut
Barber Johnson adalah 75%-85% (Standar Internasional), sedangkan standar nilai Depkes
RI adalah 60%-85%. Adapun perhitungan BOR adalah sebagai berikut.
a. Ronde Keperawatan
Metode keperawatan primer merupakan salah satu metode pemberian pelayanan
keperawatan dimana salah satu kegiatannya adalah ronde keperawatan, yaitu suatu metode
untuk menggali dan membahas dan secara mendalam masalah keperawatan yang terjadi
kepada pasien dan kebutuhan pasien akan keperawatan yang dilakukan oleh PN/AN,
konselor, kepala ruangan dan seluruh tim keperawatan dengan melibatkan secara langsung
sebagai fokus kegiatan.
Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk membahas lebih dalam
masalah dan kebutuhan pasien serta merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan
harapan dalam meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Kepekaan dan
cara berfikir kritis perawat akan tumbuh dan berlatih melalui suatu transfer pengetahuan
dan mengaplikasikan konsep teori ke dalam praktik perawatan. Ronde keperawatan adalah
kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan
oleh perawat selain melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh Ketua Tim dan atau konselor,
Kepala Ruangan, perawat pelaksana yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim
kesehatan.
Adapun kegiatan ini mempunyai karakteristik yang meliputi:
1) Pasien terlibat secara langsung
2) Pasien merupakan fokus kegiatan
3) Ketua tim dan konselor melakukan diskusi bersama
4) Konselor memfasilitasi kreatifitas
5) Konselor membantu mengembangkan kemampuan PN dan ketua tim dalam
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
Menurut Nursalam, manfaat dari ronde keperawatan adalah :
1) Masalah pasien dapat teratasi
2) Kebutuhan pasien dapat tepenuhi
3) Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
4) Terjalin kerjasama antara tim kesehatan
5) Perawat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar.
a. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti
dari segala macam tuntutan, yang berisi data lengkap, nyata, dan tercatat bukan hanya
tentang tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis/tipe, kualitas dan kuantitas
pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Tujuan Dokumentasi
Keperawatan.
a) Alat komunikasi anggota tim.
b) Biling keuangan
c) Bahan pendidikan
d) Sumber data dalam menyusun NCP
e) Audit keperawatan
f) Dokumen yang legal
g) Informasi statistik
h) Bahan penelitian
Prinsip-prinsip dokumentasi Keperawatan (Carpenito, 1991 dalam Priadi 2010)
a) Dokumentasi harus dilakukan segera setelah pengkajian pertama dilakukan,
demikian juga pada setiap langkah kegiatan keperawatan.
b) Bila memungkinkan, catat setiap respon pasien/keluarganya tentang informasi/data
yang penting tentang keadaannya.
c) Pastikan kebenaran setiap data data yang akan dicatat.
d) Data pasien harus objektif dan bukan merupakan penafsiran perawat, dalam hal ini
perawat mencatat apa yang dilihat dari respon pasien pada saat merawat pasien
mulai dari pengkajian sampai evaluasi.
e) Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi hal-hal sebagai berikut: adanya
perubahan kondisi atau munculnya masalah baru, respon pasien terhadap
bimbingan perawat.
f) Harus dihindari dokumentasi yang baku sebab sifat individu/pasien adalah unik
dan setiap pasien mempunyai masalah yang berbeda.
g) Hindari penggunaan istilah penulisan yang tidak jelas dari setiap catatan yang
dicatat, harus disepakati atas kebijaksanaan institut setempat.
h) Data harus ditulis secara sah dengan menggunakan tinta dan jangan menggunakan
pensil agar tidak mudah dihapus.
i) Untuk merubah atau menutupi kesalahan apabila terjadi salah tulis, coret dan
diganti dengan yang benar kemudian ditandatangani.
j) Untuk setiap kegiatan dokumentasi, cantumkan waktu tanda tangan dan nama jelas
penulis.
k) Wajib membaca setiap tulisan dari anggota lain kesehatan yang lain sebelum
menulis data terakhir.
l) Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap Proses Dokumentasi
Keperawatan a) Pengkajian
b) Diagnosa Keperawatan
c) Perencanaan/intervensi
d) Pelaksanaan/implementasi
e) Evaluasi
Sistem pendokumentasian yang berlaku saat ini adalah SOR (Sources Oriented
Record) yaitu sistem pendokumentasian yang berorientasi kepada lima komponen (lembar
penilaian berisi biodata, lembar order dokter, lembar riwayat medis/penyakit, catatan
perawat, catatan dan laporan khusus).
a. Uraian Tugas
Uraian tugas adalah seperangkat fungsi dan tugas serta tanggung jawab yang dijabarkan ke
dalam kegiatan pekerjaan. Pernyataan tertulis untuk semua tingkat jabatan dalam satu unit
yang mencerminkan fungsi, tanggung jawab, dan kualitas yang dibutuhkan.
1. Manfaat
a) Seleksi individu yang berkualitas
b) Menyediakan alat evaluasi
c) Menentukan budget
d) Penentuan fungsi departemen
e) Klasifikasi fungsi departemen
c. Discharge Planning
Discharge planning adalah suatu proses dimana pasien mulai mendapatkan pelayanan
kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan
maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk
kembali ke lingkungannya. Discharge planning menunjukkan beberapa proses formal yang
melibatkan tim atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan sekelompok
orang ke kelompok lainnya. Perawat adalah salah satu anggota tim discharge planner, dan
sebagai discharge planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan
menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah aktual dan
potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga, memberikan
tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam mempertahankan
atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal dan mengevaluasi kesinambungan
asuhan keperawatan.
b. Saran
Dengan model kepemimpinan yang efektif ini, diharapkan di masa yang akan datang
profesi keperawatan bisa diterima dengan citra yang baik di masyarakat luas sebagai suatu
profesi yang dikembangkan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang
berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Douglass, L.M. (1992). The effective nurse: Leader and manager. St. Louis: Mosby.
Gillies, D.A. (1996). Nursing management: A system approach . 3rd ed. Philadelphia:
W.B. Saunder Company.
Huber, D.L. (2010). Leaderhip and nursing care management, ed 4. Philadelphia: W.B.
Saunder Company.
Marquis, B.L dan Huston, C.J. (2009). Leadership Roles and management functions in
nursing: Theory and application. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Marquis, B.L dan Huston, C.J. (2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan :
Teori dan aplikasi, edisi 4. Jakarta: EGC.
Swansburg, R.C. (1999). Introductory management and leadership for nurses: an
interactive text. Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers.
Swanburg, R.C. (2000). Pengantar kepemimpinan & manajemen keperawatan untuk
perawat klinis terjemahan. Alih bahasa Suharyati Samba, editor Monica Ester.
Jakarta: EGC.
Sullivan, E.J. dan Phillip J.D. (2005). Effective leadership and management in nursing.
New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Tomey, A. M. (2009). Nursing management and leadership, 8th ed. St. Louis: Mosby. Elaine
L. La Monica, alih bahasa Dra. Elly Nurachman, S.Kp., M.App.Sc., Kepemimpinan &
manajemen Keperawatan, EGC, Jakarta, 1998.
Thara Kron, RN, BS, The Management of Patient Care , WB. Saunders
Company, Philadelphia, 1981