Materi Eksaminasi Dan Legal Opinion
Materi Eksaminasi Dan Legal Opinion
Eksaminasi berasal dari bhs Inggeris Examination yg berarti ujian atau pemeriksaan.
TUJUAN EKSAMINASI :
1.Melakukan analisis terhadap pertimbangan hukum atas putusan majelis hakim atau
dakwaan serta jalannya pengadilan. Harapannya untuk dapat diketahui sejauh mana
pertimbangan hukum dimaksud sesuai atau bertentangan dengan prinsip-prinsip huku,
dengan prosedur hukum acara dan juga dengan legal justice, moral justice dan sosial justice
2.Mendorong dan memberdayakan partisipasi publik untuk terlibat lebih jauh di dalam
mempersoalkan proses suatu perkara dan putusan atas perkara itu yang dinilai kontroversial
dan melukai rasa keadilan rakyat.
1. BAGI MAHASISWA.
2. BAGI AKADEMISI EKSAMINASI.
4. BAGI PUBLIK
Mata kuliah Eksaminasi ini ditujukan untuk menguji atau memeriksa putusan
pengadilan dalam perkara perdata, putusan tata usaha negara dan putusan perkara
pidana, maka perkuliahan eksaminasi ini selanjutnya akan difokuskan pada ruang
lingkup Putusan Pengadilan bidang perkara perdata, tata usaha negara dan putusan
perkara pidana untuk selanjutkan perkuliahan akan difokuskan pada teknik/cara
Eksaminasi (pengujian) putusan pengadilan dalam perkara perdata, putusan tata usaha
negara dan putusan perkara pidana. Kemudian setelah selesai perkuliahan Eksaminasi
akan dilanjutkan dengan perkuliahan Legal Opinion (Pendapat Hukum).
Putusan Pengadilan dalam perkara perdata, tata usaha negara dan perkara pidana
mempunyai formulasi dan isi masing-masing.
Sebelum mengetahui dan memahami Formulasi dan isi Putusan Pengadilan dalam
perkara perdata, maka kita harus memahami macam-macam putusan Pengadilan
dalam Perkara perdata, baik putusan Pengadilan Negeri dalam perkara perdata
maupun Putusan Pengadilan Agama dibidang perdata Islam.
1. Putusan pengadilan (PN dan PA ) dalam perkara perdata dilihat dari aspek
kehadiran para pihak (pihak
Penggugat dan Tergugat)
b. Putusan Verstek.
Putusan Gugatan Penggugat Gugur akan dijatuhkan oleh Hakim apabila penggugat yg
telah memasukkan dan mendaftarkan gugatannya tidak pernah hadir dalam
persidangan walaupun penggugat telah dipanggil oleh pengadilan dengan patut.
Sedangkan Tergugat hadir dalam persidangan pengadilan. Maka pengadilan akan
menjatuhkan putusan yang menyatakan gugatan Penggugat dinyatakan gugur dan
Penggugat dihukum untuk membayar biaya perkara.
Putusan Verstek adalah putusan yg dijatuhkan pengadilan (PN dan PA) apabila
Tergugat tdk menghadiri persidangan yg telah ditentukan meskipun Tergugat telah
dipanggi oleh pengadilan secara patut. Jadi putusan verstek adalah kebalikan dari
putusan gugatan gugur. Dalam praktek peradilan ketidak hadiran Tergugat tdk
otomatis gugatan penggugat akan dikabulkan dalam putusan verstek pengadilan.
Apabila gugatan Penggugat tdk sempurna menurut Hakim, maka gugatan penggugat
akan dinyatakan tidak dapat diterima. Sebaliknya jika gugatan penggugat sempurna
menurut Hakim akan dilakukan pemeriksaan pembuktian, dimana Hakim akan
meminta Penggugat untuk membuktikan gugatannya. Jika Penggugat berhasil
membuktikan gugatannya maka gugatan Penggugat akan dikabulkan.
2. Putusan pengadilan (PN dan PA ) dalam perkara perdata dilihat dari segi sifatnya;
a. Putusan Deklarator;
b. Putusan Konstitutif;
c. Putusan Kondemnator.
Ad.a. Putusan Deklarator
Dalam praktek amar putusan pengadilan (PN dan PA) kedua kata ini terkadang
digabung penggunaannya, karena dalam petitum gugatan penggugat atau petitum
permohonan pemohon, kedua kata tersebut digabung, karena amar putusan
pengadilan adalah konkritasi dari petitum gugatan penggugat atau petitum
permohonan pemohon apabila gugatan penggugat dikabulkan.
Amar Putusan pengadilan (PN dan PA) yg bersifat Deklarator dapat berdiri sendiri
tanpa dibarengi dengan amar yang bersifat kondemnator. Selain itu amar putusan yg
bersifat Deklarator dibarengi dengan amar yang bersifat kondemnator. Amar putusan
Deklarator yg berdiri sendiri tanpa dibarengi dengan amar yang bersifat
kondemnatodapat dapat kita temukan dalam Putusan misalnya pada putusan
pengangkatan anak atau tentang kelahiran atau perubahan nama seseorang, karena
disini tuntutan hak berupa Permohonan, dan tidak dalam bentuk gugatan. Tuntutan
hak yang bersifat permohonan hanya terdiri dari satu pihak yaitu pihak pemohon saja
dan tidak ada pihak lain yg ditarik sebagai Tergugat atau sebagai termohon dan
karena itu tidak mengandung sengketa, sehingga Amar putusan bersifat Deklarator
saja.
3. Putusan pengadilan (PN dan PA ) dilihat dari segi isi dan saat penjatuhannya.
1. PUTUSAN SELA
Putusan Sela adalah putusan yang berisi perintah yang harus dilakukan para pihak
yang berperkara untuk memudahkan Hakim menyelesaikan pemeriksaan perkara
sebelum dia menjatuhkanputusan akhir (pengertian ini menurut Soepomo). Putusan
Sela tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan dengan putusan akhir
mengenai pokok perkara (ini menurut Yahya Harahap). Dengan demikian putusan Sela
bukan putusan yang berdiri sendiri seperti putusan Akhir. Akan tetapi Putusan Sela
merupakan Putusan yang diambil dan dijatuhkan hakim pada saat proses pemeriksaan
perkara (ini menurut Yahya Harahap dan Praktek peradilan perdata baik di PN maupun
di PA)
-Putusan Preparatoir
-Putusan Interlocutoir
-Putusan Insidentil
-Putusan Provisi
(Silahkan saudara cari pengertian keempat putusan Sela tersebut dan bagian
bagiannya.
2. PUTUSAN AKHIR
Putusan Akhir terdiri dari Putusan (PN atau PA) :
1.Putusan (PN dan PA) yg menyatakan gugatan penggugat tidak dapat diterima (Niet
Onvankelijk Verklaar (NO);
-Gugatan kabur/tidak jelas (Obscur libel). Gugatan kabur disebabkan oleh antara lain :
1. Antara posita gugatan dengan Petitum gugatan saling bertentangan, misal dalam
posita gugatan digambarkan kerugian Penggugat Rp 1 Milyar Rupiah, sedangkan
dalam petitum gugatan meminta agar tergugat membayar ganti kerugian pada
Penggugat sebesar Rp. 2 Milyar, 2. Antara posita gugatan yang satu dengan yang lain
tidak sejalan atau kontradiksi, misal pada posita gugatan yang satu menyatakan tanah
obyek perkara disebutkan seluas 50 are, sedngkan pada posita gugatan yang lain
disebutkan tanah objek sengketa seluas 30 are, 3. Tidak jelas letak dan batas-batas
tanah sengketa, 4. Gugatan penggugat kurang pihak yang ditarik sebagai tergugat,
5.gugatan penggugat masih prematuer atau nebis in idem